Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK

Mata Kuliah Akuntansi Perbankan

Dosen Pengampu:

Sondang Aida Silalahi, SE, M.Si / Tuti Sriwedari, M.Si, Ak, CA

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Anjelin Demak Hutagaol (7173142004)

Evi Pratiwi Simanjuntak (7173142009)

Josua Leonardo Situmeang (7171142012)

Mike Anggriani Siagian (7173342030)

Sondang Sitohang (7172142020)

Kelas : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas BerkatNyalah
penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada ibu Sondang Aida Silalahi, SE, M.Si / Tuti Sriwedari, M.Si, Ak, CA selaku
dosen pemimbing mata kuliah Akuntansi Perbankan yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan tugas ini.

Tugas ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua. Penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman penulis masih terbatas.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan tugas ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan juga bagi penulis.

Demikian, terimakasih.

Medan, November 2019

Penulis

Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan


keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu lembaga yang
mampu menyalurkan kembali dana-dana yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada
unit-unit ekonomi yang membutuhkan bantuan dana atau defisit. Fungsi ini merupakan mata
rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena berkaitan dengan penyediaan dana sebagai
investasi dan modal kerja bagi unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi produksi. Oleh karena
itu agar dapat berjalan dengan lancar maka lembaga perbankan harus berjalan dengan baik pula.

Bank sebagai lembaga keuangan dengan usaha utamanya memberikan jasa dibidang
perbankan. Peran perbankan dalam menghimpun dana masyarakat diperlukan suatu kondisi
perbankan yang sehat serta tersedianya produk jasa perbankan yang menarik minat masyarakat.
Bank mempunyai kepentingan untuk menjaga dana tersebut agar kepercayaan masyarakat tidak
disia-siakan. Pendirian bank-bank yang semakin menjamur dan persaingan antar bank yang
sangat ketat apakah semua kondisi bank tersebut sehat.

Analisis laporan keuangan perbankan dapat membantu para pelaku bisnis, baik
pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu
perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan. Untuk menilai kinerja keuangan perbankan
umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL (Capital, Assets, Management,
Earning, Liquidity). Aspek capital meliputi CAR, aspek aset meliputi KAP, aspek earning
meliputi ROA, dan BOPO, sedangkan aspek liquidity meliputi LDR. Empat dari lima aspek
tersebut masing-masing capital, assets, management, earning, liquidity dinilai dengan
menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam
menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan.

Penelitian rasio keuangan baik secara individu maupun secara construct untuk menilai
kinerja dan pengujian kekuatan hubungan rasio keuangan dengan kinerja keuangan perbankan,
menurut pengamatan peneliti jarang dilakukan. Hal ini didasari oleh beberapa alasan antara lain
keuangan perusahaan perbankan sedikit berbeda dengan rasio keuangan-keuangan sejenis
perusahaan lainnya. Hal ini ditunjukan oleh dalam Standar Akuntansi Keuangan Perbankan yang
diatur khusus dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 (IAI, 1995).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Bank

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai analisis laporan keuangan bank
bank, berikut beberapa definisi mengenai analisis laporan keuangan bank bank, yakni :

1. Pangaribuan dan Yahya (2009) menyatakan bahwa,

“Analisis laporan keuangan bank bank merupakan bagian dari analisis bank. Analisis bank
merupakan analisis atas prospek dan resiko perusahaan untuk kepentingan pengambilan
keputusan bank. Analisis bank membantu pengambilan keputusan dengan melakukan evaluasi
atas lingkungan bank perusahaan, strateginya, serta kinerja keuangannya.”

2. Menurut Halsey, dkk (2005) dalam Hamonangan dan Siregar (2009),

Analisis laporan keuangan bank bank adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan
keuangan bank bank bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi
dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bank.

3. Bernstein dalam Prastowo dan Juliaty (2008 : 56) memberi definisi,

“financial statement analysisis the judgmental proces that aims to evaluate the current and the
past financial positions and results of operation of an enterprise, with primary objective of
determining the best possible estimates and predictions about future conditions and
performance”.

4. Harahap (2008 : 190) mendefinisikan analisis laporan keuangan bank bank adalah :

“Menguraikan pos-pos laporan keuangan bank bank menjadi unit informasi yang lebih kecil dan
melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu
dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat”.

Dari definisi yang telah diberikan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa
analisis laporan keuangan bank adalah suatu kegiatan untuk membedah dan menguraikan pos-
pos laporan keuangan bank bank untuk mencari suatu hubungan antara unsur-unsur atau
komponen-komponen dalam laporan keuangan bank bank agar dapat diperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan hingga informasi tersebut
dapat digunakan dalam pembuatan suatu keputusan bank dan investasi.
2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan bank menjadi alat yang penting untuk memperoleh informasi yang
berkaitan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan.
Laporan keuangan bank bank merupakan salah satu informasi yang cukup penting dalam
pengambilan suatu keputusan ekonomi. Laporan keuangan bank bank menyajikan mengenai apa
yang telah terjadi, sementara itu pengguna juga membutuhkan 27 informasi yang memungkinkan
mereka untuk dapat memproyeksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Analisis laporan keuangan bank dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan. Misalnya
dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger;
sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang; sebagai proses
diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya; atau sebagai alat
evaluasi terhadap manajemen. (Prastowo dan Juliaty, 2008 : 57).

Selain itu, tujuan dari analisis laporan keuangan bank bank menurut Harahap (2008 :195)
adalah:

“1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari
laporan keuangan bank bank biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan
keuangan bank bank atau yang berada di balik laporan keuangan bank bank (implicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan bank bank.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu
laporan keuangan bank bank baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan bank
bank maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori
yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan
perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan bank bank merupakan tujuan
analisis laporan keuangan bank bank juga.

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal
dalam dunia bank.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya
atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi
keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan
datang”

Dari semua tujuan tersebut, menurut Hamonangan dan Siregar (2009), tujuan yang
terpenting dari analisis laporan keuangan bank bank adalah untuk mengurangi ketergantungan
para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi, serta mengurangi dan
mempersempit lingkup ketidakpastian pada setiap proses pengambilan keputusan.

2.3. Prosedur Analisis Laporan Keuangan Bank

Berbagai langkah harus ditempuh dalam melakukan suatu analisis terhadap laporan
keuangan bank bank. Adapun langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo dan Juliati (2008 :
58) adalah sebagai berikut :

1. Memahami latar belakang data keuangan perusahan

Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan mencakup pemahaman tentang bidang
usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan.

2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan

Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan)


industri di mana perusahaan beroperasi; perubahan teknologi; perubahan selera konsumen;
perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan per kapita; tingkat bunga; tingkat
inflasi dan pajak; dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan
manajemen kunci.

3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan bank bank

Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan bank bank telah cukup
jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku.

4. Menganalisis laporan keuangan bank bank

Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan bank bank, maka dengan
menggunakan berbagai metoda dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan
keuangan bank bank dan menginterpretasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai
rekomendasi).”
2.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan keuangan bank

Untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai informasi dalam laporan


keuangan bank bank, maka dalam suatu analisis laporan keuangan bank bank harus
menggunakan suatu metode dan teknik agar dicapai tujuan yang diharapkan. Secara umum,
menurut Prastowo dan Juliati (2008 : 59), metode analisis dalam laporan keuangan bank bank
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni :

1. Metode analisis horizontal (dinamis), adalah metode analisis yang dilakukan dilakukan dengan
membandingkan laporan keuangan bank bank untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat
diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis horizontal karena
karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda. Disebut metode
analisis yang dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik
analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknis analisis perbandingan,
analisis trend (index), analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perubahan laba kotor.

2. Metode analisis vertikal (statis), adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara
menganalisis laporan keuangan bank bank pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan
membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan bank bank yang
sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu
dengan pos lainnya pada laporan keuangan bank bank yang sama, maka disebut metode vertikal.
Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan bank
bank pada tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi
metode ini antara lain teknik analisis persentase per komponen, (common-size), analisis ratio,
dan analisis impas.”

Teknik analisa terhadap laporan keuangan bank bank yang biasa digunakan dalam analisa
laporan keuangan bank bank menurut Munawir (2010 : 36) adalah sebagai berikut :

1. Analisa Perbandingan Laporan keuangan bank bank, adalah metode dan teknik analisa dengan
cara memperbandingkan laporan keuangan bank bank untuk dua periode atau lebih, dengan
menunjukan :

a. Data absolut atau jumlah dalam rupiah

b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah

c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase

d. Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio

e. Prosentase dari total

Analisa dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang
terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam
prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisa untuk
mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik
atau bahkan turun.

3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode
analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total
aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang
terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.

4. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisa untuk mengetahui
sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam
periode tertentu.

5. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas (cash flow statement analysis), adalah suatu analisa
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-
sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.

6. Analisa rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu
dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7. Analisa Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui
sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau
perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

8. Analisa Break-Even, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus
dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga
belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai
tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

Menurut Dewi Astuti (2004) dalam Aulia (2007 : 29) ada tiga tipe pembandingan hasil
analisis rasio keuangan, yakni :

1. Analisis cross-sectional

Membandingkan hasil analisis rasio keuangan suatu perusahaan dengan nilai analisis keuangan
perusahaan sejenis dalam industri yang sama dalam waktu yang sama.

2. Analisis time-series

Mengevaluasi kinerja perusahaan dengan cara membandingkan hasil analisis rasio keuangan
pada periode yang satu dengan hasil analisis rasio keuangan pada periode yang lain dalam
perusahaan yang sama.
3. Analisis gabungan

Gabungan antara analisis cross-sectional dan analisis time-series.

Dengan mengetahui metode dan teknik dalam menganalisis laporan keuangan bank bank,
maka pemakai laporan keuangan bank bank dapat lebih memahami informasi yang terkandung di
dalamnya sehingga dapat membuat suatu keputusan ekonomi yang yang tepat berdasarkan hal
tersebut.

2.5 Laporan Keuangan Perbankan

Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan mendefinisikan bank sebagai


badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank mempunyai fungsi sangat strategis dalam pembangunan nasional, fungsi utamanya sebagai
penghimpun dana dan penyalur dana dengan tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional
ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (Undang-undang Perbankan, 1992). Dan sifat
bank berbeda dengan bank perusahaan manufaktur maupun jenis perusahaan jasa lainnya.

Aktiva bank pada umumnya sebagian besar merupakan aktiva likuid dan hanya sedikit
aktiva tetap. Oleh karena itu, tingkat perputaran aktiva dan pasivanya sangat tinggi. Bank
perbankan merupakan usaha yang sangat mengandalkan pada kepercayaan , yaitu kepercayaan
masyarakat pengguna jasa bank. Dengan demikian keberhasilan bank bank sangat ditentukan
oleh adanya kepercayaan masyarakat, tingginya likuiditas dan kesanggupan manajemen bank
tersebut menjaga kekayaan masyarakat yang dititipkan kepadanya (Astuti Yuli Setyani, 2002).

Pelaporan keuangan perbankan (akuntansi perbankan) di Indonesia telah diatur sesuai


dengan Surat Edaran BI No. 23/77/KEP/DIR/ tanggal 28 Februari 1991, tentang ketentuan
publikasi laporan keuangan bank , yang diperbaharui dengan Surat Edaran BI No. 27/5/U/PBB,
tanggal 25 Januari 1995. Menurut Surat Edaran BI No. 23/77/KEP/DIR, tanggal 28-02-1991,
semula bank wajib mempublikasikan laporan keuangan bank banknya di media cetak empat kali
dalam setahun pada akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember, sedangkan menurut Surat
Edaran BI No. 27/5/U/PBB, tanggal 25 Januari 1995, bank hanya wajib mempublikasikan
laporan keuangan bank banknya dua kali dalam setahun pada akhir bulan Juni dan Desember.

Laporan keuangan bank harus disusun berdasarkan Standar Khusus Akuntansi Perbankan
Indonesia (SKAPI) dan Prinsip Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Menurut ketentuan tersebut laporan keuangan bank bank bank
terdiri dari (1) Neraca (2) Laporan Perhitungan Laba Rugi , (3) Laporan Komitmen dan
Kontijensi, (4) Laporan Perubahan Posisi Keuangan, dan (5) Catatan atas Laporan keuangan
bank bank (IAI,1995). Neraca sebagai laporan posisi keuangan bank pada saat tertentu Aktiva
dan pasiva pada neraca bank tidak diklasifikasikan menurut lancar dan tidak lancar, melainkan
disusun sesuai dengan dengan tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Setiap pos aktiva produktif
harus disajikan dalam jumlah bruto dan dikurangi dengan penyisihan penghapusannya. Laporan
laba rugi bank disusun multiple step sehingga menggambarkan kegiatan operasi utama bank
dengan kegiatan non opersionalnya. Pos-pos laporan laba rugi harus disesuaikan dengan SKAPI
dan PAPI.

Laporan Komitmen dan Kontijensi harus disusun secara sistematis, agar dapat
memberikan gambaran komprehensif posisi komitmen dan kontijensi, baik yang bersifat tagihan
maupun kewajiban, secara tersendiri tanpa pos lawan. Komitmen merupakan perjanjian atau
kontrak yang tidak dapat dibatalkan (irreversible) secara sepihak. Kontijensi merupakan
kewajiban yang timbulnya bersifat kondisional. Laporan perubahan posisi keuangan merupakan
laporan arus kas yang membagi arus kas menjadi tiga kategori arus kas operasi, arus kas
investasi dan arus kas pendanaan.

Laporan arus kas diatur sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 2 tentang laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan bank bank harus menjelaskan pos-
pos laporan keuangan bank bank pokok dan catatan tentang posisi devisa menurut jenis mata
uang serta kegiatannya, seperti kegiatan wali amanat, custodianship, dan penyaluran kredit
kelolaan (IAI, 1995) Menurut ketentuan Bank Indonesia (1997) setiap bank harus menyajikan
laporan keuangan bank bank seperti disebut di atas setiap bank diwajibkan menyampaikan
beberapa jenis laporan lainnya untuk disampaikan kepada BI. Laporan lainnya tersebut antara
lain :

1. Laporan Mingguan

a. Giro wajib minimum yang mencakup, dana pihak ketiga rupiah / valuta asing per bank dan
posisi pos-pos tertentu neraca rupiah dan valuta asing per bank.

b. Laporan keuntungan / kerugian transaksi derivative

c. Laporan posisi devisa netto (PDN)

2. Laporan Bulanan

a. Laporan beserta lampiran per kantor (LBU)

b. Laporan perkreditan bank umum per kantor ( LPBU)

c. Laporan pelanggaran batas maksimal pemberian kredit (BMPK)

3. Laporan Triwulanan, berupa laporan realisasi perkreditan bank terhadap rencana kerja bank.
4. Laporan Semesteran

a. Laporan dewan komisaris terhadap pelaksanaan rencana kerja bank

b. Laporan keuangan bank bank publikasi di surat kabar berbahasa Indonesia

c. Laporan dewan audit tentang hasil kinerja audit intern yang telah dilakukan.

5. Laporan Tahunan

a. Laporan tahunan yang diaudit oleh akuntan public yang terdaftar di BI yang disertai dengan

surat komentar dari akuntan public.

b. Laporan realisasi rencana kerja bank

6. Laporan lainnya

a. Kerugian transaksi derivative yang melebihi 10 % dari modal bank beserta tindakan yang akan

dilakukan untuk mengatasi selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya.

b. Laporan khusus mengenai setiap temuan audit yang diperkirakan dapat mengganggu
kelangsungan usaha bank yang ditandatangani direktur utama dan ketua dewan audit selambat-
lambatnya 15 hari kerja sejak adanya temuan audit.

c. Laporan atas setiap penyalahguanaan yang dilakukan melalui sarana teknologi system
informasi.

d. Laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern , ditanda tangani oleh direktur utama
dan ketua dewan audit selambat-lambatnya 2 bulan setelah akhir Juni dan akhir Desember.

Tujuan laporan keuangan bank adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
pengambilan keputusan. Oleh karena banyak pihak berkepentingan terhadap laporan keuangan
bank bank, maka laporan keuangan bank bank harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dari seluruh pihak yang memerlukan.

2.6 Contoh Analisis Laporan Keuangan Bank

Analisis Laporan Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Perhatikan data-data berikut ini data yang diambil dari Forbes berikut ini:
Untuk menilai kinerja sebuah bank, ada rasio keuangan perbankan yang digunakan sebagai
standar penilaian yaitu:

 Aspek modal atau capital

 Aspek asset quality

 Earning & efisiensi

 Liquidity.

Dari Laporan Keuangan bank BRI 2015, secara global kita akan memperoleh data-data
kinerja keuangan Bank BRI 2014 dan 2015 sebagai berikut :
1. Kondisi Modal atau Capital

Perhatikan data-data modal bank BRI, dan penjelasan lengkapnya adalah sebagai berikut:

 Modal

Modal BRI pada tahun 2015 sebesar Rp. 110.580 M, meningkat sebesar 29,02% dibandingkan
dengan tahun 2014 yang sebesar Rp. 85.706 M.

 Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Tahun 2015 ATMR BRI untuk risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional sebesar Rp
537.07 triliun, atau naik 14,71% dibandingkan dengan 2014. Kenaikan ini sebagian besar berasal
dari ATMR untuk Risiko Kredit sebesar Rp 57.23 triliun, atau naik dari Rp. 381,06 triliun di
tahun 2014 menjadi Rp. 438,3 triliun pada tahun 2015. Pertumbuhan kredit adalah Rp 68.03
triliun pada 2015, sehingga rata-rata ATMR untuk Risiko Kredit pada tahun 2015 berada di
84,12%.

 Rasio Kecukupan Modal (CAR)

Pada 31 Desember 2015, rasio kecukupan modal BRI tercatat sebesar 20,59%, meningkat
sebesar 12,45% dibandingkan pada tahun 2014 sebesar 18,31%. Dengan tingkat CAR ini, BRI
telah memenuhi persyaratan rasio kecukupan modal Bank Indonesia. Peningkatan CAR pada
tahun 2015 juga menunjukkan kemampuan BRI untuk menyerap risiko.

 Rasio Modal Inti terhadap Total Capital

Rasio modal inti atau tier 1 capital terhadap total capital tahun 2015 berada 81,38% atau masih di
atas level 80%. Porsi tier 1 capital tehadap total capital tersebut tergolong baik.

 Rasio Capital to Total Asset

Hasil analisis laporan keuangan bank BRI menunjukkan rasio capital to total asset tahun 2014 –
2015 naik sebesar 18,6%. Hal ini dikarenakan peningkatan modal lebih besar (29,02%) dari
pada peningkatan total asset (8,74%). Rasio ini menunjukkan coverage equity dalam menyerap
kerugian terhadap total asset meningkat dari tahun 2014 – 2015 yaitu dari 11.02% menjadi
13.07%.

Berdasarkan data hasil analisis laporan keuangan bank BRI di atas menunjukkan kondisi
permodalan BRI tergolong kuat dengan level quality CAR berada di atas ketentuan minimum
Bank Indonesia dan didukung oleh porsi modal inti yang berada di atas level 80%. BRI
mengelola struktur modal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tujuan utamanya adalah untuk memastikan modal yang cukup untuk mengantisipasi
risiko utama yang terkait dengan aktivitas perbankan, yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan
Risiko Operasional. Dari hasil analisis laporan keuangan bank BRI menunjukkan bahwa dalam
mengelola modal, BRI terus menjaga keseimbangan antara return bagi pemegang saham dan
mitigasi risiko.
2. Asset Quality

 Aset

Total aset BRI tahun 2015 mengalami kenaikan 8,74% atau sebesar Rp. 67.98 triliun
dibandingkan tahun 2014 yang sebesar Rp. Rp. 778.02 triliun.

 Gross Loans

Pertumbuhan kredit BRI tahun 2015 naik sebesar 13,87% atau sebesar Rp. 68. 03 triliun dari Rp.
490.41 triliun di tahun 2014 menjadi Rp. 558.44 triliun.

 Non Performing Loans (NPL)

NPL atau Non-Performing Loans Ratio Bruto BRI naik dari 1,69% pada tahun 2014 menjadi
2.02% pada tahun 2015. Rasio NPL sebesar 2.02% masih dibawah level yang ditentukan Bank
Indonesia sebesar 5% dan di tingkat yang dapat diterima. Pencapaian rasio NPL yang terjaga
merupakan hasil dari upaya manajemen BRI untuk menjaga kualitas kredit yang dimulai pada
kuartal ketiga 2015 melalui program “The Lower The Better”. Program ini dilaksanakan dengan
mengerahkan 100 petugas khusus (AOS) ke 100 kantor cabang BRI. Tugas dari tim adalah
monitoring, evaluasi lapangan, memberikan rekomendasi untuk meminimalkan risiko kredit,
antara lain dengan: mempercepat restrukturisasi hutang, mempercepat pelunasan pinjaman
(lelang agunan, dll). Program ini terbukti sukses dan manajemen BRI berencana untuk
melanjutkannya pada tahun 2016. Hasil analisis laporan keuangan bank BRI menunjukkan
cakupan NPL Rasio ini menggambarkan kemampuan bank untuk menyerap kerugian yang
timbul dari pinjaman non-performing.
 Rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) terhadap Aset Produktif

Rasio CKPN terhadap aset produktif turun dari 2,40% tahun 2014 menjadi 2,37% pada tahun
2015. Hal ini menunjukkan bahwa aset produktif bermasalah tahun 2015 relatif kecil yaitu
2.37%.

 Rasio Loan Loss Provision to Gross Loan

Rasio loan loss provision to gross loan naik menjadi 1.54% pada tahun 2015 dari 2014 sebesar
1.14%. Rasio sebesar 1,54% menunjukkan bahwa biaya kerugian penurunan nilai dan hapus
buku kredit dibandingkan dengan total kredit relatif kecil.

 Rasio Pemenuhan PPA (Penyisihan Penghapusan Aset)

Rasio pemenuhan PPA (penyisihan penghapusan aset) pada tahun 2015 sebesar 108.23%. Hal ini
menunjukkan penurunan dari tahun 2014 sebesar 118.92%. Nilai sebesar 108,23% ini berarti
penyediaan pencadangan kuat, karena masih berada diatas 100%, dan mencerminkan kebijakan
pencadangan BRI yang prudent. Dengan nilai rasio sebesar 108,23% menunjukkan bahwa
potensi kerugian karena non performing aset sepenuhnya tercover dari penyisihan penghapusan
aset yang dibentuk.

Berdasarkan data-data yang disajikan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas aset BRI
tergolong sangat baik karena rasio NPL jauh di bawah level yang ditentukan oleh Bank
Indonesia dan coverage ratio atas aset bermasalah berada diatas 100%.

3. Earning & Efficiency


 Profit

Total profit atau laba tahun 2015 naik 4.16% atau sebesar Rp. 1,007 triliun menjadi Rp. 25,20
triliun dibanding tahun 2014 yang sebesar Rp. 24,2 triliun.

 Return on Equity (ROE)

BRI merupakan salah satu bank dengan Return on Equity (ROE) tertinggi dalam industri
perbankan. Return on Equity (ROE) BRI pada tahun 2015 mencapai 29,89%. Hal ini
menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan pada tahun 2014 sebesar 31,19%. Penurunan
Return on Equity (ROE) karena pertumbuhan laba bersih dan juga karena pertumbuhan yang
tinggi dari Modal Inti BRI, dari Rp 82.11 triliun menjadi Rp 89.99 triliun. Pertumbuhan modal
inti ini terutama berasal dari laba ditahan.

 Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) BRI pada 31 Desember 2015, berada pada 4,19%, atau sedikit lebih
rendah dari posisi tahun 2014 sebesar 4,74%. Pendorong utama penurunan ini dihasilkan dari
peningkatan yang signifikan pada penyisihan risiko kredit pada 2015.

 Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio BOPO BRI pada tahun 2015 mencapai 67,96% dari 65,37% pada tahun 2014. Hal ini
mencerminkan kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan, namun nilai sebesar ini masih bagus
karena dibawah 70%. Rasio BOPO ini mencerminkan komitmen manajemen BRI untuk tetap
dapat mempertahankan efisiensi perseroan.

 Rasio Biaya Operasional non Bunga dibandingkan Total Aset

Rasio biaya operasional non bunga dibandingkan total aset tahun 2014 sebesar 3.99% dan tahun
2015 sebesar 4.55%, berada sedikit diatas angka normal 3.50%. Hal ini mencerminkan bank
cukup efisien dalam mengelola biaya operasionalnya.

 Rasio Biaya Operasional dibanding Pendapatan Bunga

Rasio biaya operasional dibanding pendapatan bunga tahun 2015 sebesar 46,79% sedikit lebih
tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 42.81% namun masih berada dibawah
batas 50%. Nilai tersebut mencerminkan BRI dinilai efisien dalam mengelola biaya
operasionalnya.

 Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) BRI pada tahun 2015 sedikit menurun dari 8,51% pada 2014 menjadi
8,13%. Penurunan NIM antara lain karena produktivitas portofolio non-kredit turun, hal ini
didorong oleh peningkatan rata-rata yang signifikan dari aktiva produktif non-kredit pada tahun
2015. Namun, NIM BRI masih mencerminkan daya saing yang kuat Bank di industri perbankan
Indonesia.

 Funding Cost

Funding cost BRI pada 2015 sangat bagus, ditandai dengan kecenderungan penurunan menjadi
3.67% dibanding tahun 2014 yang 3.72%. Rasio funding cost yang relatif kecil ini,
mencerminkan bahwa struktur dana BRI didominasi oleh dana murah (low cost deposit) giro dan
tabungan dibandingkan total dana pihak ketiga.

 Fee Based Income

Pendapatan dari fee based income tahun 2015 sebesar 7,63%, mengalami kenaikan bila
dibandingkan 2014 yang sebesar 6.99%. Hal ini berarti kontribusi pendapatan fee base income
terhadap laba perseroan mengalami kenaikan. Dari angka-angka di atas dapat disimpulkan bahwa
secara umum kondisi profitabilitas dan efesiensi BRI tergolong sangat baik, dan secara rasio
cenderung meningkat yang didukung efisiensi operasional serta struktur dana murah.

4. Liquidity

 Customer Deposit

Tahun 2015 customer deposit BRI mengalami kenaikan sebesar 7,06% menjadi Rp. 642,77
triliun dibandingkan tahun 2014 yang sebesar Rp. 600,40 triliun. Hal ini merupakan suatu
indikasi bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BRI meningkat.

 Low Cost Deposit

Low cost deposit masih mendominasi dana pihak ketiga di mana pada tahun 2015 mencapai
59,21%. Ada peningkatan sebesar 10,57% bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar
53,55%.
 Loans Deposit Ratio (LDR)

BRI merupakan salah satu bank yang portofolio bisnisnya didominasi oleh fungsi intermediasi di
sektor riil. Hal ini ditunjukkan dari proporsi Bank pinjaman, yang sebagian besar aktiva
produktif juga dari pinjaman BRI untuk deposit ratio yang dipertahankan pada tingkat optimal di
angka 86,88% pada tahun 2015. Hal ini selaras dengan strategi BRI untuk meningkatkan
produktivitas mempertimbangkan tingkat Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) masih dalam
kisaran target internal antara 85% sampai 92%.

 Rasio Liquid Asset terhadap Total Asset

Rasio liquid asset terhadap total asset tahun 2015 sebesar 22,98% naik 4,88% bila dibandingkan
dengan tahun 2014 yang sebesar 21.91%. Ini menunjukkan bahwa tahun 2015 ketersediaan
likuid asset sangat memadai sebagai cadangan untuk mendukung likuiditas karena berada di atas
quality level 20%.

 Rasio Liquid Asset terhadap Customer Deposit

Rasio liquid asset terhadap dana pihak ketiga tahun 2015 adalah sebesar 30,25%. Naik dari tahun
2014 yang sebesar 28.39%. Ini mencerminkan kondisi BRI yang sangat memadai untuk
ketersediaan likuiditasnya. Kondisi likuiditas Bank Rakyat Indonesia di tahun 2015 tergolong
sangat memadai bila dilihat dari Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berada di angka
86,88% dan didukung oleh level of liquid asset yang sangat memadai.

Kesimpulan

Dari data-data yang telah disajikan dalam laporan keuangan bank BRI yang terangkum
dalam penjelasan rasio-rasio keuangan di atas dapat disimpulkan bahwa “Kinerja keuangan Bank
BRI tahun 2014 dan 2015 sangat sehat” Hal itu tercermin dari hasil analisis laporan keuangan
bank BRI mengenai kondisi permodalan dengan CAR yang berada di atas ketentuan minimum
standar rasio keuangan menurut Bank Indonesia.

Kualitas aset yang sangat baik dengan NPL yang berada di bawah standar Bank
Indonesia dan level of liquidity yang cukup memadai. Dari aspek profitabilitas, efisiensi operasi,
ROA, ROE dan BOPO sangat memadai berada di atas quality level. Dan dari hasil analisis
laporan keuangan Bank BRI dinilai mampu mengatasi kesulitan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya karena pencadangan aset dan kredit bermasalah diatas 100%. Hasil analisis
laporan keuangan bank BRI juga menunjukkan rasio liquid asset terhadap total asset tersedia
cukup dengan rasio berada di atas batas normal 20%.
BAB III

KESIMPULAN

Analisis laporan keuangan bank adalah suatu kegiatan untuk membedah dan menguraikan
pos-pos laporan keuangan bank bank untuk mencari suatu hubungan antara unsur-unsur atau
komponen-komponen dalam laporan keuangan bank bank agar dapat diperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan hingga informasi tersebut
dapat digunakan dalam pembuatan suatu keputusan bank dan investasi.

Laporan keuangan bank menjadi alat yang penting untuk memperoleh informasi yang
berkaitan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan.
Laporan keuangan bank bank merupakan salah satu informasi yang cukup penting dalam
pengambilan suatu keputusan ekonomi. Tujuan yang terpenting dari analisis laporan keuangan
bank bank adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan
murni, terkaan, dan intuisi, serta mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian pada
setiap proses pengambilan keputusan.

Metode analisis dalam laporan keuangan bank bank dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yakni : 1. Metode analisis horizontal (dinamis), adalah metode analisis yang dilakukan dilakukan
dengan membandingkan laporan keuangan bank bank untuk beberapa tahun (periode), sehingga
dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. 2. Metode analisis vertikal (statis), adalah
metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan bank bank pada
tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya
pada laporan keuangan bank bank yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena
membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan bank bank
yang sama, maka disebut metode vertikal.
DAFTAR PUSTAKA

Darmintp, Dwi P. 2011. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: UPP STIMYKPN.

http://magussudrajat.blogspot.com/2010/04/analisis-trend-dan-analisis-common-size.html

http://paliandri.wordpress.com/2012/08/28/analisis-komparatif-common-size

http://jibonkrocksite.blogspot.com/2014/03/analisis-cross-sectional-terhadap.html

Anda mungkin juga menyukai