OLEH
YUSRIAH AMALIAH
E012181008
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Anugerah sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “Gaya Kepemimpinan Tokoh” ini, bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kepemimpinan yang diterapkan oleh pemerintahan.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu dikarenakan
kemampuan penulis yang terbatas.. Penulis berharap dengan penulisan karya tulis ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang
akan datang.
Yusriah Amaliah
ii
DAFTAR ISI
Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 4
2. Rumusan Masalah 5
3. Tujuan Penulisan 5
DAFTAR PUSTAKA 26
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap sangat
masih sangat baik untuk diteliti karena tiada habisnya untuk dibahas di sepanjang
peradaban umat manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini yang semakin buruk
saja moral dan mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin yang baik
(good leader). Pemimpin yang baik sebenarnya pemimpin yang mau berkorban dan
peduli untuk orang lain serta bersifat melayani. Tetapi, kenyataannya berbeda. Bila
kita lihat sekarang para pemimpin kita, dari lapisan bawah sampai lapisan tertinggi,
dari pusat hingga ke daerah- daerah. Banyak pemimpin yang hadir dengan tanpa
pemimpin yang jauh dari harapan rakyat, tidak peduli dengan nasib rakyat bawah,
dan hampir tidak pernah berpikir untuk melayani masyarakat. Karena kepemimpinan
mereka lebih dilandasi pada keinginan pribadi dan lebih mengutamakan kepentingan
kelompok.
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan
4|Page
organisasinya (Nawawi, 2003:113). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang
Bentuk kepemimpinan yang diyakini dapat mengimbangi pola pikir dan refleksi
memotivasi pegawai untuk dapat berkembang dan mencapai kinerja atau tingkat
yang lebih tinggi lagi sehingga mampu mencapai lebih dari yang mereka perkirakan
jawab atau tugas bawahan dan imbalan yang mereka dapatkan jika mencapai standar
tertentu.
memimpin bawahannya dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang akan menjadi pembahasan kemudian bagaimana
C. Tujuan Penulisan
kelurahan Antang.
5|Page
BAB II
KONSEP TEORI
A. Tinjauan Kepemimpinan
dan paling jarang dimengerti”. Meski begitu banyak kajian tentangnya, tetap saja
kepemimpinan tampil sebagai konsep yang taksa, multi-tafsir, tak jelas bentuk dan banyak
salah dipahami. Beragamnya definisi kepemimpinan bisa menjadi indikasi dari “kekaburan”
konsep ini. Suatu hal yang memiliki begitu banyak definisi biasanya merupakan hal yang
sulit dipahami. Definisi sebagai penjelasan yang berfungsi membedakan satu hal dari hal
lainnya, dapat diberikan secara lengkap dan tepat jika hal yang didefinisikan dapat dikenali
batas-batasnya dan dapat dipisahkan secara jelas serta terpilah dari hal-hal yang lain.
Ide kepemimpinan merujuk pada sekumpulan atribut yang muncul pada kondisi
interaksi dua orang atau lebih dalam upaya memanfaatkan sumberdaya untuk mencapai
tujuan tertentu. Tetapi perlu dipahami bahwa atribut-atribut yang muncul dalam kondisi itu
bukan hanya kepemimpinan dan lebih perlu dicermati lagi bahwa atribut-atribut itu bukan
hal yang dapat dilepaskan dari kondisi itu. Kepemimpinan tidak dapat dipilah dan
dikeluarkan dari kondisi itu, tidak dapat ditentukan secara jelas dan tegas batas-batasnya,
serta tak dapat pula dipilah secara jernih keberadaannya dari kondisi yang melingkupinya,
juga dari atribut lain yang muncul bersamaan dengannya. Inilah yang menjadi sebab utama
Pemahaman manusia tentang kepemimpinan adalah hasil abstraksi bukan intuisi atau
sensasi. Penalaran kita memberikan petunjuk bahwa ada kepemimpinan dalam kondisi
6|Page
interaksi manusia. Seperti kemanusiaan atau keadilan yang tak dapat dilihat langsung
bendanya, kepemimpinan adalah benda abstrak yang dihasilkan manusia dalam proses
seperti yang disajikan oleh J. Thomas Wren (editor) dalam The Leader’s Companion;
Insight on Leadership Through the Ages (1995), menyertakan juga kajian-kajian filsafat
bahkan kebudayaan. Secara lebih mendasar, kepemimpinan bukan hanya bicara tentang
bagaimana menjadi pemimpin tetapi lebih jauh lagi bagaimana menjadi manusia.
Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang memuat dua hal pokok yaitu,
pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata “pimpin” mengandung
ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun
spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi
pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam
menjalankan kepemimpinannya.
Dalam konteks ini, Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi
mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba
kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama. Selanjutnya, Sarros dan
Butchatsky (1996) yang menyatakan kepemimpinan sebagai suatu perilaku dengan tujuan
tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan
bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan
menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and
7|Page
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi,
antara lain: Pertama, kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para
karyawan atau bawahan (followers).Kedua, seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang
yang dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang
memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para
a. Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai
b. Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai
pemimpinnya.
d. Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok
e. Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seorang
Ketiga, kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap
bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang
lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam
membangun organisasi.
8|Page
B. Tinjauan Gaya Kepemimpinan
Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola
dari kepemimpinan, yakni dengan memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan
oleh pemimpin tersebut. Jadi yang dimaksudkan disini adalah gayanya. Gaya
saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia
dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri,
2012). Selanjtnya, Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang
norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
9|Page
dan kelemahan. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai
beda antara satu dengan yang lainnya . Perbedaan itu disebabkan oleh gaya
kepemimpinan yang berbeda-beda pula dari setiap pemimpin. Kesesuaian antara gaya
satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam
usaha mencapai tujuan organisasi. Pemimpin ini tidak mengikutsertakan dan tidak
memiliki hak-hak istimewa dan harus diistimewakan oleh bawahannya. Dengan kata
lain anggota organisasi/bawahan tidak memiliki hak sesuatu apapun, dan hanya
Tugas dan tanggung jawab itu harus dilaksanakan tanpa boleh membantah. Apabila
10 | P a g e
lebih baik akan diartikan oleh pemimpin sebagai penyimpangan atau kesalahan yang
bawahan pada nasibnya yang akan memperoleh sanksi atau hukuman berat dan
keputusan pimpinan. Kondisi itu akan menimbulkan kepatuhan yang tinggi karena
rasa takut atau kepatuhan yang bersifat palsu atau berpura-pura pada pimpinan.
mencapai tujuan yang sama. Bawahan sebagai manusia hanya dijadikan alat untuk
mencapai tujuan pemimpin. Oleh karena itu, sering terjadi perlakuan yang tidak
manusiawi terhadap para anggota organisasi atau bawahan. Anggota organisasi atau
b) Anggota organisasi tidak ikut berpartisipasi aktif bukan karena tidak mempunyai
pembangkangan.
11 | P a g e
d) Pemimpin otoriter tidak membina dan tidak mengembangkan potensi
keadaan mengharuskan.
e) Disiplin, rajin dan bersedia bekerja keras serta kepatuhan dilakukan dengan
berpura-pura, karena takut pada sanksi. Dalam situasi tersebut kerap kali muncul
tokoh pengambil muka atau penjilat yang tidak disukai anggota organisasi.
waktu.
h) Disiplin diterapkan secara ketat dan kaku, sehingga iklim kerja menjadi tegang,
makhluk yang memiliki harkat dan martabat yang mulia dengan hak asasi yang
12 | P a g e
a) Mengakui dan menghargai manusia sebagai makhluk individual, yang memiliki
perbedaan kemampuan antara satu dengan yang lain, tidak terkecuali antara
b) Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu sebagai
c) Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu untuk
lain.
tipe kepemimpinan yang tepat bagi seorang pemimpin adalah tipe yang
yang tepat.
13 | P a g e
e. Menjunjung tinggi harkat dan martabat bawahan
h. Teladan
dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok
paling ektrim dalam tipe free-rein ini adalah pemberian kebebasan sepenuhnya pada
anggota organisasi untuk bertindak pada anggota organisasi untuk bertindak tanpa
pengarahan dan kontrol, kecuali jika diminta. Dampaknya sering terjadi kekacauanya
karena tipe kepemimpinan itu memberikan setiap anggota organisasi tipe berbeda
Pemimpin hanya menyediakan diri sendiri sebagai penasihat apabila diperlukan atau
diminta.
14 | P a g e
Siagian (2002: 121), menerangkan untuk melihat gaya kepemimpinan seorang
saling mempercayai. Keadaan seperti ini akan menjadi suatu kenyataan apabila di
jawab dan di pihak lain bawahan dengan sikap mau menerima kepemimpinan
atasannya;
2) Penghargaan terhadap ide bawahan. Penghargaan terhadap ide bawahan dari seorang
pemimpin dalam sebuah lembaga atau instansi akan dapat memberikan nuansa
tersendiri bagi para bawahannya. Seorang bawahan akan selalu menciptakan ide- ide
yang positif demi pencapaian tujuan organisasi pada lembaga atau instansi dia
bekerja;
3) Memperhitungkan perasaan para bawahan. Dari sini dapat dipahami bahwa perhatian
pada manusia merupakan visi manajerial yang berdasarkan pada aspek kemanusiaan
4) Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan. Hubungan antara individu dan
15 | P a g e
5) Perhatian pada kesejahteraan bawahan. Seorang pemimpin dalam fungsi
kepemimpinan pada dasarnya akan selalu berkaitan dengan dua hal penting yaitu
hubungan dengan bawahan dan hubungan yang berkaitan dengan tugas. Perhatian
adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin bertindak dengan menggunakan cara
Misalkan berbuat baik terhadap bawahan, berkonsultasi dengan bawahan atau pada
dengan demikian hubungan yang harmonis antara pemimpin dan bawahan akan
tercapai; dan
7) Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan professional. Pemimpin dalam
berhubungan dengan bawahan yang diandalkan oleh bawahan adalah sikap dari
pemimpin yang mengakui status yang disandang bawahan secara tepat dan
professional. Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pengakuan atas status
para bawahan secara tepat dan professional yang melekat pada seorang pemimpin
16 | P a g e
menyangkut sejauh mana para bawahan dapat menerima danmengakui kekuasaannya
Dari uraian definisi di atas dapat dijelaskan bahwa indicator Kompetensi adalah
17 | P a g e
BAB III
PEMBAHASAN
bahwa tipe kepemimpinan yang tepat bagi seorang pemimpin adalah tipe yang
tepat.
- Teladan
Dari karakteristik yang diterapkan oleh Lurah Antang sesuai dengan karakteristik
yang disampaikan konsep diatas. Indikator diatas akan diajabarkan melalui beberapa
18 | P a g e
1. Hubungan dengan bawahan
Hubungan pemimpin dan bawahan adalah interaksi antara atasan dan bawahannya
yang dapat menciptakan lingkungan yang dapat memotivasi dan menahan karyawan
agar tetap dalam organisasi itu (Stum; 2001). Dalam sebuah organisasi, setiap orang
akan terlibat di dalamnya ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal
tersebut melibatkan baik pimpinan maupun para staf, agar semua pekerjaan dapat
terlaksana dengan lancar dan harmonis untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati
dan ditetapkan, maka unsur kerjasama harus senantiasa tercipta dengan baik.
Lurah antang dalam menjalankan tugas membangun suasana kerja yang harmonis
dan dalam budaya organisasi yang dipimpin tetap mengikuti SOP yang telah ada
meskipun dalam metode memimpinnya pak Toni lebih fleksibel hal ini didasarkan agar
Fathoni karena lebih dapat menciptakan suasana santai, harmonis dan kekeluargaan
kepada para staf-staf di Kelurahan Antang kendati masih memiliki umur yang muda
namun tipe orang yang professional dengan menyesuaikan diri sebagai pimpinan di
kelurahan dan bersikap santun dengan staf di kelurahan saat tidak bertugas (luar kantor).
Lurah Antang disukai oleh staf-stafnya yang sudah lebih lama bekerja di kantor karena
tugasnya dan mengandalkan kemampuan yang dimiliki para staf namun tetap memberi
pengawasan dan juga kordinasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan kini
maupun nanti.
19 | P a g e
“iye kalau berbicara kepemimpinannya pak toni ini demokratisji, biasanya
kalo sama kita sebagai staf dia selalu ajak kita bercanda, berikan kita semangat
sebagai motivasi kerja, apalagi untuk bangun hubungan harmonis bapak biasanya
lakukan refreshing diluar kantor untuk bangun semngat kerja sama suasana
kekeluargaan, jadi kita juga stafnya tidak merasa tertekan dan bahagia. Biarki
muda tapi karna ini bicara kerjaan selala profesional tapi tetap santun, biasanya
disampaikan kalo ada kerjaan dengan kata minta tolong mungkin ya karena kita
tidak hanya dianggap bawahan tapi seperti keluarga saling menghargai”
Wawancara dengan staf kelurahan Antang
Mengenai pemberian system reward dan punishment, bahwa lurah Antang belum
pernah memberikan Punishment karena sudah cukup puas dengan kinerja bawahannya,
dan reward yang diberikan adalah berupa bentuk apresiasi dan pemberian motivasi-
motivasi kepada bawahan. Khusnul Fathoni sebagai lurah kelurahan parangloe sering
mengerjakan tugasnya ssuai SOP, dan standar evaluasi adalah berdasarkan oleh Standar
sesuai dengan ketentuan SOP atau tidak, evaluasi tiap bulan dilakukan dan juga rapat
kinerja kerja bawahan walaupun bawahan tersebut telah mengerjakan tugasnya ssuai
SOP, dan standar evaluasi adalah berdasarkan oleh Standar Operasional Prosedur
ketentuan SOP atau tidak, evaluasi tiap bulan dilakukan dan juga rapat kordinasi dengan
20 | P a g e
Dalam prosesnya pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau
keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur
keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai
tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan. Keputusan biasanya terbagi menjadi dua jenis
keputusan yang diambil untuk kepentingan diri sendiri dan dilakukan secara perorangan.
Hal yang dilakukan sebagai lurah dalam melakukan pengambilan keputusan adalah
ufakat terkait masalah yang dihadapi. Hal ini menunjukkan gaya kepemimpinan
demokratik.
“Biasanya kalo persoalan pengambilan keputusan, saya selalu melibatkan staf untuk
analisis kondisi, biasanya itu yang paling banyak masalah itu soal kasus tanah. Nah kalo
ada begitu, kita lakukan musyawarah untuk mufakat karena sebagai orang yang
dipercayakan di kelurahan antang tentunya kita harus bersama sama memikirkan
permasalahan itu” wawancara dengan pak lurah, 24 mei 2019.
Lurah kelurahan Antang, Khusnul Fathoni merupakan salah satu alumni STPDN
Jatinangor Angkatan 21 (2010) berumur 28 tahun dan berasal dari Bulukumba Sulawesi
Selatan dengan latar belakang karir tahun 2014 menjadi pegawai negeri dan menerima
provinsi Sulawesi selatan di biro Hukum dan Ham setahun kemudian tetapi status
21 | P a g e
kepegawaian di kementrian dalam negri, setelah surat keputusan pengangkatan pegawai
Badan Kepegawaian Daerah Makassar selama setengah tahun, kemudian menjadi staf di
Kecamatan Panakukkang kurang lebih selama 1 tahun, setelah itu menjabat Sekertaris
Lurah di kelurahan Maricaya selama 1 tahun dan Kelurahan Karuwisi sekretaris lurah
selama kurang lebih 2 tahun selanjutnya dilantik menjadi lurah pada tanggal 14
desember 2018 atau sekitar 5 bulan telah menjabat sebagai lurah kelurahan Antang.
“ Pekerjaan yang saya lakukan saya rasa menjadi pekerjaan yang sesuai dengan
minat saya karena pada dasarnya orientasi dari anak stpdn kan memang di
pemerintahan, tinggal pengembangan diri dalam menjalankan tugas” Wawancara
tgl 24-05-2019
22 | P a g e
BAB IV
TOKOH
Agama : Islam
Riwayat Pekerjaan : - Biro Hukum dan HAM pemerintah provinsi Sulawesi selatan
23 | P a g e
BAB V
DOKUMENTASI
24 | P a g e
BAB VI
PENUTUP
bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan Bapak Toni selaku Lurah antang lebih
mendekati pada gaya kepemimpinan demoratis. Sesuai dengan Indikator karakteristik yang
mudah menerapkan itu semua, tapi cenderung Lurah Antang ini mendekati gaya tersebut.
25 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Siagian P. Sondang. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.
Internet
http://www.shnews.co/kolom/periskop/detile-6-kepemimpinan-yang-memberi
motivasi.html
http://www.academia.edu/1819433/Akarakar_Kepemimpinan_dan_Bagaimana_Menumbuh
kannya,
Artikel
26 | P a g e