Anda di halaman 1dari 29

KAPITALISASI DAN STRUKTUR MODAL

ANALISIS STRUKTUR MODAL


MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Analisis Laporan Keuangan

Disusun oleh:
Annisa Nurul Ulfah NIM 030116746
Desti Susanti NIM 030116762
Iis Fatimah NIM 030116806
Irma Maharani NIM 030116704
Rahma Nur ‘Afia NIM 030116714

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI DAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DR. KHEZ. MUTTAQIEN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
taufik dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini kami dapat menyusun
makalahyang berjudul “Kapitalisasi dan Struktur Modal, Analisis Struktur
Modal” dengan baik.
Penyusunan makalah ini berkaitan dengan tugas mata kuliah Analisis
Laporan Keuangan yang diberikan kepada kami dari Dosen Pengampu Bapak
Dean Subhan Saleh, S.E, MM dan Ibu Maria Hendriyani SE, M.Akt. Dalam
penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan di dalamnya, maka untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam menyempurnakan makalah
yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi
pembaca.

Purwakarta, 20 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
2
1.3 Tujuan...................................................................................................................
2
1.4 Manfaat................................................................................................................
3
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................
4
2.1 Definisi Struktur Modal.......................................................................................
4
2.2 Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal..........................................................
5
2.3 Rasio Struktur Modal...........................................................................................
5
2.4 Struktur Modal dan Kebijakan Perusahaan..........................................................
6
2.5 Right Issue dan Kebijakan Struktur Modal..........................................................
8
2.6 Teori Struktur Modal............................................................................................
8

ii
2.7 Sumber Modal dan Sumber Dana Perusahaan.....................................................
9
2.8 Risiko Hutang dengan Mata Uang Asing dan Pengaruhnya Bagi Struktur
Modal....................................................................................................................
11.....................................................................................................................................
BAB 3 KESIMPULAN...................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Struktur modal perusahaan merupakan bagian dari struktur keuangan
perusahaan yang mengulas tentang cara perusahaan mendanai aktivanya struktur
modal mengarah pada pendanaan perusahaan yang menggunakan utang jangka
panjang, saham preferen ataupun modal pemegang saham. Pada hakikatnya,
struktur modal merupakan kombinasi utang dan ekuitas dalam struktur keuangan
jangka panjang perusahaan lebih menggambarkan target komposisi utang dan
ekuitas dalam jangka panjang pada suatau perusahaan (Bernstein dan Wild, 1998).
Struktur modal pada tiap perusahaan ditetapkan dengan memperhitungkan
berbagai aspek atas dasar kemungkinan akses dana, keberanian perusahaan
menanggung risiko, rencana strategis pemilik, serta analisis biaya dan manfaat
yang diperoleh dari setiap sumber dana. Pada setiap sumber dana yang dapat
dipergunakan oleh perusahaan melekat kelebihan dan kekurangannya terkait
status perusahaan.
Perusahaan yang belum berstatus perseroan terbatas, berstatus perseroan
terbatas, perusahaan tertutup dan terbuka, memiliki kemampuan akses dana yang
berbeda. Perusahaan yang berstatus terbuka (go publik), memiliki akses terhadap
sumber pendanaan yang lebih luas dengan pertimbangan sahamnya dapat dijual
kepada masyarakat luas. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu
yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik dari
perusahaan yang dipimpinnya karena baik buruknya performa perusahaan akan
berdampak pada nilai pasar perusahaan dan juga mempengaruhi minat investor
untuk menanamkan atau menarik investasinya dari suatu perusahaan, hal ini akan
mempengaruhi ketersediaan dan besarnya dana.

Modal merupakan suatu elemen penting dalam suatu perusahaan,


disamping sumber daya manusia, mesin, material dan sebagainya. Suatu
perusahaan selalu membutuhkan modal dan tetap dibutuhkan jika perusahaan

1
2

bermaksud melakukan expansi oleh karena itu perusahaan harus menentukan


berapa besarnya modal yang diperlukan untuk membiayai usahanya. Kebutuhan
dana bisa dipenuhi dari berbagai sumber, pada dasarnya sumber modal
diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu utang dan ekuitas. Komposisi keduanya
dalam struktur pendanaan jangka panjang suatu perusahaan disebut struktur modal
perusahaan (Brigham, 1999).
Keputusan struktur modal dalam perusahaan merupakan hal yang penting
pentingnya struktur modal ini karena adanya pilihan kebutuhan antara
memaksimalkan returnatau menimilkan biaya modal dengan kemampuan
perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif. Struktur modal
perusahaan adalah kombinasi dari saham-saham yang berbeda (saham biasa dan
saham preferen) atau bauran seluruh sumber pendanaan jangka panjang (ekuitas
dan utang) yang digunakan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa Definisi Struktur Modal ?
2. Bagaimana Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal ?
3. Bagaimana Rasio Struktur Modal ?
4. Bagaimana Struktur Modal dan Kebijakan Perusahaan ?
5. Bagaimana Right Issue dan Kebijakan Struktur Modal ?
6. Bagaimana Teori Struktur Modal ?
7. Apa Saja Sumber Modal dan Sumber Dana Perusahaan ?
8. Bagaimana Risiko Hutang dengan Mata Uang Asing dan Pengaruhnya
Bagi Struktur Modal ?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui Definisi Struktur Modal
2. Untuk mengetahui Bagaimana Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal
3. Untuk mengetahui Bagaimana Rasio Struktur Modal
4. Untuk mengetahui Bagaimana Struktur Modal dan Kebijakan Perusahaan
5. Untuk mengetahui Bagimana Right Issue dan Kebijakan Struktur Modal
6. Untuk mengetahui Bagaimana Teori Struktur Modal
7. Untuk mengetahui Apa Saja Sumber Modal dan Sumber Dana Perusahaan
3

8. Untuk mengetahui Bagaimana Risiko Hutang dengan Mata Uang Asing


dan Pengaruhnya Bagi Struktur Modal

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Agar mengetahui Definisi Struktur Modal
2. Dapat mengetahui Bagaimana Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal
3. Agar mengetahui Bagaimana Rasio Struktur Modal
4. Agar mengetahui Bagaimana Struktur Modal dan Kebijakan Perusahaan
5. Dapat mengetahui Bagaimana Right Issue dan Kebijakan Struktur Modal
6. Agar mengetahui Bagaimana Teori Struktur Modal
7. Agar mengetahui Apa Saja Sumber Modal dan Sumber Dana Perusahaan
8. Agar mengetahui Bagaimana Risiko Hutang dengan Mata Uang Asing dan
Pengaruhnya Bagi Struktur Modal
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Struktur Modal

Ada beberapa pengertian struktur modal. Menurut Weston dan Copelan


bahwa capital structure or the capitalization of the firm is the permanent
financing reprented by long-term debt, preferred stock and shareholder’s equity.
Sedangkan Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan capital structure (struktur
modal) adalah komposisi saham biasa, saham preferen dan berbagai kelas seperti
itu, laba yang ditahan, dan utang jangka panjang yang dipertahankan oleh
kesatuan usaha dalam mendanai aktiva.

Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial


perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka
panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholder’s equity) yang
menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Dan ini dipertegas oleh bahwa
struktur modal suatu perusahaan terdiri dari long-term debt dan shareholder’s
equity, dimana stakeholder’s equity terdiri dari preferred stock dan common
equity, dimana stakeholder equity terdiri dari preferred stock dan common equity,
dan common equity itu sendiri adalah terdiri dari common stock dan retained
earnings.

Kebutuhan dana untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat


bersumber dari internal dan eksternal, dengan ketentuan sumber dana yang
dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang dianggap aman (safety
position) dan jika dipergunakan memiliki nilai dorong dalam memperkuat struktur
modal keuangan perusahaan. Dalam artian ketika dana itu dipakai untuk
memperkuat struktur modal perusahaan, maka perusahaan mampu mengendalikan
modal tersebut secara efektif dan efisiensi serta tepat sasaran.

2.2 Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal

4
5

a Simple Capital Structure, yaitu jika perusahaan hanya menggunakan


modal sendiri saja dalam struktur modalnya.

b Complex Capital Structure, yaitu jika perusahaan tidak hanya


menggunakan modal sendiri tetapi juga menggunakan modal pinjaman
dalam struktur modal.

Disisi lain Subramanyam dan John J. Wild , menegaskan bahwa “Untuk


perusahaan dengan struktur modal sederhana, diwajibkan satu penyajian laba per
lembar saham yang dihitung sebagai berikut :

Laba per saham dasar = Laba bersih – Dividen saham preferen

Rata-rata tertimbangan saham biasa beredar

“Pada pembilang rumus ini, dividen kumulatif efek ekuitas, baik itu sudah
diterima atau belum, dikurangkan dari laba bersih atau ditambahkan pada rugi
bersih. Perhitungan rata-rata tertimbang harga saham biasa yang tepat adalah
dengan menjumlakan saham yang beredar setiap hari, dibagi dengan jumlah hari
dalam periode berjalan.”

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa faktor yang


mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan, yaitu :

a. Bentuk atau karakteristik bisnis yang dijalankan


b. Ruang lingkup aktivitas operasi bisnis yang dijalankan
c. Karakteristik manajemen (management characteristic) yang diterapkan di
organisasi bisnis tersebut
d. Karakteristik, kebijakan dan keinginan pemilik
e. Kondisi micro and macro economy yang berlaku di dalam negeri dan luar
luar negeri yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan.

Menurut Brigham dan Houston bahwa kebijakan struktur modal


melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan pengembalian :
6

a. Penggunaan lebih banyak utang akan meningkatkan risiko yang


ditanggung oleh para pemegang saham.
b. Namun, penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan
terjadinya ekspetasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi.

2.3 Rasio Struktur Modal

Adapun bentuk rasio yang dipergunakan dalam struktur modal (capital


structure) ini George Foster mengatakan ada beberapa rasio yang representative
yaitu:

Long-term liabilities

Shareholder’s equity

dan

Current liabilities + Long-term liabilities

Shareholder’s equity

Keterangan:

 Long-term liabilities = Utang jangka panjang

 Shareholder’s equity = Modal sendiri

 Current Liabilities = Utang Lancar

Disisi lain Smith, Skousen, Stice and Stice menjelaskan tentang bentuk
rumus struktur modal ini, yaitu :

a. Debt-to Equity Ratio

Total liabilities

Stokeholder’s equity
7

b. Number of Times Interest Is Earned

Income before taxes and interest expense

Interest expense

c. Book Value Pershare

Common Stockholder’s equity

Number of share of common stock outstanding

Keterangan:

 Total liabilities atau total utang

 Stockholder’s equity atau modal sendiri

 Income before taxes and interest expense atau pendapatan sebelum bunga dan
pajak

 Interest expense atau beban bunga biaya dana pinjaman pada periode yang
berjalan memperlihatkan pengeluaran uang dalam laporan rugi laba

 Common Stockholder’s equity atau kekayaan pemegang saham

 Number of share of common stock outstanding

Berdasarkan rumus diatas kita dapat memperhatikan bahwa data laporan


keuangan yang diperlukan untuk mendukung dalam mempergunakan rumus diatas
adalah bersumber dari balance sheet dan income statement.

Income before taxes and interest expense

interest expense
8

2.4 Struktur Modal (Capital Structure) dan Kebijakan Perusahaan

Bagi sebuah perusahaan yang bersifat profit oriented keputusan pencarian


sumber pendanaan dalam rangka memperkuat struktur modal menjadi keputusan
penting yang harus dikaji dengan mendalam serta berbagai dampak pengaruh
yang mungkin terjadi di masa yang akan datang (future effect). Secara umum
sumber modal ada 2 (dua) sumber alternatif, yaitu modal yang bersumber dari
modal sendiri atau dari eksternal seperti pinjaman/utang. Pendanaan dengan
modal sendiri dapat dilakukan dengan menerbitkan saham (stock), sedangkan
pendanaan dengan utang (debt) dapat dilakukan dengan menerbitkan obligasi
(bonds), right issue atau berutang ke bank, bahkan ke mitra bisnis. Kedua bentuk
pendanaan ini masing-masing memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.

Adapun pengertian saham (stock), obligasi (bond), dan right issue untuk
lebih jelasnya adalah:

a. Saham merupakan suatu tanda bukti yang diberikan sebagai penyertaan


kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan, atau suatu kertas yang
tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan di ikuti
dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.

b. Obligasi merupakan suatu surat berharga yang dijual kepada publik,


dimana di sana dicantumkan sebagai ketentuan yang menjelaskan berbagai
hal seperti nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama penerbit dan
beberapa ketentuan lainnya yang terjelaskan dalam undang-undang yang
disahkan oleh lembaga yang terkait.

c. Right issue adalah pemberian hak pemegang saham lama untuk memesan
terlebih dahulu saham emiten yang akan dijual dengan harga nominal
tertentu.

Struktur modal adalah bertujuan memadukan sumber dana permanen yang


selanjutnya digunakan perusahaan dengan cara yang diharapkan akan mampu
memaksimumkan nilai perusahaan. Bagi sebuah perusahaan sangat dirasa penting
9

untuk memperkuat kestabilan keuangan yang dimilikinya, karena perubahan


dalam struktur modal diduga bias menyebabkan perubahan nilai perusahaan.

Turunnya nilai perusahaan bisa mempengaruhi pada turunnya nilai saham


perusahaan tersebut. Nilai perusahaan diperoleh dari hasil kualitas kinerja suatu
perusahaan khususnya kinerja keuangan (financial performance), tertentu tidak
bisa dikesampingkan dengan adanya dukungan dari kinerja non keuangan juga,
sebagai sebuah sinergi yang saling mendukung pembentukan nilai perusahaan
(corporate value).

Keadaan stuktur modal akan berakibat langsung pada posisi keuangan


perusahaan sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan. Pengunaan modal dari
pinjaman akan meningkat risiko keuangan, berupa biaya bunga yang harus
dibayar, walaupun perusahaan mengalami kerugian. Akan tetapi biaya bunga
adalah tax deductible, sehingga perusahaan dapat memperoleh manfaat karena
bunga diberikan sebagai biaya.

Penerbitan dan penjualan obligasi mampu menambah dan memperbesar


kas perusahaan namun sebaliknya telah mengakibatkan meningkatnya long-term
debt (utang jangka panjang). Karena itu ada baiknya jika suatu saat perusahaan
memperoleh keuntungan dari hasil penjualan maka ada baiknya jika perusahaan
melakukan kebijakan pembelian kembali obligasi tersebut, sehingga nantinya
beban membayar bunga obligasi dapat dihilangkan.

2.5 Right Issue dan Kebijakan Stuktur Modal

Right issue adalah pemberian hak pemegang saham lama untuk memesan
terlebih dahulu saham emiten yang akan dijual dengan harga nominal tertentu.
Biasanya hal tersebut dimaksudkan emiten untuk penambahan keterbatasan modal
perusahaan.

Perusahaan yang sudah terdaftar di pasar modal ada kalanya membutuhkan


dana segar, jika sumber internal maupun pinjaman dari bank dianggap kurang
memadai atau menguntungkan sehingga perusahaan mengambil sikap melakukan
10

right issue. Ini dibenarkan oleh Imam Ghozali dan Agus Solichin bahwa “Right
issue merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di
bursa efek untuk memperoleh dana”. Kebijakan right issue merupakan upaya
emiten untuk menambah saham yang beredar guna menambah modal perusahaan.

Sehingga dengan dilakukannya right issue artinya perusahaan memperoleh


tambahan dana yang bukan berasal dari luar. Ini seperti yang dikemukakan oleh
Jaelani La Masindonda, Ghazali Maski dan Idrus (2001) bahwa “Umumnya
perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen
ketimbang modal asing yang hanya digunakan sebagai pelengkap apabila dana
yang diperlukan kurang mencukupi. Ini diperkuat oleh pendapat Rina Adi
Kristiani (2003) “Adanya biaya yang lebih murah pada sumber pendanaan internal
menyebabkan perusahaan dalam membuat keputusan investasi akan
mempertimbangkan ketersediaan sumber pendanaan internal”.

Lebih lanjut Jaelani La Masindonda, Ghozali Maski dan Idrus (2001)


menambahkan “Karena itu para manajer keuangan perlu menentukan struktur
pendanaan dalam upaya menetapkan apakah kebutuhan dana perusahaan dipenuhi
dengan modal sendiri ataukah dipenuhi dengan modal asing”. Ini diperkuat
pendapat yang dikemukakan Rina Adi Kristiani (2003) bahwa “Sumber-sumber
dana yang diperlukan untuk melakukan investasi dapat berasal dari dalam
perusahaan (internal fund) dan dari luar perusahaan (external fund)”.

2.6 Teori Struktur Modal

Secara umum teori yang membahas tentang struktur modal ada dua yaitu :

a. Balancing theories, dan

b. Packing order theory

a. Balancing Theories

Balancing theoris merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh


perusahaan untuk mencari dana tambahan dengan cara mencari pinjaman baik ke
11

perbankan atau juga dengan menerbitkan obligasi (bonds). Obligasi (bonds)


adalah sebuah surat berharga (commercial paper) yang mencantumkan nilai
nominal, tingkat suku bunga, dan jangka waktu dimana itu dikeluarkan baik oleh
perusahaan ataupun government untuk kemudian dijual kepada publik.

Ada beberapa bentuk risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan pada
saat kebijakan balancing theories diterapkan, yaitu :

1) Jika perusahaan meminjam dana ke perbankan, maka dibutuhkan jaminan


atau agunan seperti tanah, gedung, kendaraan, dan sejenisnya. Dan jika
angsuran kredit tersebut terlambat dibayar perbankan akan memberikan
teguran dalam bentuk lisan dan tulisan. Persoalannya adalah jika
perusahaan tidak mampu membayar angsuran diatas batas waktu yang
ditentukan maka agunan tersebut diambil dan dilelang oleh perbankan
untuk menutupi kerugian sejumlah nilai pinjaman. Artinya perusahaan
telah kehilangan asset yang diagunankan tersebut.

2) Jika kebutuhan dana dengan cara menjual obligasi. Bentuk risiko yang
dihadapi adalah jika seandainya tidak sanggup membayar bunga obligasi
secara tepat waktu atau bergeser dari waktu yang disepakati maka
perusahaan harus melakukan berbagai kebijakan untuk mengatasi ini,
termasuk mengonversi dari pemegang obligasi ke pemegang saham.

3) Risiko selanjutnya terhadap masalah yang dialami oleh perusahaan


tersebut adalah telah menyebabkan nilai perusahaan dimata publik terjadi
penurunan, karena publik menilai kinerja keungan perusahaan tidak baik
khususnya dalam kemampuan manajemen struktur modal (capital
structure management).

b. Pecking Order Theory

Pecking order theories merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh


suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual asset yang
dimilikinya. Seperti menjual gedung (build), tanah (land), peralatan (inventory)
12

yang dimilikinya dan aset-aset lainnya, termasuk dengan menerbitkan dan


menjual saham di pasar modal (capital market) dan dana yang berasal dari laba
ditahan (retained earnings).

Sumber dana yang berasal dari penjualan saham di pasar modal biasanya
dilakukan oleh perusahaan yang ingin go public. Saat pertama sekali perusahaan
go public dan menjual sahamnya di pasar perdana disebut dengan Initial Public
Offering (IPO). Ada banyak syarat yang harus dilalui oleh suatu perusahaan untuk
go public seperti harus adanya penjamin emisi dan auditor yang memiliki reputasi
tinggi yang kemudian dinyatakan dari segi laporan keuangan layak untuk go
public.

Biaya penerbitan saham adalah tidak sedikit belum lagi perusahaan


berkewajiban untuk setiap tahunnya membayarkan dividen kepada para pemegang
saham tersebut. Baik common stock (saham biasa) dan preference stock (saham
istimewa) sama-sama mendapatkan dividen namun pemegang preference stock
akan lebih diutamakan pembayaran dividennya dibandingkan pemegang common
stock.

Mengenai laba ditahan M. Fuad dkk mengatakan “Alternatif lain untuk


pembiayaan modal sendiri adalah laba ditahan, yakni bagian laba yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham”. Lebih jauh Smith dan Skousen mengatakan
“Laba yang ditahan pada hakikatnya adalah tempat pertemuan akun-akun neraca
dan akun-akun laba rugi”.

Secara umum laba ditahan ada 2 (dua) yaitu :

1. Laba ditahan yang dialokasikan, dan

2. Laba ditahan yang tidak dialokasikan.

Pada kebijakan pecking order theories artinya perusahaan melakukan


kebijakan dengan cara mengurangi kepemilikan asset yang dimilikinya karena
dilakukan kebijakan penjualan. Dampak lebih jauh perusahaan akan mengalami
kekurangan asset karena dipakai untuk membiayai rencana aktivitas perusahaan
13

baik yang sedang maupun yang akan. Yang sedang seperti untuk membayar utang
yang jatuh tempo dan yang akan datang seperti untuk pembangunan produk baru
dan ekspansi perusahaan dalam membuka kantor cabang (brand office) dan
berbagai kantor cabang pembantu (sub brand office).

Ada beberapa solusi yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk


memperkecil risiko yang akan timbul karena diterapkannya kebijakan packing
order theory, yaitu :

a. Melakukan kebijakan penjualan aset berdasarkan skala prioritas dan


kebutuhan. Artinya jika kebutuhan dana sebesar 2 miliar maka dicari
sumber alokasi yang berasal dari nilai 2 miliar juga, karena jika kelebihan
dari nilai tersebut akan jadi keputusan yang tidak efisien. Contohnya nilai
tanah Rp. 1.950.000.000,-, nilai kendaraan Rp. 1.560.000.000,- dan nilai
gedung Rp. 2.280.000.000,-. Maka dengan komposisi nilai seperti ini lebih
baik bagi perusahaan menjual tanah dan selanjutnya mecari tambahan
sebesar Rp. 50.000.000,- dari alokasi sumber yang lain dengan nilai yang
sama seperti menjual mobil second yang harganya Rp. 55.000.000,-.

b. Menerapkan kebijakan prudential principle (prinsip kehati-hatian)


sebelum keputusan tersebut dibuat. Prudential principle artinya keputusan
yang dibuat dilakukan berdasarkan perhitungan yang matang, matang dari
segi perhitungan matematis dan analisis kualitatifnya.

c. Menerapkan kebijkan yang bersifat hard control (kontrol keras) terhadap


yang sudah diambil. Adapun hard control artinya setelah keputusan
tersebut diambil maka dilaksanakan secara betul-betul penuh dengan
pengawasan yang ketat dan maksimal.

2.7 Sumber Modal dan Sumber Dana Perusahaan

Untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan kita dapat melihat


dari segi sumber-sumber dana perusahaan. Jika kebutuhan dana perusahaan untuk
membiayai aktivitas yang bersifat jangka pendek maka akan lebih baik jika
14

diambil dari yang bersumber pengeluaran jangka pendek (short term


expenditures) dan jika untuk membiayai aktivitas yang bersifat jangka panjang
maka akan lebih baik jika diambil dari yang bersumber pengeluara jangka panjang
(long term expenditures).

a. Sumber dana untuk pengeluaran jangka pendek


Adapun sumber-sumber dana yang bisa dipakai untuk membiayai
pengeluaran jangka pendek adalah:
1) Pinjaman perbankan yang bersifat jangka pendek.
2) Utang dagang.
3) Factoring. Factoring merupakan suatu kondisi dimana sebuah
perusahaan membutuhkan dana dan memiliki piutang perusahaan,
dimana selanjutnya piutang perusahaan tersebut dijual kepada suatu
lembaga yang siap menampung dan mau menerima untuk
membayarnya seperti lembaga keuangan dan sejenisnya. Perusahaan
yang membeli, yang faktoring tersebut, biasanya disebut dengan
perusahaan faktor. Menurut M. Fuad dkk., “perusahaan faktor
membayar sejumlah presentase tertentu dari nilai piutang. Besarnya
persentase yang ditawarkan tergantung pada kualitas piutang, biaya
penagihan piutang, dan tingkat bunga yang berlaku”.
4) Letter of Credit (LC). Letter of Credit menurut M. Fuad dkk.,
merupakan janji tertulis dari bank bagi pihak pembeli untuk membayar
sejumlah kondisi telah terpenuhi.
5) Pinjaman jangka pendek tanpa pinjaman. Pinjaman jangka pendek
tanpa jaminan yang biasanya diperoleh di perbankan ini ada dua
bentuk yaitu pertama kredit rekening koran (line of credit) dan kredit
rekening koran yang diperpanjang (revolving line of credit). Pinjaman
jangka pendek tanpa jaminan ini bisa diperoleh jika suatu perusahaan
memiliki sejumlah dana dalam jumlah yang besar atau mencukupi
yang disimpan di suatu perbankan, sehingga dengan saldo dana
tersebut menyebabkan perbankan memberikan pinjaman dana jangka
pendek tersebut tentunya setelah mempertimbangkan saldo yang
dimiliki tersebut sebagai jaminan.
b. Sumber dana untuk pengeluaran jangka panjang
15

Adapun sumber-sumber dana yang bisa dipakai untuk membiayai


pengeluaran jangka panjang adalah,
1) Penjualan obligasi. Obligasi (bonds) merupakan salah satu jenis surat
berharga yang memiliki masa waktu yang panjang, biasanya masa
tenornya mencapai 5 (lima) hingga 10 (sepuluh) tahun.
2) Utang perbankan yang bersifat jangka panjang. Disini sebuah
perusahaan dapat meminjam dana yang berasal dari perbankan dengan
jangka waktu panjang seperti 10 hingga 15 tahun. Pinjaman yang
bersifat jangka panjang atau kredit jangka panjang ini biasanya
perbankan menerapkan perhitungan kredit sistem mengambang atau
mengikuti perubahan yang terjadi atau sesuai dengan kondisi pasar.

2.8 Risiko berutang dalam Mata Uang Asing dan Pengaruhnya Bagi
Struktur Modal Perusahaan
Bagi banyak perusahaan yang ruang lingkup bisnisnya memiliki
keterkaitan dengan mata uang asing dan juga perbankan berusaha untuk memiliki
cadangan mata uang asing seperti misalnya dolar Amerika agar pada saat
kewajibannya dalam membayar pinjaman dalam mata uang dolar Amerika
tersedia sehingga tidak perlu repot harus mencari dolar lagi terutama pada saat
dolar mengalami kelangkaan di pasar.
Menurut Prof. Ricardo Hausman dari School of Government, Harvard
University, mengatakan bahwa bahaya utang dalam empat kategori yaitu:
a. Avoid short-term domestic public debt, it can kill you! (hindari utang publik dalam
negeri yang berjangka pendek; itu bisa membunuhmu).
b. But short-term debt in foreign currency can also kill you! (utang jangka pendek
dalam mata uang asing juga bisa membunuhmu).
c. Dolar debt can kill you! (pinjaman dalam bentuk dolar juga bisa membunuhmu).
d. ... and even if they do not, the currency mismathes they generated make monetary
policy less effective (dan bahkan jika mereka/utang luar negeri tidak
membunuhmu, problem kurs yang mereka ciptakan akan membuat kebijakan
moneter menjadi tidak efektif).

Mungkin dari pendapat diatas dapat ditangkap bahwa manajemen berutang


adalah suatu yang dibolehkan dan itu juga biasa terjadi dalam dunia bisnis, namun
sebuah tindakan yang tidak hati-hati akan menyebabkan perusahaan atau
16

organisasi berada dalam posisi sulit bahkan tidak mungkin pada akhirnya harus
menutup usaha (bankruptcy). Sehingga dari segi konsep capital structure (struktur
modal) ditekankan sekali bahwa jika utang itu sangat tidak boleh melewati batas
shareholders equity (kekayaan yang dimiliki). Namun, jika terjadi loan (utang)
tersebut telah melewati batas shareholders equity dan tidak mampu dibayar lagi
maka itulah yang disebut dalam kasus perbankan sebagai kredit macet.

Dan seandainya kredit macet itu timbul dalam jumlah besar tentulah itu
tidak lagi menjadi masalah satu sektoral saja yaitu masalah perbankan namun
telah menjadi masalah nasional. Utang pemerintah dan utang swasta adalah
sebuah polemik bangsa yang harus dipecahkan. Dan nasihat bagi generasi
selanjutnya bahwa ternyata sebuah keputusan awal yang dianggap itu adalah
benar ternyata telah menghasilkan sebuah kesalahan, kesalahan yang bisa
disebabkan karena rasa ambisi dan keinginan, dan dari sudut pandang agama kita
bisa melihat sebagai bentuk memaksakan diri untuk mengambil sesuatu yang
belum waktunya.
17

Pembangunan Republik Indonesia adalah pembangunan yang dilakukan


dengan utang. Tapi perlu bagi kita untuk mengkaji bahwa pada saat Indonesia
merdeka atau lepas dari penjajahan kita sudah mulai menerima utang warisan dari
Belanda. Tahun 1950, utang pemerintah tercatat 7,8 milliar dolar AS, terdiri dari
utang warisan Hindia Belanda 4 milliar dolar AS dan utang luar negeri baru 3,8
milliar dolar AS. Namun berbagai pendapat dan pemikiran yang dikemukakan
oleh para ekonom bahwa sulit mencari cara lain untuk membiayai negara dalam
melaksanakan pembangunan jika tidak dilakukan dengan cara berutang, terutama
jika negara tersebut belum memiliki kesiapan finansial yang mencukupi. Tetapi
yang harus diingat utang adalah salah satu alternatif untuk membiayai
pembangunan dalam pengertian ada banyak alternatif lain yang bisa dipergunakan
dan dikelola dengan baik.
18

Berutang dalam mata uang asing mungkin selama ini dianggap bunganya
jauh lebih rendah dibandingkan dengan mencari pinjaman dana dari lembaga
pemberi pinjaman dalam negeri. Tapi harus dimengerti bahwa mata uang asing
(foreign currency) adalah sering mengalami pergerakan ketidakstabilan karena
banyak faktor seperti salah satunya penerapan floating exchange rate (sistem mata
uang mengambang) yang diterapkan oleh Bank Indonesia dalam kebijakan
moneternya, mungkin ini berbeda dengan Malaysia yang berani menerapkan fixed
exchange rate (sistem mata uang tetap) yang bisa jadi karena mereka memiliki
jumlah cadangan dalam negeri yang maksimal seperti kas negara yang selalu
surplus.

Situasi pinjaman dalam mata uang asing menjadi bertambah parah jika
seandainya pinjaman tersebut lebih dipakai untuk bisnis di dalam negeri dan
pangsa pasarnya pun berada di dalam negeri. Sehingga pada saat nilai tukar mata
uang asing mengalami fluktuasi yang seperti rendahnya mata uang domestik
rupiah dibandingkan dengan mata uang dolar Amerika, dan para pengusaha harus
mengembalikan pinjaman itu dengan situasi yang rugi, sehingga jika ini terjadi
secara terus-menerus akan menyebabkan organisasi tersebut bangkrut
(bankruptcy).

Jenis Mata Uang Jumlah dalam persentase

Indonesia (rupiah) 52

Yen Jepang 21

Dolar 14

Euro 4

Lainnya 9

Total 100

Dimana jumlah utang pemerintah Indonesia adalah Rp 624 triliun untuk


utang berbentuk valas dan Rp 658 triliun untuk utang berbentuk rupiah, sehingga
19

keseluruhannya adalah Rp 1.282 triliun atau ini setara dengan 52% Produk
Domestik Bruto. Situasi seperti ini akan terus bertambah lagi jika pemerintah
terus saja melakukan upaya pencarian dana melalui pinjaman baru.

Daerah
Manfaat optimal
hutang

Rendah Tingkat Utang Tinggi

Pada gambar diatas dapat kita lihat posisi pinjaman yang bersifat optimal
atau posisi yang seimbang jika dianalogikan pada kepemilikan aset Rp 500 juta
maka maksimal boleh berutang adalah Rp 250 juta. Dalam artian jika ternyata di
kemudian hari usaha perusahaan mengalami keguncangan dan tidak sanggup lagi
membayar cicilan kredit maka perusahaan akan mengurangkan aset yang
dimilikinya sebesar Rp 250 juta untuk dipakai membayar utang. Sehingga dengan
posisi aset yang tersisa sebesar Rp 250 juta lagi perusahaan bisa tetap bertahan
dan mampu melanjutkan kembali usaha bisnisnya.
20

Sehingga dengan begitu perlu dipahami pada titik mana yang dianggap
aman (safety position) untuk menerapkan konsep pinjaman atau konsep balancing
theories dan pada titik seperti apa dianggap pinjaman itu berada dalam posisi
extrem leverage atau pinjaman yang membahayakan sehingga perusahaan
memungkinkan untuk berada dalam proses financial distress (kesulitan
keuangan). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Pengertian titik aman adalah jika pinjaman itu maksimal adalah 40% dari
jumlah nilai aset, seperti jika total aset adalah Rp 500 juta maka titik aman adalah
Rp 200 juta. Atau ini dapat dihitung dengan cara,

Pa = TA x Pp

Keterangan :

Pa = pinjaman aman
21

TA= total assets

Pp = persentase pinjaman

Sehingga kita dapat menghitunganya sebagai berikut :

Pa = Rp 500.000.000-x0,40

Pa= Rp 200.000.000,-

Adapun posisi leverage adalah jumlah pinjaman sudah mencapai titik


80%-90% dari total nilai aset. Sehingga jika kondisi tiba-tiba perusahaan
mengalami permasalahan dalam usaha khususnya dalam bidang penurunan
penjualan maka memungkinkan timbulnya gagal bayar (risk default) dan bagi
pihak pemberi pinjaman ini akan mencatat sebagai kasus kredit macet (bad debt
case). Dan selanjutnya perusahaan jika tidak ada penyelesaian yang bersifat
konkret akan mengarah pada posisi pailit (bankcrupcy).

Oleh karena itu, ada beberapa solusi yang harus di terapkan oleh pada
manajer keuangan agar selalu aman menjalankan bisnisnya yaitu jangan terjebak
untuk mengejar keuntungan yang akhirnya terperosok dalam lubang pinjaman
yang sulit untuk dikendalikan. Harus di akui manusia memiliki sifat tamak dan
ambisius, yaitu ambisius untuk mengejar perolehan pendapatan yang tinggi
dengan berbagai bentuk target seperti ekspansi (pembukaan kantor cabang,
penciptaan produk baru/new product, penambahan armada angkutan, penambahan
tenaga kerja, penambahan pabrik baru, peningkatan utang baru, dan lain
sebagainya). Dan yang harus diingat bahwa keadaan apa yang akan terjadi
kedepan (future condition) sangat sulit bisa diprediksi seperti yang diperkirakan
selama ini.

Oleh sebab itu, ada baiknya bagaimanapun kondisi bisnis sebaiknya titik
pinjaman tetap pada posisi aman yaitu 40% dari total nilai aset yang dimiliki.
Khususnya jika perusahaan berada pada negara dengan tingkat stabilitas ekonomi
yang sulit untuk diprediksi dalam keadaan stabil selalu, seperti berinvestasi dan
22

mendirikan usaha di negara terbelakang (underdevelope contries) dan juga negara


berkembang (develope countries).

Untuk memahami secara lebih dalam posisi titik aman pinjaman ada
baiknya jika kita lihat pada gambar di bawah ini.

Ada beberapa bagian yang harus dipikirkan oleh seorang manajer


keuangan dalam konteks negara dan finance cost (biaya keuangan) yang akan
dikeluarkan pada aktivitas bisnisnya terutama dalam keputusan ekspansi dan
sebagainya. Ini sebagaimana dikatakan oleh jeff madura bahwa “ manajer
keuangan menilai suatu negara sesuai biaya keuangan untuk bisnis yang akan
dilaksanakan di negara itu, maka ia memusatkan pada pertanyaan berikut :

a. Apakah mungkin untuk mendapatkan pinjaman lokal di negara itu?


b. Berapakah tingkat bunga atas pinjaman lokal?
c. Haruskah perusahaan menggunakan pendapatan yang di dapat dari bisnis
domestik untuk membiayai bisnis di luar negeri?
23

d. Bagaimana pendapatan perusahaan meningkat sebagai hasil melakukan bisnis di


negara asing?
BAB 3
KESIMPULAN

Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial


perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka
panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholder’s equity) yang
menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Dan ini dipertegas oleh bahwa
struktur modal suatu perusahaan terdiri dari long-term debt dan shareholder’s
equity, dimana stakeholder’s equity terdiri dari preferred stock dan common
equity, dimana stakeholder equity terdiri dari preferred stock dan common equity,
dan common equity itu sendiri adalah terdiri dari common stock dan retained
earnings.

Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal dibagi menjadi dua, yakni


Simple Capital Structure dan Complex Capital Structure. Rasio Struktur Modal
yang digunakan yakni Debt-to Equity Ratio, Number of Times Interest Is Earned,
Book Value Pershare. Teori yang membahas tentang struktur modal ada dua yaitu,
Balancing theories, dan Packing order theory.

24
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Bandung : ALFABETA, cv


https://www.bi.go.id/en/iru/economic-data/external-debt/Documents/SULNI-
December-2018.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai