Dosen Pengampu:
Drs. Jihen Ginting, M.Si., Ak., CA./Sondang Aida Silalahi, SE., M.Si.
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Agnes Miranda Gultom (7173142001)
Hendike Mega Dop Putri (7173142012)
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dan Pengasih,
atas segala rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen. Makalah ini berisi prilaku
dalam organisasi dan mengarahkan untuk keselarasan tujuan (goal congruence).
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dosen Drs. Jihen Ginting, M.Si., Ak.,
CA./Sondang Aida Silalahi, SE., M.Si., yang sudah memberikan bimbingannya. Penulis juga
berterima kasih untuk semua pihak yang telah berkontribusi menjadi sumber dalam tulisan ini
dari awal sampai akhir. Diatas segalanya itu, penulis mohon maaf apabila terjadi kesalahan yang
kurang berkenan di dalam penulisan makalah ini,yang terjadi diluar kemampuan penulis. Penulis
memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.
Penulis,
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan rekayasa ide ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian pusat pertanggung jawaban
2. Untuk mengetahui pusat biaya
3. Untuk mengetahui pusat pendapatan
4. Untuk mengetahui pusat penelitian dan pengembangan
5. Untuk mengetahui bagaimana menyusun dan menganalisis pusat biaya
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pusat Tanggung Jawab merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas yang telah dilakukan. Secara umum, perusahaan adalah
beberapa kumpulan pusat-pusat tanggung jawab, yang masing-masing diwakili dalam bagan
organisasi (Anthony & Govindarajan, 2005). Pusat-pusat tanggung jawab tersebut kemudian
membentuk sebuah hirarki. Pada tingkatan terendah adalah pusat untuk seksi-seksi, pergeseran
kerja (worksift), dan unit organisasi kecil yang lain. ( Departemen bisnis yang memiliki beberapa
unit organisasi yang lebih kecil menduduki posisi yang lebih tinggi dalam hirarki. Dari sudut
pandang manajer senior dan dewan direksi perusahaan secara keseluruhan merupakan pusat
tanggung jawab, meskipun istilah ini biasanya berkenaan dengan unit-unit dalam perusahaan.
Pusat pertanggung jawaban menurut Charles T. Horngren, Gary L. Sundem dan William O.
Stratton adalah sebagai berikut: “A Responsibility Center is a set of activities assigned to a
manager, a group of managers or other employess” (Horngern et. Al 1999:331).
Jadi, dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pengertian pusat tanggung jawab diatas adalah
sebuah organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas kegiatan-
kegiatan dalam unit kerja dan pada Pusat Tanggung Jawab memang digunakan untuk mencapai
satu tujuan tertentu.
Gambar 2.1
Model Umum Sistem Perusahaan
Perlu diingat, Input disini bukanlah berarti Kuantitas bahan mentah yang diolah yang
kemudian menjadi Output. Maksud dari Input disini adalah Sumber-sumber daya yang
dipergunakan untuk menghasilkan suatu Output. Misalnya : Sumber daya Manusia (Karyawan),
Waktu, Perlengkapan produksi dan lain sebagainya.
Rumus untuk menghitung Rasio Produktivitas kerja dalam produksi adalah sebagai berikut :
( Dickson,2015)
Produktivitas = (Output x Standard Time) / (Jumlah Tenaga Kerja x Waktu Kerja) x 100
Satuan dalam rumus :
Produktivitas = satuannya adalah Persen (%)
Output = satuannya adalaah Unit (pcs)
Standard Time = satuannya adalah Menit (minutes)
Jumlah Tenaga Kerja =satuannya adalah orang (person)
Waktu Kerja = satuannya adalah Menit (minutes)
Efektivitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggung jawaban dengan
sasaran yang harus dicapainya. Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai
pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan semakin efektif pula unit tersebut
Efisiensi sering dikaitkan dengan mengerjakan sesuatu dengan benar sedangkan efektif
adalah melakukan hal yang benar sehingga produktivitas adalah mengerjakan hal yang benar
dengan benar. (Thomas, 2010)
Ada empat jenis pusat tanggung jawab, digolongkan menurut sifat input atau output moneter
yang akan diukur untuk tujuan pengendalian : (Thomas,2010)
1. Pusat Pendapatan
2. Pusat Beban
3. Pusat Laba
4. Pusat Investasi
Pada Pusat Pendapatan, output diukur secara moneter. Masing-masing pusat tanggung jawab
membutuhkan perencanaan dan pengendalian yang berbeda-beda dari yang lain.
Jenis pusat biaya yaitu pusat biaya teknis dan pusat biaya kebijakan, keselararasan tujuan
pribadi dan tujuan perusaahan dan tujuan perusahaan dalam pusat biaya kebijakan, dan akhirnya
pengendalian pusat biaya. Pusat biaya adalah pusat pertanggung jawaban yang oleh sistem
pengendalian manajemen masuknya diukur dalam satuan moneter, sedangkan keluarnya tidak
diukur dalam satuan moneter.
Alasan tidak mengukur keluaran pusat biaya
1 Pusat biaya tidak bertanggung jawab atas nilai keluar
2 Keluaran sukar diukur
Pusat biaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pusat biaya tekniksi dan pusat biaya
kebijakan. Pembedaan pusat biaya tersebut penting karena pengendalian masing-masing pusat
biaya berbeda. Pusat biaya teknis adalah biaya yang sebagian besar biayanya ditentukan dengan
pasti karena biaya tersebut berhubangan erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut.
Hubungan tersebut dapat ditemukan melallui analistik statistic. Pusat biaya kebijakan adalah
pusat biaya yang sebagaian besar biayanya tidak berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat
biaya tersebut. Keselarasan antara tujuan perusahan dengan tujuan pribadi dapat terganggu dalam
pusat biaya kebijakan.
Pengendalian pusat biaya dilakukan melalui anggaran dan pelaporan. Untuk pusat biaya
kebijakan, perlukan langkah tembahan yaitu: 1. Manajemen harus mengikuti tahap perencanaan,
sehingga manajemen dapat relefansi suatu kegiatan, dan 2. Kegiatan harus digolongkan harus
digolongkan menjadi kejadian rutin dan kegiatan non-rutin.
2.2.1 Jenis Pusat Biaya
Pusat biaya dapat dikelompokkan menjadi pusat biaya teknis dan pusat biaya kebijakan.
Biaya teknis adalah biaya yang jumlahnya berhubungan erat dengan volume kegiatan, misalnya
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan, pusat biaya kebijakan adalah
biaya yang jumlahnya tidak berhubungan dengan besarnya volume kegiatan.
Oleh karena jumlah biaya yang tepat kegiatan pusat biaya kebijakan tidak ditentukan
berdasar studi teknik. Keselarasan kebijakan perusahaan dan tujan pribadi dapat terganggu dalam
pusat biaya kebijakan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang baru didirikan sedang
menyiapkan untuk membentuk department akuntansi. Dalam rangka pembentukan departemen
akuntansi tersebut, direktur keuangan mengadakan pembicaraan dengan manajer depaartemen
akuntansi A
Untuk menetukan perlengkapan yang diperlukan departemen akuntansi. Oleh karena A
mempunyai hobi yang computer, dia menginginkan hardware computer dengan spesifikasi
tinggi komputer berkecepatan tinggi dan leser printerer beresolusi tinggi sehingga dia dapat
menghasilkan laporan berpenampilan canggih. Kalau keinginan A dipenuhi dia akan
memperoleh kepuasan pribadi, tetapi atas beban perusahaan karena sesungguhnya perusahaan
tidak memerlukan laporan berpenampilan canggih.
2.3 DEFENISIS PUSAT PENDAPATAN
Pendapatan adalah jumlah yang diterima oleh perusahaan dari kegiatannya, yang utamanya
dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Bagi penanam saham (shareholder), laba atau
keuntungan lebih penting dibanding pendapatan. Laba merupakan jumlah uang yang dapat
diterima dari pendapatan maupun penjualan setelah dikurangi pengeluaran atau biaya-biaya yang
lain.
Pusat pendapatan merupakan sebuah pertanggung jawaban dalam suatu organisasi yang
kinerja manajernya dinilai berdasarkan pendapatan pusat pertanggung jawaban tersebut. Jika
dilihat dari organisasi fungsional, fungsi pemasaran sangat berperan sebagai pusat pendapatan
dan pusat biaya kebijakan. Sedangkan dalam organisasi divisional, pembagian organisasi
berdasarkan pada divisi-divisi yang menghasilkan laba dan didalamnya terdapat unit-unit
organisasi fungsional (Thomas : 2010).
Kinerja seorang manajer dalam pusat pendapatan diukur atas dasar satuan moneter
pendapatan yang diperoleh. Dalam pusat pendapatan, output berupa pendapatan yang diukur
dalam satuan moneter tetapi tidak ada hubungan yang nyata antara masuka (input) atau biaya
dengan keluarannya (output). Jika pendapatan dan biaya pusat pertanggung jawaban memiliki
hubungan erat maka disebut sebagai pusat laba.
Disetiap pusat-pusat pendapatan bisa dikatakan dalam pusat beban, tetapi ukuran kinerja
yang terdapat dalam pusat pertanggung jawaban bagian terpenting adalah pendapatan. Biaya-
biaya yang termasuk dalam pusat pendapatan hanya biaya yang dapat dikendalikan langsung
oleh pusat pendapatan, sehingga pusat pertanggung jawaban bukan termasuk dalam pusat laba.
Sebab, biaya yang tertera tidak tercantum secara lengkap.
2.4. MENYUSUN DAN MENGANALISIS PUSAT BIAYA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
Biaya penelitian dan pengembangan (R&D) dengan sendirinya bukanmerupakan aktiva
tak berwujud. Akan tetapi, akuntansi untuk biaya penelitian dan pengembangan akan disajikan di
sini, karena aktivitas penelitian dan pengembangan seringkali menghasilkan pengembangan
sesuatu yang dipatenkanatau diberi hak cipta (seperti produk baru, proses, ide, rumus, komposisi,
atauhasil sastra).
Banyak perusahaan mengeluarkan banyak uang untuk penelitian dan pengembangan guna
menciptakan produk atau proses baru, memperbaiki produkyang ada, dan menemukan
pengetahuan baru yang dapat bermanfaat di masadepan. Kesulitan dalam akuntansi untuk
pengeluaran penelitian dan pengembangan ini adalah :
1. Mengidentifikasi biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas, proyek,atau
pencapaian tertentu.
2. Menentukan besarnya manfaat di masa depan serta lamanya waktu manfaattersebut
dapat direalisasi.
Karena ketidakpastian yang terakhir ini, maka praktek akuntansi di bidangini telah
disederhanakan dengan mensyaratkan bahwa semua biaya penelitian dan pengembangan harus
dibebankan ke beban pada saat terjadinya.
Biaya yang berkaitan dengan aktivitas R & D dan perlakuan akuntansi terhadap biaya
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahan, peralatan, dan Fasilitas.
Dicatat langsung sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki
kegunaanalternatif di masa depan (dalam proyek penelitian dan pengembangan lain
atauyang lainnya) kemudian kapitalisasi dan amortisasikan .
2. Personil.
Gaji, upah, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan personil yang terlibatdan
R & D harus dibebankan ketika terjadi.
3. Aktiva tak berwujud yang dibeli.
Dicatat langsung sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki
kegunaanalternatif di masa depan (dalam proyek R & D lain, atau yang lainnya)kemudian
kapitalisasi dan amortisasikan.
4. Jasa kontrak.
Biaya jasa yang dilakukukan oleh pihak lain sehubungan dengan pelaporan R& D
perusahaan harus harus dibebankan ketika terjadi.
5. Biaya tak langsung.
Alokasi yang tepat atas biaya tak langsung harus termasuk dalam biaya R &D,
kecuali untuk biaya administrasi dan umum, yang secara jelas harus berhubungan agar
dapat dimasukkan dan dicatat sebagai beban.
Sejalan dengan butir no. 1 diatas, jika suatu perusahaan memiliki fasilitas penelitian yang
terdiri dari bangunan, laboratorium, dan peralatan yangmelakukan aktivitas penelitian dan
pengembangan (R & D) serta yang memilikikegunaan alternatif di masa depan (dalam proyek R
& D lain, atau yang lainnya),maka fasilitas tersebut harus diperhitungkan sebagai aktiva
operasional yangdikapitalisasi.
Penyusutan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan fasilitas penelitian seperti itu
diperhitungkan sebagai beban R & D atau penelitian dan pengembangan (Kieso, Weygandt,
Warfield, 2002).
Menurut W. Thomas Lin W dan Miklos A. Vasarherlyi (1980) dalam Jurnal Accounting and
Financial Control For R&D Expenditures sebelum perusahaan melakukan penelitian dan
pengembangan, hendaknya harus dilakukan penganggaran terlebih dahulu. Hal-hal yang terkait
dengan penganggaran penelitian dan pengembangan adalah :
1. Kegiatan pengembangan harus berkesinambungan
2. Mengestimasikan biaya.
3. Mengestimasikan pendapatan.
4. Menganggarkan penelitian yang telah terpilih sebagai kapital ataudikapitalisasi.
Dalam paragraf 36 SAK 19 mengatur bahwa perusahaan tidak bolehmengakui aset tidak
berwujud yang timbul dari riset. Selanjutnya dalam paragraf 37 dijelaskan bahwasanya
pernyataan ini menganut pandangan bahwa dalamtahap riset pada suatu proyek, suatu
perusahaan tidak dapat menunjukkan telahadanya suatu aset tidak berwujud yang akan dapat
menghasilkan manfaatekonomis masa depan. Dengan demikian, pengeluaran untuk riset selalu
diakuisebagai beban pada saat terjadinya.
Contoh-contoh kegiatan riset adalah :
a. Kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan baru.
b. Pencarian, evaluasi, dan seleksi penerapan temuan riset atau pengetahuanlainnya.
c. Pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem atau jasa.
d. Perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi berbagai alternatif kemungkinan bahan baku,
peralatan, produk, proses, sistem atau jasa. Sedangkan dalam paragraf 39 mengatur
bahwa suatu aset tidak berwujudyang timbul dari pengembangan (atau dari tahap
pengembangan pada
suatu proyek internal ) diakui jika , dan hanya jika , perusahaan dapat menunjukkan
semua hal berikut ini :
1. kelayakan teknis penyelesaian aset tidak berwujud tersebut sehingga aset tersebut
dapat digunakan atau dijual;
2. niat untuk menyelesaikan aset tidak berwujud tersebut dan menggunakan nya atau
menjualnya;
3. kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tidak berwujud tersebut;
4. cara aset tidak berwujud menghasilkan kemungkinan manfaat ekonomis masa depan,
yaitu antara lain perusahaan harus mampu menunjukkan adanya
pasar bagi keluaran aset tidak berwujud atau pasar atas aset tidak berwujud itu
sendiri, atau, jika aset tidak berwujud itu akan digunakan secara
internal, perusahaan harus mampu menunjukkan kegunaan asset tidak berwujud
tersebut;
5. tersedianya sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lainnya untuk
menyelesaikan pengembangan aset tidak berwujud dan menggunakan ataumenjual
aset tersebut;
6. kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak
berwujud selama pengembangannya.
Dengan demikian, dalam arti luas, biaya pemasaran adalah tidak hanya meliputi biaya penjualan.
Tapi termasuk di dalamnya biaya advertensi, biaya pergudangan, biaya packaging dan
pengiriman, biaya kredit dan penagihan, dan biaya akuntansi pemasaran. Dan dalam pembahasan
ini, pengertian biaya marketing yang dipakai adalah dalam arti luas.
Biaya pergudangan
Biaya pembungkusan dan pengiriman
Biaya angkutan/ transportasi, dan
Biaya penagihan
Biaya pemasaran dapat juga diklasifikasikan menurut fungsi atau kegiatan pemasaran. Untuk
mendapatkan pesanan, perusahaan melakukan kegiatan penjualan dan advertensi. Sedangkan
untuk memenuhi pesanan, perusahaan melakukan kegiatan pergudangan, penjualan, packaging
dan pengiriman, pemberian kredit dan penagihan serta kegiatan akuntansi pemasaran. Menurut
fungsi pemasaran, biaya marketing digolongkan sebagai berikut:
Fungsi Penjualan
Fungsi penjualan terdiri dari kegiatan untuk memenuhi pesanan yang diterima dari pelanggan.
Biaya fungsi penjualan terdiri dari:
Fungsi Advertensi
Fungsi advertensi terdiri dari aktivitas perencanaan dan pelaksanaan kegiatan order getting
melalui kegiatan advertensi dan promosi. Biaya fungsi advertensi terdiri dari:
Fungsi Pergudangan
Fungsi pergudangan terdiri dari kegiatan penyimpanan produk jadi yang siap untuk dijual, Biaya
fungsi pergudangan terdiri dari:
Fungsi Packaging dan Pengiriman
Fungsi packaging dan pengiriman terdiri dari kegiatan packaging produk dan pengiriman produk
kepada pembeli. Biaya fungsi pembungkusan dan pengiriman terdiri dari:
biaya karyawan bagian pembungkusan dan pengiriman,
biaya bahan untuk pembungkus,
biaya pengiriman,
biaya depresiasi kendaraan,
biaya operasi kendaraan.
Fungsi kredit terdiri dari kegiatan pemantauan kemampuan keuangan pelanggan dan penagihan
piutang dari pelanggan. Biaya fungsi kredit dan penagihan terdiri dari:
Fungsi akuntansi pemasaran terdiri dari kegiatan pembuatan faktur dan penyelenggaraan catatan
akuntansi penjualan. Biaya fungsi pemasaran terdiri dari :
gaji
biaya iklan
biaya perjalanan
biaya depresiasi peralatan kantor
biaya operasi dan pemeliharaan kendaraan.
Dengan analisis ini, manajemen perusahaan dapat mengetahui rincian jenis biaya marketing.
Namun tidak dapat memperoleh informasi mengenai biaya yang telah dikeluarkan untuk
menjalankan kegiatan pemasaran tertentu. Kemampuan tiap-tiap produk yang dijual dalam
menghasilkan laba, cara penjualan yang dijalankan dan kemampuan menghasilkan laba tiap-tiap
daerah pemasaran.
b. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah suatu kegiatan pemasaran yang memerlukan pengeluaran biaya.
Analisis biaya marketing menurut fungsi pemasaran bertujuan untuk pengendalian biaya dan
untuk analisis biaya marketing menurut usaha pemasaran. Langkah analisis biaya marketing
menurut fungsi pemasaran adalah sebagai berikut:
Langkah 1 :
Menentukan dengan jelas fungsi-fungsi pemasaran sehingga dapat ditentukan secara tepat
manajer yang bertanggungjawab untuk melaksanakan fungsi tersebut. Contoh pembagian fungsi-
fungsi dalam kegiatan pemasaran adalah sebagai berikut:
fungsi penjualan
advertensi
pergudangan
pembungkusan dan pengiriman
kredit dan penagihan
fungsi akuntansi pemasaran
Langkah 2:
Langkah 3:
Langkah 4:
Menentukan biaya per satuan kegiatan pemasaran dengan cara membagi total biaya marketing
yang dikeluarkan untuk fungsi tertentu dengan jumlah satuan jasa yang dihasilkan oleh fungsi
yang bersangkutan. Biaya per satuan kegiatan marketing tersebut dipakai sebagai biaya standar
dan digunakan untuk mengendalikan biaya yang sesungguhnya terjadi.
Pada bulan Januari 20XX produk yang dikirim ke pembeli sebanyak 9.000 kg.
Dan biaya pembungkusan dan pengiriman yang sesungguhnya dikeluarkan adalah sebesar
Rp 105.000.000.
Dengan membandingkan biaya yang seharusnya dan biaya yang sesungguhnya terjadi seperti
berikut ini dapat dilakukan pengendalian dan perencanaan biaya marketing.
Bulan =Januari
Berat produk yang dikirim = 90
Tarif biaya pembungkusan dan pengirimam = Rp 10.000 per kg
Biaya pembungkusan dan pengirimam menurut anggaran = Rp 90.000.000
Biaya pembungkusan dan pengirimam menurut sesungguhnya = Rp 105.000.000
Biaya pembungkusan dan pengirimam menurut penyimpanagan = Rp 15.000.000
Analisis biaya marketing menurut usaha pemasaran dapat dibagi sebagai berikut:
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan analisis biaya marketing menurut 4
pembagian di atas adalah:
Pada langkah ketiga ini, kita menggolongkan jenis biaya distribusi berdasarkan berikut ini:
Biaya langsung
Biaya setengah langsung
Biaya tidak langsung
Pengertian Biaya setengah langsung adalah biaya yang mempunyai hubungan jelas dengan
beberapa fungsi atau kegiatan pemasaran. Sebagai contoh, adalah biaya komisi tenaga penjualan
di daerah pemasaran tertentu adalah biaya setengah langsung dalam analisa menurut jenis
produk. Karena biaya ini dapat dialokasikan dengan dasar yang tepat (misalnya atas dasar
volume penjualan). Biaya setengah langsung dapat dialokasikan sesuai dengan jasa yang
diberikan.
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak memiliki hubungan yang jelas dengan fungsi
atau kegiatan pemasaran tertentu. Jenis biaya ini sulit dialokasikan karena dasar alokasinya
kabur. Dalam analisis biaya marketing, analisis biaya ini tidak perlu dialokasikan bilamana tidak
dapat ditentukan dasar alokasi yang masuk akal. Contoh biaya tidak langsung adalah gaji
manajer pemasaran.
Untuk biaya langsung dengan sendirinya tidak perlu dialokasikan, karena jasa yang
diberikan oleh biaya ini jelas hanya untuk bagian atau obyek tertentu. Sedangkan biaya setengah
langsung perlu dicarikan dasar alokasi yang adil agar tiap-tiap bagian atau obyek menerima
beban yang wajar.
Dasar alokasi dapat ditentukan juga tidak untuk setiap jenis biaya marketing, tetapi untuk
tiap-tiap fungsi pemasaran seperti berikut ini:
Dasar alokasi yang dapat digunakan: Volume, besar atau jumlah produk yang dikirim.
3. Fungsi Pemasaran: Packaging dan pengiriman
Dasar alokasi yang dapat digunakan: Frekuensi pengiriman, berat atau volume
produk.
Dasar alokasi yang dapat digunakan: Kuantitas produksi yang dijual, perbandingan
sirkulasi media yang dipakai untuk advertensi.
Dasar alokasi yang dapat digunakan: Jumlah pesanan pembeli, transaksi yang
dipakai dalam faktur.
Dasar alokasi yang dapat digunakan: Jumlah pesanan pembeli, transaksi yang
dipakai dalam faktur.
Langkah 5: Mencari hubungan antara biaya dengan pendapatan (revenue) yang diperoleh
dari pengeluaran biaya tersebut.
Untuk setiap jenis produk, daerah pemasaran, besar order atau saluran distribusi. Dan untuk
mencari hubungan ini, ada dua langkah yang bisa dilakukan, yaitu:
Untuk kepentingan analisis biaya marketing menurut jenis produk, perlu diadakan penggolongan
jenis produk dengan salah satu cara berikut ini:
Misalnya di dalam perusahaan kertas, produknya digolongkan menjadi kertas HVS, kertas
sigaret, kertas karton.
2. Penggolongan produk menurut cara pembungkusannya.
Misalnya, perusahaan sabun deterjen yang menjual produknya dalam berbagai macam
pembungkus (bungkus besar dan kecil), dan dalam perusahaan shampo yang menjual produknya
dalam bungkus kertas dan dalam botol.
Ada pelanggan yang membeli produk untuk digunakan sendiri dan ada yang membeli untuk
dijual kembali.
Penjualan = Rp 95.500
Pergudangan = Rp 75.000
Packaging dan Pengiriman = Rp 63.000
Advertensi = Rp 54.000
Kredit dan Penagihan = Rp 28.800
Akuntansi Pemasaran = Rp 49.200
Total = Rp 365.5000
Tujuannya adalah agar tidak terjadi biaya marketing yang terlalu tinggi didaerah tertentu yang
dikompensasikan dengan biaya rendah di area/daerah pemasaran lain. Contoh: Pulau Jawa dipilih
sebagai suatu daerah pemasaran. Hal ini terlalu luas, karena di Pulau Jawa terdapat berbagai
propinsi dan kota besar yang kemungkinan mempunyai pasar yang berbeda-beda.
Faktor 2. Penentuan daerah memungkinkan untuk dilakukan analisis hasil penjualan dan
biaya.
Bila daerah pemasaran terlalu kecil, akan menyebabkan adanya proporsi biaya tidak langsung
yang besar.Tapi jika terlalu luas akan menyebabkan adanya biaya langsung yang benar.
Perhatikan contoh kasus analisis biaya marketing menurut daerah pemasaran berikut ini:
PT KAS Suabaya menjual satu jenis produk di dua daerah pemsaran, Jawa Barat dan Jawa
Timur. Biaya marketing yang dikeluarkan pada bulan Juli 20XX adalah sebagai berikut:
Penjualan = Rp 57.600
Pergudangan = Rp 30.600
Pembungkusan dan pengiriman = Rp 25.600
Advertensi = Rp 54.400
Kredit dan Penagihan = Rp 9.840
Akuntansi Pemasaran = Rp 27.840
Jumlah = Rp 205.880
#2: Data Dasar Alokasi
Jawa Timur:
Jawa Barat:
Jumlah biaya:
Penjualan = 57.600
Pergudangan = 30.600
Pembungkusan dan pengiriman = 25.600
Advertensi = 54.400
Kredit dan penagihan = 9.840
Akuntansi = 27.840
Keterangan:
Penjualan = 6%
Pergudangan = Rp 0,17
Pembungkusan dan pengiriman = 0,32
Advertensi = 0,67
Kredit dan penagihan = 4,10
Akuntansi = 4,35
Besar pesanan sangat erat hubungannya dengan menguntungkan tidaknya pesanan dari
pelanggan. Dari analisis menurut besar pesanan, kemungkinan dapat ditunjukkan bahwa
sebagian besar pesanan yang diterima dari pelanggan, menyebabkan perusahaan mengeluarkan
biaya yang jumlahnya lebih besar dari laba kotor yang diperoleh. Oleh karena itu, perusahaan
harus menentukan jumlah nilai rupiah penjualan atau kuantitas minimum untuk setiap kali
pesanan. Sehingga dapat mengurangi jumlah transaksi penjualan dan menaikkan laba.
Perhatikan contoh soal biaya pemasaran berikut ini:
Dasar alokasi biaya marketing untuk tiap-tiap produk adalah sebagai berikut:
1. Biaya komisi penjualan dialokasikan atas dasar tarif 5% dari hasil penjualan.
2. Gaji tenaga penjualan dialokasikan atas dasar perbandingan hasil kali jumlah pelanggan
dengan hasil penjualan.
3. Biaya fungsi kredit dan penagihan serta fungsi pembukuan dan akuntansi pemasaran
dialokasikan atas dasar perbandingan hasil penjualan.
4. Biaya fungsi packaging dan pengiriman serta pergudangan dialokasikan atas dasar
perbandingan berat pokok produk yang dijual.
5. Biaya advertensi dialokasikan sebesar Rp 40.000 untuk setiap jenis produk.
Dasar alokasi biaya marketing menurut besarnya pesanan adalah sebagai berikut:
Gaji tenaga penjualan dialokasikan atas dasar perbandingan hasil kali jumlah pelanggan
dalam tiap-tiap golongan besarnya pesanan dengan hasil penjualan.
Biaya perjalanan tenaga penjualan, biaya kantor bagian penjualan dan biaya fungsi kredit
dan penagihan dialokasikan atas dasar jumlah pelanggan dalam tiap-tiap golongan besar
pesanan.
Biaya komisi penjualan dialokasikan atas dasar tarif 5% dari hasil penjualan.
Biaya fungsi packaging dan pengiriman serta biaya fungsi pergudangan dialokasikan atas
dasar jumlah pesanan yang diterima dengan angka penimbang (weight) untuk tiap-tiap
golongan besar pesanan berturut-turut 1,4,8, dan 10.
Biaya akuntansi pemasaran dialokasikan atas dasar jumlah pesanan.
Dalam analisis biaya pemasaran menurut jenis produk dan besar pesanan ini., biaya marketing
yang tidak ditentukan dasar alokasinya, dbagikan kepada tiap-tiap jenis produk atau golongan
besar pesanan dalam jumlah yang sama.
Dalam tahun 20XX hasil penjualan dari 3 macam produk PT KAS Surabaya adalah sebagai
berikut:
Biaya pemasaran yang dikeluarkan dalam tahun 20XX adalah sebagai berikut:
Poduk A:
Poduk B:
Poduk C:
2: Alokasi Biaya Fungsi Kredit dan Penagihan serta Fungsi Akuntansi Pemasaran
Produk A:
Produk C:
Produk A:
Produk B:
Produk C: