Pertanyaan
Jawab :
1. Hambatan Visi (Vision Barrier) Dalam praktik, tidak banyak orang dalam
organisasi yang memahami atau mengerti visi dan strategi dari organisasi mereka.
Berdasarkan survei, hanya sekitar 5% dari karyawan yang memahami visi dan strategi
organisasi.
2. Hambatan Orang (People Barrier) Banyak orang dalam organisasi memiliki tujuan
yang tidak terkait dengan strategi organisasi. Berdasarkan survei, hanya sekitar 25% dari
manajer yang memiliki insentif terkait dengan strategi perusahaan mereka. Artinya,
organisasi tidak menghubungkan pencapaian kinerja dengan sistem reward dan punishment.
Akibatnya, karyawan tidak memiliki motivasi yang memadai untuk meningkatkan kinerja.
Hambatan lain yang sebenarnya lebih dominan adalah kegagalan dalam menyusun
peta strategi. Kaplan dan Norton (2001, hal. 65) menyatakan bahwa strategi tidak dapat
dijalankan jika tidak dapat dipahami, tetapi strategi juga tidak bisa dipahami bila tidak
digambarkan. Bila suatu organisasi tidak terlalu kompleks maka cukup satu peta strategi bisa
mencerminkan seluruh aktivitas penciptaan nilai berdasarkan empat perspektif. Tetapi bila
organisasi tersebut mempunyai banyak unit bisnis dengan fungsi dan hubungan lintas unit
yang sangat kompleks maka diperlukan tema strategi untuk tingkat korporat..
Apa yang dimaksud dengan Balances Scoredcard sebagai sistem pengukuran kinerja
yang terintegrasi?
Jawab :
Jelaskan apa saja hambatan perusahaan ketika menerapkan balanced scorecard sebagi
stategi dalam aktivitas perusahaan dan bagaimana cara mengatasinya?
Jawab :
Beberapa hambatan implementasi Balanced Score Card ialah
1. Hambatan Visi (Vision Barrier) Dalam praktik, tidak banyak orang dalam
organisasi yang memahami atau mengerti visi dan strategi dari organisasi mereka.
Berdasarkan survei, hanya sekitar 5% dari karyawan yang memahami visi dan strategi
organisasi.
2. Hambatan Orang (People Barrier) Banyak orang dalam organisasi memiliki tujuan
yang tidak terkait dengan strategi organisasi. Berdasarkan survei, hanya sekitar 25% dari
manajer yang memiliki insentif terkait dengan strategi perusahaan mereka. Artinya,
organisasi tidak menghubungkan pencapaian kinerja dengan sistem reward dan punishment.
Akibatnya, karyawan tidak memiliki motivasi yang memadai untuk meningkatkan kinerja.
Hambatan lain yang sebenarnya lebih dominan adalah kegagalan dalam menyusun
peta strategi. Kaplan dan Norton (2001, hal. 65) menyatakan bahwa strategi tidak dapat
dijalankan jika tidak dapat dipahami, tetapi strategi juga tidak bisa dipahami bila tidak
digambarkan. Bila suatu organisasi tidak terlalu kompleks maka cukup satu peta strategi bisa
mencerminkan seluruh aktivitas penciptaan nilai berdasarkan empat perspektif. Tetapi bila
organisasi tersebut mempunyai banyak unit bisnis dengan fungsi dan hubungan lintas unit
yang sangat kompleks maka diperlukan tema strategi untuk tingkat korporat.
Jawab :
Kinerja adalah multidimensional (artinya adalah bahwa banyak macam/jenis perilaku yang
berbeda-beda yang mempunyai kapasitas untuk mendorong atau menghambat dalam
pencapaian tujuan organisasi). Kontribusi terhadap efektifitas dari orang lain didalam unit
kerja dapat diukur dengan menggunakan sebuah skala yang mencakup ukuran-ukuran yang
menunjukkan berbagai taraf/level kompetensi. Contohnya, ukuran-ukuran yang diistilahkan
sebagai “sangat baik”, “baik”, “sedang”, “kurang baik”, “tidak baik/ditolak”
Balanced scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja perusahaan mempunyai beberapa
kelemahan menurut Anthony dan Govindarajan (2005:180) adalah sebagai berikut :
1. Korelasi yang buruk antara ukuran perspektif non-finansial dan hasilnya. Tidak ada
jaminan bahwa keuntungan masa depan akan mengikuti pencapaian target dalam perspektif
non-finansial. Mungkin ini adalah masalah terbersar dalam Balanced scorecard karena
terdapat asumsi bahwa keuntungan masa depan tidak mengikuti atau berkaitan dengan
pencapaian tujuan non-finansial.
2. Terpaku pada hasil keuangan (fixation on financial result) Manajer adalah yang paling
bertanggung jawab terhadap kinerja keuangan. Hal ini menyebabkan manajer lebih peduli
terhadap aspek finansial dibandingkan aspek lainnya.
3. Tidak ada mekanisme perbaikan (no mechnism for improvement) Banyak perusahaan
dalam memperbesar tujuan mereka tidak memiliki alat untuk meningkatkannya. Ini adalah
salah satu kelemahan Balanced scorecard. Tanpa metode untuk peningkatan, peningkatan
tidak disukai untuk terjadi meskipun sebaik apapun tujuan baru tersebut.
4. Ukuran-ukuran tidak diperbaharui (measures are not up to date) Banyak perusahaan tidak
memiliki mekanisme formal untuk meng-update ukuran untuk mencocokkan dengan
perubahan strategi. Hasilnya perubahan masih menggunakan ukuran yang berbasis strategis
lama.
5. Terlalu banyak pengukuran (measurement overload) Tidak ada jawaban untuk pertanyaan
seberapa kritis ukuran yang seseorang manajer dapat ukur pada saat bersamaan tanpa
kehilangan fokus. Jika terlalu sedikit manajer akan mengabaikan ukuran yang sangat penting
dalam mencapai sukses. Bila terlalu banyak, akan menimbulkan resiko manajer bisa
kehilangan fokus dan mencoba untuk melakukan terlalu banyak hal dalam waktu bersamaan.
Jawab:
Penerapan balance scorecard berarti mengukur kinerja tidak hanya dari ukuran-ukuran
keuangan semata, melainkan juga diberikan ukuran-ukuran non keuangan, yaitu ukuran dari
segi pelanggan, proses bisnis internal, serta inovasi dan pertumbuhan. Ukuran-ukuran yang
dipilih sudah tentu berbeda untuk setiap perusahaan, dan hal itu tergantung dari visi, misi,
dan strategi perusahaan serta jenis industri perusahaan tersebut. Ukuran-ukuran keuangan
yang lazim digunakan adalah ukuran-ukuran yang berorientasi pada pemegang saham. Oleh
karenanya di samping ukuran-ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba (seperti ROE, ROI, dan sebagainya) juga dilakukan ukuranukuran atas
nilai perusahaan yang dapat ditunjukan dengan EVA (Economic Value Added), dan
sebagainya
Apa kelemahan yang belum dapat di pecahkan dalam balanced scorecard? dan apa
keunggulan balanced score card dibanding metode penilaian kinerja lainnya?
Jawab :
1. Korelasi yang buruk antara ukuran perspektif non-finansial dan hasilnya. Tidak ada
jaminan bahwa keuntungan masa depan akan mengikuti pencapaian target dalam perspektif
non-finansial. Mungkin ini adalah masalah terbersar dalam Balanced scorecard karena
terdapat asumsi bahwa keuntungan masa depan tidak mengikuti atau berkaitan dengan
pencapaian tujuan non-finansial.
2. Terpaku pada hasil keuangan (fixation on financial result) Manajer adalah yang paling
bertanggung jawab terhadap kinerja keuangan. Hal ini menyebabkan manajer lebih peduli
terhadap aspek finansial dibandingkan aspek lainnya.
3. Tidak ada mekanisme perbaikan (no mechnism for improvement) Banyak perusahaan
dalam memperbesar tujuan mereka tidak memiliki alat untuk meningkatkannya. Ini adalah
salah satu kelemahan Balanced scorecard. Tanpa metode untuk peningkatan, peningkatan
tidak disukai untuk terjadi meskipun sebaik apapun tujuan baru tersebut.
4. Ukuran-ukuran tidak diperbaharui (measures are not up to date) Banyak perusahaan tidak
memiliki mekanisme formal untuk meng-update ukuran untuk mencocokkan dengan
perubahan strategi. Hasilnya perubahan masih menggunakan ukuran yang berbasis strategis
lama.
5. Terlalu banyak pengukuran (measurement overload) Tidak ada jawaban untuk pertanyaan
seberapa kritis ukuran yang seseorang manajer dapat ukur pada saat bersamaan tanpa
kehilangan fokus. Jika terlalu sedikit manajer akan mengabaikan ukuran yang sangat penting
dalam mencapai sukses. Bila terlalu banyak, akan menimbulkan resiko manajer bisa
kehilangan fokus dan mencoba untuk melakukan terlalu banyak hal dalam waktu bersamaan.
1. Komprehensif
Balanced scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategik, yaitu
dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan, meluas ketiga perspektif
yang lain seperti pelanggan, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan
perspektif rencana strategik ke perspektif non keuangan tersebut menghasilkan manfaat, yaitu
menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berkesinambungan serta
memampukan organisasi untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks. Strategi-strategi
yang ditetapkan ke dalam tiap perspektif memperluas lingkup bisnis perusahaan dalam
mencapai misi dan visi perusahaan. Kekomprehensifan atas sasaran strategis ini adalah
respon yang tepat bagi perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks.
2. Koheren
Balanced scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab-akibat (causal
relationship ) di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan
strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus
mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kekoherenan antara strategi dan sasarannya di berbagai perspektif akan mampu
memperbaiki kinerja keuangan yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang berada atau
yang akan memasuki iklim bisnis yang turbulen.
3. Seimbang
Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting
untuk menghasilkan kinerja keuangan berkesinambungan.
4. Terukur
Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik menjanjikan
ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Balanced
scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang sulit untuk diukur
Jawab :
- dari segi presentasi baik dari design atau cara mempresentasikan sudah baik dan jelas
- dari segi audio perbedaan dari tiap tiap si presentator kurang terdengar baik
Presentator saat menjelaskan bagus, tapi untuk PPT terlalu banyak isi materi dan tulisannya
kecil.
Dalam penyampaian sudah bagus, materinya dapat dimengerti dan kualitas video juga bagus.
Di contoh kasus yg kelompok kalian berikan hanya mencantumkan rumus dan uraian
hasilnya tetapi proses perhitungan serta data dari kasus koperasi karyawan tirta mahakam
2014 tidak ditampilkan di powerpoint dan makalah. Akan lebih baik jika kasus yg kalian
berikan disertai data yg lengkap tahun 2020 serta perhitungan yg rinci agar kami dapat lebih
memahami sistem balanced score card yg diterapkan perusahaan.