Mata Kuliah/Dosen Pengampu : Etika profesi dan bisnis Syariah/ Drs. Atwal Arifin, Akt., M.Si.
Kasus :
Perusahaan :
PT Garuda Indonesia
Jenis Pelanggaran :
Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang salah satu
agendanya ialah menyetujui laporan keuangan tahun buku 2018. Dalam rapat itu, dua komisaris
Garuda Indonesia Chairul Tanjung dan Dony Oskaria selaku perwakilan dari PTTrans Airways
berpendapat bahwa angka transaksi dengan PT Mahata sebesar USD239,94 juta terlalu signifikan
sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerjasama tersebut
tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya masih merugi sebesar
USD244,96 juta. Selain itu, catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda Indonesia
menjadi lebih besar untuk membayar pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai, yang
seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama dengan PT Mahata belum
dibayarkan kepada PT Garuda. Seharisetelah kabar penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris
tersebut beredar, saham perusahaan dengan kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada
penutupan perdagangansesi pertama. Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level RP478 per
saham darisebelumnya Rp500 per saham.Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil jajaran direksi
Garuda Indonesia terkait kisruhlaporan keuangan tersebut. Pertemuan juga dilakukan bersama
auditor yang memeriksakeuangan Garuda Indonesia, yakni KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang
bersamarekannya.Namun di saat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku
belum bisa menetapkan sanksi kepada KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang bersamarekannya
lantaran Kemenkeu masih melakukan analisis terkait dari pihak auditor.
3 MEI 2019
21 Mei 2019
Garuda Indonesia kemudian dipanggil oleh Komisi VI DPR-RI . Jajaran direksi inidimintai keterangan
oleh komisi VI DPR-RI mengenai polemik laporan keuangan tersebut. DalamDalam penjelasannya,
Dirut Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan bahwa laporan keuangan
tersebut yang menjadi polemik adalah soal kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi, terkait
penyediaan layanan wiFi on-board yang dapatdinikmati secara gratis oleh penumpang PT Garuda
Indonesia. Kerja sama yang dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2018 ini mencatat pendapatan yang
masih berbentuk piutangsebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD28 juta di
antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.
14 Juni 2019
Kemenkeu telah selesai melakukan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata Sutanto FahmiBambang
bersama rekannya terkait laporan keuangan tahun 2018 milik garuda dengankesimpulan terjadi
pelanggaran bahwa pelaksanaan audit belum sepenuhnya mengikutistandar akuntansi yang berlaku.
Sanksi juga diberikan kepada Garuda dikenakan dendasebesar RP100 juta untuk setiap direksi yang
menandatangani laporan keuangan tersebut.Sanksi dari Bursa Efek juga lebih besar yakni denda
RP250 juta, Garuda juga diminta untukmemperbaiki laporan keuangan paling lambat tanggal 26 juli
2019.Menteri keuangan Sri Mulyani menjatuhkan sanksi kepada Akuntan Publik KasnerSirumapea
dan KAP Tanubrata bersama rekannya, sanksi yang dijatuhkan berupa: