Anda di halaman 1dari 9

1.

Erin Ariani Br Surbakti (1805151035)

2. Fiandryan Ronnydo Damanik (1805151050)

3. Natasha Lubis (1805151044)

4. Siska Elfrida Sipahutar (1805151028)

Daftar Pertanyaan/Tanggapan/Saran Mengenai “Penilaian Kinerja dengan Balance


Scorecard”

Pertanyaan

Rabiatul Adhawiyah Harahap (Kelompok 2)

Apa hambatan perusahaan ketika menerapkan balance scoraced?

Jawab :

Beberapa hambatan implementasi Balanced Score Card ialah:

1. Hambatan Visi (Vision Barrier) Dalam praktik, tidak banyak orang dalam
organisasi yang memahami atau mengerti visi dan strategi dari organisasi mereka.
Berdasarkan survei, hanya sekitar 5% dari karyawan yang memahami visi dan strategi
organisasi.

2. Hambatan Orang (People Barrier) Banyak orang dalam organisasi memiliki tujuan
yang tidak terkait dengan strategi organisasi. Berdasarkan survei, hanya sekitar 25% dari
manajer yang memiliki insentif terkait dengan strategi perusahaan mereka. Artinya,
organisasi tidak menghubungkan pencapaian kinerja dengan sistem reward dan punishment.
Akibatnya, karyawan tidak memiliki motivasi yang memadai untuk meningkatkan kinerja.

3. Hambatan Sumberdaya (Resource Barrier) Sumberdaya waktu, energi, dan uang


organisasi tidak dialokasikan pada hal-hal yang penting dan strategis bagi organisasi. Sebagai
misal, anggaran tidak dikaitkan dengan strategi organisasi sehingga menghasilkan
pemborosan sumberdaya. Berdasarkan survei, sekitar 60% dari organisasi tidak mengaitkan
anggaran kepada strategi perusahaan

4. Hambatan Manajemen (Management Barrier) Hambatan juga berasal dari


manajemen itu sendiri karena terlalu sedikit menhabiskan waktu untuk membahas strategi
organisasi dan terlalu banyak menghabiskan waktu pada pembuatan keputusan yang sifatnya
taktis jangka pendek. Berdasarkan survei, sekitar 86% dari tim eksekutif menghabiskan
waktu kurang dari 1 (satu) jam per bulan untuk mendiskusikan strategi organisasi.

Hambatan lain yang sebenarnya lebih dominan adalah kegagalan dalam menyusun
peta strategi. Kaplan dan Norton (2001, hal. 65) menyatakan bahwa strategi tidak dapat
dijalankan jika tidak dapat dipahami, tetapi strategi juga tidak bisa dipahami bila tidak
digambarkan. Bila suatu organisasi tidak terlalu kompleks maka cukup satu peta strategi bisa
mencerminkan seluruh aktivitas penciptaan nilai berdasarkan empat perspektif. Tetapi bila
organisasi tersebut mempunyai banyak unit bisnis dengan fungsi dan hubungan lintas unit
yang sangat kompleks maka diperlukan tema strategi untuk tingkat korporat..

Nelly Br Manurung (Kelompok 3)

Apa yang dimaksud dengan Balances Scoredcard sebagai sistem pengukuran kinerja
yang terintegrasi?

Jawab :

Balanced Scorecard (BSC) adalah metode manajemen kinerja terintegrasi yang


menghubungkan berbagai tujuan dan ukuran kinerja dan strategi organisasi. Balanced
scorecard menerjemahkan misi dan strategi organisasi dalam tujuan operasional serta ukuran
kinerja dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif
proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Nugrahayu, 2015)

Dewi Amelia Amanda (Kelompok 3)

Jelaskan apa saja hambatan perusahaan ketika menerapkan balanced scorecard sebagi
stategi dalam aktivitas perusahaan dan bagaimana cara mengatasinya?

Jawab :
Beberapa hambatan implementasi Balanced Score Card ialah

1. Hambatan Visi (Vision Barrier) Dalam praktik, tidak banyak orang dalam
organisasi yang memahami atau mengerti visi dan strategi dari organisasi mereka.
Berdasarkan survei, hanya sekitar 5% dari karyawan yang memahami visi dan strategi
organisasi.

2. Hambatan Orang (People Barrier) Banyak orang dalam organisasi memiliki tujuan
yang tidak terkait dengan strategi organisasi. Berdasarkan survei, hanya sekitar 25% dari
manajer yang memiliki insentif terkait dengan strategi perusahaan mereka. Artinya,
organisasi tidak menghubungkan pencapaian kinerja dengan sistem reward dan punishment.
Akibatnya, karyawan tidak memiliki motivasi yang memadai untuk meningkatkan kinerja.

3. Hambatan Sumberdaya (Resource Barrier) Sumberdaya waktu, energi, dan uang


organisasi tidak dialokasikan pada hal-hal yang penting dan strategis bagi organisasi. Sebagai
misal, anggaran tidak dikaitkan dengan strategi organisasi sehingga menghasilkan
pemborosan sumberdaya. Berdasarkan survei, sekitar 60% dari organisasi tidak mengaitkan
anggaran kepada strategi perusahaan

4. Hambatan Manajemen (Management Barrier) Hambatan juga berasal dari


manajemen itu sendiri karena terlalu sedikit menhabiskan waktu untuk membahas strategi
organisasi dan terlalu banyak menghabiskan waktu pada pembuatan keputusan yang sifatnya
taktis jangka pendek. Berdasarkan survei, sekitar 86% dari tim eksekutif menghabiskan
waktu kurang dari 1 (satu) jam per bulan untuk mendiskusikan strategi organisasi.

Hambatan lain yang sebenarnya lebih dominan adalah kegagalan dalam menyusun
peta strategi. Kaplan dan Norton (2001, hal. 65) menyatakan bahwa strategi tidak dapat
dijalankan jika tidak dapat dipahami, tetapi strategi juga tidak bisa dipahami bila tidak
digambarkan. Bila suatu organisasi tidak terlalu kompleks maka cukup satu peta strategi bisa
mencerminkan seluruh aktivitas penciptaan nilai berdasarkan empat perspektif. Tetapi bila
organisasi tersebut mempunyai banyak unit bisnis dengan fungsi dan hubungan lintas unit
yang sangat kompleks maka diperlukan tema strategi untuk tingkat korporat.

Cara Perusahaan untuk mengatasi hambatan tersebut


adalah dengan mengukur sistem pengukuran kinerja (SPK) dengan model Balance Scorecard
yakni meliputi; menganalisis visi, misi, dan tujuan perusahaan, lalu menentukan sasaran
strategis masing-masing perspektif (finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan proses
belajar dan pertumbuhan) berdasarkan hasil analisa tujuan perusahaan, menentukan Key
Performance Indicator (KPI) dari sasaran strategis. Dalam menentukan sasaran strategis pada
tiap perspektif dan KPI ditentukan melalui diskusi dan wawancara dengan pihak managerial
perusahaan. Setelah itu dilakukan pembobotan masing-masing persektif dan KPI yang ada
dengan menggunakan metode Analytchal Hierarchy Process (AHP) untuk memetakan
perspektif dan KPI yang ada berdasarkan tingkat kepentingan, pembobotan ini dapat
dilakukan dengan memberikan kuisioner pada general manager, selaku orang yang memiliki
wewenang terhap perusahaan. Lalu dilakakuan pengukan dengan menggunakan metode
Objective Matrix (OMAX), dan memberikan penilaian dari hasil pengukan dengan
menggunakan metode Trafict light system (TLS).

Elizabeth Yelin Melani (Kelompok 5)

Pada slide kelompok 6, menyatakan bahwa organisasi sangat membutuhkan penerapan


balance scorecard sebagai satu set ukuran kinerja yang multi dimensi. Apa dan
bagaimana contoh dari ukuran kinerja yang multi dimensi dalam hal penerapan
balance scorecard ini? Dan apa saja kelemahan balance scorecard ini dalam mengukur
kinerja suatu perusahaan?

Jawab :

Kinerja adalah multidimensional (artinya adalah bahwa banyak macam/jenis perilaku yang
berbeda-beda yang mempunyai kapasitas untuk mendorong atau menghambat dalam
pencapaian tujuan organisasi). Kontribusi terhadap efektifitas dari orang lain didalam unit
kerja dapat diukur dengan menggunakan sebuah skala yang mencakup ukuran-ukuran yang
menunjukkan berbagai taraf/level kompetensi. Contohnya, ukuran-ukuran yang diistilahkan
sebagai “sangat baik”, “baik”, “sedang”, “kurang baik”, “tidak baik/ditolak”
Balanced scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja perusahaan mempunyai beberapa
kelemahan menurut Anthony dan Govindarajan (2005:180) adalah sebagai berikut :

1. Korelasi yang buruk antara ukuran perspektif non-finansial dan hasilnya. Tidak ada
jaminan bahwa keuntungan masa depan akan mengikuti pencapaian target dalam perspektif
non-finansial. Mungkin ini adalah masalah terbersar dalam Balanced scorecard karena
terdapat asumsi bahwa keuntungan masa depan tidak mengikuti atau berkaitan dengan
pencapaian tujuan non-finansial.

2. Terpaku pada hasil keuangan (fixation on financial result) Manajer adalah yang paling
bertanggung jawab terhadap kinerja keuangan. Hal ini menyebabkan manajer lebih peduli
terhadap aspek finansial dibandingkan aspek lainnya.

3. Tidak ada mekanisme perbaikan (no mechnism for improvement) Banyak perusahaan
dalam memperbesar tujuan mereka tidak memiliki alat untuk meningkatkannya. Ini adalah
salah satu kelemahan Balanced scorecard. Tanpa metode untuk peningkatan, peningkatan
tidak disukai untuk terjadi meskipun sebaik apapun tujuan baru tersebut.

4. Ukuran-ukuran tidak diperbaharui (measures are not up to date) Banyak perusahaan tidak
memiliki mekanisme formal untuk meng-update ukuran untuk mencocokkan dengan
perubahan strategi. Hasilnya perubahan masih menggunakan ukuran yang berbasis strategis
lama.

5. Terlalu banyak pengukuran (measurement overload) Tidak ada jawaban untuk pertanyaan
seberapa kritis ukuran yang seseorang manajer dapat ukur pada saat bersamaan tanpa
kehilangan fokus. Jika terlalu sedikit manajer akan mengabaikan ukuran yang sangat penting
dalam mencapai sukses. Bila terlalu banyak, akan menimbulkan resiko manajer bisa
kehilangan fokus dan mencoba untuk melakukan terlalu banyak hal dalam waktu bersamaan.

6. Kesulitan dalam menetapkan trade-off (difficult in estabilishing trade off) Beberapa


perusahaan mengkombinasikan ukuran non-finansial dengan finansial dalam satu laporan dan
memberikan bobot pada masing-masing ukuran . Tapi Balanced scorecard tidak
menampilkan bobot yang jelas pada masing-masing ukuran. Tidak adanya bobot tersebut,
menjadi sangat sulit untuk menggabungkan aspek finansial dan non-finansial.
Tasya Maulida Sari Tampubolon (Kelompok 5)

Bagaimana pengaruh penerapan balance scorecard pada keefektifan sistem


pengukuran kinerja perusahaan?

Jawab:

Penerapan balance scorecard berarti mengukur kinerja tidak hanya dari ukuran-ukuran
keuangan semata, melainkan juga diberikan ukuran-ukuran non keuangan, yaitu ukuran dari
segi pelanggan, proses bisnis internal, serta inovasi dan pertumbuhan. Ukuran-ukuran yang
dipilih sudah tentu berbeda untuk setiap perusahaan, dan hal itu tergantung dari visi, misi,
dan strategi perusahaan serta jenis industri perusahaan tersebut. Ukuran-ukuran keuangan
yang lazim digunakan adalah ukuran-ukuran yang berorientasi pada pemegang saham. Oleh
karenanya di samping ukuran-ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba (seperti ROE, ROI, dan sebagainya) juga dilakukan ukuranukuran atas
nilai perusahaan yang dapat ditunjukan dengan EVA (Economic Value Added), dan
sebagainya

M Diaz Arasta (Kelompok 4 )

Apa kelemahan yang belum dapat di pecahkan dalam balanced scorecard? dan apa
keunggulan balanced score card dibanding metode penilaian kinerja lainnya?

Jawab :

Balanced scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja perusahaan mempunyai


beberapa kelemahan menurut Anthony dan Govindarajan (2005:180) adalah sebagai
berikut :

1. Korelasi yang buruk antara ukuran perspektif non-finansial dan hasilnya. Tidak ada
jaminan bahwa keuntungan masa depan akan mengikuti pencapaian target dalam perspektif
non-finansial. Mungkin ini adalah masalah terbersar dalam Balanced scorecard karena
terdapat asumsi bahwa keuntungan masa depan tidak mengikuti atau berkaitan dengan
pencapaian tujuan non-finansial.

2. Terpaku pada hasil keuangan (fixation on financial result) Manajer adalah yang paling
bertanggung jawab terhadap kinerja keuangan. Hal ini menyebabkan manajer lebih peduli
terhadap aspek finansial dibandingkan aspek lainnya.
3. Tidak ada mekanisme perbaikan (no mechnism for improvement) Banyak perusahaan
dalam memperbesar tujuan mereka tidak memiliki alat untuk meningkatkannya. Ini adalah
salah satu kelemahan Balanced scorecard. Tanpa metode untuk peningkatan, peningkatan
tidak disukai untuk terjadi meskipun sebaik apapun tujuan baru tersebut.

4. Ukuran-ukuran tidak diperbaharui (measures are not up to date) Banyak perusahaan tidak
memiliki mekanisme formal untuk meng-update ukuran untuk mencocokkan dengan
perubahan strategi. Hasilnya perubahan masih menggunakan ukuran yang berbasis strategis
lama.

5. Terlalu banyak pengukuran (measurement overload) Tidak ada jawaban untuk pertanyaan
seberapa kritis ukuran yang seseorang manajer dapat ukur pada saat bersamaan tanpa
kehilangan fokus. Jika terlalu sedikit manajer akan mengabaikan ukuran yang sangat penting
dalam mencapai sukses. Bila terlalu banyak, akan menimbulkan resiko manajer bisa
kehilangan fokus dan mencoba untuk melakukan terlalu banyak hal dalam waktu bersamaan.

6. Kesulitan dalam menetapkan trade-off (difficult in estabilishing trade off) Beberapa


perusahaan mengkombinasikan ukuran non-finansial dengan finansial dalam satu laporan dan
memberikan bobot pada masing-masing ukuran . Tapi Balanced scorecard tidak
menampilkan bobot yang jelas pada masing-masing ukuran. Tidak adanya bobot tersebut,
menjadi sangat sulit untuk menggabungkan aspek finansial dan non-finansial.

Keunggulan Balance Scorecard daripada pengukuran kinerja lain:

1. Komprehensif

Balanced scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategik, yaitu
dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan, meluas ketiga perspektif
yang lain seperti pelanggan, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan
perspektif rencana strategik ke perspektif non keuangan tersebut menghasilkan manfaat, yaitu
menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berkesinambungan serta
memampukan organisasi untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks. Strategi-strategi
yang ditetapkan ke dalam tiap perspektif memperluas lingkup bisnis perusahaan dalam
mencapai misi dan visi perusahaan. Kekomprehensifan atas sasaran strategis ini adalah
respon yang tepat bagi perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks.

2. Koheren
Balanced scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab-akibat (causal
relationship ) di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan
strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus
mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kekoherenan antara strategi dan sasarannya di berbagai perspektif akan mampu
memperbaiki kinerja keuangan yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang berada atau
yang akan memasuki iklim bisnis yang turbulen.

3. Seimbang

Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting
untuk menghasilkan kinerja keuangan berkesinambungan.

4. Terukur

Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik menjanjikan
ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Balanced
scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang sulit untuk diukur

Riski Pitri Nova (Kelompok 3)

Apa kesulitan yang didapatkan saat mengimplementasikan balance scorecard?

Jawab :

Kesulitan /Hambatan yang menyebabkan organisasi mengalami kegagalan dalam


mengimplementasi rencana-rencana strategis tersebut antara lain: 1) hambatan visi, dimana
tidak banyak orang dalam organisasi memahami strategi organisasi mereka 2) hambatan
orang, banyak orang dalam organisasi memiliki tujuan yang tidak terkait dengan strategi
organisasi 3) hambatan sumber daya, waktu, energi, dan uang tidak dialokasikan pada hal-hal
yang penting dalam organisasi 4) hambatan manajemen, manajemen menghabiskan terlalu
sedikit waktu untuk strategi organisasi dan terlalu banyak waktu untuk pembuatan keputusan
taktis jangka pendek (Gaspersz 2003)
Tanggapan/Saran

M Diaz Arasta (Kelompok 4)

- dari segi presentasi baik dari design atau cara mempresentasikan sudah baik dan jelas

- dari segi audio perbedaan dari tiap tiap si presentator kurang terdengar baik

Riski Pitri Nova (Kelompok 3)

Presentator saat menjelaskan bagus, tapi untuk PPT terlalu banyak isi materi dan tulisannya
kecil.

Tasya Maulida Sari Tampubolon (Kelompok 5)

Dalam penyampaian sudah bagus, materinya dapat dimengerti dan kualitas video juga bagus.

Gabriella Sitorus (Kelompok 1)

Di contoh kasus yg kelompok kalian berikan hanya mencantumkan rumus dan uraian
hasilnya tetapi proses perhitungan serta data dari kasus koperasi karyawan tirta mahakam
2014 tidak ditampilkan di powerpoint dan makalah. Akan lebih baik jika kasus yg kalian
berikan disertai data yg lengkap tahun 2020 serta perhitungan yg rinci agar kami dapat lebih
memahami sistem balanced score card yg diterapkan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai