Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“ANALISIS RASIO LIKUIDITAS”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu:
Ibu Pusvita Indria Mei Susilowati, SE, MSA, Ak, CA

Disusun oleh Kelompok 5:

Andini Musthaqima (1810313120001)


Melati Anggraeni (1810313120027)
Rahma Dewi Utami (1810313120051)
Ananda Putri Rahmiati (1810313320053)

Kelas B

JURUSAN S-1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mkalah yang berjudul “Analisis
Rasio Likuiditas” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Pusvita Indria Mei Susilowati, SE, MSA, Ak, CA selaku Dosen Mata Kuliah Analisis
Laporan Keuangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Analisis Rasio Likuiditas” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pusvita Indria Mei Susilowati, SE, MSA,
Ak, CA selaku Dosen Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Banjarmasin, 3 November 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………… 1


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………… 2
C. Tujuan Pembahasan …………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………… 3

A. Pengertian Rasio Likuiditas …………………………………………………… 3


B. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas…………………………………………… 5
C. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas …………………………………………………… 7
1. Rasio Lancar (Current Ratio) …………………………………………… 7
2. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)…………………… 9
3. Rasio Perputaran Piutang …………………………………………………… 10
4. Rasio Perputaran Persediaan …………………………………………… 10
5. Rasio Perputaran Modal Kerja (Inventory to Net Working Capital) …… 12
D. Contoh Kasus …………………………………………………………………… 12

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………… 19

A. Kesimpulan …………………………………………………………………… 19
B. Saran …………………………………………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan
dalam suatu periode tertentu, aktivitas yang sudah dilakukan dituangkan dalam angka-
angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Angka-
angka yang ada dalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat
satu sisi saja. Artinya jika hanya dengan melihat apa adanya, angka-angka ini akan
menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen
lainnya. Caranya adalah dengan membandingkan angka-angka yang ada dalam
laporan keuangan atau antar laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan,
dapat disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada
akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan
ini kita kenal dengan nama analisis rasio keuangan.
Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam
suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga
dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan
secara efektif. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat disajikan sebagai evaluasi
hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan
atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan.
Dalam praktiknya, walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi
dan kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan,
bukan berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi
keuangan yang sesungguhnya. Artinya kondisi sesungguhnya belum tentu terjadi
seperti hasil perhitungan yang dibuat. Oleh karena itu, untuk meminimalkan risiko
kesalahan dalam membuat rasio keuangan, diperlukan prinsip kehati-hatian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis laporan keuangan adalah
sebagai berikut.

1. Analisis dan perhitungan harus dilakukan secara cermat dan akurat.


2. Kalau terjadi perbedaan, sebaiknya direkonsiliasi terlebih dulu.

1
3. Dalam menyimpulkan hasil rasio keuangan suatu perusahaan, baik buruknya,
hendaknya dilakukan secara hati-hati. Sebagai contoh rasio sediaan yang tinggi ini
biasanya dapat berrarti:
 Ada efisiensi; atau
 Kekurangan sediaan akibat kehabisan stok
4. Sebaiknya analis harus memiliki dan menguasai informasi tentang operasional dan
manajemen perusahaan.
5. Jangan terlalu terpengaruh dengan rasio keuangan yang normal.
6. Analis juga harus memiliki indra keenam yang tajam. Artinya dapat melihat hal-
hal yang terkandung atau tersembunyi dalam laporan keuangan berdasarkan
pengalaman sebelumnya.
Menurut J. Fred Weston, ada beberapa bentuk rasio keuangan, yaitu rasio
likuiditas; rasio solvabilitas; rasio activity; rasio profitabilitas; rasio pertumbuhan; dan
rasio penilaian. Ada beberapa jenis rasio likuiditas, yaitu rasio lancar (current ratio);
rasio cepat (acid ratio); perputaran piutang; perputaran persediaan; dan perputaran
modal kerja yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rasio likuiditas?
2. Apa tujuan dan manfaat rasio likuiditas?
3. Apa saja jenis-jenis rasio likuiditas?
4. Jelaskan analisis rasio likuiditas dalam contoh kasus pada PT. Indofoof!

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian rasio likuiditas.
2. Mengetahui tujuan dan manfaat rasio likuiditas.
3. Mengetahui jenis-jenis rasio likuiditas.
4. Mengetahui analisis rasio likuiditas dalam contoh kasus PT. Indofood.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasio Likuiditas


Kita sering kali mendengar atau bahkan melihat ada perusahaan yang tidak
mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang
(kewajibannya) yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih. Atau terkadang perusahaan
juga sering tidak memiliki dana untuk membayar kewajibannya tepat waktu. Mengapa
hal tersebut terjadi? Karena perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk
menutupi utang yang jatuh tempo tersebut.
Kasus seperti ini akan sangat mengganggu hubungan baik antara perusahaan
dengan para kreditor, atau juga dengan para distributor. Dalam jangka panjang, kasus
ini akan berdampak pula kepada para pelanggan (konsumen). Artinya, pada akhirnya
perusahaan akan memperoleh krisis kepercayaan dari berbagai pihak yang selama ini
membantu kelancaran usahanya. Padahal kita tahu bahwa kepercayaan dari berbagai
pihak terhadap perusahaan merupakan modal utama perusahaan dalam mecapai target
yang telah ditetapkan.
Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka
pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, bisa
dikarenakan memang perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Atau
kedua, bisa mungkin saja perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo
perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga harus menunggu
dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang,
menjual surat-surat berharga, atau menjual sediaan atau aktiva lainnya.
Dalam praktiknya, tidak jarang pula perusahaan mengalami hal sebaliknya,
yaitu kelebihan dana. Artinya, jumlah dana tunai dan dana yang segera dapat
dicairkan melimpah. Kejadian ini bagi perusahaan juga kurang baik karena ada
aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal. Manajemen kurang mampu
menjalankan kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam hal menggunakan dana
yang dimiliki. Sudah pasti hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian laba
seperti yang diinginkan.

3
Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk
membayar kewajibannya tersebut sebenarnya aadalah akibat dari kelalaian
manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab lainnya

adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangan


yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan
sudah dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai utangnya lebih tunggi dari harta
lancarnya. Seandainya perusahaan sudah menganalisis rasio yang berhubungan
dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi
perusahaan sebenarnya. Kemudian, perusahaan dapat berusaha untuk mencari jalan
keluarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analsiis rasio likuiditas.
Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
(utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu
untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.
Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewaijbannya yang sudah jatuh
tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun
di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, James O. Gill menyebutkan rasio
likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau
diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban
lainnya yang sudah jatuh tempo.
Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraga,
yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancer (utang jangka pendek). Penilaian
dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas
perusahaan dari waktu ke waktu.
Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas yaitu apabila
perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam

4
keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban
tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan memiliki utang yang segera jatuh tempo
senilai Rp1.000.000,00, sementara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan sebesar
Rp1.200.000,00. Maka, perusahaan ini dikatakan likuid. Artinya, perusahaan mampu
membayar utang tersebut. Sebaliknya, jika aktiva lancer yang dimiliki perusahaan
hanya sebesar Rp800.000,00 perusahaan ini dikatakan illikuid. Artinya perusahaan
tidak mampu membayar utang dengan seluruh aktiva lancer yag dimilikinya.
Perusahaan masih kekurangan sebesar Rp200.000,00 untuk menutupi utangnya.
Meskipun kondisi dalam keadaan likuid, posisi keuangannya
mengkhawatirkan karena sisa harta lancar tinggal Rp200.000,00. Hal ini berbahaya
karena misalnya ada kewajiban lainnya, pada saat ditagih perusahaan tidak mampu
membayarnya. Jadi, ukuran perusahaan yang baik tidak hanya sekadar likuid saja,
tetapi harus memenuhi standar likuiditas tertentu sehingga tidak membahayakan
kewajiban lainnya. Dalam praktiknya, standar likuiditas yang baik adalah 200% atau
2:1. Namun, standar likuditas ini tidak mutlak dilakukan karena tergantung jenis
industrinya.

B. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas


Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan
adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan guna menilai kemampuan
mereka sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti
pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan. Atau juga
pihak distributor atau supplier yang menyalurkan atau menjual barang yang
pembayaran secara angsuran kepada perusahaan.
Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi
perusahaan, namun juga pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya terdapat banyak
manfaat atau tujuan analisis rasio likuiditas bagi perusahaan, baik bagi pihak pemilik
perusahaan, manajemen perusahaan, dan pihak yang memiliki hubungan dengan
perusahaan seperti kreditor dan distributor atau supplier.
Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio
likuiditas:

5
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar
kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah
ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur
di bawah satu tahu atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva
lancar.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini
aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih
rendah.
4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan
modal kerja perusahaan.
5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan
kas dan utang.
7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya,
dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor),
investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga. Hal ini
tergambar, dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar tersebut akan
memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya.
Kemudian, bagi pihak distributor adanya kemampuan membayar mempermudah
dalam memberikan keputusan untuk menyetujui penjualan barang dagangan secara
angsuran. Artinya, ada jaminan bahwa pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar
secara tepat waktu. Namun, rasio likuiditas bukanlah satu-satunya cara atau syarat
untuk menyetujui pinjaman atau penjualan barang secara kredit.

6
C. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas
Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, di samping itu, dari
rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih
berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semua ini
tergantung dari jenis rasio likuiditas yang digunakan. Dalam praktiknya, untuk
mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis-jenis rasio
likuiditas yang ada.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur
kemampuan, yaitu:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,
seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka
pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai
bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.
Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total
aktiva lancar dengan total utang lancar. Versi terbaru pengukuran rasio lancar
adalah mengurangi sediaan dan piutang.
Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaan yang dapat
dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva
lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, biaya dibayar di
muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan
aktiva lancar lainnya.
Utang Lancar (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka
pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi dalam
waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang,
utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya
diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta
utang jangka pendek lainnya.
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil
pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini

7
dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan
suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang
digunakan, misalnya rața-rata industri untuk usaha yang sejenis atau dapat pula
digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya, sekalipun kita
tahu bahwa target yang ditetapkan perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan
rata-rata industri untuk usaha yang sejenis.
Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200%
(2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau
memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu,
perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek. Namun,
sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah
rata-rata industri untuk perusahaan yang sejenis.
Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva
lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat
likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya. Jadi penganalisa
sebelum membuat kesimpulan yang akhir dari analisa current ratio harus
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut.
a. Distribusi atau proporsi daripada aktiva lancar.
b. Data trend daripada aktiva lancar dan hutang lancar, untuk jangka wantu 5
tahun atau lebih dari wakti yang lalu.
c. Syarat yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dalam mengadakan
pembelian maupun syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan dalam
menjual barangnya.
d. Present value (nilai sesungguhnya) dari aktiva lancar, sebab ada
kemungkinan perusahaan mempunyai saldo piutang yang cukup besar tetapi
piutang tersebut sudah lama terjadi dan sulit ditagih sehingga nilai
realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan dengan yang dilaporkan.
e. Kemungkinan perubahan nilai aktiva lancar: kalau nilai persediaan semakin
turun (deflasi) maka aktiva lancar yang besar (terutama ditunjukkan dalam
persediaan) maka tidak menjamin likwiditas perusahaan.
f. Perusahaan persediaan dalam hubungannya dengan volume penjualan
sekarang atau di masa yang akan datang, yang mungkin adanaya over
investment dalam persediaan.

8
g. Kebutuhan jumlah modal kerja di masa mendatang, makin besar kebutuhan
modal kerja di masa yang akan datang maka dibutuhka adanya ratio yang
besar pula.
h. Type atau jenis perusahaan (perusahaan yang memproduksi sendiri barang
yang dijual, perusahaan perdagangan atau perusahaan jasa).
Rumus untuk mencari rasio lancar atau current assets yang dapat digunakan
sebagai berikut.

Aktiva lancar (Current Assets)


Current Ratio =
Utang Lancar (Current Liabilities)

2. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)


Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva
lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Artinya nilai
persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal
ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama
untuk diuangkan, walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid
daripada piutang.
Ratio ini lebih tajam daripada current ratio, karena hanya membandingkan
aktiva yang sangat likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar.
Jika current ratio tinggi tapi quick ratio-nya rendah menunjukkan adanya
investasi yang sangat besar dalam persediaan.
Untuk mencari quick ratio; diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi
dengan nilai sediaan. Terkadang perusahaan juga memasukkan biaya yang dibayar
di muka jika memang ada dan dibandingkan dengan seluruh utang lancar.
Rumus untuk mencari rasio cepat (quick ratio) dapat digunakan sebagai
berikut.

Current Assets - Inventory


Quick Ratio (Acid Test Ratio) =
Current Liabilities
atau

9
Kas + Bank + Efek + Piutang
Quick Ratio (Acid Test Ratio) =
Current Liabilities

3. Rasio Perputaran Piutang


Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat
dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu
pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang
tersebut (turn over receivable), yaitu dengan membagi total penjualan kredit
(neto) dengan piutang rata-rata. Rata-rata piutang kalau memungkinkan dapat
dihitung secara bulanan (saldo tiap-tiap akhir bulan dibagi tiga belas) atau
tahunan, yaitu saldo awal tahun ditambah saldo akhir tahun dibagi dua.
Penurunan ratio penjualan kredit demean rata-rata piutang dapat disebabkan
oleh faktor sebagai berikut.
a. Turunnya penjualan dan naiknya piutang.
b. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah lebih besar.
c. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar.
d. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap.
e. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah.

Penjualan Kredit
Perputaran piutang =
(Piutang awal + piutang akhir) / 2

4. Rasio Perputaran Persediaan


Rasio Perputaran Persediaan atau dalam bahasa Inggris disebut
dengan Inventory Turnover Ratio adalah jenis rasio efisiensi yang menunjukan
seberapa efektif persediaan dikelola dengan membandingkan harga pokok
penjualan (HPP) dengan persediaan rata-rata untuk suatu periode. Rasio
Perputaran Persediaan ini mengukur rata-rata persediaan “diputar” atau “dijual”
selama suatu periode. Dengan kata lain, Inventory Turnover Ratio mengukur
berapa kali perusahaan menjual total persediaan rata-rata sepanjang tahun yang
bersangkutan. Rasio ini merupakan indikator yang baik untuk menilai kualitas

10
persediaan dan praktek pembelian yang efektif dalam manajemen persediaan
(Inventory Management).
Terdapat dua komponen utama dalam Inventory Turnover Ratio ini, yang
pertama adalah pembelian barang (stock purchasing) untuk persediaan dan yang
kedua adalah Penjualan (sales). Jika jumlah barang yang dibelinya banyak
sehingga menyebabkan jumlah persediaannya besar maka perusahaan harus
berusaha untuk menjualnya dalam jumlah yang besar juga untuk meningkatkan
kinerja perputaran persediaannya (Inventory Turnover). Jika tidak, maka akan
timbul biaya-biaya penyimpanan persediaan dan biaya-biaya penanganan
persediaan lainnya. Penjualan harus sesuai dengan pembelian barang/persediaan
agar persediaannya dapat berputar secara efektif. Itulah sebabnya mengapa
departemen pembelian (Purchasing) harus selaras dengan departemen penjualan
(Sales).
Rasio Perputaran Persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok
penjualan (HPP) untuk suatu periode dengan rata-rata persediaan untuk periode
tersebut.
Berikut ini adalah Rumus Rasio Perputaran Persediaan atau Inventory
Turnover Ratio.

Rasio Perputaran Persediaan = HPP / Rata-rata Persediaan

Sebagai catatan, penggunaan rata-rata persediaan dalam rumus ini adalah


sebagai pengganti persediaan akhir yang sangat berfluktuasi pada sepanjang
tahunnya.  Contohnya, perusahaan mungkin akan membeli barang dagangan
dalam jumlah yang sangat besar pada awal tahun (misalnya Januari) dan
menjualnya pada bulan-bulan selanjutnya sehingga persediaan pada akhir tahun
(misalnya Desember) akan menjadi sangat sedikit. Kondisi tersebut tidak akurat
untuk mencerminkan persediaan aktual perusahaan sepanjang tahun. Rata-rata
Persediaan atau Average Inventory dihitung dengan cara menambahkan
persediaan awal dan persediaan akhir dan kemudian membaginya dengan dua.

Rata-rata Persediaan = (Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2

Sehingga Rumus Rasio Perputaran Persediaan juga dapat ditulis seperti


berikut ini:

11
Penjualan
Rasio Perputaran Persediaan =
((Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2)

5. Rasio Perputaran Modal Kerja (Inventory to Net Working Capital)


Perputaran modal kerja menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan modal kerja untuk menghasilkan penjualan bersih.
Perputaran modal kerja menunjukkan seberapa besar modal kerja perusahaan
berputar dalam satu tahun.
Rumus perputaran modal kerja adalah sebagai berikut.

Penjualan Bersih
Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja
Dari rumus perputaran modal kerja ini, kita dapat menyimpulkan beberapa hal
penting yaitu sebagai berikut:
a. Penyebab kenaikan rasio perputaran modal kerja adalah penjualan meningkat
(lebih besar dari peningkatan modal kerja) atau modal kerja yang menurun.
Sebaliknya, penyebab penurunan rasio modal kerja karena penjualan
menurun atau modal kerja meningkat (tapi penjualan turun).
b. Rasio perputaran modal kerja yang bagus adalah yang mengalami
peningkatan setiap tahun. Karena ini artinya, perusahaan dapat
memaksimalkan modal kerja untuk menghasilkan penjualan yang lebih
tinggi.

D. Contoh Kasus

12
13
14
15
1. Perhitungan Current Ratio

Aktiva lancar (Current Assets)


Current Ratio =
Utang Lancar (Current Liabilities)

Rp 31.403.445
Current Ratio =
Rp 24.686.862

16
Current Ratio = 1,27 atau 127%
Interpretasi:
Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva
lancar sebesar 127%. Setiap utang lancar RP 1,00 dijamin oleh aktiva lancar Rp
1,27.

2. Perhitungan Quick Ratio

Current Assets - Inventory


Quick Ratio (Acid Test Ratio) =
Current Liabilities

Rp 21.744.740
Quick Ratio (Acid Test Ratio) =
Rp 24.686.862
Quick Ratio = 0,88 atau 88%
Interpretasi:
Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva
lancar yang lebih likuid sebesar 88%. Setiap utang lancar Rp 1,00 dijamin oleh
Quick Asset Rp 0,88.

3. Perhitungan Rasio Perputaran Piutang

Penjualan Kredit
Perputaran piutang =
(Piutang awal + piutang akhir) / 2

Rp 76.592.955
Perputaran piutang =
Rp 5.404.002
Perputaran Piutang = 14,17 kali dalam setahun
Interpretasi:
Kemampuan perusahaan untuk mengumpulkan piutang dalam satu tahun sebesar
14,17 kali. Artinya setiap 25 hari terjadi penagihan piutang, maka perusahaan
sudah cukup efektif dalam pengelolaan piutang.

4. Perhitungan Rasio Perputaran Persediaan


Rasio Perputaran Persediaan = HPP / Rata-rata Persediaan

17
Rasio Perputaran Persediaan = Rp 53.876.594 / Rp 10.651.431
Rasio Perputaran Persediaan = 5,06 kali dalam setahun
Interpretasi:
Dilihat dari rasio diatas perusahaan hanya dapat melakukan perputaran persediaan
sebanyak 5,06 kali dalam setahun. Artinya sekitar 71 hari / 2 bulan lebih baru
terjadi 1 kali perputaran persediaan.

5. Perhitungan Rasio Perputaran Modal Kerja

Penjualan Bersih
Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja
Rp 76.592.955
Perputaran Modal Kerja =
Rp 6.716.593

Perputaran Modal Kerja = 11,4 kali


Interpretasi:
Dilihat dari rasio perputaran modal kerjanya, perputaran modal kerja terjadi
sebanyak 11 kali dalam setahun.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
(utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu
untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, James O. Gill menyebutkan rasio
likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau
diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban
lainnya yang sudah jatuh tempo.
Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraga,
yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancer (utang jangka pendek). Penilaian
dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas
perusahaan dari waktu ke waktu.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur
kemampuan, yaitu:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
2. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
3. Rasio Perputaran Piutang
4. Rasio Perputaran Persediaan
5. Rasio Perputaran Modal Kerja (Inventory to Net Working Capital)

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca untuk menambah wawasan.
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami berharap kritik dan saran dari para pembaca agar
makalah selanjutnya akan lebih baik lagi.

19
20
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. 2018. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Munawir. 2014. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty


Yogyakarta.

Raffi, Mas. 2020. Contoh Soal Rasio Perputaran Piutang (Receivable


Turnover). https://www.masraffi.com/2020/05/rasio-perputaran-piutang.html (diakses
tanggal 4 November 2020)

Kho, Budi. 2019. Pengertian Rasio Perputaran Persediaan (Inventory


Turnover Ratio) dan Rumusnya. https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-rasio-
perputaran-persediaan-inventory-turnover-ratio-rumusnya/ (diaskses tanggal 4
November 2020)

Heze, El. 2019. Analisis Rasio Keuangan: Perputaran Modal Kerja (Net
Working Capital). http://www.sahamgain.com/2017/11/rasio-keuangan-perputaran-
modal-kerja-net-working-capital.html (diakses tanggal 4 November 2020)

Hulu, Yabes. 2020. Analisis Rasio Keuangan dan Contoh Kasus.


https://www.academia.edu/44380265/ANALISIS_RASIO_KEUANGAN_DAN_CO
NTOH_KASUS (diakses tanggal 9 November 2020)

21

Anda mungkin juga menyukai