Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan
Dosen Pengampu:
Ibu Pusvita Indria Mei Susilowati, SE, MSA, Ak, CA
Kelas B
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mkalah yang berjudul “Analisis
Rasio Likuiditas” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Pusvita Indria Mei Susilowati, SE, MSA, Ak, CA selaku Dosen Mata Kuliah Analisis
Laporan Keuangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Analisis Rasio Likuiditas” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pusvita Indria Mei Susilowati, SE, MSA,
Ak, CA selaku Dosen Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan …………………………………………………………………… 19
B. Saran …………………………………………………………………………… 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan
dalam suatu periode tertentu, aktivitas yang sudah dilakukan dituangkan dalam angka-
angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Angka-
angka yang ada dalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat
satu sisi saja. Artinya jika hanya dengan melihat apa adanya, angka-angka ini akan
menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen
lainnya. Caranya adalah dengan membandingkan angka-angka yang ada dalam
laporan keuangan atau antar laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan,
dapat disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada
akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan
ini kita kenal dengan nama analisis rasio keuangan.
Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam
suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga
dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan
secara efektif. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat disajikan sebagai evaluasi
hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan
atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan.
Dalam praktiknya, walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi
dan kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan,
bukan berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi
keuangan yang sesungguhnya. Artinya kondisi sesungguhnya belum tentu terjadi
seperti hasil perhitungan yang dibuat. Oleh karena itu, untuk meminimalkan risiko
kesalahan dalam membuat rasio keuangan, diperlukan prinsip kehati-hatian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis laporan keuangan adalah
sebagai berikut.
1
3. Dalam menyimpulkan hasil rasio keuangan suatu perusahaan, baik buruknya,
hendaknya dilakukan secara hati-hati. Sebagai contoh rasio sediaan yang tinggi ini
biasanya dapat berrarti:
Ada efisiensi; atau
Kekurangan sediaan akibat kehabisan stok
4. Sebaiknya analis harus memiliki dan menguasai informasi tentang operasional dan
manajemen perusahaan.
5. Jangan terlalu terpengaruh dengan rasio keuangan yang normal.
6. Analis juga harus memiliki indra keenam yang tajam. Artinya dapat melihat hal-
hal yang terkandung atau tersembunyi dalam laporan keuangan berdasarkan
pengalaman sebelumnya.
Menurut J. Fred Weston, ada beberapa bentuk rasio keuangan, yaitu rasio
likuiditas; rasio solvabilitas; rasio activity; rasio profitabilitas; rasio pertumbuhan; dan
rasio penilaian. Ada beberapa jenis rasio likuiditas, yaitu rasio lancar (current ratio);
rasio cepat (acid ratio); perputaran piutang; perputaran persediaan; dan perputaran
modal kerja yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rasio likuiditas?
2. Apa tujuan dan manfaat rasio likuiditas?
3. Apa saja jenis-jenis rasio likuiditas?
4. Jelaskan analisis rasio likuiditas dalam contoh kasus pada PT. Indofoof!
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian rasio likuiditas.
2. Mengetahui tujuan dan manfaat rasio likuiditas.
3. Mengetahui jenis-jenis rasio likuiditas.
4. Mengetahui analisis rasio likuiditas dalam contoh kasus PT. Indofood.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk
membayar kewajibannya tersebut sebenarnya aadalah akibat dari kelalaian
manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab lainnya
4
keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban
tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan memiliki utang yang segera jatuh tempo
senilai Rp1.000.000,00, sementara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan sebesar
Rp1.200.000,00. Maka, perusahaan ini dikatakan likuid. Artinya, perusahaan mampu
membayar utang tersebut. Sebaliknya, jika aktiva lancer yang dimiliki perusahaan
hanya sebesar Rp800.000,00 perusahaan ini dikatakan illikuid. Artinya perusahaan
tidak mampu membayar utang dengan seluruh aktiva lancer yag dimilikinya.
Perusahaan masih kekurangan sebesar Rp200.000,00 untuk menutupi utangnya.
Meskipun kondisi dalam keadaan likuid, posisi keuangannya
mengkhawatirkan karena sisa harta lancar tinggal Rp200.000,00. Hal ini berbahaya
karena misalnya ada kewajiban lainnya, pada saat ditagih perusahaan tidak mampu
membayarnya. Jadi, ukuran perusahaan yang baik tidak hanya sekadar likuid saja,
tetapi harus memenuhi standar likuiditas tertentu sehingga tidak membahayakan
kewajiban lainnya. Dalam praktiknya, standar likuiditas yang baik adalah 200% atau
2:1. Namun, standar likuditas ini tidak mutlak dilakukan karena tergantung jenis
industrinya.
5
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar
kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah
ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur
di bawah satu tahu atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva
lancar.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini
aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih
rendah.
4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan
modal kerja perusahaan.
5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan
kas dan utang.
7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya,
dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor),
investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga. Hal ini
tergambar, dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar tersebut akan
memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya.
Kemudian, bagi pihak distributor adanya kemampuan membayar mempermudah
dalam memberikan keputusan untuk menyetujui penjualan barang dagangan secara
angsuran. Artinya, ada jaminan bahwa pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar
secara tepat waktu. Namun, rasio likuiditas bukanlah satu-satunya cara atau syarat
untuk menyetujui pinjaman atau penjualan barang secara kredit.
6
C. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas
Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, di samping itu, dari
rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih
berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semua ini
tergantung dari jenis rasio likuiditas yang digunakan. Dalam praktiknya, untuk
mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis-jenis rasio
likuiditas yang ada.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur
kemampuan, yaitu:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,
seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka
pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai
bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.
Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total
aktiva lancar dengan total utang lancar. Versi terbaru pengukuran rasio lancar
adalah mengurangi sediaan dan piutang.
Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaan yang dapat
dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva
lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, biaya dibayar di
muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan
aktiva lancar lainnya.
Utang Lancar (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka
pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi dalam
waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang,
utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya
diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta
utang jangka pendek lainnya.
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil
pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini
7
dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan
suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang
digunakan, misalnya rața-rata industri untuk usaha yang sejenis atau dapat pula
digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya, sekalipun kita
tahu bahwa target yang ditetapkan perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan
rata-rata industri untuk usaha yang sejenis.
Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200%
(2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau
memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu,
perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek. Namun,
sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah
rata-rata industri untuk perusahaan yang sejenis.
Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva
lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat
likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya. Jadi penganalisa
sebelum membuat kesimpulan yang akhir dari analisa current ratio harus
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut.
a. Distribusi atau proporsi daripada aktiva lancar.
b. Data trend daripada aktiva lancar dan hutang lancar, untuk jangka wantu 5
tahun atau lebih dari wakti yang lalu.
c. Syarat yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dalam mengadakan
pembelian maupun syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan dalam
menjual barangnya.
d. Present value (nilai sesungguhnya) dari aktiva lancar, sebab ada
kemungkinan perusahaan mempunyai saldo piutang yang cukup besar tetapi
piutang tersebut sudah lama terjadi dan sulit ditagih sehingga nilai
realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan dengan yang dilaporkan.
e. Kemungkinan perubahan nilai aktiva lancar: kalau nilai persediaan semakin
turun (deflasi) maka aktiva lancar yang besar (terutama ditunjukkan dalam
persediaan) maka tidak menjamin likwiditas perusahaan.
f. Perusahaan persediaan dalam hubungannya dengan volume penjualan
sekarang atau di masa yang akan datang, yang mungkin adanaya over
investment dalam persediaan.
8
g. Kebutuhan jumlah modal kerja di masa mendatang, makin besar kebutuhan
modal kerja di masa yang akan datang maka dibutuhka adanya ratio yang
besar pula.
h. Type atau jenis perusahaan (perusahaan yang memproduksi sendiri barang
yang dijual, perusahaan perdagangan atau perusahaan jasa).
Rumus untuk mencari rasio lancar atau current assets yang dapat digunakan
sebagai berikut.
9
Kas + Bank + Efek + Piutang
Quick Ratio (Acid Test Ratio) =
Current Liabilities
Penjualan Kredit
Perputaran piutang =
(Piutang awal + piutang akhir) / 2
10
persediaan dan praktek pembelian yang efektif dalam manajemen persediaan
(Inventory Management).
Terdapat dua komponen utama dalam Inventory Turnover Ratio ini, yang
pertama adalah pembelian barang (stock purchasing) untuk persediaan dan yang
kedua adalah Penjualan (sales). Jika jumlah barang yang dibelinya banyak
sehingga menyebabkan jumlah persediaannya besar maka perusahaan harus
berusaha untuk menjualnya dalam jumlah yang besar juga untuk meningkatkan
kinerja perputaran persediaannya (Inventory Turnover). Jika tidak, maka akan
timbul biaya-biaya penyimpanan persediaan dan biaya-biaya penanganan
persediaan lainnya. Penjualan harus sesuai dengan pembelian barang/persediaan
agar persediaannya dapat berputar secara efektif. Itulah sebabnya mengapa
departemen pembelian (Purchasing) harus selaras dengan departemen penjualan
(Sales).
Rasio Perputaran Persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok
penjualan (HPP) untuk suatu periode dengan rata-rata persediaan untuk periode
tersebut.
Berikut ini adalah Rumus Rasio Perputaran Persediaan atau Inventory
Turnover Ratio.
11
Penjualan
Rasio Perputaran Persediaan =
((Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2)
Penjualan Bersih
Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja
Dari rumus perputaran modal kerja ini, kita dapat menyimpulkan beberapa hal
penting yaitu sebagai berikut:
a. Penyebab kenaikan rasio perputaran modal kerja adalah penjualan meningkat
(lebih besar dari peningkatan modal kerja) atau modal kerja yang menurun.
Sebaliknya, penyebab penurunan rasio modal kerja karena penjualan
menurun atau modal kerja meningkat (tapi penjualan turun).
b. Rasio perputaran modal kerja yang bagus adalah yang mengalami
peningkatan setiap tahun. Karena ini artinya, perusahaan dapat
memaksimalkan modal kerja untuk menghasilkan penjualan yang lebih
tinggi.
D. Contoh Kasus
12
13
14
15
1. Perhitungan Current Ratio
Rp 31.403.445
Current Ratio =
Rp 24.686.862
16
Current Ratio = 1,27 atau 127%
Interpretasi:
Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva
lancar sebesar 127%. Setiap utang lancar RP 1,00 dijamin oleh aktiva lancar Rp
1,27.
Rp 21.744.740
Quick Ratio (Acid Test Ratio) =
Rp 24.686.862
Quick Ratio = 0,88 atau 88%
Interpretasi:
Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva
lancar yang lebih likuid sebesar 88%. Setiap utang lancar Rp 1,00 dijamin oleh
Quick Asset Rp 0,88.
Penjualan Kredit
Perputaran piutang =
(Piutang awal + piutang akhir) / 2
Rp 76.592.955
Perputaran piutang =
Rp 5.404.002
Perputaran Piutang = 14,17 kali dalam setahun
Interpretasi:
Kemampuan perusahaan untuk mengumpulkan piutang dalam satu tahun sebesar
14,17 kali. Artinya setiap 25 hari terjadi penagihan piutang, maka perusahaan
sudah cukup efektif dalam pengelolaan piutang.
17
Rasio Perputaran Persediaan = Rp 53.876.594 / Rp 10.651.431
Rasio Perputaran Persediaan = 5,06 kali dalam setahun
Interpretasi:
Dilihat dari rasio diatas perusahaan hanya dapat melakukan perputaran persediaan
sebanyak 5,06 kali dalam setahun. Artinya sekitar 71 hari / 2 bulan lebih baru
terjadi 1 kali perputaran persediaan.
Penjualan Bersih
Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja
Rp 76.592.955
Perputaran Modal Kerja =
Rp 6.716.593
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
(utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu
untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, James O. Gill menyebutkan rasio
likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau
diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban
lainnya yang sudah jatuh tempo.
Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraga,
yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancer (utang jangka pendek). Penilaian
dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas
perusahaan dari waktu ke waktu.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur
kemampuan, yaitu:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
2. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
3. Rasio Perputaran Piutang
4. Rasio Perputaran Persediaan
5. Rasio Perputaran Modal Kerja (Inventory to Net Working Capital)
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca untuk menambah wawasan.
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami berharap kritik dan saran dari para pembaca agar
makalah selanjutnya akan lebih baik lagi.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Heze, El. 2019. Analisis Rasio Keuangan: Perputaran Modal Kerja (Net
Working Capital). http://www.sahamgain.com/2017/11/rasio-keuangan-perputaran-
modal-kerja-net-working-capital.html (diakses tanggal 4 November 2020)
21