Anda di halaman 1dari 26

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

“Gaya Kepemimpinan Tokoh”

OLEH

YUSRIAH AMALIAH

E012181008

MAGISTER PEMERINTAHAN DAERAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Anugerah sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “Gaya Kepemimpinan Tokoh” ini, bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kepemimpinan yang diterapkan oleh pemerintahan.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu dikarenakan
kemampuan penulis yang terbatas.. Penulis berharap dengan penulisan karya tulis ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang
akan datang.

Makassar, Mei 2019

Yusriah Amaliah

ii
DAFTAR ISI

Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi 3

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 4
2. Rumusan Masalah 5
3. Tujuan Penulisan 5

BAB II KONSEP TEORI


1. Tinjauan Kepemimpinan 6
2. Tinjauan Gaya Kepemimpinan 9

BAB III PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Wawancara 18

BAB IV TOKOH (Data Diri) 23


BAB V DOKUMENTASI 24
BAB VI KESIMPULAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap sangat

menarik untuk diteliti karena sangat menentukan berlangsungnya suatu organisasi.

Kepemimpinan itu esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah kepemimpinan

masih sangat baik untuk diteliti karena tiada habisnya untuk dibahas di sepanjang

peradaban umat manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini yang semakin buruk

saja moral dan mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin yang baik

(good leader). Pemimpin yang baik sebenarnya pemimpin yang mau berkorban dan

peduli untuk orang lain serta bersifat melayani. Tetapi, kenyataannya berbeda. Bila

kita lihat sekarang para pemimpin kita, dari lapisan bawah sampai lapisan tertinggi,

dari pusat hingga ke daerah- daerah. Banyak pemimpin yang hadir dengan tanpa

mencerminkan sosok pemimpin yang seharusnya, malah terlihat adanya pemimpin-

pemimpin yang jauh dari harapan rakyat, tidak peduli dengan nasib rakyat bawah,

dan hampir tidak pernah berpikir untuk melayani masyarakat. Karena kepemimpinan

mereka lebih dilandasi pada keinginan pribadi dan lebih mengutamakan kepentingan

kelompok.

Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan

dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku

4|Page
organisasinya (Nawawi, 2003:113). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang

pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerjasama dan bekerja

secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Malayu, 2000:167).

Bentuk kepemimpinan yang diyakini dapat mengimbangi pola pikir dan refleksi

paradigma-paradigma baru dalam arus globalisasi dirumuskan sebagai

kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan

transformasional digambarkan sebagai kepemimpinan yang membangkitkan atau

memotivasi pegawai untuk dapat berkembang dan mencapai kinerja atau tingkat

yang lebih tinggi lagi sehingga mampu mencapai lebih dari yang mereka perkirakan

sebelumnya. Sedangkan kepemimpinan transaksional digambarkan sebagai

kepemimpinan yang memberikan penjelasan tentang apa yang menjadi tanggung

jawab atau tugas bawahan dan imbalan yang mereka dapatkan jika mencapai standar

tertentu.

Melihat betapa pentingnya peran dari seorang pemimpin, maka seorang

pemimpin harus berkembang dalam hal gaya kepemimpinannya agar dapat

memimpin bawahannya dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara

efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang akan menjadi pembahasan kemudian bagaimana

gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Lurah Antang.

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui gaya kepemimpinan Lurah Antang dalam penerapannya di Kantor

kelurahan Antang.

5|Page
BAB II

KONSEP TEORI

A. Tinjauan Kepemimpinan

James Macgregor Burns (1978), pemenang Penghargaan Pulitzer lewat bukunya

Leadership menyatakan, kepemimpinan adalah “fenomena yang paling banyak dicermati

dan paling jarang dimengerti”. Meski begitu banyak kajian tentangnya, tetap saja

kepemimpinan tampil sebagai konsep yang taksa, multi-tafsir, tak jelas bentuk dan banyak

salah dipahami. Beragamnya definisi kepemimpinan bisa menjadi indikasi dari “kekaburan”

konsep ini. Suatu hal yang memiliki begitu banyak definisi biasanya merupakan hal yang

sulit dipahami. Definisi sebagai penjelasan yang berfungsi membedakan satu hal dari hal

lainnya, dapat diberikan secara lengkap dan tepat jika hal yang didefinisikan dapat dikenali

batas-batasnya dan dapat dipisahkan secara jelas serta terpilah dari hal-hal yang lain.

Ide kepemimpinan merujuk pada sekumpulan atribut yang muncul pada kondisi

interaksi dua orang atau lebih dalam upaya memanfaatkan sumberdaya untuk mencapai

tujuan tertentu. Tetapi perlu dipahami bahwa atribut-atribut yang muncul dalam kondisi itu

bukan hanya kepemimpinan dan lebih perlu dicermati lagi bahwa atribut-atribut itu bukan

hal yang dapat dilepaskan dari kondisi itu. Kepemimpinan tidak dapat dipilah dan

dikeluarkan dari kondisi itu, tidak dapat ditentukan secara jelas dan tegas batas-batasnya,

serta tak dapat pula dipilah secara jernih keberadaannya dari kondisi yang melingkupinya,

juga dari atribut lain yang muncul bersamaan dengannya. Inilah yang menjadi sebab utama

dari kesulitan mendefinisikan kepemimpinan.

Pemahaman manusia tentang kepemimpinan adalah hasil abstraksi bukan intuisi atau

sensasi. Penalaran kita memberikan petunjuk bahwa ada kepemimpinan dalam kondisi

6|Page
interaksi manusia. Seperti kemanusiaan atau keadilan yang tak dapat dilihat langsung

bendanya, kepemimpinan adalah benda abstrak yang dihasilkan manusia dalam proses

interaksinya dengan lingkungan. Itulah mengapa sebuah pembahasan tentang kepemimpinan

seperti yang disajikan oleh J. Thomas Wren (editor) dalam The Leader’s Companion;

Insight on Leadership Through the Ages (1995), menyertakan juga kajian-kajian filsafat

(termasuk filsafat moral), psikologi, sastra, sosiologi, administrasi, manajemen, politik,

bahkan kebudayaan. Secara lebih mendasar, kepemimpinan bukan hanya bicara tentang

bagaimana menjadi pemimpin tetapi lebih jauh lagi bagaimana menjadi manusia.

Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang memuat dua hal pokok yaitu,

pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata “pimpin” mengandung

pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun

spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi

pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam

menjalankan kepemimpinannya.

Dalam konteks ini, Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi

mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba

mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut, namun demikian semua definisi

kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama. Selanjutnya, Sarros dan

Butchatsky (1996) yang menyatakan kepemimpinan sebagai suatu perilaku dengan tujuan

tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan

bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan

menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and

actions of others in such a way that achieve high performance".

7|Page
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi,

antara lain: Pertama, kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para

karyawan atau bawahan (followers).Kedua, seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang

yang dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang

memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para

pemimpin dapat bersumber dari:

a. Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai

kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang

mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.

b. Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai

kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan

pemimpinnya.

c. Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin

mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.

d. Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok

pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik

pribadinya, reputasinya atau karismanya.

e. Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seorang

yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.

Ketiga, kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap

bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian

bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang

lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam

membangun organisasi.

8|Page
B. Tinjauan Gaya Kepemimpinan

Menurut Heidjrachman dan S. Husnan gaya kepemimpinan adalah pola

tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan

tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu. (Heidjrachman, 2002:224).

Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola

tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang

dirasakan oleh orang lain (Hersey, 1994:29).

Ada suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami kesuksesan

dari kepemimpinan, yakni dengan memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan

oleh pemimpin tersebut. Jadi yang dimaksudkan disini adalah gayanya. Gaya

kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada

saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia

inginkan. Gaya kepemimpinan dalam organisasi sangat diperlukan untuk

mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun iklim motivasi

bagi karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada

dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri,

bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan (Syawal,

2012). Selanjtnya, Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang

pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan

norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba

mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing gaya tersebut memiliki keunggulan

9|Page
dan kelemahan. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai

kemampuan dan kepribadiannya.

Setiap pimpinan dalam memberikan perhatian untuk membina, menggerakkan dan

mengarahkan semua potensi pegawai di lingkungannya memiliki pola yang berbeda-

beda antara satu dengan yang lainnya . Perbedaan itu disebabkan oleh gaya

kepemimpinan yang berbeda-beda pula dari setiap pemimpin. Kesesuaian antara gaya

kepemimpinan, norma-norma dan kultur organisasi dipandang sebagai suatu prasyarat

kunci untuk kesuksesan prestasi tujuan organisasi (Nadira, 2014).

Eungene Emerson Jennings dan Robert T Golembiewski mengemukakan tipe

kepemimpinan yang terdiri dari :

1. Tipe Kepemimpinan Otoriter

Tipe kepemimpinan ini menghimpun sejumlah perilaku atau gaya

kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin (sentralistik) sebagai satu-

satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam

usaha mencapai tujuan organisasi. Pemimpin ini tidak mengikutsertakan dan tidak

memperbolehkan bawahan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan

tidak mentoleransi adanya penyimpangan. Pemimpin otoriter merasa memperoleh dan

memiliki hak-hak istimewa dan harus diistimewakan oleh bawahannya. Dengan kata

lain anggota organisasi/bawahan tidak memiliki hak sesuatu apapun, dan hanya

memiliki kewajiban dan tanggung jawab melaksanakan keputusan dan perintah.

Tugas dan tanggung jawab itu harus dilaksanakan tanpa boleh membantah. Apabila

pelaksanaannya berbeda dari yang diputuskan atau diperintahkan, meskipun hasilnya

10 | P a g e
lebih baik akan diartikan oleh pemimpin sebagai penyimpangan atau kesalahan yang

harus dijatuhkan hukuman atau sanksi.

Pemimpin otoriter berpendapat keberhasilan dapat dicapai dari rasa takut

bawahan pada nasibnya yang akan memperoleh sanksi atau hukuman berat dan

merugikam apabila berbuat kesalahan atau kekeliruan atau penyimpangan dari

keputusan pimpinan. Kondisi itu akan menimbulkan kepatuhan yang tinggi karena

rasa takut atau kepatuhan yang bersifat palsu atau berpura-pura pada pimpinan.

Kepemimpinan otoriter organisasinya tidak dinyatakan milik bersama untuk

mencapai tujuan yang sama. Bawahan sebagai manusia hanya dijadikan alat untuk

mencapai tujuan pemimpin. Oleh karena itu, sering terjadi perlakuan yang tidak

manusiawi terhadap para anggota organisasi atau bawahan. Anggota organisasi atau

bawahan disebutnya buruh atau karyawan yang berada dilingkungannya karena

diupah sebagai pembayar pelaksanaan pekerjaan yang harus dilaksanakannya secara

patuh tanpa membantah.

Kepemimpinan otoriter yang dilaksanakan pada titik ekstrim tertinggi pada

kehidupan organisasi sebagaimana diuraikan di atas adalah berakibat :

a) Anggota organisasi cenderung pasif, bekerja menunggu perintah, tidak berani

mengambil keputusan dalam memecahkan masalah.

b) Anggota organisasi tidak ikut berpartisipasi aktif bukan karena tidak mempunyai

kemampuan tetapi enggan menyampaikan inisiatif, gagasan, ide, saran, dan

pendapat karena merasa tidak dihargai dan bahkan dinilai sebagai

pembangkangan.

c) Kepemimpinan otoriter yang mematikan inisiatif, kreativitas dan lain-lain

11 | P a g e
d) Pemimpin otoriter tidak membina dan tidak mengembangkan potensi

kepemimpinan anggota organisasinya dalam arti pemimpin tidak melakukan

kegiatan sehingga sulit memperoleh pemimpin pengganti diantara anggota jika

keadaan mengharuskan.

e) Disiplin, rajin dan bersedia bekerja keras serta kepatuhan dilakukan dengan

berpura-pura, karena takut pada sanksi. Dalam situasi tersebut kerap kali muncul

tokoh pengambil muka atau penjilat yang tidak disukai anggota organisasi.

f) Secara diam-diam muncul kelompok penantang yang menunggu kesempatan untuk

melawan, menghambat, menyabot, atau melakukan tindakan-tindakan yang

merugikan organisasi terutama pimpinan.

g) Tidak ada rapat, diskusi atau musyawarah karena dianggap membuang-buang

waktu.

h) Disiplin diterapkan secara ketat dan kaku, sehingga iklim kerja menjadi tegang,

saling mencurigai dan tidak mempercayai sesama anggota organisasi.

i) Pemimpin cenderung tidak menyukai dan menghalangi terbentuknya kelompok

atau serikat pekerja yang dibentuk organisasi.

2. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Filsafat demokratis yang mendasari pandangan tipe dan semua gaya

kepemimpinan ini adalah pengakuan dan penerimaan bahwa manusia merupakan

makhluk yang memiliki harkat dan martabat yang mulia dengan hak asasi yang

sama. Dengan filsafat demokratis tersebut diimplementasikan nilai-nilai

demokratis di dalam tipe kepemimpinan, yang terdiri dari :

12 | P a g e
a) Mengakui dan menghargai manusia sebagai makhluk individual, yang memiliki

perbedaan kemampuan antara satu dengan yang lain, tidak terkecuali antara

para anggota di lingkungan sebuah organisasi.

b) Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu sebagai

makhluk sosial dalam mengekspresikan diri melalui prestasi masing-masing di

lingkungan organisasinya sebagai masyarakat kecil.

c) Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu untuk

mengembangkan kemampuannya yang berbeda antara yang satu dengan yang

lain.

d) Menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan bersama dalam kebersamaan

melalui kerjasama yang saling mengakui, menghargai dan menghormati

kelebihan dan kekurangan setiap individu.

e) Memberikan perlakuan yang sama terhadap tiap individu

f) Menaggung kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam menggunakan

hak masing-masing untuk mewujudkan kehidupan bersama yang harmonis.

Sehubungan dengan itu Sondang P.Siagian (1989: 18) mengatakan bahwa

tipe kepemimpinan yang tepat bagi seorang pemimpin adalah tipe yang

demokratik dengan karakteristik sebagai berikut :

a. Kemampuan pemimpin mengintegrasikan organisasi pada peranan dan porsi

yang tepat.

b. Mempunyai persepsi yang holistic

c. Menggunakan pendekatan yang integralistik

d. Organisasi secara keseluruhan

13 | P a g e
e. Menjunjung tinggi harkat dan martabat bawahan

f. Bawahan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

g. Terbuka terhadap ide, pandangan dan saran bawahannya.

h. Teladan

i. Bersifat rasional dan obyektif

j. Memelihara kondisi kerja yang kondusif, inovatif, dan kreatif.

3. Tipe Kepemimpinan Bebas ( Laissez Faire atau Free-Rein)

Tipe kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota

organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus

dirinya masing-masing, dengan sedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk

dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok

organisasi. Pemimpin memberikan sedikit dukungan untuk melakukan usaha secara

keseluruhan. Kebebasan anggota kadang-kadang dibatasi oleh pemimpin dengan

menetapkan tujuan yang harus dicapai disertai parameter-parameternya. Sedang yang

paling ektrim dalam tipe free-rein ini adalah pemberian kebebasan sepenuhnya pada

anggota organisasi untuk bertindak pada anggota organisasi untuk bertindak tanpa

pengarahan dan kontrol, kecuali jika diminta. Dampaknya sering terjadi kekacauanya

karena tipe kepemimpinan itu memberikan setiap anggota organisasi tipe berbeda

kepentingan dan kemampuannya untuk bertindak ke arah yang berbeda-beda.

Pemimpin hanya menyediakan diri sendiri sebagai penasihat apabila diperlukan atau

diminta.

C. Dimensi Gaya Kepemimpinan

14 | P a g e
Siagian (2002: 121), menerangkan untuk melihat gaya kepemimpinan seorang

pemimpin dapat dilihat melalui indicator-indikator sebagai berikut :

1) Iklim saling mempercayai. Hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang

diharapharapkan adalah suatu hubungan yang dapat menumbuhkan iklim/suasana

saling mempercayai. Keadaan seperti ini akan menjadi suatu kenyataan apabila di

pihak pemimpin memperlakukan bawahannya sebagai manusia yang bertanggung

jawab dan di pihak lain bawahan dengan sikap mau menerima kepemimpinan

atasannya;

2) Penghargaan terhadap ide bawahan. Penghargaan terhadap ide bawahan dari seorang

pemimpin dalam sebuah lembaga atau instansi akan dapat memberikan nuansa

tersendiri bagi para bawahannya. Seorang bawahan akan selalu menciptakan ide- ide

yang positif demi pencapaian tujuan organisasi pada lembaga atau instansi dia

bekerja;

3) Memperhitungkan perasaan para bawahan. Dari sini dapat dipahami bahwa perhatian

pada manusia merupakan visi manajerial yang berdasarkan pada aspek kemanusiaan

dari perilaku seorang pemimpin;

4) Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan. Hubungan antara individu dan

kelompok akan menciptakan harapan-harapan bagi perilaku individu. Dari harapan-

harapan ini akan menghasilkan peranan-peranan tertentu yang harus dimainkan.

Sebagian orang harus memerankan sebagai pemimpin sementara yang lainnya

memainkan peranan sebagai bawahan. Dalam hubungan tugas keseharian seorang

pemimpin harus memperhatikan pada kenyamanankerja bagi para bawahannya;

15 | P a g e
5) Perhatian pada kesejahteraan bawahan. Seorang pemimpin dalam fungsi

kepemimpinan pada dasarnya akan selalu berkaitan dengan dua hal penting yaitu

hubungan dengan bawahan dan hubungan yang berkaitan dengan tugas. Perhatian

adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin bertindak dengan menggunakan cara

yang sopan dan mendukung, memperlihatkan perhatian segi kesejahteraan mereka.

Misalkan berbuat baik terhadap bawahan, berkonsultasi dengan bawahan atau pada

bawahan dan memperhatikan dengan cara memperjuangkan kepentingan bawahan.

Konsiderasi sebagai perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan

seringkali ditandai dengan perilaku pemimpin yang cenderung memperjuangkan

kepentingan bawahan, memperhatikan kesejahteraan diantaranya dengan cara

memberikan gaji tepat pada waktunya, memberikan tunjangan, serta memberikan

fasilitas yang sebaik mungkin bagi para bawahannya;

6) Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para. Bawahan dalam menyelesaikan tugas-

tugas yang dipercayakan padanya : Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin

memang harus senantiasa memperhitungkan faktor-faktor apa saja yang dapat

menimbulkan kepuasan kerja para bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya,

dengan demikian hubungan yang harmonis antara pemimpin dan bawahan akan

tercapai; dan

7) Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan professional. Pemimpin dalam

berhubungan dengan bawahan yang diandalkan oleh bawahan adalah sikap dari

pemimpin yang mengakui status yang disandang bawahan secara tepat dan

professional. Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pengakuan atas status

para bawahan secara tepat dan professional yang melekat pada seorang pemimpin

16 | P a g e
menyangkut sejauh mana para bawahan dapat menerima danmengakui kekuasaannya

dalam menjalankan kepemimpinan.

Dari uraian definisi di atas dapat dijelaskan bahwa indicator Kompetensi adalah

1) Iklim saling mempercayai; 2) Penghargaan terhadap ide bawahan; 3)

Memperhitungkan perasaan para bawahan; 4) Perhatian pada kenyamanan kerja bagi

para bawahan; 5) Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya; dan 6) Pengakuan atas status

para bawahan secara tepat dan profesional.

17 | P a g e
BAB III

PEMBAHASAN

DESKRIPSI HASIL WAWANCARA

Sehubungan dengan penjabaran konsep Sondang P.Siagian (1989: 18) mengatakan

bahwa tipe kepemimpinan yang tepat bagi seorang pemimpin adalah tipe yang

demokratik dengan karakteristik sebagai berikut :

- Kemampuan pemimpin mengintegrasikan organisasi pada peranan dan porsi yang

tepat.

- Mempunyai persepsi yang holistic

- Menggunakan pendekatan yang integralistik

- Organisasi secara keseluruhan

- Menjunjung tinggi harkat dan martabat bawahan

- Bawahan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

- Terbuka terhadap ide, pandangan dan saran bawahannya.

- Teladan

- Bersifat rasional dan obyektif

- Memelihara kondisi kerja yang kondusif, inovatif, dan kreatif.

Dari karakteristik yang diterapkan oleh Lurah Antang sesuai dengan karakteristik

yang disampaikan konsep diatas. Indikator diatas akan diajabarkan melalui beberapa

klasifikasi sebagai berikut :

18 | P a g e
1. Hubungan dengan bawahan

Hubungan pemimpin dan bawahan adalah interaksi antara atasan dan bawahannya

yang dapat menciptakan lingkungan yang dapat memotivasi dan menahan karyawan

agar tetap dalam organisasi itu (Stum; 2001). Dalam sebuah organisasi, setiap orang

akan terlibat di dalamnya ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal

tersebut melibatkan baik pimpinan maupun para staf, agar semua pekerjaan dapat

terlaksana dengan lancar dan harmonis untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati

dan ditetapkan, maka unsur kerjasama harus senantiasa tercipta dengan baik.

Lurah antang dalam menjalankan tugas membangun suasana kerja yang harmonis

dan dalam budaya organisasi yang dipimpin tetap mengikuti SOP yang telah ada

meskipun dalam metode memimpinnya pak Toni lebih fleksibel hal ini didasarkan agar

bawahan tidak tertekan dalam bekerja.

Menurut staf-staf Lurah Kelurahan Antang menyukai gaya kepemimpinan Khusnul

Fathoni karena lebih dapat menciptakan suasana santai, harmonis dan kekeluargaan

kepada para staf-staf di Kelurahan Antang kendati masih memiliki umur yang muda

namun tipe orang yang professional dengan menyesuaikan diri sebagai pimpinan di

kelurahan dan bersikap santun dengan staf di kelurahan saat tidak bertugas (luar kantor).

Lurah Antang disukai oleh staf-stafnya yang sudah lebih lama bekerja di kantor karena

lebih mempercayakan kepada stafnya untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas-

tugasnya dan mengandalkan kemampuan yang dimiliki para staf namun tetap memberi

pengawasan dan juga kordinasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan kini

maupun nanti.

19 | P a g e
“iye kalau berbicara kepemimpinannya pak toni ini demokratisji, biasanya
kalo sama kita sebagai staf dia selalu ajak kita bercanda, berikan kita semangat
sebagai motivasi kerja, apalagi untuk bangun hubungan harmonis bapak biasanya
lakukan refreshing diluar kantor untuk bangun semngat kerja sama suasana
kekeluargaan, jadi kita juga stafnya tidak merasa tertekan dan bahagia. Biarki
muda tapi karna ini bicara kerjaan selala profesional tapi tetap santun, biasanya
disampaikan kalo ada kerjaan dengan kata minta tolong mungkin ya karena kita
tidak hanya dianggap bawahan tapi seperti keluarga saling menghargai”
Wawancara dengan staf kelurahan Antang

Mengenai pemberian system reward dan punishment, bahwa lurah Antang belum

pernah memberikan Punishment karena sudah cukup puas dengan kinerja bawahannya,

dan reward yang diberikan adalah berupa bentuk apresiasi dan pemberian motivasi-

motivasi kepada bawahan. Khusnul Fathoni sebagai lurah kelurahan parangloe sering

mengadakan evaluasi kinerja kerja bawahan walaupun bawahan tersebut telah

mengerjakan tugasnya ssuai SOP, dan standar evaluasi adalah berdasarkan oleh Standar

Operasional Prosedur kelurahan Parangloe, apakah staf-staf telah menjalankan tugasnya

sesuai dengan ketentuan SOP atau tidak, evaluasi tiap bulan dilakukan dan juga rapat

kordinasi dengan para staf lebih rutin dilakukan.

2. Proses Pengambilan Keputusan

Khusnul Fathoni sebagai lurah kelurahan parangloe sering mengadakan evaluasi

kinerja kerja bawahan walaupun bawahan tersebut telah mengerjakan tugasnya ssuai

SOP, dan standar evaluasi adalah berdasarkan oleh Standar Operasional Prosedur

kelurahan Parangloe, apakah staf-staf telah menjalankan tugasnya sesuai dengan

ketentuan SOP atau tidak, evaluasi tiap bulan dilakukan dan juga rapat kordinasi dengan

para staf lebih rutin dilakukan.

20 | P a g e
Dalam prosesnya pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau

keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur

tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan

keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai

tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan. Keputusan biasanya terbagi menjadi dua jenis

yaitu keputusan pribadi dan keputusan bersama. Keputusan pribadi merupakan

keputusan yang diambil untuk kepentingan diri sendiri dan dilakukan secara perorangan.

Keputusan bersama merupakan keputusan yang diambil bedasarkan kesepakatan

bersama dan untuk kepentingan bersama. Keputusan bersama tidak boleh

menguntungkan satu pihak dengan merugikan pihak lain.

Hal yang dilakukan sebagai lurah dalam melakukan pengambilan keputusan adalah

terlebih dahulu melakukan evaluasi kondisi dan kemudian melakukan musyawarah

ufakat terkait masalah yang dihadapi. Hal ini menunjukkan gaya kepemimpinan

demokratik.

“Biasanya kalo persoalan pengambilan keputusan, saya selalu melibatkan staf untuk
analisis kondisi, biasanya itu yang paling banyak masalah itu soal kasus tanah. Nah kalo
ada begitu, kita lakukan musyawarah untuk mufakat karena sebagai orang yang
dipercayakan di kelurahan antang tentunya kita harus bersama sama memikirkan
permasalahan itu” wawancara dengan pak lurah, 24 mei 2019.

3. Kesesuaian pekerjaaan dengan kualifikasi akademik dan pengalaman

Lurah kelurahan Antang, Khusnul Fathoni merupakan salah satu alumni STPDN

Jatinangor Angkatan 21 (2010) berumur 28 tahun dan berasal dari Bulukumba Sulawesi

Selatan dengan latar belakang karir tahun 2014 menjadi pegawai negeri dan menerima

surat keputusan pengangkatan pegawai negeri 2015 dan di tempatkan di pemerintah

provinsi Sulawesi selatan di biro Hukum dan Ham setahun kemudian tetapi status

21 | P a g e
kepegawaian di kementrian dalam negri, setelah surat keputusan pengangkatan pegawai

negri kemudian di tempatkan di provinsi masing-masing dan kemudian menjadi staf di

Badan Kepegawaian Daerah Makassar selama setengah tahun, kemudian menjadi staf di

Kecamatan Panakukkang kurang lebih selama 1 tahun, setelah itu menjabat Sekertaris

Lurah di kelurahan Maricaya selama 1 tahun dan Kelurahan Karuwisi sekretaris lurah

selama kurang lebih 2 tahun selanjutnya dilantik menjadi lurah pada tanggal 14

desember 2018 atau sekitar 5 bulan telah menjabat sebagai lurah kelurahan Antang.

Seperti yang disampaikan pak tony dalam wawancara yakni :

“ Pekerjaan yang saya lakukan saya rasa menjadi pekerjaan yang sesuai dengan
minat saya karena pada dasarnya orientasi dari anak stpdn kan memang di
pemerintahan, tinggal pengembangan diri dalam menjalankan tugas” Wawancara
tgl 24-05-2019

22 | P a g e
BAB IV

TOKOH

DATA DIRI LURAH


Nama Lengkap : Khusnul Fathoni, S.STP, M.AP

Nama Panggilan : Toni

Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 24 November 1992

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Samata Residence

Status Perkawinan : Menikah

Nama istri dan anak : Iin dan khayla

Pendidikan : - SMA 10 Makassar (2007)

- Institut Pemerintahan Dalam Negeri (2010)


- Lembaga Administrasi Negara (Magister Administrasi Publik)

Riwayat Pekerjaan : - Biro Hukum dan HAM pemerintah provinsi Sulawesi selatan

- Staf di Badan Kepegawaian Daerah Kota Makassar


- Staf di Kecamatan Makassar
- Staf di Kelurahan Maricaya
- Staf di Kecamatan Panakukkang
- Sekretaris Lurah di Kelurahan Karwisi
- Lurah Antang (Desember 2018)

23 | P a g e
BAB V

DOKUMENTASI

Wawancara dengan Lurah Antang


( Pak Tony)

Wawancara dengan Staf Kelurahan

(Ibu Asmirah dan Ibu Aisyah)

24 | P a g e
BAB VI

PENUTUP

Secara garis besar, berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya disimpulkan

bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan Bapak Toni selaku Lurah antang lebih

mendekati pada gaya kepemimpinan demoratis. Sesuai dengan Indikator karakteristik yang

dijabarkan pada konsep Siagian. Bagaimana kemudian menghadapi bawahan, bagaimana

bersikap, Kesesuaian bidang dan pengalaman yang telah dikembangkan, proses

pengambilan keputusan yang melibatkan bawahan. Tentunya dalam kepemimpinan tidak

mudah menerapkan itu semua, tapi cenderung Lurah Antang ini mendekati gaya tersebut.

25 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Siagian P. Sondang. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Thoha, Miftah.2007.Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada.

Salusu, J.1996. Pengambilan Keputusan Stratejik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Internet

Mar’at, Pemimpin dan kepemimpinan, Bandung : Ghalia Indonesia, Bandung, 1980

http://www.shnews.co/kolom/periskop/detile-6-kepemimpinan-yang-memberi
motivasi.html

http://www.academia.edu/1819433/Akarakar_Kepemimpinan_dan_Bagaimana_Menumbuh
kannya,

Artikel

Bass B.M dan Avolio, B.J.1993.Transformational Leadership dan Organizational

Culture. Public Administration Queterly, 17(1):112-117.

26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai