Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

”PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN PUSAT BIAYA DAN PUSAT PENDAPATAN”

Dosen Pengampu:

Drs. Jihen Ginting, M.Si., Ak., CA./Sondang Aida Silalahi, SE., M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Agnes Miranda Gultom (7173142001)
Hendike Mega Dop Putri (7173142012)

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN FAKULTAS


EKONOMI PRODI PENDIDIKAN
AKUNTANSI 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dan Pengasih,
atas segala rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen. Makalah ini berisi prilaku
dalam organisasi dan mengarahkan untuk keselarasan tujuan (goal congruence).

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dosen Drs. Jihen Ginting, M.Si., Ak.,
CA./Sondang Aida Silalahi, SE., M.Si., yang sudah memberikan bimbingannya. Penulis juga
berterima kasih untuk semua pihak yang telah berkontribusi menjadi sumber dalam tulisan ini
dari awal sampai akhir. Diatas segalanya itu, penulis mohon maaf apabila terjadi kesalahan yang
kurang berkenan di dalam penulisan makalah ini,yang terjadi diluar kemampuan penulis. Penulis
memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.

Medan, Oktober 2020

Penulis,

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Globalisasi menyeruak mendobrak peradaban yang awalnya sangat stagnan. Menjadi
penting untuk mengkaji ilmu tentang keorganisasian agar tidak disapu oleh gelombang
pembaruan yang terus-menerus mereduksi sistem-sistem klasik. Era pasar bebas kembali
menantang kita untuk dapat menjawab dengan aksi berbagai masalah yang ada. Dibutuhkan
segenap pikiran, jiwa, raga, serta energi terbaik kita untuk menjadi para pelaku peradaban.
Dalam memimpin suatu unit bisnis ternyata tidak semudah kita membahas teorinya, perlu
pemahaman lebih mendalam mengenai pusat tanggung jawab.
Karakteristik organisasi yang mempengaruhi proses pengendalian, dengan berfokus pada
berbagai jenis pusat tanggung jawab, teknik yang penting untuk pengendaliannya, dan ukuran
yang diperlukan untuk evaluasi kinerja para manajer yang bertanggungjawab atas pusat-pusat
tersebut. Inilah yang dapat menjelaskan secara rinci terkait pusat tanggung jawab. Pusat
tanggung jawab merupakan struktur sistem pengendalian dan pemberian tanggung jawab kepada
subunit organisasi harus mencerminkan strategi organisasi.
Ketika kinerja finansial suatu pusat tanggung jawab di ukur dalam ruang lingkup laba
(yaitu, selisih antara pendapatan dan beban), maka pusat ini disebut sebagai pusat laba (profit
center). Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan manajemen
senior untuk dapat menggunakan vsatu indikator yang komprehensif, dibandingkan jika harus
menggunakan beberapa indikator.  Satu indikator yang tak kalah penting dibahas adalah
investasi. Seberapa banyak investasi yang masuk ke perusahaan akan menjadi daya tarik
sekaligus indikator buntuk menilai kestabilan posisi keuangan perusahaan tersebut. Maka
menjadi penting bagi kita untuk membahas secara rinci tentang pusat pendapatan, pusat beban,
pusat laba, dan pusat investasi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini :
1. Apa itu pengertian pusat pertanggung jawaban?
2. Apa itu pusat biaya?
3. Apa itu pusat pendapatan?
4. Apa itu pusat penelitian dan pengembangan?
5. Bagaimana menyusun dan menganalisis pusat biaya?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan rekayasa ide ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian pusat pertanggung jawaban
2. Untuk mengetahui pusat biaya
3. Untuk mengetahui pusat pendapatan
4. Untuk mengetahui pusat penelitian dan pengembangan
5. Untuk mengetahui bagaimana menyusun dan menganalisis pusat biaya
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PUSAT PERTANGGUNG JAWABAN

Pusat Tanggung Jawab merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas yang telah dilakukan. Secara umum, perusahaan adalah
beberapa kumpulan pusat-pusat tanggung jawab, yang masing-masing diwakili dalam bagan
organisasi (Anthony & Govindarajan, 2005). Pusat-pusat tanggung jawab tersebut kemudian
membentuk sebuah hirarki. Pada tingkatan terendah adalah pusat untuk seksi-seksi, pergeseran
kerja (worksift), dan unit organisasi kecil yang lain. ( Departemen bisnis yang memiliki beberapa
unit organisasi yang lebih kecil menduduki posisi yang lebih tinggi dalam hirarki. Dari sudut
pandang manajer senior dan dewan direksi perusahaan secara keseluruhan merupakan pusat
tanggung jawab, meskipun istilah ini biasanya berkenaan dengan unit-unit dalam perusahaan.
Pusat pertanggung jawaban menurut Charles T. Horngren, Gary L. Sundem dan William O.
Stratton adalah sebagai berikut: “A Responsibility Center is a set of activities assigned to a
manager, a group of managers or other employess” (Horngern et. Al 1999:331).
Jadi, dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pengertian pusat tanggung jawab diatas adalah
sebuah organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas kegiatan-
kegiatan dalam unit kerja dan pada Pusat Tanggung Jawab memang digunakan untuk mencapai
satu tujuan tertentu.

2.1.1 Manfaat Pusat Pertanggung Jawaban


Sistem Pengendalian Manajemen harus didukung dengan struktur organisasi yang baik.
Organisasi merupakan kumpulan dari berbagai pusat pertanggung jawaban dengan tujuan :
1. Menyusun perencanaan, proses pelaksanaan, alat pengendalian, dan penilaian kinerja
perusahaan
2. Menyusun tugas dan tanggung jawab yang jelas antara karyawan dan departemen dalam
perusahaan
3. Memudahkan untuk mencapai sasaran organisasi
4. Mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang kepada karyawan dan departemen yang
memiliki keahlian dan kompetensi
5. Menumbuhkan motivasi terhadap unit bisnis untuk meningkatkan kreativitas dan inovatif
6. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan strategi manajemen secara efektif

2.1.2. Sifat Pusat Tanggung Jawab


Pusat Tanggung Jawab ini mewujudkan satu atau lebih tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan. Secara keseluruhan perusahaan memiliki tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai, dan
seorang manajer senior atau Top Manajer menentukan sejumlah strategi untuk mencapai tujuan
dan cita-cita yang telah disepakati. Fungsi dari adanya Pusat Tanggung Jawab dalam perusahaan
adalah untuk mengimplementasikan strategi tersebut. Karena setiap organisasi perusahaan adalah
sekumpulan pusat tanggung jawab. Jadi, setiap pusat tanggung jawab telah memenuhi tujuannya,
maka tujuan dan cita-cita organisasi tersebut juga telah tercapai.

Gambar 2.1
Model Umum Sistem Perusahaan

2.1.3 Cara Kerja Pusat Pertanggung Jawaban


Pada tampilan gambar diatas menggambarkan cara kerja setiap pusat tanggung jawab. Pusat
Tanggung Jawab (Perusahaan) menerima masukan (input), dalam bentuk bahan baku, tenaga
kerja dan jasa-jasa lainnya. Dengan menggunakan model kerja capital (seperti; persediaan,
piutang), peralatan dan aktiva lainnya. Dengan tujuan akhir untuk mengubah input menjadi
output baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Dalam sebuah pabrik, biasanya output
berbentuk produk jadi. Pada unit departemen, outputnya berbentuk jasa. Produk-produk yang
dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab kemudian diserahkan ke pusat tanggung jawab yang
lain, dimana output tersebut kemudian menjadi input atau bisa langsung dipasarkan menjadi
output secara keseluruhan. Pendapatan merupakan jumlah yang diperoleh dari proses penyediaan
output.
2.1.4 Hubungan Antara Input Dan Output
Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan hubungan yang optimal antara input dan
output. Pada pusat tanggung jawab, hubungan itu bersifat timbal balik. Misalnya, pada
departemen produksi input bahan baku menjadi bagian fisik dari barang jadi. Pengendalian
berfokus pada penggunaan input minimum yang akan dibutuhkan untuk memproduksi output
yang diperlukan menurut spesifikasi dan standar mutu yang benar, tepat waktu dan sesuai dengan
jumlah yang diminta.

2.1.5 Mengukur Input Dan Output


Input yang digunakan oleh pusat tanggung jawab dapat dinyatakan dalam ukuran-ukuran
fisik. Dalam system pengendalian manajemen satuan-satuan kuantitas diterjemahkan kesatuan
moneter, uang merupakan penyebut umum yang memungkinkan nilai dan berbagai sumber daya
yang beragam untuk digabungkan dan dikombinasikan. Jumlah moneter yang dihasilkan tersebut
disebut sebagai biaya. Biaya merupakan suatu ukuran moneter dari jumlah sumber daya yang
digunakan oleh pusat tanggung jawab. Input adalah sumber daya yang dipergunakan oleh pusat
tanggung jawab.
Lebih mudah untuk mengukur biaya input daripada untuk menghitung nilai output. Tidak ada
tolak ukur untuk mengukur output bahkan organisasi-organisasi tidak berupaya untuk mengukur
output dari masing-masing pusat tanggung jawab.

2.1.6 Mengukur Produktivitas


Secara umum, Rasio produktivitas kerja merupakan hasil perbandingan atau persentase antara
Output dan Input seperti rumus dibawah ini: ( Dickson,2015)
Produktivitas = Output / Input

Perlu diingat, Input disini bukanlah berarti Kuantitas bahan mentah yang diolah yang
kemudian menjadi Output. Maksud dari Input disini adalah Sumber-sumber daya yang
dipergunakan untuk menghasilkan suatu Output. Misalnya : Sumber daya Manusia (Karyawan),
Waktu, Perlengkapan produksi dan lain sebagainya.
Rumus untuk menghitung Rasio Produktivitas kerja dalam produksi adalah sebagai berikut :
( Dickson,2015)

Produktivitas  = (Output x Standard Time) / (Jumlah Tenaga Kerja x Waktu Kerja) x 100
Satuan dalam rumus :
Produktivitas = satuannya adalah Persen (%)
Output = satuannya adalaah Unit (pcs)
Standard Time = satuannya adalah Menit (minutes)
Jumlah Tenaga Kerja =satuannya adalah orang (person)
Waktu Kerja = satuannya adalah Menit (minutes)

2.1.6 Efesiensi dan Efektivitas


Efisiensi dan efektivitas sering kali digunakan dalam menilai kinerja dari suatu pusat
pertanggung jawaban. Efisiensi merupakan perbandingan antara antara masukan dan keluaran
atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu unit input yang dipergunakan. Pengukuran
efisiensi dapat dikembangkan dengan cara membandingkan antara kenyataan biaya yang
dipergunakan dengan standar pembiayaan yang telah ditetapkan, yaitu gambaran tentang tingkat
biaya tertentu yang dapat mengungkapkan berapa besar biaya yag diperlukan untuk dapat
menghasilkan sejumlah output tertentu. Namun, pengukuran tersebut belum dapat dikatan
sempurna :
a. Catatan besarnya biaya tidak mencerminkan suatu pengukuran yang akurat mengenai
besarnya input yang dipergunakan
b. Standar biaya hanyalah suatu nilai perkiraan yang terbaik yang dapat menggambarkan
seberapa besar jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu tingkat
keluaran tertentu pada situasi atau kondisi lingkungan tertentu

Efektivitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggung jawaban dengan
sasaran yang harus dicapainya. Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai
pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan semakin efektif pula unit tersebut
Efisiensi sering dikaitkan dengan mengerjakan sesuatu dengan benar sedangkan efektif
adalah melakukan hal yang benar sehingga produktivitas adalah mengerjakan hal yang benar
dengan benar. (Thomas, 2010)

2.1.7 Jenis-Jenis Pusat Tanggung Jawab

Ada empat jenis pusat tanggung jawab, digolongkan menurut sifat input atau output moneter
yang akan diukur untuk tujuan pengendalian : (Thomas,2010)
1. Pusat Pendapatan
2. Pusat Beban
3. Pusat Laba
4. Pusat Investasi

Pada Pusat Pendapatan, output diukur secara moneter. Masing-masing pusat tanggung jawab
membutuhkan perencanaan dan pengendalian yang berbeda-beda dari yang lain.

2.2 DEFINISI PUSAT BIAYA

Jenis pusat biaya yaitu pusat biaya teknis dan pusat biaya kebijakan, keselararasan tujuan
pribadi dan tujuan perusaahan dan tujuan perusahaan dalam pusat biaya kebijakan, dan akhirnya
pengendalian pusat biaya. Pusat biaya adalah pusat pertanggung jawaban yang oleh sistem
pengendalian manajemen masuknya diukur dalam satuan moneter, sedangkan keluarnya tidak
diukur dalam satuan moneter.
Alasan tidak mengukur keluaran pusat biaya
1          Pusat biaya tidak bertanggung jawab atas nilai keluar
2          Keluaran sukar diukur
Pusat biaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pusat biaya tekniksi dan pusat biaya
kebijakan. Pembedaan pusat biaya tersebut penting karena pengendalian masing-masing pusat
biaya berbeda. Pusat biaya teknis adalah biaya yang sebagian besar biayanya ditentukan dengan
pasti karena biaya tersebut berhubangan erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut.
Hubungan tersebut dapat ditemukan melallui analistik statistic. Pusat biaya kebijakan adalah
pusat biaya yang sebagaian besar biayanya tidak berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat
biaya tersebut. Keselarasan antara tujuan perusahan dengan tujuan pribadi dapat terganggu dalam
pusat biaya kebijakan.
Pengendalian pusat biaya dilakukan melalui anggaran dan pelaporan. Untuk pusat biaya
kebijakan, perlukan langkah tembahan yaitu: 1. Manajemen harus mengikuti tahap perencanaan,
sehingga manajemen dapat relefansi suatu kegiatan, dan 2. Kegiatan harus digolongkan harus
digolongkan menjadi kejadian rutin dan kegiatan non-rutin.
2.2.1 Jenis Pusat Biaya
Pusat biaya dapat dikelompokkan menjadi pusat biaya teknis dan pusat biaya kebijakan.
Biaya teknis adalah biaya yang jumlahnya berhubungan erat dengan volume kegiatan, misalnya
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan, pusat biaya kebijakan adalah
biaya yang jumlahnya tidak berhubungan dengan besarnya volume kegiatan.

A. Pusat Biaya Teknis


Pusat biaya teknis adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya dapat ditentukan
dengan pasti, karena biaya tersebut berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat biaya
tersebut. Contohnya : bagian produksi dan bagian pengiriman
Bagian produksi, biaya yang erat hubungannya dengan volume kegiatan-volume produksi adalah
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik jenis variabel. Selain
itu ada biaya yang tidak berhubungan erat dengan volume produksi, yaitu biaya overhead pabrik
tetap.
Bagian pengiriman, biaya yang erat hubungannya dengan jumlah pengiriman adalah
harga kotak karton, bahan penahan goncangan, dan plakband. Sedangkan biaya yang tidak
berhubungan erat dengan jumlah pengiriman adalah biaya overhead pabrik tetap. Efisiensi pusat
biaya diukur dengan jalan menghitung jumlah masukan yang dieprlukan untuk menghasilkan
satu unit keluaran. Efektivitas pusat biaya tercermin oleh kualitas keluaran pada tingkat produksi
yang direncanakan, dan ketepata waktu dalam mencapai tingkat produksi yang direncanakan.
Dalam pusat biaya teknik, output dikalikan dengan biaya standar dari setiap unit,
mengukur biaya standar dari produk jadi. Selisih antara biaya teoritis dan biaya aktual
mencerminkan efisiensi dari pusat biaya yang sedang diukur. Dalam hal ini ditekankan bahwa
pusat biaya teknik mempunyai beberapa tugas penting lainnya yang tidak diukur hanya dengan
biaya saja, para pengawas bertanggung jawab atas mutu produk dan volume produk serta
efisiensi. Oleh karena itu, jenis maupun volume produksinya ditentukan dari standar kualitasnya
ditetapkan, sehingga biaya produksi tidak ditekan dengan mengorbankan mutu produk. Lebih
lanjut lagi, para manajer dari pusat biaya teknik juga bertanggung jawab atas aktivitas-aktivitas
lain seperti pengembangan pegawai yang tidak berhubungan dengan produksi sekarang;
penilaian atas kinerja mereka juga harus meliputi penilaian mengenai seberapa baiknya mereka
menjalankan tanggung jawab mereka.

B. Pusat Biaya Kebijakan


Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya sebagian besar biayanya tidak berhubungan erat
dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut. Jumlah biaya yang “tepat” untuk kegiatan pusat
biaya kebijakan tidak ditentukan berdasar studi teknik, tetapi didasarkan kebijakan manajemen.
Contoh pusat biaya kebijakan adalah bagian akuntansi, begian personalia, dan bagian penelitian
dan pengembangan. Dalam bagian-bagian akuntansi, persolia, dan penelitian serta
pengembangan, contoh biaya yang tidak erat berhubungan dengan volume kegiatan adalah gaji
pegawai, dan biaya depresiasi berbagai alat kantor atau laboratium. Oleh karena dalam pusat
biaya kebijakan sebagian besar bianya tidak berhubungan erat dengan volume kegiatan, maka
efisiensinya sulit diukur. Efektivitas bagian penelitian dan pengembangan dapat diukur dengan
membandingkan antara realisasi dengan menciptakan produk baru maupun peningkatan
teknologi.
Didalam pusat biaya kebijakan, selisish antara anggaran dan biaya yang sesungguhnya
bukanlah ukuran efisiensi. Pada hakikatnya, hal tersebut hanya merupakan selisih antara input
yang dianggarkan dan input yang sesungguhnya, serta tidak mencakup nilai output. Jika biaya
yang sesungguhnya tidak melebihi jumlah anggaran, maka pihak manajer sudah “hidup sesuai
dengan anggaran”, akan tetapi karena, anggaran dimaksudkan untuk meramalkan jumlah jumlah
pengeluaran yang optimum, maka menjalankan usaha dalam batas-batas anggaran yang ada tidak
selalu berarti menunjukkan kinerja yang efisien.

2.2.2 Masalah Dalam Pusat Biaya Kebijakan

Oleh karena jumlah biaya yang tepat kegiatan pusat biaya kebijakan tidak ditentukan
berdasar studi teknik. Keselarasan kebijakan perusahaan dan tujan pribadi dapat terganggu dalam
pusat biaya kebijakan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang baru didirikan sedang
menyiapkan untuk membentuk department akuntansi. Dalam rangka pembentukan departemen
akuntansi tersebut, direktur keuangan mengadakan pembicaraan dengan manajer depaartemen
akuntansi A
Untuk menetukan perlengkapan yang diperlukan departemen akuntansi. Oleh karena A
mempunyai hobi yang computer, dia menginginkan hardware computer dengan spesifikasi
tinggi komputer berkecepatan tinggi dan leser printerer beresolusi tinggi sehingga dia dapat
menghasilkan laporan berpenampilan canggih. Kalau keinginan A dipenuhi dia akan
memperoleh kepuasan pribadi, tetapi atas beban perusahaan karena sesungguhnya perusahaan
tidak memerlukan laporan berpenampilan canggih.
2.3 DEFENISIS PUSAT PENDAPATAN

Pendapatan adalah jumlah yang diterima oleh perusahaan dari kegiatannya, yang utamanya
dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Bagi penanam saham (shareholder), laba atau
keuntungan lebih penting dibanding pendapatan. Laba merupakan jumlah uang yang dapat
diterima dari pendapatan maupun penjualan setelah dikurangi pengeluaran atau biaya-biaya yang
lain.
Pusat pendapatan merupakan sebuah pertanggung jawaban dalam suatu organisasi yang
kinerja manajernya dinilai berdasarkan pendapatan pusat pertanggung jawaban tersebut. Jika
dilihat dari organisasi fungsional, fungsi pemasaran sangat berperan sebagai pusat pendapatan
dan pusat biaya kebijakan. Sedangkan dalam organisasi divisional, pembagian organisasi
berdasarkan pada divisi-divisi yang menghasilkan laba dan didalamnya terdapat unit-unit
organisasi fungsional (Thomas : 2010).
Kinerja seorang manajer dalam pusat pendapatan diukur atas dasar satuan moneter
pendapatan yang diperoleh. Dalam pusat pendapatan, output berupa pendapatan yang diukur
dalam satuan moneter tetapi tidak ada hubungan yang nyata antara masuka (input) atau biaya
dengan keluarannya (output). Jika pendapatan dan biaya pusat pertanggung jawaban memiliki
hubungan erat maka disebut sebagai pusat laba.
Disetiap pusat-pusat pendapatan bisa dikatakan dalam pusat beban, tetapi ukuran kinerja
yang terdapat dalam pusat pertanggung jawaban bagian terpenting adalah pendapatan. Biaya-
biaya yang termasuk dalam pusat pendapatan hanya biaya yang dapat dikendalikan langsung
oleh pusat pendapatan, sehingga pusat pertanggung jawaban bukan termasuk dalam pusat laba.
Sebab, biaya yang tertera tidak tercantum secara lengkap.
2.4. MENYUSUN DAN MENGANALISIS PUSAT BIAYA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
Biaya penelitian dan pengembangan (R&D) dengan sendirinya bukanmerupakan aktiva
tak berwujud. Akan tetapi, akuntansi untuk biaya penelitian dan pengembangan akan disajikan di
sini, karena aktivitas penelitian dan pengembangan seringkali menghasilkan pengembangan
sesuatu yang dipatenkanatau diberi hak cipta (seperti produk baru, proses, ide, rumus, komposisi,
atauhasil sastra).
Banyak perusahaan mengeluarkan banyak uang untuk penelitian dan pengembangan guna
menciptakan produk atau proses baru, memperbaiki produkyang ada, dan menemukan
pengetahuan baru yang dapat bermanfaat di masadepan. Kesulitan dalam akuntansi untuk
pengeluaran penelitian dan pengembangan ini adalah :
1. Mengidentifikasi biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas, proyek,atau
pencapaian tertentu.
2. Menentukan besarnya manfaat di masa depan serta lamanya waktu manfaattersebut
dapat direalisasi.
Karena ketidakpastian yang terakhir ini, maka praktek akuntansi di bidangini telah
disederhanakan dengan mensyaratkan bahwa semua biaya penelitian dan pengembangan harus
dibebankan ke beban pada saat terjadinya.

Mengidentifikasi Aktivitas Penelitian dan Pengembangan.

Biaya yang berkaitan dengan aktivitas R & D dan perlakuan akuntansi terhadap biaya
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahan, peralatan, dan Fasilitas.
Dicatat langsung sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki
kegunaanalternatif di masa depan (dalam proyek penelitian dan pengembangan lain
atauyang lainnya) kemudian kapitalisasi dan amortisasikan .
2. Personil.
Gaji, upah, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan personil yang terlibatdan
R & D harus dibebankan ketika terjadi.
3. Aktiva tak berwujud yang dibeli.
Dicatat langsung sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki
kegunaanalternatif di masa depan (dalam proyek R & D lain, atau yang lainnya)kemudian
kapitalisasi dan amortisasikan.
4. Jasa kontrak.
Biaya jasa yang dilakukukan oleh pihak lain sehubungan dengan pelaporan R& D
perusahaan harus harus dibebankan ketika terjadi.
5. Biaya tak langsung.
Alokasi yang tepat atas biaya tak langsung harus termasuk dalam biaya R &D,
kecuali untuk biaya administrasi dan umum, yang secara jelas harus berhubungan agar
dapat dimasukkan dan dicatat sebagai beban.
Sejalan dengan butir no. 1 diatas, jika suatu perusahaan memiliki fasilitas penelitian yang
terdiri dari bangunan, laboratorium, dan peralatan yangmelakukan aktivitas penelitian dan
pengembangan (R & D) serta yang memilikikegunaan alternatif di masa depan (dalam proyek R
& D lain, atau yang lainnya),maka fasilitas tersebut harus diperhitungkan sebagai aktiva
operasional yangdikapitalisasi.
Penyusutan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan fasilitas penelitian seperti itu
diperhitungkan sebagai beban R & D atau penelitian dan pengembangan (Kieso, Weygandt,
Warfield, 2002).
Menurut W. Thomas Lin W dan Miklos A. Vasarherlyi (1980) dalam Jurnal Accounting and
Financial Control For R&D Expenditures sebelum perusahaan melakukan penelitian dan
pengembangan, hendaknya harus dilakukan penganggaran terlebih dahulu. Hal-hal yang terkait
dengan penganggaran penelitian dan pengembangan adalah :
1. Kegiatan pengembangan harus berkesinambungan
2. Mengestimasikan biaya.
3. Mengestimasikan pendapatan.
4. Menganggarkan penelitian yang telah terpilih sebagai kapital ataudikapitalisasi.
Dalam paragraf 36 SAK 19 mengatur bahwa perusahaan tidak bolehmengakui aset tidak
berwujud yang timbul dari riset. Selanjutnya dalam paragraf 37 dijelaskan bahwasanya
pernyataan ini menganut pandangan bahwa dalamtahap riset pada suatu proyek, suatu
perusahaan tidak dapat menunjukkan telahadanya suatu aset tidak berwujud yang akan dapat
menghasilkan manfaatekonomis masa depan. Dengan demikian, pengeluaran untuk riset selalu
diakuisebagai beban pada saat terjadinya.
Contoh-contoh kegiatan riset adalah :
a. Kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan baru. 
b. Pencarian, evaluasi, dan seleksi penerapan temuan riset atau pengetahuanlainnya.
c. Pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem atau jasa.
d. Perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi berbagai alternatif kemungkinan bahan baku,
peralatan, produk, proses, sistem atau jasa. Sedangkan dalam paragraf 39 mengatur
bahwa suatu aset tidak berwujudyang timbul dari pengembangan (atau dari tahap
pengembangan pada
suatu proyek internal ) diakui jika , dan hanya jika , perusahaan dapat menunjukkan
semua hal berikut ini :
1. kelayakan teknis penyelesaian aset tidak berwujud tersebut sehingga aset tersebut
dapat digunakan atau dijual;
2. niat untuk menyelesaikan aset tidak berwujud tersebut dan menggunakan nya atau
menjualnya;
3. kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tidak berwujud tersebut;
4. cara aset tidak berwujud menghasilkan kemungkinan manfaat ekonomis masa depan,
yaitu antara lain perusahaan harus mampu menunjukkan adanya
pasar bagi keluaran aset tidak berwujud atau pasar atas aset tidak berwujud itu
sendiri, atau, jika aset tidak berwujud itu akan digunakan secara
internal, perusahaan harus mampu menunjukkan kegunaan asset tidak berwujud
tersebut;
5. tersedianya sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lainnya untuk
menyelesaikan pengembangan aset tidak berwujud dan menggunakan ataumenjual
aset tersebut;
6. kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak
berwujud selama pengembangannya.

Contoh-contoh kegiatan pengembangan adalah :


a. desain, konstruksi, serta pengujian proto type dan model sebelum produksi
b. desain peralatan, cetakan, dan pewarnaan yang melibatkan teknologi baru
c. desain, konstruksi, dan operasi pabrik percontohan yang skalanya tidak ekonomis
untuk produksi komersial, dan
d. desain, konstruksi, dan pengujian alternatif bahan baku, peralatan,
produk, proses, sistem, atau jasa yang baru atau yang diperbaiki. (Standar Akuntansi
Keuangan, revisi 2000).
2.5. MENYUSUN DAN MENGANALISIS PUSAT BIAYA PEMASARAN
a. Pengertian Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk ke pasar.
Dalam arti sempit ini, biaya marketing hanya meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan sejak
produk jadi dikirimkan ke pembeli sampai produk diterima oleh pembeli. Dalam arti yang luas,
biaya pemasaran adalah meliputi semua biaya yang terjadi sejak produk selesai diproduksi. Dan
disimpan di gudang, sampai produk tersebut diubah kembali dalam bentuk uang tunai.

Aktivitas pemasaran produk dimulai jauh sebelum produk selesai diproduksi. Aktivitas


advertensi biasanya mengawali kegiatan pemasaran produk. Setelah produk selesai diproduksi,
kegiatan pemasaran dilaksanakan melalui serangkaian tindakan berikut ini:
 Penyimpanan produk di gudang
 Penjualan
 Packaging dan pengiriman
 Pencatatan transaksi penjualan.

Dengan demikian, dalam arti luas, biaya pemasaran adalah tidak hanya meliputi biaya penjualan.
Tapi termasuk di dalamnya biaya advertensi, biaya pergudangan, biaya packaging dan
pengiriman, biaya kredit dan penagihan, dan biaya akuntansi pemasaran. Dan dalam pembahasan
ini, pengertian biaya marketing yang dipakai adalah dalam arti luas.

2. Penggolongan Biaya Pemasaran


Ada 2 penggolongan biaya pemasaran, yaitu:

1. Biaya pemasaran berdasarkan pesanan


2. Biaya pemasaran berdasarkan fungsi.

A. Biaya Pemasaran Berdasarkan Pesanan


Secara garis besar biaya marketing atau biaya pemasaran dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu:

 Biaya untuk mendapatkan pesanan


 Biaya untuk memenuhi pesanan

a. Biaya untuk mendapatkan pesanan (order getting costs)


Adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan. Contoh biaya
yang termasuk dalam golongan ini adalah:

 biaya gaji tenaga kerja penjualan (sales person),


 komisi penjualan,
 advertensi, dan
 biaya promosi.
b. Biaya untuk memenuhi pesanan (order filling costs)
Adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengusahakan agar produk sampai ke tangan
pembeli dan biaya-biaya untuk mengumpulkan uang dari pembeli.

Contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah:

 Biaya pergudangan
 Biaya pembungkusan dan pengiriman
 Biaya angkutan/ transportasi, dan
 Biaya penagihan

B. Biaya Pemasaran Menurut Fungsi Pemasaran

Biaya pemasaran dapat juga diklasifikasikan menurut fungsi atau kegiatan pemasaran. Untuk
mendapatkan pesanan, perusahaan melakukan kegiatan penjualan dan advertensi. Sedangkan
untuk memenuhi pesanan, perusahaan melakukan kegiatan pergudangan, penjualan, packaging
dan pengiriman, pemberian kredit dan penagihan serta kegiatan akuntansi pemasaran. Menurut
fungsi pemasaran, biaya marketing digolongkan sebagai berikut:

 Fungsi Penjualan

Fungsi penjualan terdiri dari kegiatan untuk memenuhi pesanan yang diterima dari pelanggan.
Biaya fungsi penjualan terdiri dari:

 gaji karyawan penjualan,


 biaya depresiasi kantor,
 biaya sewa kantor.
 

 Fungsi Advertensi

Fungsi advertensi terdiri dari aktivitas perencanaan dan pelaksanaan kegiatan order getting
melalui kegiatan advertensi dan promosi. Biaya fungsi advertensi terdiri dari:

 gaji karyawan advertensi,


 biaya iklan,
 biaya pameran,
 biaya promosi,
 biaya contoh produk (cost of sample).
 

 Fungsi Pergudangan

Fungsi pergudangan terdiri dari kegiatan penyimpanan produk jadi yang siap untuk dijual, Biaya
fungsi pergudangan terdiri dari:

 gaji karyawan bagian gudang,


 biaya depresiasi gudang, dan
 biaya sewa gudang.

 Fungsi Packaging dan Pengiriman
Fungsi packaging dan pengiriman terdiri dari kegiatan packaging produk dan pengiriman produk
kepada pembeli. Biaya fungsi pembungkusan dan pengiriman terdiri dari:
 biaya karyawan bagian pembungkusan dan pengiriman,
 biaya bahan untuk pembungkus,
 biaya pengiriman,
 biaya depresiasi kendaraan,
 biaya operasi kendaraan.
 

 Fungsi Kredit dan Penagihan

Fungsi kredit terdiri dari kegiatan pemantauan kemampuan keuangan pelanggan dan penagihan
piutang dari pelanggan. Biaya fungsi kredit dan penagihan terdiri dari:

 gaji karyawan bagian penagihan,


 kerugian penghapusan piutang,
 potongan tunai.

 Fungsi Akuntansi Pemasaran

Fungsi akuntansi pemasaran terdiri dari kegiatan pembuatan faktur dan penyelenggaraan catatan
akuntansi penjualan. Biaya fungsi pemasaran terdiri dari :

 biaya gaji karyawan fungsi akuntansi pemasaran


 biaya kantor.
 

3. Karakteristik Biaya Pemasaran


Biaya pemasaran memiliki karakteristik yang berbeda dengan biaya produksi. Karakteristik
biaya marketing adalah sebagai berikut:

 Karakteristik Biaya Marketing


Banyak ragam kegiatan pemasaran ditempuh oleh perusahaan dalam memasarkan produknya.
Sehingga perusahaan yang sejenis produknya, belum tentu menempuh cara pemasaran yang
sama. Hal ini sangat berlainan dengan aktivitas produksi. Dalam memproduksi produk, pada
umumnya digunakan bahan baku, mesin dan cara produksi yang sama dari waktu ke waktu. Hal
ini memungkinkan diadakannya pembandingan biaya produksi antara perusahaan yang sejenis.
Berbeda halnya dengan kegiatan pemasaran produk, yang sangat bervariasi meskipun dalam
perusahaan yang sejenis. Sehingga relatif sulit diadakan perbandingan biaya marketing antara
perusahaan yang satu dengan yang lain.
 Karakteristik Biaya Marketing
Kegiatan pemasaran seringkali mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perubahan
kondisi pasar. Di samping terdapat berbagai macam metode pemasaran, seringkali terjadi
perubahan metode pemasaran untuk menyesuaikan perubahan kondisi pasar. Karena kebutuhan
perubahan konsumen yang menghendaki pelayanan cepat, maka suatu perusahaan mungkin akan
mengganti saluran distribusi bisnis yang selama ini digunakan. Begitu juga kegiatan perusahaan
pesaing akan mempunyai pengaruh terhadap metode pemasaran yang digunakan oleh suatu
perusahaan. Sehingga metode pemasaran produk sangat bersifat fleksibel. Hal ini menimbulkan
masalah dan interpretasi biaya pemsaran.

 Karakteristik Biaya Marketing


Kegiatan pemsaran berhadapan dengan konsumen yang merupakan variabel yang tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan. Manajemen perusahaan dapat mengendalikan biaya tenaga
kerja, biaya bahan baku, jam kerja dan jumlah mesin yang digunakan. Tapi tidak seorang pun
dapat mengatakan apa yang akan dilakukan oleh konsumen. Dalam kegiatan produksi, efisiensi
diukur dengan melihat jumlah biaya yang dapat dihemat untuk setiap satuan produk yang
diproduksi. Sebaliknya dalam kegiatan pemasaran distribusi kenaikan volume penjualan adalah
ukuran efisiensi. Meskipun tidak setiap kenaikan volume penjualan diikuti dengan kenaikan laba.

 Karakteristik Biaya Marketing


Dalam biaya pemasaran terdapat biaya tidak langsung dan biaya bersama (joint costs) yang lebih
sulit pemecahannya, bila dibandingkan dengan yang terdapat dalam biaya produksi. Jika suatu
perusahaan menjual berbagai macam produk dengan cara distribusi yang berbeda-beda di
berbagai daerah pemasaran, maka akan menimbulkan masalah biaya bersama yang kompleks.

4. Cara Analisis Biaya Pemasaran


Tujuan analisis biaya marketing adalah untuk menentukan harga pokok produk, pengendalian
biaya, peencanaan dan pengarahan kegiatan pemasaran. Cara melakukan analisis biaya
pemasaran dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:

a. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Jenis Biaya


Dalam cara analisis ini, biaya pemasaran dipecah sesuai dengan jenis-jenis biaya marketing
seperti:

 gaji
 biaya iklan
 biaya perjalanan
 biaya depresiasi peralatan kantor
 biaya operasi dan pemeliharaan kendaraan.

Dengan analisis ini, manajemen perusahaan dapat mengetahui rincian jenis biaya marketing.
Namun tidak dapat memperoleh informasi mengenai biaya yang telah dikeluarkan untuk
menjalankan kegiatan pemasaran tertentu. Kemampuan tiap-tiap produk yang dijual dalam
menghasilkan laba, cara penjualan yang dijalankan dan kemampuan menghasilkan laba tiap-tiap
daerah pemasaran.
b. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah suatu kegiatan pemasaran yang memerlukan pengeluaran biaya.
Analisis biaya marketing menurut fungsi pemasaran bertujuan untuk pengendalian biaya dan
untuk analisis biaya marketing menurut usaha pemasaran. Langkah analisis biaya marketing
menurut fungsi pemasaran adalah sebagai berikut:

Langkah 1 :

Menentukan dengan jelas fungsi-fungsi pemasaran sehingga dapat ditentukan secara tepat
manajer yang bertanggungjawab untuk melaksanakan fungsi tersebut. Contoh pembagian fungsi-
fungsi dalam kegiatan pemasaran adalah sebagai berikut:

 fungsi penjualan
 advertensi
 pergudangan
 pembungkusan dan pengiriman
 kredit dan penagihan
 fungsi akuntansi pemasaran
Langkah 2:

Menggolongkan tiap-tiap jenis biaya marketing sesuai dengan fungsinya.

Langkah 3:

Menentukan satuan ukuran jasa yang dihasilkan oleh tiap-tiap fungsi.

Langkah 4:

Menentukan biaya per satuan kegiatan pemasaran dengan cara membagi total biaya marketing
yang dikeluarkan untuk fungsi tertentu dengan jumlah satuan jasa yang dihasilkan oleh fungsi
yang bersangkutan. Biaya per satuan kegiatan marketing tersebut dipakai sebagai biaya standar
dan digunakan untuk mengendalikan biaya yang sesungguhnya terjadi.

Perhatikan contoh analisis biaya marketing berikut ini:

Jumlah biaya fungsi packaging dan pengiriman yang dianggarkan per bulan Rp 100.000.000.


Berat produk yang dikirim diperkirakan 10.000 kg, sehingga tarif standar per kg produk yang
dikirim adalah:

= Rp 100.000.000 : 10.000 = Rp 10.000

Pada bulan Januari 20XX produk yang dikirim ke pembeli sebanyak 9.000 kg.

Dan biaya pembungkusan dan pengiriman yang sesungguhnya dikeluarkan adalah sebesar
Rp 105.000.000.
Dengan membandingkan biaya yang seharusnya dan biaya yang sesungguhnya terjadi seperti
berikut ini dapat dilakukan pengendalian dan perencanaan biaya marketing.

 Bulan =Januari
 Berat produk yang dikirim = 90
 Tarif biaya pembungkusan dan pengirimam = Rp 10.000 per kg
 Biaya  pembungkusan dan pengirimam menurut anggaran = Rp 90.000.000
 Biaya pembungkusan dan pengirimam menurut sesungguhnya = Rp 105.000.000
 Biaya pembungkusan dan pengirimam menurut penyimpanagan = Rp 15.000.000
 

C. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Usaha Pemasaran


Analisis biaya marketing menurut jenis biaya dan fungsi pemasaran berguna untuk
pengendalian biaya, tetapi tidak membantu dalam mengarahkan aktivitas pemasaran. Kegiatan
pemasaran tidak akan efektif jika tidak ada pengarahan yang baik. Oleh karena itu perlu
diadakan analisis biaya marketing yang dapat menyajikan informasi kepada manajemen
perusahaan mengenai kemampuan usaha pemasaran tertentu dalam menghasilkan laba.

Analisis biaya marketing menurut usaha pemasaran dapat dibagi sebagai berikut:

1. Menurut jenis produk


2. Menurut daerah pemasaran
3. Menurut besar/ jumlah pesanan
4. Menurut saluran distribusi.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan analisis biaya marketing menurut 4
pembagian di atas adalah:

 Langkah 1: Menggolongkan jenis biaya pemasaran menurut fungsinya


 Langkah 2: Menentukan jenis analisis yang akan dijalankan
 Langkah 3: Menggolongkan jenis biaya distribusi
 Langkah 4: Menentukan dasar alokasi biaya marketing
 

Langkah 3: Menggolongkan jenis biaya distribusi

Pada langkah ketiga ini, kita menggolongkan jenis biaya distribusi berdasarkan berikut ini:

 Biaya langsung
 Biaya setengah langsung
 Biaya tidak langsung

A. Biaya langsung (direct cost)


Pengertian Biaya Langsung (direct cost) adalah biaya-biaya yang berhubungan langsung
dengan fungsi atau kegiatan pemasaran tertentu. Dalam analisis biaya marketing menurut
produk, biaya iklan untuk produk tertentu merupakan biaya langsung untuk produk tersebut.
Dalam analisis menurut daerah pemasaran, maka biaya-biaya marketing yang terjadi dalam
daerah pemasaran tertntu.
Misalnya biaya iklan dalam surat kabar, komisi tenaga penjualan untuk daerah tersebut
adalah biaya langsung. Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya langsung untuk
analisis menurut daerah dapat menjadi biaya setengah langsung atau biaya tidak langsung untuk
analisis menurut jenis produk, begitu juga sebaliknya.
Sebagai contoh, misalnya gaji tenaga penjual di daerah pemasaran tertentu, adalah biaya
langsung untuk daerah tersebut. Tapi bila wiraniaga tersebut menjual berbagai macam produk
maka gaji wiraniaga tersebut, adalah biaya setengah langsung dalam analisis produk.

B. Biaya setengah langsung (semi direct costs)

Pengertian Biaya setengah langsung adalah biaya yang mempunyai hubungan jelas dengan
beberapa fungsi atau kegiatan pemasaran. Sebagai contoh, adalah biaya komisi tenaga penjualan
di daerah pemasaran tertentu adalah biaya setengah langsung dalam analisa menurut jenis
produk. Karena biaya ini dapat dialokasikan dengan dasar yang tepat (misalnya atas dasar
volume penjualan). Biaya setengah langsung dapat dialokasikan sesuai dengan jasa yang
diberikan.

C. Biaya tidak langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak memiliki hubungan yang jelas dengan fungsi
atau kegiatan pemasaran tertentu. Jenis biaya ini sulit dialokasikan karena dasar alokasinya
kabur. Dalam analisis biaya marketing, analisis biaya ini tidak perlu dialokasikan bilamana tidak
dapat ditentukan  dasar alokasi yang masuk akal. Contoh biaya tidak langsung adalah gaji
manajer pemasaran.

Langkah 4: Menentukan dasar alokasi biaya marketing

Untuk biaya langsung dengan sendirinya tidak perlu dialokasikan, karena jasa yang
diberikan oleh biaya ini jelas hanya untuk bagian atau obyek tertentu. Sedangkan biaya setengah
langsung perlu dicarikan dasar alokasi yang adil agar tiap-tiap bagian atau obyek menerima
beban yang wajar.

Dasar alokasi dapat ditentukan juga tidak untuk setiap jenis biaya marketing, tetapi untuk
tiap-tiap fungsi pemasaran seperti berikut ini:

1. Fungsi Pemasaran: Penjualan

Dasar alokasi yang dapat digunakan: Hasil Penjualan

2. Fungsi Pemasaran: Pergudangan

Dasar alokasi yang dapat digunakan: Volume, besar atau jumlah produk yang dikirim.
3. Fungsi Pemasaran: Packaging dan pengiriman

Dasar alokasi yang dapat digunakan: Frekuensi pengiriman, berat atau volume
produk.

4. Fungsi Pemasaran: Advertensi

Dasar alokasi yang dapat digunakan: Kuantitas produksi yang dijual, perbandingan
sirkulasi media yang dipakai untuk advertensi.

5. Fungsi Pemasaran: Kredit dan Penagihan

Dasar alokasi yang dapat digunakan: Jumlah pesanan pembeli, transaksi yang
dipakai dalam faktur.

6. Fungsi Pemasaran: Akuntansi Pemasaran

Dasar alokasi yang dapat digunakan: Jumlah pesanan pembeli, transaksi yang
dipakai dalam faktur.

Langkah 5: Mencari hubungan antara biaya dengan pendapatan (revenue) yang diperoleh
dari pengeluaran biaya tersebut.

Untuk setiap jenis produk, daerah pemasaran, besar order atau saluran distribusi. Dan untuk
mencari hubungan ini, ada dua langkah yang bisa dilakukan, yaitu:

 Hitunglah laba bruto


 Hitunglah biaya marketing

A. Analisis Biaya Marketing Menurut Jenis Produk


Analisis biaya pemasaran menurut jenis produk bermanfaat untuk:

1. Menentukan kemampuan tiap-tiap jenis produk dalam menghasilkan laba.


2. Membantu dalam memperkirakan pengaruh perubahan produk dan metode penjualan
produk terhadap biaya dan laba.
3. Memberikan informasi biaya untuk pengambilan keputusan penentuan harga jual produk.

Untuk kepentingan analisis biaya marketing menurut jenis produk, perlu diadakan penggolongan
jenis produk dengan salah satu cara berikut ini:

1. Penggolongan produk menurut sifat produk.

Misalnya di dalam perusahaan kertas, produknya digolongkan menjadi kertas HVS, kertas
sigaret, kertas karton.
2. Penggolongan produk menurut cara pembungkusannya.

Misalnya, perusahaan sabun deterjen yang menjual produknya dalam berbagai macam
pembungkus (bungkus besar dan kecil), dan dalam perusahaan shampo yang menjual produknya
dalam bungkus kertas dan dalam botol.

3. Penggolongan produk menurut merk dagang.

Produk yang mempunyai merk dagang sama dikelompokkan.

4. Penggolongan produk menurut cara penggunaan produk oleh pelanggan.

Ada pelanggan yang membeli produk untuk digunakan sendiri dan ada yang membeli untuk
dijual kembali.

Perhatikan contoh soal perhitungan biaya pemasaran berikut ini:

PT KAS menjual 3 macam produk; A, B, C. Biaya marketing yang dikeluarkan dalam


bulan Juli 20XX adalah sebagai berikut:

1. Data Biaya Menurut Fungsi Pemasaran:

Penjualan = Rp 95.500
Pergudangan = Rp 75.000
Packaging dan Pengiriman = Rp 63.000
Advertensi = Rp 54.000
Kredit dan Penagihan = Rp 28.800
Akuntansi Pemasaran = Rp 49.200

Total = Rp 365.5000

2. Data Dasar Alokasi:

Harga jual per unit:


A = Rp 10
B = Rp 15
C = Rp 18

Harga pokok produksi per unit:


A = Rp 8
B = Rp 11
C = Rp 12
Jumlah produk yang terjual:
A = 80.000 unit
B = 50.000 unit
C = 200.000 unit

Berat produk per unit:


A = 2,25 kg
B = 2,5 kg
C = 3,5 kg

Frekuensi produk tercantum dalam faktur penjualan:


A = 6.400
B = 5.700
C = 2.900

Frekuensi pesanan dari pelanggan:


A = 2.400
B = 3.000
C = 1.800

3. Tarif Alokasi:Biaya Pemasaran

1. Fungsi pemasaran: Penjualan


Jumlah biaya pemsaran: 95.500
Jumlah dasar alokasi: 1.910.000
Tarif alokasi biaya pemasaran: 5%

2. Fungsi pemasaran: Pergudangan


Jumlah biaya pemsaran: 75.000
Jumlah dasar alokasi: 375.000
Tarif alokasi biaya marketing: Rp 0,20

3. Fungsi pemasaran: Packaging dan transportasi


Jumlah biaya pemsaran: 63.000
Jumlah dasar alokasi: 150.000
Tarif alokasi biaya marketing: 0,42

4. Fungsi pemasaran: Advertensi


Jumlah biaya pemsaran: 54.000
Jumlah dasar alokasi: 150.000
Tarif alokasi biaya marketing: 0,36

5. Fungsi pemasaran: Kredit dan Penagihan


Jumlah biaya pemsaran: 28.800
Jumlah dasar alokasi: 7.200
Tarif alokasi biaya marketing: 4,00
6. Fungsi pemasaran: Akuntansi Pemasaran
Jumlah biaya pemsaran: 49.200
Jumlah dasar alokasi:15.000
Tarif alokasi biaya marketing: 3,28

Penjelasan perhitungan jumlah dasar alokasi adalah sebagai berikut:

1. Produk A = 80.000 x Rp 10 = Rp 800.000


Produk B = 50.000 x Rp 15 = Rp 750.000
Produk C = 20.000 x Rp 18 = Rp 360.000
Jumlah = Rp 1.910.000
2. Produk A = 80.000 x 2,25 = Rp 180.000
Produk B = 50.000 x 2,5 = Rp 125.000
Produk C = 20.000 x 3,5 = Rp 70.000
Jumlah = Rp 375.000

3. Produk A = 80.000 unit


Produk B = 50.000 unit
Produk C = 20.000 unit
Jumlah = 150.000 unit

4. Produk A = 2.400 kali


Produk B = 3.000 kali
Produk C = 1.800 kali
Jumlah = 7.200 kali

5. Produk A = 6.400 kali


Produk B = 5.700 kali
Produk C = 2.900 kali
Jumlah = 15.000 kali

B. Analisis Biaya Marketing Menurut Daerah Pemasaran

Analisis biaya marketing menurut daerah pemasaranbermanfaat untuk:

1. Pengendalian biaya marketing yang terjadi di tiap-tiap daerah pemasaran.


2. Mengarahkan pemasaran produk di daerah-daerah pemasaran yang memberikan laba
yang tertinggi.
Analisis biaya pemasaran menurut daerah pemasaran hanya dapat diterapkan dalam perusahaan
yang mempunyai daerah pemasaran yang luas yang dibagi menjadi daerah-daerah pemasaran. Di
mana tiap-tiap daerah tersebut dipimpin oleh seorang manajer.

Jika tiap-tiap area manajer pemasaran diserahi tanggungjawab untuk mengarahkan biaya


marketing, maka analisis menurut daerah pemasaran ini akan memberikan hasil yang penting.
Oleh karena itu, jika sebagian besar biaya marketing masih dikendalikan langsung oleh kantor
pusat. Maka analisis biaya pemasaran menurut daerah pemasaran kurang memberikan manfaat
yang optimal. Dalam memilih batas-batas daerah pemasaran hendaknya diperhatikan faktor-
faktor berikut ini:
Faktor 1. Daerah/ area pemasaran hendaklah tidak terlalu luas.

Tujuannya adalah agar tidak terjadi biaya marketing yang terlalu tinggi didaerah tertentu yang
dikompensasikan dengan biaya rendah di area/daerah pemasaran lain. Contoh: Pulau Jawa dipilih
sebagai suatu daerah pemasaran. Hal ini  terlalu luas, karena di Pulau Jawa terdapat berbagai
propinsi dan kota besar yang kemungkinan mempunyai pasar yang berbeda-beda.

Faktor 2. Penentuan daerah memungkinkan untuk dilakukan analisis hasil penjualan dan
biaya.

Bila daerah pemasaran terlalu kecil, akan menyebabkan adanya proporsi biaya tidak langsung
yang besar.Tapi jika terlalu luas akan menyebabkan adanya biaya langsung yang benar. 

Faktor 3. Daerah pemasaran yang dipilih memiliki potensi pemasaran.

Perhatikan contoh kasus analisis biaya marketing menurut daerah pemasaran berikut ini:

PT KAS Suabaya menjual satu jenis produk di dua daerah pemsaran, Jawa Barat dan Jawa
Timur. Biaya marketing yang dikeluarkan pada bulan Juli 20XX adalah sebagai berikut:

#1: Biaya Pemasaran Menurut Fungsi pemsaran:

Penjualan = Rp 57.600
Pergudangan = Rp 30.600
Pembungkusan dan pengiriman = Rp 25.600
Advertensi = Rp 54.400
Kredit dan Penagihan = Rp 9.840
Akuntansi Pemasaran = Rp 27.840
Jumlah = Rp 205.880
 
#2: Data Dasar Alokasi

Jawa Timur:

Harga jual per unit = Rp 12


Harga pokok produksi per unit = Rp 8
Berat produk per unit = Rp 2,25 kg
Frekuensi produk tercantum dalam faktur penjualan = 4.000
Frekuensi pesanan dari pelanggan = 1.800
Jumlah produk yang terjual = 55.000 unit

Jawa Barat:

Harga jual per unit = Rp 12


Harga pokok produksi per unit = Rp 8
Berat produk per unit = Rp 2,25 kg
Frekuensi produk tercantum dalam faktur penjualan = 4.200
Frekuensi pesanan dari pelanggan = 600
Jumlah produk yang terjual = 25.000 unit

#3: Tarif Alokasi Biaya Pemasaran

Jumlah biaya:

Penjualan = 57.600
Pergudangan = 30.600
Pembungkusan dan pengiriman = 25.600
Advertensi = 54.400
Kredit dan penagihan = 9.840
Akuntansi = 27.840

Jumlah dasar alokasi:

Penjualan = 960.000 …(1)


Pergudangan = 180.000 kg ….(2)
Pembungkusan dan pengiriman = 80.000 unit
Advertensi = 80.000 unit
Kredit dan penagihan = 2.400
Akuntansi = 6.400

Keterangan:

 Jatim = 55.000 x Rp 12 = 660.000


Jabar = 25.000 x Rp 12 = 300.000
Jumlah = Rp 960.000
 Jatim = 55.000 x 2,25 kg = 123.750 kg
Jabar = 25.000 x 2,25 kg = 56.250 kg
Jumlah = 180.000 kg
Tarif alokasi biaya pemasaran:

Penjualan = 6%
Pergudangan = Rp 0,17
Pembungkusan dan pengiriman = 0,32
Advertensi = 0,67
Kredit dan penagihan = 4,10
Akuntansi = 4,35

C. Analisis Biaya Marketing Menurut Besar Pesanan

Besar pesanan sangat erat hubungannya dengan menguntungkan tidaknya pesanan dari
pelanggan. Dari analisis menurut besar pesanan, kemungkinan dapat ditunjukkan bahwa
sebagian besar pesanan yang diterima dari pelanggan, menyebabkan perusahaan mengeluarkan
biaya yang jumlahnya lebih besar dari laba kotor yang diperoleh. Oleh karena itu, perusahaan
harus menentukan jumlah nilai rupiah penjualan atau kuantitas minimum untuk setiap kali
pesanan. Sehingga dapat mengurangi jumlah transaksi penjualan dan menaikkan laba.
Perhatikan contoh soal biaya pemasaran berikut ini:

PT KAS Surabaya melakukan studi mengenai kemampuan masing-masing produk yang


dijualnya dalam menghasilkan laba. Dan kemampuan masing-masing golongan besarnya
pesanan (order size class) dalam menghasilkan laba.

Dasar alokasi biaya marketing untuk tiap-tiap produk adalah sebagai berikut:

1. Biaya komisi penjualan dialokasikan atas dasar tarif 5% dari hasil penjualan.
2. Gaji tenaga penjualan dialokasikan atas dasar perbandingan hasil kali jumlah pelanggan
dengan hasil penjualan.
3. Biaya fungsi kredit dan penagihan serta fungsi pembukuan dan akuntansi pemasaran
dialokasikan atas dasar perbandingan hasil penjualan.
4. Biaya fungsi packaging dan pengiriman serta pergudangan dialokasikan atas dasar
perbandingan berat pokok produk yang dijual.
5. Biaya advertensi dialokasikan sebesar Rp 40.000 untuk setiap jenis produk.
 

Dasar alokasi biaya marketing menurut besarnya pesanan adalah sebagai berikut:

 Gaji tenaga penjualan dialokasikan atas dasar perbandingan hasil kali jumlah pelanggan
dalam tiap-tiap golongan besarnya pesanan dengan hasil penjualan.
 Biaya perjalanan tenaga penjualan, biaya kantor bagian penjualan dan biaya fungsi kredit
dan penagihan dialokasikan atas dasar jumlah pelanggan dalam tiap-tiap golongan besar
pesanan.
 Biaya komisi penjualan dialokasikan atas dasar tarif 5% dari hasil penjualan.
 Biaya fungsi packaging dan pengiriman serta biaya fungsi pergudangan dialokasikan atas
dasar jumlah pesanan yang diterima dengan angka penimbang (weight) untuk tiap-tiap
golongan besar pesanan berturut-turut 1,4,8, dan 10.
 Biaya akuntansi pemasaran dialokasikan atas dasar jumlah pesanan.

Dalam analisis biaya pemasaran menurut jenis produk dan besar pesanan ini., biaya marketing
yang tidak ditentukan dasar alokasinya, dbagikan kepada tiap-tiap jenis produk atau golongan
besar pesanan dalam jumlah yang sama.

Dalam tahun 20XX hasil penjualan dari 3 macam produk PT KAS Surabaya adalah sebagai
berikut:

Biaya pemasaran yang dikeluarkan dalam tahun 20XX adalah sebagai berikut:

Gaji salesman = Rp 33.000


Komisi Penjualan = Rp 77.000
Biaya perjalanan salesman = Rp 24.750
Biaya kantor bagian penjualan = Rp 82.500
Biaya kredit dan penagihan = Rp 14.850
Biaya pembungkusan dan pengiriman = Rp 33.000
Biaya pergudangan = Rp 22.000
Biaya advertensi = Rp 120.000
Biaya akuntansi pemsaran = Rp 49.500
Biaya administrasi umum pemasaran = Rp 90.000
Jumlah = Rp 546.600

Analisis Biaya Marketing Menurut Jenis Produk


Analisis biaya menurut jenis produk disajikan berikut ini:

1: Alokasi Biaya Tenaga Penjualan

Poduk A:

Hasil penjualan = 500.000


Jumlah pelanggan = 550.000
Dasar alokasi = 275.550.000
Persentase = 32%
Alokasi gaji tenaga penjualan = 10.560

Poduk B:

Hasil penjualan = 640.000


Jumlah pelanggan = 600.000
Dasar alokasi = 384.000.000
Persentase = 45%
Alokasi gaji tenaga penjualan = 14.850

Poduk C:

Hasil penjualan = 400.000


Jumlah pelanggan = 500.000
Dasar alokasi = 200.000
Persentase = 23%
Alokasi gaji tenaga penjualan = 7.590

2: Alokasi Biaya Fungsi Kredit dan Penagihan serta Fungsi Akuntansi Pemasaran

Produk A:

Hasil penjualan (dasar alokasi) = 500.000


Persentase = 32%
Alokasi biaya fungsi kredit dan penagihan = 4.752
Alokasi biaya fungsi pembukuan dan pembuatan faktur = 15.840
Produk B:

Hasil penjualan (dasar alokasi) = 640.000


Persentase = 42%
Alokasi biaya fungsi kredit dan penagihan = 6.237
Alokasi biaya fungsi pembukuan dan pembuatan faktur = 20.700

Produk C:

Hasil penjualan (dasar alokasi) = 400.000


Persentase = 26%
Alokasi biaya fungsi kredit dan penagihan = 3.861
Alokasi biaya fungsi pembukuan dan pembuatan faktur = 12.870

3: Alokasi Biaya Fungsi Pergudangan dan Fungsi Pembungkusan & Pengiriman

Produk A:

Berat produk per unit = 1 kg


Jumlah produk yang terjual = 100.000 unit
Dasar alokasi = 100.000 kg
Persentase = 9,09%
Alokasi biaya fungsi packaging & pengiriman = Rp 3.000
Alokasi biaya fungsi pergudangan = Rp 2.000

Produk B:

Berat produk per unit = 5 kg


Jumlah produk yang terjual = 80.000 kg
Dasar alokasi = 400.000 kg
Persentase = 36,36%
Alokasi biaya fungsi packaging & pengiriman = Rp 11.999
Alokasi biaya fungsi pergudangan = Rp 7.999

Produk C:

Berat produk per unit = 3 kg


Jumlah produk yang terjual = 200.000 unit
Dasar alokasi = 600.000 kg
Persentase = 54,55%
Alokasi biaya fungsi packaging & pengiriman = Rp 18.001
Alokasi biaya fungsi pergudangan = Rp 12.001
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengendalian manajemen berfokus pada pusat pertanggungjawaban, karena pusat
pertanggungjawaban merupakan alat untuk melaksanakan strategi dan program-program yang
telah diseleksi melalui proses perencanaan strategi. Pusat-pusat pertanggungjawaban organisasi
mempunyai peran yang sangat penting dalam melakukan perencanaan dan pengendalian
anggaran. Melalui pusat pertanggungjawaban tersebut anggaran dibuat, dan jika telah disahkan
anggaran dikomunikasikan kepada manajer level menengah dan bawahan untuk dilaksanakan.
Idealnya, struktur pusat pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian anggaran sejalan
dengan program atau struktur aktivitas organisasi. Dengan perkataan lain, tiap-tiap pusat
pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan program atau aktivitas tertentu, dan
penggabungan program-program dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban tersebut seharusnya
mendukung program pusat pertanggungjawaban pada level yang lebih tinggi, sehingga pada
akhirnya tujuan umum organisasi dapat tercapai.
Setiap jenis pusat pertanggungjawaban membutuhkan data mengenai belanja (pengeluaran)
yang telah dilakukan dan output yang dihasilkan selama masa anggaran. Laporan kinerja
disiapkan dan dikirimkan ke semua level manajemen untuk dievaluasi kinerjanya, yaitu
dibandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan anggaran. Jika sistem
pengendaliananggaran berjalan dengan baik, maka informasi yang dikirimkan kepada manajer
harus relevan dan tepat waktu. Informasi yang relevan merupakan informasi yang terbaru (up to
date) dan akurat. Informasi yang relevan adalah informasi yang dapat membedakan dengan
jelasantara biaya yang dapat dikendalikan secara langsung (controlleble) dengan biaya-biaya
yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) oleh manajer pusat pertanggungjawaban.
DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Weygandt, Warfield., (2002).  Akuntansi Intermediate . Edisi 10.Jakarta : Erlangga

Mulyani, Sri. 2013. Sistem Pengendalian Manajemen. Tanggereng Selatan : Universitas


Terbuka.
Sayidah, Nur. (2004). Persepsi Penyedia dan Pemakai  Laporan KeuanganTerhadap
Pengungkapan Biaya Riset dan Pengembangan. JurnalAkuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 8
No.1. 81-87.

Sudibyo, Heru Harmadi. "ANALISA LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PUSAT


BIAYA UNTUK MENILAI KINERJA MANAJER PUSAT PERTANGGUNG JAWABAN."
Ilmu dan Budaya 40.56 (2018).

Anda mungkin juga menyukai