Oleh :
Lulu Puspita Damayanti
M. Arief Fauzi
Mutia Annisa Octivianti
S1 Akuntansi Reguler B 2012
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jakarta
2014
KATA PENGANTAR
8335123546
8335123535
8335120533
bahasa
maupun
segi
lainnya.
Oleh
karena
itu
penyusun
mengharapkan dan menerima saran dan kritik dari pembaca sehingga kami dapat
memperbaiki makalah mengenai sistem pengendalian manajemen ini. Akhirnya
penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
bahan pembelajaran bagi pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih
atas perhatian pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latarbelakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan Penulisan
1.4
Manfaat Penulisan
1.5
Metodologi Penelitian
BAB II. PEMBAHASAN
2.1
Control Tightness (or Looseness)
2.2
Tight Action Control
2.3
Tight Result Control
2.4
Tight People Control
2.5
Multiple Form of Control
BAB III. STUDI KASUS
3.1
Pengertian Kencangkan Ikat Pinggang
3.2
Profil PT Pelindo 1
3.3
Penerapan Kontrol Kencangkan Ikat Pinggang pada PT Pelindo 1
3.4
Pengaruh Kontrol Kencangkan Ikat Pinggang terhadap Kinerja Keuangan
perusahaan
BAB IV. PENUTUP
4.1
4.2
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banyaknya penyimpangan perilaku yang terjadi didalam suatu
organisasi menyebabkan organisasi tersebut tidak berkembang dengan baik.
Sehingga diperlukan suatu control yang harus diterapkan pada organisasi
agar dapat mencapai visi dan misi organisasi tersebut. Control yang
diterapkan pada organisasi dapat berupa: action control, result control, dan
personnel and cultural control. Action control adalah suatu pengendalian
yang diterapkan perusahaan pada proses operasionalnya. Result control
merupakan pengendalian terhadap hasil dari proses operasional organisasi.
Sedangkan personnel and cultural control adalah pengendalian dengan
menciptakan suatu budaya yang berguna untuk memotivasi karyawan.
Ketiga control tersebut harus dijalankan dengan baik dan benar agar
tidak menjadi boomerang bagi organisasi itu sendiri. Cara menjalankan
control tersebut, dapat diterapkan dengan 2 cara yaitu dengan: TIGHT or
LOOSE. Control yang terjadi dalam organisasi dikatakan TIGHT apabila
pengendalian yang diterapkan memaksakan keinginan perusahaan terhadap
individu yang menjalankan, sedangkan LOOSE apabila perusahaan
memberikan kebebasan kepada karyawan dalam bekerja sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
Selain membahas materi control tightness (or looseness), kami akan
membahas studi kasus Control Kencangkan Ikat Pinggang yang mulai
dilakukan oleh PT Pelabuhan Indonesia 1 pada tahun 2011 silam.
1.2
Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan control tightness or looseness ?
b. Bagaimana penerapan control tightness pada action control, result
control, dan people control ?
c. Bagaimana penerapan kontrol Kencangkan Ikat pinggang pada PT
Pelindo 1 ?
1.3
Tujuan Penulisan
a. Untuk memenuhi
nilai
tugas
matakuliah
Sistem
Pengendalian
Manajemen.
b. Untuk mengetahui pengertian control tightness dan looseness.
c. Untuk mengetahui penerapan control tightness pada action control,
result control, dan people control.
d. Untuk mengetahui penerapan kontrol kencangkan ikat pinggang pada PT
Pelindo 1.
1.4
Manfaat Penulisan
Sebagai bahan pembelajaran bagi pembaca khususnya mahasiswa agar dapat
mengetahui lebih dalam mengenai tightness control pada action control,
personnel control dan cultural control dalam sistem pengendalian
manajemen. Selain itu agar mahasiswa mengetahui penerapan control
tightness pada perusahaan yang sedang melakukan Kencangkan Ikat
Pinggang.
1.5
Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini metode penelitian yang kami gunakan
adalah penjelajahan internet (untuk mencari materi dan beberapa informasi
yang tidak bisa kami dapatkan dari buku-buku).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Control Tightness (or Looseness)
Control Tightness or Looseness menggambarkan penstrukturan
internal organisasi yakni cara-cara yang digunakan manajemen untuk
mengontrol karyawan sesuai dengan regulasi kerja setiap hari juga berkenaan
dengan berbagai pengeluaran yang dilakukan oleh organisasi.
Kontrol yang terjadi dalam organisasi dapat dikatakan TIGHT apabila
pengendalian yang diterapkan memaksakan keinginan perusahaan terhadap
individu yang menjalankan atau organisasi mengawasi perilaku karyawan
secara ketat demi menjaga efisiensi biaya, sedangkan kontrol suatu
perusahaan dapat dikatakan LOOSE apabila perusahaan memberikan
kebebasan kepada karyawan dalam bekerja sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya atau organisasi tidak secara aktif mengawasi perilaku karyawan
dan mengabaikan efisiensi biaya.
a.
Behavioral Constraints
Behavioral Constraints adalah pembatasan kinerja yang harus dilakukan
oleh karyawan agar melakukan hal yang sesuai dengan keinginan
organisasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai syarat
terciptanya Behavioral Constraints yang ketat. Behavioral Constraints ini
sendiri adalah bentuk sistem control formal. Menurut Anthony &
Govindarajan (1998), harus ada rules atau peraturan yang mendukung
terciptanya suatu formal control yang baik. Wujud dari rules ini antara
lain :
Physical Constraints
Pengendalian yang dilakukan dengan memberikan hambatan akses
secara fisik kepada karyawan yang meliputi pemasangan peralatan
seperti kunci, sistem identifikasi personal, penggunaan password
untuk memasuki ruang tertentu atau file dan program tertentu
dikomputer, serta pembatas akses pada area dimana inventaris dan
informasi vital disimpan. Hal ini dilakukan untuk mencegah karyawan
melakukan tindakan yang menimbulkan kerugian fisik bagi badan
usaha.
Administrative Constraint
Administrative constraint adalah pembatasan batasan kemampuan
individu dalam melakukan tugas yang spesifik baik sebagian maupun
keseluruhan
dalam
perusahaan.
Contoh
hal
dari
yang
berurusan
dengan
administrasi
Administrative
Control
ini
adalah
atasan.
Informal preaction reviews: Pengkajian yang dilakukan secara
tidak formal seperti mengomunikasikan secara lisan ataupun
tertulis sehingga pihak yang mengendalikan dapat memberikan
masukan, petunjuk, atau bahkan perintah tertentu sebelum
pekerjaan tersebut dilaksanakan. Contohnya, pembicaraan informal
antara manager dengan karyawannya yang dapat dilakukan melalui
media informal seperti sms, telpon, atau internet.
c.
Action Accountability
Suatu bentuk pengendalian aksi yang dilakukan dengan cara
membuat kesepakatan atau aturan dalam organisasi bahwa seseorang
harus bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dikerjakannya. Tujuan
dari kontrol ini adalah untuk memberikan batasan terhadap tingkah laku
para karyawan. Sehingga dalam pengendalian ini akan terdapat dokumen
yang berisi ketentuan perusahaan akan kegiatan yang diinginkan
perusahaan yang seharusnya dilakukan oleh karyawan dan konsekuensi
yang harus ditanggung karyawan apabila tidak mengerjakan jenis
pekerjaan yang dimaksud dan reward yang akan diterima bila berhasil
mengerjakan dengan baik.
Action Accountability dapat diaplikasikan dengan cara :
a. Mendefinisikan secara jelas tentang macam pekerjaan apa yang dapat
diterima perusahaan (acceptable) dan juga apa yang tidak dapat
diterima (unacceptable).
Contoh : Karyawan department store diwajibkan untuk senyum
kepada pelanggan dan tidak diperkenankan untuk duduk selama
bekerja.
b. Mengkomunikasikan hal tersebut kepada seluruh elemen perusahaan.
Contoh : adanya aturan kerja, sistem dan prosedur, standard operating
procedures (SOP).
c. Melakukan observasi atau pelacakan tentang apa yang sebenarnya
terjadi tentang cara-cara orang melakukan pekerjaan tertentu melalui
observasi langsung (direct observation) maupun dengan teknik-teknik
pengawasan lainnya.
Contoh : melakukan inspeksi mendadak (sidak), ataupun CCTV.
d. Menyediakan stimulus yaitu sistem reward dan punishment pada
karyawan. Memberikan penghargaan kepada karyawan yang bekerja
dengan baik dan benar serta memberikan hukuman kepada karyawan
yang melanggar peraturan yang ada dalam badan usaha.
Kemampuan untuk mengukur action control secara efektif memiliki 4 ciri,
yaitu :
1. Tepat (precision), manajemen tahu secara pasti bahwa tindakan yang
dilakukan benar atau salah.
2. Objektif, artinya pengukuran dilakukan oleh seseorang yang independen.
3. Tepat waktu, artinya tindakan yang menyimpang diketahui secepatnya
agar segera dapat diperbaiki.
4. Dapat dimengerti, staff mengerti tindakan-tindakan apa yang boleh atau
tidak boleh dilakukan.
dapat
dicerminkan
dari
jumlah
pengunjung.
Kinerja perusahaan dapat dilihat dari hasil profit tahunan dan
prospek pertumbuhan yang signifikan.
Specificity
Merupakan target kinerja yang harus ditetapkan secara spesifik dan
feedback dilakukan dalam jangka pendek. Tight result control juga
tergantung pada adanya performance target yang spesifik dan dalam
jangka waktu tertentu. Fungsi penetapan target ini adalah memotivasi
untuk mencapai apa yang telah ditetapkan dan menjaga agar dapat
bekerja secara efisien. Terget harus mencantumkan angka.
Contoh :
Penetapan target penjualan yang harus meningkat 50% dibanding
tahun lalu
yang
diinginkan
harus
pengalaman
dan
kepribadian,
seringkali
tidak
dapat
diandalkan.
b. Cultural Control
Pengendalian kultural dirancang untuk mendorong para karyawan
untuk saling mengendalikan antar satu orang dengan orang lainnya, untuk
memberikan arahan dan tekanan dari suatu kelompok (group pressure)
kepada individu yang bertindak tidak sesuai dengan norma dan nilai yang
berlaku di perusahaan (Merchant dan Van der Stede, 2007). Pengendalian
kulturan akan meningkatkan rasa kebersamaan yang berkenaan dengan
tradisi, norma, kepercayaan, idiologi, sikap, dan perilaku.
Cultural contol seringkali lebih kuat dan stabil. Budaya melibatkan
sekumpulan kepercayaan dan nilai bersama yang digunakan para karyawan
sebagai petunjuk dan pandangan dalam berperilaku baik. Budaya dalam
beberapa perusahaan bisa dikatakan kuat karena budaya itu berisi
kepercayaan dan nilai nilai yang dipegang erat dan dibagi bersama.
Bagi perusahaan yang mempunyai budaya organisasi yang kuat,
pengendalian yang ketat mungkin tidak dapat dipengaruhi hanya dengan
personnel atau cultural control saja. Kebanyakan personnel atau cultural
control lebih fleksibel. Hal ini disebabkan karena dalam sebuah organisasi
terdiri dari beragam individu yang memiliki cara pandang yang berbeda.
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Pengertian Kontrol Kencangkan Ikat Pinggang
Kontrol Kencangkan Ikat Pinggang adalah suatu program atau
upaya-upaya yang dilakukan perusahaan guna mencapai efisiensi biaya
dengan memangkas biaya-biaya yang tidak begitu penting bagi operasional
perusahaan sehingga dapat memaksimalkan laba. Dalam penerapannya,
perusahaan harus memiliki pengendalian yang baik untuk dapat
mewujudkan tujuan program kencangkan ikat pinggang yaitu efisiensi
biaya. Untuk itu perusahaan dapat melakukan pengendalian yang ketat
pada action control, result control, maupun people control.
(Persero)
mulai
kebijakan
pengetatan
pengendalian
untuk
meningkatkan
kinerja
perusahaan.
Berikut langkah-langkah penerapan kontrol Kencangkan Ikat
Pinggang yang dilakukan perusahaan, yaitu :
1. Menerapkan Program Pengurangan Biaya
Menata ulang biaya iklan di media cetak yang selama ini dianggap
tidak efisien
Menghapus berbagai event yang dianggap tidak penting
Menghapus pembiayaan pejabat perusahaan yang sering ke luar kota
ataupun keluar negeri dengan alasan studi banding
Surat Keterangan Perjalanan Dinas tidak lagi mudah diterbitkan
seperti sebelumnya.
Membatasi mobil dinas untuk pegawai yang dinilai terlalu banyak.
2. Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Menetapkan dan meningkatkan target untuk meningkatkan motivasi
karyawan.
Perusahaan selalu menetapkan laporan anggaran setiap
tahunnya dan meningkatkan target yang kemudian dikomunikasikan
kepada pegawai perusahaan untuk dapat meningkatkan motivasi dan
kinerja individu dan cabang.
Meningkatkan kompetensi karyawan dengan pelatihan
Membangun keterampilan dan kemampuan pegawai yang
berorientasi pada pelanggan akan memungkinkan para pegawai
Pelindo I akan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
pelanggan. Secara konsisten perusahaan melakukan peningkatan
kompetensi SDM melalui pendidikan dan pelatihan baik yang
berhubungan dengan core business perusahaan maupun pendukung
lainnya agar dapat mandiri dalam melakukan kegiatan perusahaan.
Mengevaluasi
kinerja
perusahaan
dalam
memenuhi
harapan
meningkatkan
kinerja
Pendapatan
Beban Usaha
Laba bersih
Sebelum
2009
2010
939.865.452.237
988.428.977.876
(675.911.936.300) (756.261.964.235)
174.724.957.462
138.667.603.292
Sesudah
2011
2012
1.163.630.554.090 1.564.755.654.050
(821.138.206.815) (998.021.829.386)
211.335.377.811
355.576.855.200
2010
5,17%
11,89%
-20,6%
2011
17,725%
8,58%
52,4%
2012
34,47%
21,54%
68,25%
perusahaan
sebelum
dan
sesudah
penerapan
kontrol
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Tightness Control adalah pengendalian ketat yang dilakukan oleh
Saran
Sebaiknya perusahaan terus menerapkan kontrol yang ketat agar dapat