Anda di halaman 1dari 10

INVESTOR INSTITUSIONAL, INVESTOR ASING, DAN KREDITUR

Oleh :

Kelompok 7

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019/2020

A. Pengertian Investor Institusional dan Investor Asing


Investor adalah suatu pihak baik perorangan ataupun lembaga yang berasal dari
dalam negeri atau dari luar negeri yang melakukan suatu kegiatan investasi yang bersifat
jangka panjang maupun jangka pendek (Nasarudin&Surya : 2004). Jadi, investor adalah
suatu pihak baik perorangan, pemerintah, institusi swasta, maupun lembaga publik yang
melakukan kegiatan investasi berupa penanaman modal pada perusahaan yang terdaftar
di BEI untuk membeli produk-produk investasi dengan tujuan memperoleh keuntungan
di masa mendatang.
Investor institusional adalah investor yang berupa lembaga institusi yang sudah
berbadan hukum seperti perusahaan asuransi, perusahaan investasi, bank, reksa dana,
dana pension dan lain-lain yang memiliki saham atau menanamkan modal pada suatu
perusahaan dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Peran investor
institusional secara umum sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang
terjadi antara manajer dan pemegang saham serta memonitor dan mencegah kegiatan
oportunistik yang dilakukan manajer dalam perusahaan.

Investor asing adalah investor yang melakukan kegiatan penanaman modal di luar
wilayah negaranya atau investor yang berasal dari luar negeri yang menanamkan
modalnya pada suatu Negara dimana instrument investasi dikelola, diterbitkan dan
diperdagangkan dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Contohnya,
saham BUMN Indonesia yang dikuasai 20% oleh investor China, dimana investor China
disinimerupakan investor asing yang menanamkanmodalnya di Negara Indonesia.

B. Peran Investor Institusional dan Investor Asing


Peran Investor Institusional
Menurut G20/OECD Prinsiples of Corporate Governance, investor institusional
yang bertindak dalam kapasitas fidusia harus mengungkapkan kebijakan tata kelola
perusahaan dan pemungutan suara mereka secara keseluruhan sehubungan dengan
investasi mereka, termasuk prosedur yang mereka miliki untuk memutuskan penggunaan
hak suara mereka. Pada perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki oleh investor
institusional, efektivitas dan kredibilitas sistem tata kelola serta pengawasan perusahaan
akan bergantung pada investor institusional yang melaksanakan hak-hak
kepemilikannya. Untuk itu, penting dilakukan pengungkapan kebijakan mengenai
bagaimana investor institusional melaksanakan hak-hak kepemilikannya.
Investor institusional yang bertindak dalam kapasitas fidusia juga harus
mengungkapkan bagaimana mereka mengelola konflik kepentingan material yang dapat
memengaruhi pelaksanaan hak kepemilikan terkait investasi mereka.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa adanya kepemilikan institusional
memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang
terjadi antara manajer dan pemegang saham. Peran investor institusional dianggap
mampu untuk mengawasi dari setiap keputusan yang diambil oleh manajer perusahaan,
hal ini dilakukan guna menjamin keuntungan para pemegang saham agar modal yang
mereka berikan bisa dipergunakan dan di atur sebaik mungkin. Investor institusional
memiliki peranan sebagai berikut.
1. Investor institusional berperan terhadap peningkatan insentif bagi perusahaan untuk
berperan aktif dalam corporate governance, termasuk dalam hal pengungkapan.
Artinya, perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan institusional yang tinggi
akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar yang dilakukan oleh investor
institusional kepada manajemen sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik
manajer, dan menuntut perusahaan untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas.
2. Investor institusional merupakan pihak yang memberi sumber informasi mengenai
perusahaan, serta pihak yang memberi kontrol terhadap manajemen dalam kebijakan
keuangan perusahaan. Dengan adanya investor institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan dan dengan pengawasan efektif yang dilakukan
investor institusional terhadap perusahaan, diharapkan dapat bertindak sebagai
pencegahan dengan meminimalkan biaya-biaya yang dikeluarkan manajer untuk
kepentingan pribadi yang dapat merugikan pemegang saham.
3. Adanya investor institusional dapat mengurangi biaya utang perusahaan. Hal ini
dikarenakan adanya monitoring yang efektif oleh pihak institusional yang dapat
mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan
mengingkatnya kinerja perusahaan membuat risiko perusahaan menjadi lebih kecil
sehingga biaya utang yang akan diterima perusahaan pun akan lebih rendah.

Peran Investor Asing


1. Investor asing memberikan sumbangan positif dalam mengisi kekosongan-
kekosongan atau kekurangan-kekurangan sumber daya antara tingkat investasi yang
ditargetkan dengan jumlah aktual tabungan domestik yang dapat dimobilisasikan.
Perlu diketahui bahwa setiap negara memiliki kemampuan yang amat terbatas dalam
mencapi target investasi yang diharapkan, dikarenakan tabungan domestik yang
biasanya digunakan sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan terkadang
tidak memadai untuk skala investasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, kehadiran
investor asing dapat digunakan untuk mengatasi persoalan yang berkaitan dengan
kesenjangan dari tabungan dan investasi dalam negeri.
2. Investor asing berperan dalam menambah cadangan devisa. Investor asing yang
menanam modal di dalam negeri berguna mengisi kesenjangan antara target jumlah
devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil aktual devisa dari ekspor ditambah dengan
bantuan luar negeri neto. Jadi, dengan kehadiran investor asing di dalam negeri akan
memberikan manfaat dalam menghilangkan sebagian atau seluruh defisit yang
terdapat dalam neraca pembayaran, hingga menghilangkan defisit dalam jangka
panjang.
3. Investor asing memiliki peran dalam mengisi kesenjangan antara terget penerimaan
pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang dapat dikumpulkan. Bahwa dengan
memungut pajak atas keuntungan-keuntungan dari perusahaan-perusahaan asing
tersebut, maka pemerintah dari negara-negara tujuan investor asing ini mendapatkan
manfaaat sumber-sumber finansial dalam rangka membiayai proyek-proyek
pembangunan, seperti pembangunan sarana dan prasarana publik.
4. Investor asing berperan dalam mengisi kesenjangan di bidang manajemen, semangat
kewirausahaanm teknologi produksi dan keterampilan kerja. Investor asing dapat
menyediakan berbagai sumber-sumber daya yang dapat dibutuhkan bagi proses
pembangunan secara keseluruhan, termasuk pengalaman dan kecakapan manajerial,
kemampuan kewirausahaan dna teknologi produksi, yang kemudian dapat dialihkan
kepada mitra-mitra usaha di dalam negeri melalui program-program latihan dan
proses belajar sambil bekerja. Selain itu, kehadiran investor asing juga berguna untuk
mendidik para manajer perusahaan-perusahaan di dalam negeri, agar para manajer
dapat mengetahui cara-cara di dalam mengadakan hubungan dengan bank-bank di
luar negeri, mencari alternatif pasokan sumber daya dan memperluas jaringan-
jaringan pemasaran hingga ketingkat internasional. Investor asing juga berperan
dalam transfer pengetahuan dan teknologi baru yang berguna dan produktif bagi
negara-negara penerima investasi asing tersebut.

C. Pengertian dan Peran Kreditur dalam GCG

Kreditor adalah pihak (perorangan, organisasi, perusahaan atau pemerintah) yang


memiliki tagihan kepada pihak lain (pihak kedua) atas properti atau layanan jasa yang
diberikannya (biasanya dalam bentuk kontrak atau perjanjian) di mana diperjanjikan
bahwa pihak kedua tersebut akan mengembalikan properti yang nilainya sama atau jasa.
Pihak kedua ini disebut sebagai peminjam atau yang berhutang. Sementara menurut UU
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena Undang-Undang atau perjanjian
yang dapat ditagih di muka pengadilan. Sedangkan menurut G20/OECD, Kreditor adalah
pemangku kepentingan utama mengenai volume dan jenis kredit yang diberikan kepada
perusahaan, dan akan sangat tergantung pada hak-hak mereka dan pada keberlakuannya.
Perusahaan dengan catatan tata kelola perusahaan yang baik seringkali dapat meminjam
jumlah yang lebih besar dan dengan persyaratan yang lebih menguntungkan daripada
perusahaan dengan catatan buruk atau yang beroperasi di pasar yang kurang transparan.

Dalam ICGN Global Stewardship Principle (Prinsip Penatagunaan Global), peran


kreditor disajikan dalam konteks "ekosistem" kepengurusan dengan cara mencari letak
kesamaan dan perbedaan kreditor dengan pemegang saham sehubungan dengan masalah
tata kelola perusahaan. Ini dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan tata kelola/governance sehingga bisa dijadikan dasar analisis
investasi dan kegiatan tata kelola lainnya.

Kreditor, termasuk pemegang obligasi korporasi atau bentuk utang lainnya, memiliki
kecenderungan untuk berhati-hati mengenai kondisi keuangan dan kemampuan
perusahaan untuk membayar kembali kewajiban kreditnya tepat waktu. Sementara
pemegang saham cenderung memerhatikan tingkat return saham dan dividen yang bisa
diberikan oleh perusahaan. Perbedaan yang kedua yaitu kreditor tidak memiliki bagian
dalam kepemilikan formal perusahaan, sementara para pemegang saham punya. Ini
menyebabkan kreditor tidak punya hak apapun untuk ikut andil menyuarakan
pendapatnya dalam RUPS, sementara pemegang saham punya wewenang ini. RUPS bisa
dijadikan kesempatan bagi para pemegang saham untuk membuat kebijakan yang hanya
menguntungkan kepentingannya sendiri tanpa memedulikan kepentingan kreditor. Oleh
karena itu, hak-hak kreditor perlu dilindungi. Hak kreditor semestinya telah dijelaskan
dalam ketentuan perjanjian dan tidak boleh dilanggar baik oleh kreditor tu sendiri
maupun oleh perusahaan, ini ditegaskan dalam Kitab Undang-udang Hukum Pidana
(KUHP) Pasal 378 yang menyebutkan “Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai
nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain, untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi utang maupun menghapus piutang, diancam karena penipuan dengan pidana
penjara paling lama empat tahun”. Mengenai ketidakmampuan perusahaan dalam
melunasi utangnya, Kreditur, yang mana dalam hal ini merupakan Bank, dapat
melakukan restrukturisasi kredit yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Republik Indonesia Nomor 32/POJK 03/2018 Pasal 7 dan POJK Nomor
40/POJK.03/2019 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Bab 7.

Konflik antara pemegang saham dan kreditor tidak akan pernah sepenuhnya
dihilangkan meskipun perusahaan dalam posisi keuangan yang sehat. Tetapi ada tata
kelola yang dapat diungkapkan oleh kreditor yang tidak perlu bertentangan dengan
kepentingan ekuitas investor dan disinilah peran kreditor. Ini termasuk:

1. Pernyataan tentang kebijakan keuangan dan alokasi modal. Ini harus


mencakup pernyataan perusahaan sendiri tentang penggunaan hutang dan leverage
keuangan. Pernyataan ini akan menjadi pertimbangan apakah kreditor bersedia
memberi utang kepada perusahaan atau tidak, dan kedepannya akan mendorong
semua organ corporate governance untuk menjalankan tugasnya dengan baik
sehingga mampu memenuhi kewajibannya kepada tidak hanya kreditor, tetapi juga
stakeholder yang lain.

2. Manajemen risiko, termasuk risiko ESG (Environmental, Social And


Governance)  . Pemegang saham dan kreditor sama-sama mendorong perusahaan
untuk memiliki praktik manajemen risiko yang kuat sehingga keberlangsungan
perusahaan dapat berlanjut seterusnya dan dapat memenuhi kewajibannya kepada
tidak hanya kreditor, tetapi juga stakeholder yang lain.

3. Efektivitas dewan. Pemegang saham dan kreditor menginginkan dewan yang kuat


untuk menyediakan dukungan independen dan tantangan konstruktif bagi perusahaan
dan pengelola eksekutifnya. Sebagai bagian dari tata kelola keberlanjutan, kreditor
mengharapkan dewan untuk menunjukkan pemahaman dan pengawasan risiko ESG
yang tepat.

4. Audit, akuntansi dan pelaporan. Kreditor memiliki minat yang jelas dalam


proses audit yang kuat dan kebijakan akuntansi yang bijaksana untuk memastikan
pelaporan dan penjagaan yang akurat terhadap risiko keuangan. Kreditor harus
mendorong pelaporan terintegrasi untuk memastikan pertimbangan apa yang akan
diambil sehubungan dengan perusahaan yang akan atau telah menerima utangnnya.
5. Remunerasi. Adanya kreditor dapat mencegah manajemen eksekutif untuk
mengambil risiko yang tidak proporsional hanya karena mereka ingin menerima
penghargaan bonus. Kreditor harus memastikan dana yang telah dipinjamkannya
kepada perusahaan tidak disalahgunakan oleh organ corporate governance.

D. Debtholders
Manfaat Dan Biaya Dari Perbankan Berbasis Hubungan.
Karakteristik penting dari beberapa sistem tata kelola perusahaan, khususnya yang
berbasis bank adalah hubungan terkait pinjaman. Sebagai contoh, sistem tata kelola
perusahaan Jerman secara tradisional telah dijelaskan oleh hubungan erat perusahaan
dengan bank. Alasan utama mengapa perusahaan memiliki hubungan erat dengan bank
adalah untuk mengatasi masalah informasi asimetris yang dapat membatasi mereka,
dimana bank dianggap menyediakan pemantauan yang mungkin tidak ada di pasar
sekuritas utang yang dapat diperdagangkan. Terdapat bukti empiris dari Belanda dan
Jepang bahwa perusahaan yang memiliki ikatan erat dengan bank kurang tergantung
pada dana internal untuk investasi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa bank memang
mengurangi hambatan pembiayaan dengan meningkatkan akses ke dana eksternal.
Namun, informasi tentang perusahaan yang diperoleh bank melalui pemantauannya juga
meningkatkan daya tawarnya, dimana jika bank memperoleh informasi pribadi yang
tidak dapat dipindahtangankan dari hubungannya yang erat dengan perusahaan maka
akan menghasilkan monopoli lebih tinggi dari biaya pinjaman kepada perusahaan. Oleh
karena itu, memungkinkan adanya trade-off antara peningkatan akses keuangan yang
dapat diberikan dengan bank melalui kenaikan suku bunga yang dapat diekstraksi oleh
bank dari hubungan erat mereka dengan perusahaan.
Raghuram Rajan, dalam makalah lain dengan Mitchell Petersen, mengakui bahwa
untuk kasus Amerika Serikat bank mungkin mengenakan suku bunga di atas pasar,
alasan untuk melakukannya adalah untuk memperlancar suku bunga selama siklus hidup
perusahaan. Ketika perusahaan masih muda, ada banyak ketidakpastian tentang masa
depan mereka, oleh karena itu, mereka mungkin dikenakan suku bunga tinggi yang tidak
proporsional di pasar dan akibatnya beberapa perusahaan mungkin kehilangan
pembiayaan luar. Namun sebaliknya, pemberi pinjaman dengan kekuatan monopoli
dapat membebani perusahaan dengan tingkat bunga yang lebih rendah selama tahap awal
daripada yang terjadi di pasar yang kompetitif. Posisi monopolistik kemudian
memungkinkan pemberi pinjaman untuk berbagi dalam peningkatan nilai perusahaan di
masa depan dengan mengenakan suku bunga di atas pasar.
Mengatasi Konflik Kepentingan Yang Diciptakan Oleh Kepemilikan Bank Dan
Perwakilan Dewan Bank.
Jika perusahaan berada dalam kesulitan keuangan, kreditor cenderung meminta
likuidasi aset perusahaan sedangkan pemegang saham lebih memilih untuk menjaga
perusahaan sebagai kelangsungan usaha. Peran ganda bank sebagai kreditor dan
pemegang saham dapat menciptakan konflik kepentingan dengan pemegang saham
lain,debtholders dan pemangku kepentingan perusahaan, dimana utang bank dan klaim
ekuitas cenderung memerlukan keputusan yang berbeda jika salah satu perusahaan
investee-cum-debitor memasuki kesulitan keuangan. Sementara klaim utang bank dapat
meminta perusahaan ditutup dan memulihkan asetnya, klaim ekuitasnya dapat meminta
untuk memutar kembali pinjaman yang ada kepada perusahaan. Konflik kepentingan ini
dapat diperburuk dalam sistem tata kelola perusahaan dengan jaringan dan hubungan
yang kuat antara perusahaan dan bank karena keputusan bank cenderung dipengaruhi
oleh tujuan jaringan daripada kepentingan perusahaan yang bersangkutan. Mitchell
Berlin, Kose John dan Anthony Saunders berpendapat bahwa kepemilikan ekuitas dapat
mendorong bank untuk memihak pemegang saham perusahaan untuk mengambil alih
pemegang saham klaim tetapnya seperti pemasok jangka panjang dan pelanggan dengan
biaya yang signifikan untuk mengalihkan bisnis mereka ke perusahaan lain.Sementara
solusi mudah untuk konflik kepentingan ini adalah dengan membuat klaim bank di
bawah kepentingan pemangku kepentingan jangka panjang.
Penyitaan debtholders menunjukkan masalah keagenan utang yang terdiri dari
pemegang saham yang tergoda untuk bertaruh dengan dana debtholders begitu
perusahaan berada dalam kesulitan keuangan dan tidak mungkin untuk menutup investasi
awal mereka di perusahaan. Jika investasi berisiko tinggi terbayar, pemegang saham
akan mendapat manfaat dari sebagian besar keuntungan karena klaim debtholders
dibatasi, yaitu yang terbaik debtholders akan dibayar bunga yang jatuh tempo serta
pokok utang. Sebaliknya, jika investasi ini gagal menghasilkan pengembalian,
debtholders akan merugi karena sisa dana perusahaan telah pergi sedangkan pemegang
saham tidak akan lebih buruk.
Kesimpulan Debtholders besar, seperti bank, berpotensi memainkan peran penting
melalui pengurangan masalah informasi asimetris. Mereka juga dapat memainkan peran
tata kelola perusahaan yang penting. Pemantauan mereka terhadap manajemen
perusahaan dapat menghasilkan nilai melalui mitigasi masalah agen utama yang sangat
parah di perusahaan yang dipegang secara luas. Sementara pemantauan yang dilakukan
oleh bank dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham serta pemangku kepentingan
lainnya, itu juga dapat menghasilkan kekuatan monopolistik bagi bank yang dapat
membebani suku bunga di atas pasar perusahaan. Namun, ada juga bukti bahwa bank-
bank yang memiliki hubungan dekat dengan perusahaan memuluskan suku bunga dari
waktu ke waktu dengan membebankan suku bunga di bawah pasar ke perusahaan ketika
mereka masih muda dan memiliki akses terbatas ke pendanaan luar dan kemudian
berpartisipasi dalam surplus yang dihasilkan oleh perusahaan ketika mereka matang
dengan membebankan suku bunga di atas pasar. Teori menunjukkan bahwa perpaduan
optimal dari hutang dan klaim ekuitas dipegang oleh bank untuk melindungi kepentingan
jangka panjang, pemegang saham tetap, pemasok, pelanggan dan tergantung pada
kesehatan keuangan perusahaan. Jika perusahaan itu sehat, maka bank harus memegang
klaim ekuitas di perusahaan untuk berkomitmen tidak menyesatkan para pemangku
kepentingan. Jika perusahaan dalam kesulitan keuangan, bank harus menghindari
kepemilikan saham menengah dan lebih baik memegang saham yang diabaikan atau
hampir semua ekuitas.

DAFTAR PUSTAKA

Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya. 2004. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta:

Prenada Media

Goergen, M. 2012. International Corporate Governance. USA: Pearson


International Corporate Governance Network. 2019. Creditors Governance and Stewardship.
London

OECD. 2015. G20/OECD Principles of Corporate Governance. Paris : OECD Publishing

Dewi, Laurensia Chintia, Nugrahanti, Yeterina Widi. 2014. Pengaruh Struktur Kepemilikan
dan Dewan Komisaris Independen Terhadap Nilai Perusahaan. Vol 18, No.1. 64-80.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Kristen Satya Wacana.

Agustami, Silviana, Yunanda, Anggung Cahyani. 2014. Pengaruh Kepemilikan Institusional


dan Pengungkapan Sukarela Terhadap Biaya Hutang. 2(2). 376-391. Jurnal Riset
Akuntansi dan Keuangan Universitas Pendidikan Akuntansi.

Prabowo, Andre. 2015. Faktor-faktor Penentu Investasi Asing Langsung di Indonesia Tahun
1998-2012. Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai