RESOURCE MANAGEMENT
CHAPTER 2
Latar Belakang
Sebuah perusahaan keluarga dari jerman yang menjalankan bisnis karbon baja
telah berekspansi ke Hong Kong. Perusahaan itu membeli sebuah perusahaan
tradisional cina yang kecil dan memutuskan untuk mengikuti struktur yang
sukses dan akan mereka kembangkan di perusahaannya. Struktur ini dipimpin
oleh 3 orang manager yang secara rata membagi tanggung jawab aktivitas bisnis
perusahaan.
KONSEKUENSI ATAS KEPUTUSAN MANAGER
1) Para karyawan cina dipimpin oleh orang yang belum pernah mereka lihat
sebelumnya dan yang tidak ahli dibidangnya. Banyak kesalahpahaman yang
muncul, beberapa kesalahpahaman sangat merugikan bagi perusahaan
2) Para karyawan Eropa hanya peduli pada tugas yang dibebankan kepada
karyawan china, mereka tidak peduli degan kewajiban yang lain terhadap
karyawan china, seperti menjaga hubungan dengan pemerintah lokal, bank,
dan lain – lain
3) Pada akhirnya, karyawan cina menjadi frustasi dan siap untuk meninggalkan
perusahaan
RUMUSAN MASALAH
1) Hubungkan situasi yag dijelaskan dengan salah satu dimensi budaya yang
diidentifikasi oleh Hoftstede. Bagaiamana kamu menjelaskannya?
2) Bagaimana jika situasi ini dibandingkan dengan situasi yang serupa yang ada
di negara anda? Apa batasan – batasan dari penjelasan budaya?
KASUS INI BERHUBUNGAN DENGAN
SALAH SATU DIMENSI BUDAYA YANG
DIIDENTIFIKASI OLEH HOFTSEDE,
YAITU POWER DISTANCE.
1) merupakan dimensi budaya yang menunjukkan adanya ketidaksejajaran
(inequality) dari anggota yang tidak mempunyai kekuatan dalam suatu institusi
(keluarga, sekolah, dan masyarakat) atau organisasi (tempat bekerja).
Perbedaan kekuasaan ini berbeda-beda tergantung dari tingkatan sosial, tingkat
pendidikan, dan jabatan. Pada kasus ini Eropa memiliki power distance yang
tinggi, sedangkan China memiliki power distance yang rendah. Sehingga
kebijakan tersebut tidak bisa diterapkan pada budaya karyawan China. Pada
karyawan China mengganggap bahwa dirinya lebih superior dibandingkan
dengan yang lain karena status sosial, gender, ras, umur, pendidikan, kelahiran,
pencapaian, latar belakang atau faktor lainnya merupakan bentuk power
distance yang tinggi. Pada negara yang memiliki power distance yang tinggi,
masyarakat menerima hubungan kekuasaan yang lebih autokratik dan
patrenalistik. Sementara itu budaya dengan power distance yang rendah
cenderung untuk melihat persamaan di antara orang dan lebih fokus kepada
status yang dicapai daripada yang disandang oleh seseorang.
LANJUTAN…
Hal ini tercermin pada kasus 2.1, dimana para karyawan Eropa hanya
memedulikan pekerjaan karyawan china dan tidak memperhatikan tanggung jawab
mereka yang lain. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa The important difference
between societies that differ with respect to the Power Distance Index is in how power
inequality is dealt with, namun kemudian, menurut kami hal ini tidak tercermin
pada kasus 2.1 karena pada akhirnya mereka merubah kembali model management
yang mereka gunakan.
PERBANDINGAN SITUASI BUDAYA YANG ADA DENGAN INDONESIA
Jika kasus ini dibandingkan dengan yang ada di Indonesia, tentu saja hal ini
mempunyai banyak kemiripan. Karena status social di Indoneisa menurut
kelompok kami itu masih memiliki jarak yang sangat signifikan. Bahwa orang yang
tidak memiliki kekuasaan cenderung bergantung kepada orang yang memiliki
kekuasaan. Hubungan mereka memiliki jarak yang cukup lebar dan hirarkhis
namun dianggap sesuatu yang normal. Setiap kelompok, baik yang tidak memiliki
kekuasaan maupun yang berkuasa, menyadari bahwa kedudukan masing-masing
berbeda sehingga seolah-olah peran mereka juga berbeda. Kekuasaan hanya milik
orang tertentu yang memiliki kedudukan sehingga distribusinya kepada orang yang
tidak berkuasa sangat bergantung kepada kemurahan hati para penguasa.
CASE 2.2: LONG-TERM DEVELOPMENT PLANS OF
A GERMAN MULTINATIONAL IN THE USA
LATAR BELAKANG
Femininity
Masculinity
CASE 2.3: FEMALE CAREERS IN VARIOUS ENVIRONMENTS
A. Latar Belakang
Elisabeth Harstad dipekerjakan sebagai pelatih pada manajemen risiko konsultasi DNV
Norwegia, dia menyadari bahwa menjadi seorang wanita adalah sebuah penghalang.
Perusahaan memiliki masalah mencarikan pekerjaan untuk Elisabeth di perusahaan
asing: "Saya ingin pergi ke London, Houston, atau Singapura Dan akhirnya saya
biska berhasil mendapatkan tugas internasional dari Oslo ke Kopenhagen." Itu terjadi
pada tahun 1980-an. Namun, Harstad tidak menyerah dan dia terus mengejar
karirnya secara intensif. Hari ini dia adalah seorang manajer penelitian dan inovasi
Unit di DNV - dan sejak 2006 dia adalah seorang anggota dewan direksi dari
perusahaan kimia Norwegia besar Yara. Ketika anggota baru dewan direksi terpilih,
itu adalah sebuah keuntungan bagi Elisabeth untuk menjadi seorang karyawan wanita
pertama. Dan pada akhirnya sejak tahun 2008, perusahaan Norwegia diwajibkan oleh
hukum untuk memiliki 40 persen anggota perempuan dari direksi. Dengan demikian,
Elizabeth adalah bagian dari sebuah percobaan dan perubahan, dan sekarang politik
mendukung proses ini di Norwegia.
B. RUMUSAN MASALAH
Hubungkan situasi di Norwegia untuk salah satu dimensi budaya yang diidentifikasi
oleh Hofstede. Bagaimana Anda bisa menjelaskannya?
Apakah aturan manajer perempuan dapat diterapkan di negara-negara lain juga?
Apa keuntungan dan kerugiannya?
KASUS INI BERHUBUNGAN DENGAN SALAH SATU
DIMENSI BUDAYA YANG DIIDENTIFIKASI OLEH
HOFTSEDE, YAITU MASKULINITAS DAN
FEMININITAS.
Dalam hal ini istilah masculinity seperti dikatakan oleh Hofstede berkaitan dengan pola
pikir masyarakat yang membedakan secara tegas peran jender dimana kaum pria
diharapkan harus lebih berambisi, suka bersaing, dan berani menyatakan pendapatnya,
serta cenderung berusaha mencapai keberhasilan material. sementara kaum wanita
diharapkan untuk lebih memperhatikan kualitas kehidupan dibandingkan dengan
keberhasilan materialitas, (memberi perhatian pada anak-anak dan keluarga serta lebih
peduli). Sementara itu yang dimaksud dengan femininity adalah pola pikir masyarakat yang
tidak secara tegas membedakan peran masing-masing jender dimana baik pria maupun
wanita dituntut kompetitif namun di saat yang sama juga diharapkan kooperatif. Seperti
pada kasus 2.3 dimana Elisabeth berhasil mendapatkan pekerjaan dengan jabatannya
sebagai manajer penelitian dan inovasi Unit di DNV, dan pada akhirnya Elisabeth
merupakan anggota dewan direksi dari perusahaan kimia Norwegia besar Yara. Yaitu
sebagai wanita pertama, sekaligus menjadi sebuah percobaan sehingga membuat
perubahan bahwa perusahaan Norwegia diwajibkan oleh hukum untuk memiliki 40 persen
anggota perempuan dari direksi.
2. MANAJER PEREMPUAN? ATAU LAKI – LAKI?
Menurut Gillian O'Mara, General Manager dari Steps Leadership Program. Kaum
perempuan itu lebih ambisius, ulet, jahil, penuh warna dan imajinatif. Mereka
memang lebih percaya diri, kompetitif, visionari dan memiliki kharisma kuat
dengan keberadaan mereka. Namun, menurut studi tersebut, walaupun
pemimpin perempuan dikatakan lebih baik, namun jika menyangkut masalah
memberi perintah, mengontrol operasional dan administrasi finansial, laki-laki
masih memegang keunggulan. Hasil studi tersebut menemukan juga bahwa laki-
laki lebih fokus dan konsentrasi dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Laki-
laki cenderung lebih unggul dan rela mengorbankan hubungan sosial yang
sedang dijalaninya.
IHRM ACTION CASE 2.4
MEETING ON A FRIDAY IN
KENYA
LATAR BELAKANG
Pembayaran
Perusahaan belum selesai, Terjadi banyak
bangunan Pihak
pihak sekali
mengerjakan konstruksi
konstruksi gangguan dan
meminta
proyek rute melakukan tidak
pertemuan
baru di Kenya pertemuan mendapatkan
dilakukan
yang dibiayai dengan pihak titik temu di
kembali pada
oleh pemerintah dalam
hari Selasa.
pada hari pertemuan.
Pemerintah.
Juma’at`
RUMUSAN MASALAH