Anda di halaman 1dari 8

CORPORATE GOVERNANCE

“PERAN INVESTOR INSTITUSIONAL, INVESTOR ASING, DAN KREDITUR”

Oleh Kelompok VI

I Made Gde Kamal (2007531244)


Putu Ardia Cahayanti (2007531250)
Putu Aprilia Wulandari (2007531264)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
A. Pengertian Investor Institusional dan Investor Asing
Investor institusi merupakan orang atau organisasi non-bank yang
memperdagangkan sekuritas dalam jumlah saham atau jumlah dolar yang cukup besar
yang memenuhi syarat untuk perlakuan istimewa dan komisi yang lebih rendah. Investor
institusi menghadapi lebih sedikit peraturan perlindungan karena diasumsikan mereka
lebih berpengetahuan dan lebih mampu melindungi diri mereka sendiri. Umumnya ada
enam jenis investor institusi diantaranya:
1. Dana Abadi
2. Bank Komersial
3. Reksa Dana
4. Dana Lindung Nilai
5. Dana Pensiun
6. Perusahaan Asuransi.
Karena institusi adalah kekuatan terbesar di belakang penawaran dan permintaan
di pasar sekuritas, mereka melakukan sebagian besar perdagangan di bursa utama dan
sangat mempengaruhi harga sekuritas. Investor ritel biasanya tidak berinvestasi dalam
sekuritas yang sama dengan investor institusi untuk menghindari membayar harga yang
lebih tinggi untuk sekuritas. Sedangkan Investasi asing (foreign investment) adalah
investasi oleh orang asing ke perekonomian domestik dengan harapan beberapa manfaat
di masa depan. Dua kategori utamanya ialah investasi asing langsung dan investasi
portofolio asing. Investasi langsung melibatkan kontrol atas pengelolaan aset yang
biasanya melibatkan pembangunan aset produktif seperti fasilitas produktif. Mereka lebih
berorientasi jangka panjang. Sementara itu, Investasi portofolio melibatkan pembelian
saham, surat utang, reksa dana, exchange traded fund (ETF) atau jenis instrumen
keuangan lainnya di negara tujuan.
Mereka lebih dapat diperdagangkan dan biasanya kurang permanen. Beberapa
mengambil jangka waktu pendek, terutama untuk tujuan spekulatif. Investasi asing
memiliki pro dan kontra Modal asing menciptakan lebih banyak pekerjaan, pertumbuhan
ekonomi dan kekayaan di negara tujuan. Namun, kadang-kadang, itu memunculkan
sejumlah resistensi. Modal asing memunculkan ketidak stabilan ekonomi, terutama akibat
pergerakan arus modal jangka pendek. Meskipun demikian, investasi asing semakin
penting dalam era globalisasi sekarang ini.
B. Peran Investor Institusional dan Investor Asing
Investor Institusional memiliki peran yaitu ikut serta dalam meningkatkan
penerapan GCG oleh perusahaan dengan melakukan investasi yang bertanggung jawab.
Investasi yang bertanggung jawab adalah kebijakan investasi oleh investor yang hanya
akan menanamkan modalnya pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan GCG, dan
tentu secara konsisten menerapkan kebijakan tersebut. Dengan cara ini, suatu institusi
tersebut akan bertanggung jawab terhadap publik yang dananya mereka kelola, karena
dana tersebut hanya diinvestasikan pada perusahaan-perusahaan yang memang dapat
dipercaya, sehingga resiko hilangnya dana publik karena penempatan yang salah menjadi
lebih kecil, dan di lain pihak, perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa juga
menjadi lebih memberi perhatian terhadap penerapan GCG karena dengan menerapkan
GCG secara konsisten, saham mereka menjadi lirikan investor dan masuk dalam daftar
saham yang desirable atau ingin dimiliki oleh investor, lebih jauh hal ini akan
meningkatkan nilai saham yang secara tidak langsung juga meningkatkan nilai
perusahaan
Peran investor institusional dianggap mampu untuk mengawasi dari setiap
keputusan yang diambil oleh manajer perusahaan, hal ini dilakukan guna menjamin
keuntungan para pemegang saham agar modal yang mereka berikan bisa dipergunakan
dan diatur sebaik mungkin. Investor institusional memiliki peranan diantaranya:
1. Investor institusional berperan terhadap peningkatan insentif bagi perusahaan
untuk berperan aktif dalam corporate governance, termasuk dalam hal
pengungkapan.
2. Investor institusional merupakan pihak yang memberi sumber informasi
mengenai perusahaan, serta pihak yang memberi kontrol terhadap manajemen
dalam kebijakan keuangan perusahaan.
3. Adanya investor institusional dapat mengurangi biaya utang perusahaan. Hal
ini dikarenakan adanya monitoring yang efektif oleh pihak institusional yang
dapat mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Investor asing juga memiliki memiliki peran untuk ikut serta dalam meningkatkan
penerapan GCG suatu perusahaan diantaranya:
1. Investor asing dapat memberikan kontribusi positif dengan mengisi
kekosongan atau kekurangan sumber daya yang terjadi antara tingkat investasi
yang ditargetkan dan jumlah aktual tabungan domestik yang dapat
dimobilisasi.
2. Investor asing berperan dalam menambah cadangan devisa. Investor asing
dapat melakukan investasi langsung di sektor-sektor yang memiliki potensi
untuk meningkatkan produksi dan ekspor suatu negara.
3. Investor asing memiliki peran dalam mengisi kesenjangan antara target
penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang dapat
dikumpulkan. Bahwa dengan memungut pajak atas keuntungan-keuntungan
dari perusahaan  perusahaan asing tersebut, maka pemerintah dari negara-
negara tujuan investor asing ini mendapatkan manfaat sumber-sumber
finansial dalam rangka membiayai proyek-proyek pembangunan, seperti
pembangunan sarana dan prasarana publik
4. Investor asing dapat menyediakan berbagai sumber-sumber daya yang dapat
dibutuhkan bagi proses pembangunan secara keseluruhan, termasuk
pengalaman dan kecakapan manajerial, kemampuan kewirausahaan dan
teknologi produksi, yang kemudian dapat dialihkan kepada mitra-mitra usaha
di dalam negeri melalui program-program latihan dan proses belajar sambil
bekerja. Selain itu, kehadiran investor asing juga berguna untuk mendidik para
manajer perusahaan-perusahaan di dalam negeri, agar para manajer dapat
mengetahui cara-cara di dalam mengadakan hubungan dengan bank-bank di
luar negeri, mencari alternatif pasokan sumber daya dan memperluas
jaringan  jaringan pemasaran hingga ke tingkat internasional.
C. Pengertian dan Peran Kreditor dalam GCG Debtholders
Pengertian Kreditur Kreditor adalah pihak (perorangan, organisasi, perusahaan
atau pemerintah) yang memiliki tagihan kepada pihak lain (pihak kedua) atas properti
atau layanan jasa yang diberikannya (biasanya dalam bentuk kontrak atau perjanjian) di
mana diperjanjikan bahwa pihak kedua tersebut akan mengembalikan properti yang
nilainya sama atau jasa. Pihak kedua ini disebut sebagai peminjam atau yang berhutang.
Dan menurut UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena Undang-
Undang atau perjanjian yang dapat ditagih di muka pengadilan. Sedangkan menurut
G20/OECD, Kreditor adalah pemangku kepentingan utama mengenai volume dan jenis
kredit yang diberikan kepada perusahaan, dan akan sangat tergantung pada hak-hak
mereka dan pada keberlakuannya.
Peran Kreditor Dalam ICGN Global Stewardship Principle (Prinsip Penatagunaan
Global), peran kreditor disajikan dalam konteks "ekosistem" kepengurusan dengan cara
mencari letak kesamaan dan perbedaan kreditor dengan pemegang saham sehubungan
dengan masalah tata kelola perusahaan. Ini dapat memberikan gambaran mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan tata kelola/governance sehingga bisa dijadikan
dasar analisis investasi dan kegiatan tata kelola lainnya. Kreditor, termasuk pemegang
obligasi korporasi atau bentuk utang lainnya, memiliki kecenderungan untuk berhati-hati
mengenai kondisi keuangan dan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali
kewajiban kreditnya tepat waktu. Sementara pemegang saham cenderung memerhatikan
tingkat return saham dan dividen yang bisa diberikan oleh perusahaan. Perbedaan yang
kedua yaitu kreditor tidak memiliki bagian dalam kepemilikan formal perusahaan,
sementara para pemegang saham punya. Ini menyebabkan kreditor tidak punya hak
apapun untuk ikut andil menyuarakan pendapatnya dalam RUPS, sementara pemegang
saham punya wewenang ini.
Hak kreditor semestinya telah dijelaskan dalam ketentuan perjanjian dan tidak
boleh dilanggar baik oleh kreditor tu sendiri maupun oleh perusahaan, ini ditegaskan
dalam Kitab Undang-udang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 yangmenyebutkan
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain, untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapus piutang,diancam
karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Ada tata kelola yang dapat diungkapkan oleh kreditor yang tidak perlu
bertentangan dengan kepentingan ekuitas investor dan disinilah peran kreditor Ini
termasuk:
1. Pernyataan tentang kebijakan keuangan dan alokasi modal. Ini harus
mencakup pernyataan perusahaan sendiri tentang penggunaan hutang dan
leverage keuangan.
2. Manajemen risiko, termasuk risiko ESG (Environmental, Social And
Governance) Pemegang saham dan kreditor sama-sama mendorong
perusahaan untuk memiliki praktik manajemen risiko yang kuat sehingga
keberlangsungan perusahaan dapat berlanjut seterusnya dan dapat
memenuhi kewajibannya kepada tidak hanya kreditor, tetapi juga
stakeholder yang lain.
3. Efektivitas dewan. Pemegang saham dan kreditor menginginkan dewan
yang kuat untuk menyediakan dukungan independen dan tantangan
konstruktif bagi perusahaan dan pengelola eksekutifnya. Sebagai bagian
dari tata kelola keberlanjutan, kreditor mengharapkan dewan untuk
menunjukkan pemahaman dan pengawasan risiko ESG yang tepat.
4. Audit, akuntansi dan pelaporan. Kreditor memiliki minat yang jelas dalam
proses audit yang kuat dan kebijakan akuntansi yang bijaksana untuk
memastikan pelaporan dan penjagaan yang akurat terhadap risiko
keuangan.
5. Remunerasi. Adanya kreditor dapat mencegah manajemen eksekutif untuk
mengambil risiko yang tidak proporsional hanya karena mereka ingin
menerima penghargaan bonus.
Debtholders
Jika perusahaan berada dalam kesulitan keuangan, kreditor cenderung meminta
likuidasi aset perusahaan sedangkan pemegang saham lebih memilih untuk menjaga
perusahaan sebagai kelangsungan usaha. Peran ganda bank sebagai kreditor dan
pemegang saham dapat menciptakan konflik kepentingan dengan pemegang saham lain,
debtholders dan pemangku kepentingan perusahaan, dimana utang bank dan klaim
ekuitas cenderung memerlukan keputusan yang berbeda jika salah satu perusahaan
investee-cum-debitor memasuki kesulitan keuangan. Sementara klaim utang bank dapat
meminta perusahaan ditutup dan memulihkan asetnya, klaim ekuitasnya dapat meminta
untuk memutar kembali pinjaman yang ada kepada perusahaan. Konflik kepentingan ini
dapat diperburuk dalam sistem tata kelola perusahaan dengan jaringan dan hubungan
yang kuat antara perusahaan dan bank karena keputusan bank cenderung dipengaruhi
oleh tujuan jaringan daripada kepentingan perusahaan yang bersangkutan.
Model teoretis Berlin et al. memprediksi bahwa optimal bagi pemangku
kepentingan jangka panjang bahwa bank memiliki utang serta klaim ekuitas. Pertama,
untuk menghindari bank berkolusi dengan perusahaan yang sehat untuk mengambil alih
pemangku kepentingan jangka panjang dengan mengklaim bahwa perusahaan berada
dalam kesulitan keuangan, sehingga memperoleh konsesi dari pemangku kepentingan
jangka panjang, bank harus memegang saham yang dapat diabaikan atau hampir semua
saham. ekuitas. Dengan kata lain, bank tidak boleh memegang saham perantara, yaitu
saham di suatu tempat di antara dua ekstrem yang disebutkan di atas, karena saham
perantara mendorongnya untuk berkolusi dengan perusahaan yang sehat dan berpura-pura
bahwa yang terakhir menghadapi kesulitan keuangan untuk mengambil alih perusahaan.
Pemangku kepentingan jangka panjang. Kedua, untuk menghindari bank berpihak
pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dengan berpura-pura bahwa
perusahaan itu sehat, persentase yang cukup dari klaim utang bank harus
disubordinasikan kepada pemangku kepentingan jangka panjang. Karena bank mungkin
merasa sulit untuk meyakinkan pemangku kepentingan jangka panjang bahwa klaim
utangnya memang subordinasi dalam praktiknya, bank perlu memiliki saham ekuitas di
perusahaan yang sehat.Penyitaan debtholders menunjukkan masalah keagenan utang
yang terdiri dari pemegang saham yang tergoda untuk bertaruh dengan dana debtholders
begitu perusahaan berada dalam kesulitan keuangan dan tidak mungkin untuk menutup
investasi awal mereka di perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Goergen, M. (2012). International Corporate Governance . England: Pearson Education Limited

Anda mungkin juga menyukai