Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH

ORGANISASI DAN SUMBERDAYA MANUSIA

“SEBUAH TELAAH TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN


KARISMATIK STEVE JOBS”

DOSEN
PROF. DR. AIDA VITAYALA

DISUSUN OLEH
ALMANDRI NUR PUTRA

NIM
P056131592.E47

2013
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................2
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................. 3
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Kepemimpinan...............................................................4
2.2 Gaya Kepemimpinan........................................................................5
2.3 Kepemimpinan Karismatik................................................................9

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Gaya Manajemen Apple nan Elegan dari Steve Jobs....................19
3.2 Gaya Kepemimpinan Steve Jobs...................................................21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................29


DAFTAR PUSTAKA..................................................................................31

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Gaya Kepemimpian Donna C.S. Summers........................6


2.2 Gambar Empat Gaya Kepemimpinan Tony Mayo............................7
2.3.1 Gambar Bentuk-bentuk Perubahan Organisasi..............................10
2.3.2 Gambar Aspek-aspek Kepemimpinan dalam Proses Perubahan..11

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di tengah hingar-bingar hyper-competition teknologi informasi
dalam melahirkan produk-produk berteknologi tinggi lagi bermanfaat bagi
masyarakat. “Tangan ajaib” nya juga mampu menginspirasi produsen lain
untuk membuat produk serupa, atau bergegas mengikutinya.
Namun bukan hanya kejeniusannya yang mampu mengundang
decak kagum khayalak, tapi juga kemampuannya menakhodai
perusahaan global sekelas Apple. Begitu banyak terobosan-terobosan
yang telah melambungkan kinerja dan profit perusahaannya.
Dialah Steve Paul Jobs atau lazim dikenal dengan Steve Jobs.
Tokoh dengan talenta tinggi itu bukan hanya menyejarah, tapi juga
menyisakan rasa kehilangan mendalam bagi para pencinta produk dan
fans-nya.
Telah banyak biografi tentang Steve Jobs, namun lebih banyak
mengangkat tentang talenta luar biasanya dalam bidang teknologi atau
kemampuan presentasinya yang luar biasa. Masih jarang kita temukan
kajian yang menyoroti lebih dalam ihwal kapabilitasnya dalam memimpin
institusi Apple, Pixar, atau entitas organisasi lain yang pernah ia naungi.
Padahal tidak ada “jagoan” yang benar-benar sendiri dalam
melakukan aksi-aksi hebatnya. Selalu saja ada partner, team-mate,
tandem, atau karyawan yang senantiasa mendukungnya hingga ia dapat
menghasilkan karya-karya fenomenal.
Hal inilah yang menarik minat penulis untuk menelaah lebih dalam
mengenai kehebatannya memimpin organisasi dengan begitu banyak
talenta di dalamnya. Kemampuan memimpin yang jarang dimiliki oleh
“orang biasa”, hingga begitu banyak pujian—tidak terkecuali kritikan—
mengalir melingkupi sepak terjang Steve Jobs.
Untuk itulah penulis mengangkatnya menjadi tema dalam tulisan ini
yaitu:

2
“SEBUAH TELAAH TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN KARISMATIK
STEVE JOBS”

1.2 Tujuan Penulisan


Tulisan ini penulis susun dengan tujuan utama:
1. Apa saja ciri-ciri gaya kepemimpinan karismatik Steve Jobs.
2. Mempelajari bagaimana faktor gaya kepemimpinan karismatik
Steve Jobs dapat memengaruhi kinerja perusahaan.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Bagi Peneliti/Mahasiswa, dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dalam topik kepemimpinan.
2. Bagi perusahaan/organisasi, dapat dijadikan bahan inputan atau
inspirasi bagi perbaikan pola kepemimpinan dalam organisasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Menurut fazhtech.blogspot.com (2013), kepemimpinan adalah
proses memengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
Tannebaum, Weschler, dan Nassarik dalam fazhtech.blogspot.com
(2013), menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi,
dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu.
Masih dalam fazhtech.blogspot.com (2013), John C. Maxwell
berpendapat bahwa kepemimpinan adalah memengaruhi atau
mendapatkan pengikut. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi
dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam
kelompok atau organisasi.
Hampir senada dengan Maxwell, Moejiono (2002) dalam
fazhtech.blogspot.com (2013) mencatat bahwa, kepemimpinan sebagai
akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-
kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.
Lalu, masih dalam fazhtech.blogspot.com (2013), Katz dan Kahn
(1978), kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit
pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-
pengarahan rutin organisasi.
Harold S. Geneen dalam Pella dan Inayati (2011) menyebutkan
bahwa esensi kepemimpinan adalah kemampuan menginspirasikan orang
lain untuk bekerjasama sebagai sebuah tim, termasuk di dalamnya
kemampuan untuk merentang penggunaan dan aplikasi potensi-potensi
yang dimiliki individu dalam tim untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Kyle (2004), salah satu “kebenaran” emosional dasar
mengenai kepemimpinan adalah bahwa “kita ingin pemimpin yang
menemukan atau menciptakan dalam mereka sendiri dan kemudian

4
dapat menjelaskan tujuan ini dengan cara yang membangkitkan motivasi
kita untuk mengikuti mereka dalam rangka menemukan tujuan yang sama
bagi kita sendiri.
Kyle meneruskan, bahwa karakteristik unik dari kepemimpinan
yaitu, memimpin bukan mengenai melakukan sesuatu, melainkan
mengenai menjadi sesuatu. Pengembangan kepemimpinan menyangkut
menyadari kekuatan yang ada dalam diri sendiri dan kekuatan yang
diperoleh dalam posisi yang dipegang seseorang. Dalam arti fundamental,
tantangan menjadi seorang pemimpin adalah mengenai mengintegrasikan
kekuatan pribadi dengan kekuatan posisi seseorang.
Dalam paragraf lain Kyle (2004) menyatakan bahwa, menjadi
seorang pemimpin bukan masalah melakukan suatu peran, melainkan
mengenai mengakses kekuatan untuk memaksimalkan keunikan
seseorang dan kapasitas serta potensi individual.
Menurut Covey (1997), kepemimpinan itu berkaitan dengan arah—
dengan memastikan bahwa tangga bersandar pada dinding yang benar.
Kepemimpinan juga berfokus pada hal-hal terpenting.

2.2 Gaya Kepemimpinan


Menurut Summers (2005), pemimpin yang efektif menyadari bahwa
situasi-situasi berbeda membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda
pula. Seorang pemimpin harus terlatih untuk mengenal kebutuhan yang
ada dan meresponnya dengan gaya kepemimpinan yang sesuai.
Macam-macam gaya kepemimpinan menurut Summers adalah:

Partisipatif Konsultatif
 Memberikan petunjuk.  Mencari masukan, nasihat, dan
 Terlibat hanya jika dibutuhkan. saran-saran.
 Menolong orang lain dalam  Membuat keputusan akhir.
menganalisa dan memecahkan  Mengakui kontribusi karyawan
masalah.
 Mengenal karyawannya untuk
mendapatkan dukungan.

5
Pendelegasian Mengarahkan
 Menyerahkan tanggung jawab.  Memadukan pembuatan
 Menyerahkan kewenangan. keputusan sepihak.
 Memberikan sedikit masukan.  Mengharapkan karyawan
 Memberikan pengakuan. menaati perintah.
 Memverifikasi pekerjaan.  Memberikan informasi tentang
 Mengkehendaki karyawan dapat apa yang harus dilakukan.
menerima tanggung jawab.  Memberikan informasi tentang
bagaiman melakukannya.
 Memberikan informasi tentang
mengapa hal itu harus dilakukan.
 Mengkehendaki karyawan untuk
mengikuti arahan-arahan.

Gambar 2.1 Gaya Kepemimpinan Donna C.S. Summers

Gaya kepemimpinan mengarahkan adalah gaya otokrasi. Wajar


diterapkan pada saat pemimpin harus membuat keputusan sepihak yang
harus diikuti atau dipatuhi tanpa komentar atau pertanyaan dari
bawahannya. Kebutuhan untuk menggunakan gaya kepemimpinan
mengarahkan ini, dikarenakan sang pemimpin memiliki pengetahuan yang
lebih atas situasi yang terjadi, atau disebabkan efek keputusannya yang
berpengaruh pada kepentingan umum dalam organisasi.
Gaya kepemimpinan konsultatif digunakan saat pemimpin mencari
masukan dari mereka yang bekerja di bawahnya. Gaya ini
mempertimbangkan gaya pengembangan yang lebih dalam memimpin
karena gaya ini mengedepankan partisipasi. Waktu menggunakan gaya
ini, pemimpin mencari nasihat, saran, dan masukan dari sekitarnya namun
masih menyisakan pengambilan keputusan akhir.
Saat menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif, seorang
pemimpin menugaskan pekerjaan kepada karyawan, memberikan
panduan selama proses pekerjaan, dan membuat keputusan berdasarkan
pada konklusi tugas yang dilakukan karyawannya. Gaya ini tidak sama
dengan gaya konsultatif, dalam situasi ini pemimpin lebih seperti
memercayakan janji atau pekerjaan karyawannya sebagai keputusan
akhir pada persoalan tersebut.

6
Gaya kepemimpinan pendelegasian adalah gaya dimana pemimpin
mengambil peran yang paling sedikit. Dalam gaya kepemimpinan ini, sang
pemimpin memberitahukan inti dari apa yang harus dilakukan karyawan
atau timnya, menyerahkan tanggung jawab, dan memberikan seseorang
atau tim otoritas untuk menyelesaikan pekerjaan. Pemimpin tinggal
memeriksa untuk memverifikasi penyelesaian tugas dan berpartisipasi
hanya jika diperlukan.
Seorang pemimpin dituntut untuk dapat menyesuaikan gaya-gaya
kepemimpinan tersebut dengan situasi yang sedang terjadi. Pemimpin
yang efektif merasa nyaman dengan mengadopsi setiap gaya
kepemimpinan sesuai dengan situasi yang dibutuhkan.
Tony Mayo dalam Harvard Business Review Blog membagi gaya
kepemimpinan sebagaimana matriks di bawah ini:

Gambar 2.2 Empat Gaya Kepemimpinan Tony Mayo

Dalam fazhtech.blogspot.com (2013), tipe-tipe kepemimpinan


terdapat 6 macam, yaitu:
1. Tipe Otokratis

7
Ciri-cirinya antara lain:
a. Mengandalkan kepada kekuatan/kekuasaan.
b. Menganggap dirinya paling berkuasa.
c. Keras dalam mempertahankan prinsip.
d. Jauh dari para bahawan.
e. Perintah diberikan secara paksa.

2. Tipe Laissez Faire


Ciri-ciri antara lain:
a. Memberi kebebasan kepada para bawahan.
b. Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan.
c. Semua pekerjaan dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan.
d. Tidak mempunyai wibawa.
e. Tidak ada koordinasi dan pengawalan yang baik.

3. Tipe Paternalistik
Ciri-ciri antara lain:
a. Pemimpin bertindak sebagai Bapak.
b. Memperlakuakn bawahan sebagai orang yang belum dewasa.
c. Selalu memberikan perlindungan.
d. Keputusan ada di tangan pemimpin.

4. Tipe Militerlistik
Ciri-ciri antara lain:
a. Dalam komunikasi menggunakan saluran formal.
b. Menggunakan sistem komando/ perintah.
c. Segala sesuatu bersifat formal.
d. Disiplin yang tinggi, kadang bersifat kaku.

5. Tipe Demokratis
Ciri-ciri antara lain:
a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi.

8
b. Bersifat terbuka.
c. Bawahan diberi kesempatan untuk memberi saran dan ide-ide baru.
d. Dalam pengambilan keputusan utamakan musyawarah untuk mufakat.
e. Menghargai potensi individu.

6. Tipe Open Leadership


Tipe ini hampir sama dengan tipe demokratis, Perbedaannya
terletak dalam hal pengambilan keputusan, dalam tipe ini keputusan ada
di tangan pemimpin.
Fritz dalam Kyle (2004) menuturkan enam elemen mengenai
kepemimpinan yang diamatinya dan yang menyebabkan kepemimpinan
hebat, yaitu:
1. Pemimpin menyediakan kejelasan kepada organisasi lewat visi dan
nilai-nilai yang diterjemahkan menjadi tindakan.
2. Pemimpin bertanggung jawab penuh atas organisasi. Mereka
bersedia memikul beban ini.
3. Gaya bukan inti dari kepemimpinan, melainkan bagian penting.
Bagian penting termasuk penilaian bijaksana, kekuatan karakter,
tujuan, dan dorongan kuat ke arah nilai-nilai dan aspirasi.
4. Kepemimpinan organisasi tidak harus memunyai kepribadian
karismatik. Kepemimpinan perlu strategi, kecerdasan, kemampuan
mengakses realitas, dan bersedia “menyelesaikan tugas”—untuk
mencapai sasaran dan meraih hasil.
5. Pemimpin memotivasi orang lain untuk memfokuskan pada realita
agar memperoleh hasil.
6. Pemimpin mengetahui cara menggerakkan pengikut dari realitas
saat ini menuju ke visi dari hasil yang sudah disetujui bersama.

2.3 Kepemimpinan Karismatik


Sebelum menganalisa pengaruh dari kepemimpinan karismatik
Steve Jobs ini, baiknya kita memahami terlebih dahulu dasar teori yang
menggarisbawahi tentang perubahan organisasi dan kepemimpinan.
Perubahan organisatoris terjadi sepanjang waktu, merujuk pada pendapat

9
Nadler dan Tushman (1990) bahwa terdapat perbedaan bentuk dari
perubahan organisasi sebagaimana tergambar di bawah ini:

Bertumbuh Strategis

Antisipatif Penyesuaian Re-orientasi

Reaktif Adaptasi Re-kreasi

Gambar 2.3.1 Bentuk-bentuk Perubahan Organisasi

Bentuk perubahan organisasi bertumbuh versus strategis


memaparkan komponen-komponen apa saja yang terimbas dari
perubahan. Dalam perubahan bertumbuh, hanya komponen tertentu saja
yang terimbas, dengan perubahan strategis, seluruh komponen dalam
organisasi ikut berubah.
Perubahan reaktif versus antisipatif menjelaskan faktor alamiah
perubahan itu sendiri. Perubahan reaktif adala perubahan sebagai respon
langsung atas apa yang terjadi pada kejadian eksternal. Perubahan
antisipatif adalah perubahan yang dikarenakan manajemen senior
memercayai bahwa sebuah perubahan dalam mengantisipasi kejadian-
kejadian akan mendatangkan keuntungan kompetitif (Nadler et. al, 1995
dalam Jansen, 2012)
Jika kita berbicara tentang re-orientasi, perubahan dalam
kepemimpinan adalah sebuah perubahan strategis, yang membawa
dampak pada seluruh organisasi dan perubahan itu juga bersifat
antisipatif, karena kita dapat mengantisipasi kepergian seorang pemimpin.
Reorientasi secara berkala ditentukan oleh pemimpin baru, yang
membawa hal-hal baru dari luar ke dalam organisasi.
Gambar di bawah ini menjelaskan kerangka kerja (frame work) dari
aspek-aspek kepemimpinan dalam proses perubahan menurut Nadler dan
Tushman (1990) (Nadler et. al, 1995 dalam Jansen 2012).:

10
Instrumental
Leadership
Broadening
Charismatic Leadership The Senior
Leveraging
Team
The Senior Structuring Controlling
Team Envisioning

Energizing Enabling

Rewarding
Developing Leadership
in the Organization

Gambar 2.3.2 Aspek-aspek Kepemimpinan dalam Proses Perubahan


(Nadler et. al, 1995, dalam Jansen, 2012)

Pemimpin karismatik memberikan visi, arahan, dan energi, melalui


komitmen, antusiasme, dan semangat. Karisma tidak cukup besar dalam
memberikan efek kepada perubahan organisasi. Kepemimpinan
karismatik harus diperkuat dengan perangkat kepemimpinan seperti
perhatian pada hal-hal detail di dalam peran-peran yang ada, tanggung
jawab, struktur, dan penghargaan. Perubahan re-orientasi menurut Nadler
dan Tushman (1990) dalam Jansen (2012), terlalu besar untuk ditangani
oleh seorang pemimpin. Inilah yang menjadi fokus dari batas akhir
kerangka kerja di atas.
Sejalan dengan itu Robert House (1997) dalam Jansen (2012)
meyatakan bahwa kepemimpinan karismatik dapat didefinisikan pada
empat ekspresi berbeda di bawah ini:
a. Dominasi,
b. Kerelaan yang tinggi dalam memengaruhi orang lain,
c. Kepercayaan diri, dan
d. Kepercayaan diri.
Penafsiran dramaturgi dari hubungan karismatik lebih siap
melibatkan dugaan dari konflik dan tegangan-tegangan di antara karakter-
karakter (atau dengan karakter-karakter) yang memerlukan resolusi.

11
Sebuah area kompleksitas dapat dilihat dalam kecenderungan pemimpin
karismatik untuk membangun sebuah hubungan personal dan terbuka
dengan para pengikutnya.
Dalam situasi karismatik tertentu pada kenyataannya dilambangkan
dengan kebesaran hati dalam meyikapi perbedaan pendapat, hingga
perbedaan tersebut dapat “ditaklukkan” dengan kekuatan persuasi
pemimpin, dengan demikian dapat memperkokoh kesan karismanya di
mata pengikutnya.
Meskipun beragam hubungan karismatik dapat kita temukan di
antara pemimpin dan pengikutnya, namun jika ada masalah dengan
kekuatan pesaing/lawan dapat diatasi dengan efektif, dan potensi-potensi
konflik atau dilema-dilema dapat diselesaikan dengan tuntas, hal tersebut
secara aktif membangun citra karismatik pemimpin di mata pengikutnya
(Harvey, 2001, dalam Jansen, 2012).
Dubrins dalam Teguh Nugraha (2011) tentang kepemimpinan, dia
menunjukkan karisma sebagai "melibatkan hubungan antara pemimpin
dan orang yang dipimpin". Ia selanjutnya menunjukkan pentingnya
"manajemen dengan inspirasi" saat ia menyebutnya dan dia menunjuk ke
gaya komunikasi yang berbeda dari pemimpin karismatik.
Pada dasarnya, karisma adalah aspek kunci dari kepemimpinan.
Steve Jobs terkenal karena kemampuannya dalam memberikan pidato
dan memikat perhatian penonton. Dia mampu memikat karyawan dan
penonton dengan kemampuan evangelist.
Dalam hal ini kita dapat mengamati bahwa dia dimiliki kemampuan
karismatik dengan mengkomunikasikan ide-idenya menggunakan
metafora, analogi, dan cerita. Menariknya, saat presentasi produk baru
Apple "iPad" dia akan duduk di sofa karena untuk membuat skenario yang
membantu penampil dan pendengar untuk membayangkan adegan
Minggu pagi di rumah, menggunakan produk baru ini saat membaca
koran. Jobs kemudian mulai membuka halaman web koran Amerika.

12
Dengan menciptakan kisah-kisah di kepala penonton, dia
mengkomunikasikan keunggulan produk yang paling efisien. Dia adalah
pembicara yang berbakat dengan kemampuan luar biasa (referent power).
Karisma Jobs sangat bergantung pada pengetahuan yang
mendalam dan pemahaman tentang teknologi yang ia dalami (expert
power). Pengetahuan teknis Jobs tidak dapat melakukannya.
Bagaimanapun, Jobs telah mendirikan Apple bersama dengan Wozniak
dan bersama-sama mereka mengembangkan perangkat keras yang
pertama.
Tentu pemahaman Jobs tentang teknologi dapat dikombinasikan
dengan bakat visionernya membantu dia untuk mengembangkan visi lalu
mengkomunikasikannya secara efisien untuk eksekusi, kepada para
karyawannya.
Sifat karismanya memungkinkan dia untuk membangkitkan
antusiasme karyawan (keterlibatan kerja) untuk menjadi lebih baik dengan
melakukan tugas-tugas yang tampaknya mustahil, dan juga meyakinkan
pelanggan untuk membeli produk Apple.
Jenis karismanya dapat digambarkan sebagai yang telah
dipersonalisasi. Ini berarti yang terutama berfungsi adalah kepentingan
sendiri dan latihan hanya hambatan kecil pada penggunaan kekuasaan.
Dalam kasus Jobs ini berarti bahwa ia tidak hanya memotivasi dengan
bercerita, tetapi juga dengan kekerasan.
Jobs digambarkan oleh beberapa orang sebagai orang yang
manipulatif, tidak jujur, dan kasar. Indikasi ini dapat ditemukan ketika ia
mengatakan, "My job is to not be easy on people. My job is to make them
better. My job is to pull things together from different parts of the company
and clear the ways and get the resources for the key projects. And to take
these great people we have and to push them and make them even better,
coming up with more aggressive visions of how it could be."
Ia ingin orang-orang mengikutinya, mengharapkan ketaatan dan
lebih dari itu nampak keluar dari minatnya sendiri karena bekerja di Apple
adalah tujuan yang berharga dalam hidupnya.

13
Sebagai kesimpulan, kita bisa mengatakan bahwa ia adalah tipe
visioner yang mengkomunikasikan visi dengan baik dalam cerita. Visi dan
caranya dalam berkomunikasiitu adalah atribut utama yang membuat Jobs
dianggap sebagai karismatik.
Karena perilaku manipulatifnya ia dianggap oleh beberapa
karyawan sebagai otokratis. Perilakunya dalam pertemuan misalnya
digambarkan sebagai kasar, berwibawa, dan menjengkelkan.
Dubrin dalam Teguh Nugraha (2011) menjelaskan pentingnya
pertimbangan dan memulai struktur. Pertimbangan maksudnya untuk
tingkat seorang pemimpin menawarkan dukungan emosional, sementara
struktur adalah cara mengorganisasi pekerjaan, yaitu dengan jadwal,
perintah, pedoman, dan lain-lain. "Menyelesaikan pekerjaan” merupakan
prioritas utama mereka.
Karena sifat perfeksionisnya, Jobs mendominasi keberadaan yang
membuat beberapa karyawan takut. Ini akan membuat kita
mengasumsikan bahwa tingkat pertimbangannya agak rendah (selain itu
ia akan peduli tentang ketakutan orang-orang dan mencoba untuk
melawan itu) dan tingkat struktur memulainya agak tinggi.
Namun, dalam beberapa tahun kemudian, ia menunjukkan
kehangatan dan mengurangi balas dendam terhadap karyawannya.
Bahkan, nilai persetujuan oleh karyawannya sekarang menunjukkan Jobs
harus mendapatkan persetujuan 90%.
Namun demikian, tidak semuan yajelas bahwa nilai ini didasarkan
pada dia yang menjadi lebih lunak pada orang akhir-akhir ini atau hanya
pada kekaguman orang kepadanya karena kesuksesannya.Gaya
kepemimpinan otokratis Jobs tampaknya bersifat micromanagement di
Apple. Jobs mengakui bahwa ada sekitar 100 orang melapor langsung
padanya.
Seperti disebutkan di atas, ia dianggap sebagai otokratis.
Kenyataan bahwa begitu banyak individu melaporkan kepadanya secara
langsung merupakan keinginan untuk menahan semuanya di tangannya.
Total kontrol tentu merupakan dasar kepemimpinan ini.

14
Dubrin dalam Teguh Nugraha (2011) menggambarkan seorang
pemimpin otokratik sebagai orang yang mengatakan apa yang harus
dilakukan orang lain, menegaskan diri mereka sendiri, dan melayani
sebagai model untuk anggota tim.
Sebaliknya, pemimpin yang partisipatif akan tertarik untuk
mendengar pendapat orang lain dan mengintegrasikan mereka ke dalam
keputusan kelompok, baik secara demokratis, dengan cara mencari
konsensus atau konsultasi (berkonsultasi dengan semua anggota
kelompok, kemudian memutuskan).
Penulis berasumsi bahwa jumlah kepemimpinan partisipatif Jobs
rendah. Merupakan anekdot rumor bahwa dia adalah peserta agak kasar
dalam rapat dan sangat tidak sabaran. Perilaku ini tentu tidak memberikan
apa-apa untuk orang yang ingin menyuarakan pendapat mereka dan
berpartisipasi. Sebaliknya, Dubrin menjelaskan bahwa gaya
kepemimpinan partisipatif mengharuskan untuk "pendekatan kerja sama
tim" di mana pemimpin tidak mencoba untuk mendominasi grup tersebut.
Pada saat yang sama Jobs digambarkan sebagai sorang
entrepreneur: "Jobs mungkin seorang multibillionaire, tapi itu mengurangi
etos kerjanya. Dia membawa energi entrepreneur untuk membuat banyak
CEO melihatnya di bawah mereka.
Dubrin mendefinisikan seorang entrepreneur sebagai seseorang
dengan kemauan yang kuat untuk berprestasi dan mengambil risiko yang
masuk akal, tinggi antusiasme, kecenderungan untuk bertindak cepat
pada kesempatan, tidak sabar, visioner, di antara yang lainnya.
Dari pembahasan di atas kita telah melihat, bahwa Jobs dapat
disebut antusias dan visioner, tidak sabar dan memiliki kemauan yang
kuat untuk berprestasi. Selain itu, Jobs mengambil resiko dan menangkap
peluang berkali-kali dalam karirnya, misalnya ketika meninggalkan Apple
(meskipun dipaksa) dan memimpin Pixar menuju kesuksesan, hanya
untuk datang kembali ke Apple beberapa tahun kemudian dan
menyelamatkan perusahaan dari selat mengerikan pada waktu itu.

15
Lalu semangat kewirausahaannya juga ditunjukkan oleh fakta,
bahwa ia berulang kali memperkenalkan kepada dunia produk yang
merevolusi industri hiburan dan bagaimana media hiburan dibagikan
(misalnya: iPhone dan iPod sebagai perangkat media, dan iTunes sebagai
saluran distribusi).
Dubrin mendefinisikan seorang pemimpin transformasional sebagai
salah satu yang"membawa besar, perubahan positif bagi organisasi,
kelompok atau masyarakat". Seperti yang baru saja kita tahu, Jobs telah
mengubah beberapa perusahaan selama bertahun-tahun.
Dia telah mengubah Pixar menjadi sukses. Dia memiliki semua
atribut penting untuk dipertimbangkan, didasarkan pada beberapa
persyaratan yang Dubrin sebutkan: dia memimpin dengan contoh, ia
melakukan pemberdayaan, ia memiliki visi dan seperti yang disebutkan
dia bisa dianggap sebagai karismatik.
Namun, ia tampaknya kurang memiliki kualitas manusiawi seorang
pemimpin transformasional, yang juga disebutkan sebagai prasyarat untuk
seorang pemimpin transformasional oleh Dubrin, yaitu: kecerdasan emosi,
dorongan pribadi, membangun kepercayaan (Apple terkenal
kerahasiaannya, bahkan diakui oleh Jobs sendiri: "Hal ini umumnya bukan
merupakan kebijakan Apple untuk menyebutkan rencana kami untuk
masa depan, kami cenderung berbicara tentang hal-hal yang baru saja
kami capai") dan lain-lain.
Dalam pertanyaan mengapa seseorang berusaha untuk
kekuasaan, Dubrin menjelaskan duamotif utama: pribadi dan motif
kekuatan sosial. Dalam kasus Jobs tidak tampak cocok sepenuhnya. Motif
kekuasaan pribadi akan memerlukan perjuangan untuk mendapatkan
status, uang dan kemewahan, sesuatu yang sulit untuk diberikan kepada
Jobs.
Motif kekuasaan sosial akan memerlukan penggunaan kekuasaan
untuk kebaikan yang lebih besar,atau untuk membantu orang lain.Kita
mungkin meninggalkan deskripsi motif untuk dirinya sendiri, dengan
mengutip kata-katanya: "Your time is limited, so don’t waste it living

16
someone else’s life. Don’t be trapped by dogma—which is living with the
results of other people’s thinking. Don’t let the noise of other’s opinions
drown out your own inner voice; and the most important, have the courage
to follow your heart and intuition. They somehow already know what you
truly want to become. Everything else is secondary".
Motifnya terlihat egois, tapi tidak ada persyaratan khas motif
kekuasaan pribadi. Mungkin kita dapat mengasumsikan bahwa kekuatan
bukan merupakan pendorongnya, setidaknya, ketika kita percaya kata-
katanya, tetapi baginya kekuasaan adalah sesuatu yang harus untuk apa
yang benar-benar mendorongnya: prestasi dalam dirinya sendiri.
Sebagai tambahan, Covey (1997) menyatakan bahwa pemimpin
yang berprinsip hingga dapat mengedepankan karismanya, adalah
mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mereka terus belajar. Terus belajar dari pengalaman, membaca,
mengikuti pelatihan, mendengarkan orang lain, selalu ingin tahu,
selalu bertanya. Mereka mendapatkan bahwa semakin banyak
tahu, semakin mereka menyadari bahwa mereka tidak tahu, bahwa
saat lingkaran pengetahuan mereka berkembang, lingkaran
ketidaktahuan mereka juga berkembang.
2. Mereka berorientasi pada pelayanan. Orang-orang yang berjuang
untuk menjadi berprinsip melihat kehidupan sebagai suatu misi,
tidak sebagai karir. Sumber-sumber pertumbuhan mereka telah
mempersiapkan mereka untuk melayani.
3. Mereka memancarkan energi positif. Bersifat riang,
menyenangkan, dan bahagia. Sikap mereka optimis, positif dan
bergairah. Semangat mereka antusias, penuh harap, dan
memercayai. Energi positif ini seperti medan energi atau suatu
aura yang mengelilingi mereka dan juga mengisi atau mengubah
medan energi negatif di sekitar mereka.
4. Mereka memercayai orang lain. Mereka tidak naif; sadar akan
kelemahan.

17
5. Mereka hidup seimbang. Tidak gila kerja, dapat menyesuaikan
dengan situasi, berpikir dalam kerangka kontinuum, prioritas, dan
hirarki.
6. Mereka melihat hidup sebagai petualangan. Mereka mengajukan
pertanyaan dan melibatkan diri. Mereka tidak mau menjadi
pengikut siapapun. Mereka pada dasarnya tidak dapat dipengaruhi
dan mampu untuk menyesuaikan diri pada hampir semua hal yang
sedang terjadi. Salah satu prinsip baku mereka adalah fleksibilitas.
7. Mereka sinergetik. Sinergi adalah suatu keadaan ketika
keseluruhan melebihi jumlah dari semua bagian. Mereka adalah
katalis perubahan. Mereka memperbaiki hampir semua situasi
yang melibatkan mereka. Mereka bekerja secerdik seperti mereka
bekerja keras. Mereka luar biasa produktif, tetapi dalam cara-cara
baru dan kreatif.
8. Mereka berlatih untuk memperbaiki diri. Mereka secara teratur
melatih keempat dimensi kepribadian manusia; fisik, mental,
emosi, dan spiritual. Prinsip-prinsip pembaharuan diri ini secara
bertahap akan menghasilkan karakter yang kuat dan sehat dengan
keinginan melayani yang sangat kuat pula.

18
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gaya Manajemen Apple nan Elegan dari Steve Jobs
iMac, iPod, iTunes, dan iPhone sungguh merupakan deretan karya
teknologi yang amat estetik. Deretan produk elegan dengan sentuhan seni
yang mengesankan. Deretan produk yang barangkali ingin menggapai
dengan sepenuh hati apa itu makna keindahan yang sempurna. Dan
melalui deretan produk inilah, Apple kemudian menyeruak menjadi
pendekar paling tangguh dalam era konvergensi digital masa depan.
Dalam lima tahun terakhir, Apple memang terus bergerak
menggapai langit prestasi. Setelah produk iPod-nya melambung dan
membuat para petinggi Sony kelabakan, kini Apple hendak menggoyang
kedigjayaan Nokia dengan produknya yang memukau; iPhone.
Sementara jutaan orang setiap hari mengunjungi kios musiknya via
iTunes. Pendeknya, menyaksikan kisah Apple ibarat menikmati jus apel
yang segar dan menyehatkan. Lalu, apa sesungguhnya faktor kunci
dibalik menjulangnya kerajaan Apple?
Penyelidikan terhadap proses bisnis yang dilakoni oleh Apple
membawa kita pada tiga elemen kunci yang mungkin bisa menjelaskan
kejayaan perusahaan dari Cupertino, California ini. Elemen yang pertama
dan mungkin paling vital adalah eksistensi sang CEO dan juga pendiri,
Steve Jobs.
Tak pelak, pria yang suka berpenamilan kasual ini merupakan figur
kunci dibalik ketangguhan Apple. Melalui visinya yang tajam dan citarasa
yang kuat akan produk-produk teknologi berestetika, Steve telah
menjelmakan dirinya sebagai jangkar yang amat menentukan ke arah
mana bahtera Apple hendak dilayarkan.
Pertautan Steve Jobs dengan Apple sendiri merupakan sebuah
kisah yang panjang nan berliku. Pria yang drop out saat kuliah di semester
pertama ini mendirikan perusahaan Apple ketika usianya baru masuk 22
tahun, dari sebuah garasi mobil di rumah kontrakan.

19
Di tahun-tahun awal berdirinya pada pertengahan tahun 1970-an,
Apple sempat mengguncang dunia dengan mengeluarkan produk
personal computer pertama di dunia. Namun seiring berjalannya waktu,
nasib Steve Jobs sendiri justru berakhir tragis: pada tahun 1986 ia justru
dipecat dari Apple.
Sejak ia pergi, Apple limbung dan didera kegagalan demi
kegagalan. Setelah sempat berpetualang dengan mendirikan perusahaan
Pixar (yang memproduksi film animasi sukses seperti Toy Story, Finding
Nemo, dan Cars), Steve Jobs melakukan langkah comeback: kembali
direkrut untuk mengomandani Apple.
Saat itu, tahun 1997, Apple tengah berada pada titik nadir, dan
banyak orang meramalkan perusahaan ini sebentar lagi akan masuk liang
kubur. Senjakala kematian mengintai dan mereka tak yakin Steve Jobs
mampu menjelmakan dirinya menjadi sang dewa penyelamat.
Namun sejarah kemudian menjadi saksi: betapa Steve Jobs telah
melakukan proses comeback yang spektakuler. Steve Jobs sendiri
sejatinya merupakan figur yang unik, brilian, memiliki kepekaan seni yang
mumpuni (ia pernah belajar kaligrafi), namun sekaligus memiliki sense of
strong leadership.
Pada sisi lain, Steve adalah pribadi yang selalu memburu titik
kesempurnaan—baik pada aspek desain ataupun dalam proses
manufakturing beragam lini produknya. Begitu ia yakin dengan visi desain
produknya, maka ia akan bekerja mati-matian bersama para engineer-nya
untuk memastikan agar desain itu benar-benar dapat diproduksi dengan
penuh kesempurnaan.
Kisah penciptaan iPod dan iPhone barangkali tak akan pernah
terjadi tanpa sikap perfeksionis dan sekaligus proses kepemimpinan yang
kuat dari Steve Jobs. Elemen kedua yang menjadi penentu keberhasilan
Apple adalah ini: sinergi yang sempurna antara beragam tim—baik tim
desain, tim software, dan tim hardware. Semua melakukan kolaborasi
secara paralel dan simultan.

20
Proses penciptaan produk di Apple tidak dilakukan secara setahap
demi setahap, dimana setelah desain selesai lalu diserahkan ke bagian
software, lalu diteruskan lagi ke bagian hardware. Sebaliknya, dalam
prosesnya semua aspek ini dikerjakan bersama-sama secara simultan.
“Essentially it means that products don’t pass from team to team.
It’s simultaneous and organic. Products get worked on in parallel by all
departments at once — design, hardware, software — in endless rounds
of interdisciplinary design reviews,”demikian tulis majalah Time dalam
liputannya yang memikat tentang Apple.
Elemen yang terakhir mungkin lebih jarang diketahui orang. Elemen
ini ada lah hadirnya sang jenius lain bernama Jonathan Ive yang menjabat
sebagai Chief Design Apple. Jonathan Ive adalah seorang desainer
produk brilian yang telah memiliki peran amat sentral dalam sejarah
kelahiran produk-produk legendaris Apple.
Ive-lah yang menjadi otak dibalik lahirnya produk iMac, iPod dan
iPhone. Dengan kata lain, sosok inilah yang dengan jitu menerjemahkan
visi Steve Jobs menjadi kenyataan melalui rangkaian produk yang elegan
dan penuh nuansa keindahan.
Demikianlah tiga elemen kunci yang kira-kira bisa menjelaskan
tentang melambungnya prestasi Apple. Jika kita telisik, ketiga elemen ini
semuanya bermuara pada people management: elemen yang pertama
tentang leadership yang kuat dan visioner, yang kedua tentang kekuatan
sinergi, dan yang ketiga tentang pengembangan kompetensi dan keahlian.
Rangkaian produk Apple selama ini memang selalu menebarkan
pesona yang menggetarkan. Namun dibalik itu semua, mereka juga telah
memberikan contoh yang sempurna tentang bagaimana menjalankan
proses people management secara elegan.

3.2 Gaya Kepemimpinan Steve Jobs


Steve Jobs merupakan salah satu sosok pemimpin bisnis yang
paling menonjol saat ini. Meskipun ia tidak pernah menyelesaikan
kuliahnya, namun Jobs terbukti menjadi salah satu entrepreneur yang

21
tersukses di dunia. Apa yang menjadi keunggulan Jobs dan bagaimana
gaya kepemimpinannya yang unik menjadi kunci kesuksesan Apple?
Steve Jobs merupakan salah satu pemimpin yang paling visioner,
dimana ia selalu mempunyai visi jangka panjang, yang kemudian
membuktikan bahwa langkah yang ia ambil merupakan langkah
revolusioner. Macintosh, misalnya, yang diluncurkan pada awal
tahun1984, merupakan PC pertama yang menggunakan mouse, serta
dilengkapi graphical user interface (GUI), bukan hanya command-line
interface.
Hingga saat ini, PC pasti dilengkapi dengan mouse juga GUI.
Hingga kini, iPod menjadi MP3 player terpopuler di dunia, daniPhone juga
menjadi salah satu most wanted gadget di seluruh dunia.
Visinya terhadap Pixar, yang pertama kali memproduksi film
animasi dengan komputer, juga terbukti sukses luar biasa, dan berhasil
menelurkan beberapa blockbuster di pasar, seperti Toy Story, A Bugs Life,
Toy Story 2, Finding Nemo, The Incredibles, Ratatouille, hingga yang
terakhir Wall-E.Customer-Driven.
Salah satu keunggulan Steve Jobs adalah, dia melakukan inovasi
produk yang berdasarkan customer-driven. Meskipun mungkin dia lebih
mengutamakan intuisi dibandingkan pendapat lain seperti riset pasar,
namun Jobs mempunyai intuisi yang kuat mengenai apa yang dibutuhkan
dan diinginkan pelanggannya.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam produk Apple, mulai dari
Macintosh, iMac, iPod, hingga iPhone, yang selalu mengutamakan user
interface, yang intinya memberikan kemudahan dan convenience bagi
penggunanya.
Selain itu, Apple juga dikenal dengan customer experience yang
unggul, berdasarkan riset customer experience index yang dikeluarkan
Forrester untuk tahun 2008 yang menempatkannya di posisi pertama
dengan nilai 80%, mengalahkan perusahaan raksasa lainnya di dunia.
Salah satunya mungkin disebabkan oleh ritel Apple yang menyediakan
konsultasi gratis di tempat.

22
Di lingkungan kerja Apple, Steve Jobs dikenal sebagai pemimpin
yang gaya kepemimpinannya seperti micromanager, yakni banyak
menuntut dan cenderung egois. Salahsatu kritik yang banyak ditujukan
kepadanya adalah bagaimana ia selalu menginginkan segala sesuatu
dijalankan sesuai dengan caranya.
Justru ini menjadi kunci sukses Apple, yakni karena Steve Jobs
mampu untuk mengarahkan orang-orang yang dimilikinya untuk
melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dilakukan, karena hal
ini penting untuk pencapaian visi dan rencana yang telah dirancang oleh
Jobs. Intinya, gaya micromanager Steve Jobs berimplikasi positif karena
Steve Jobs sudah mengetahui dengan pasti apa yang ingin dicapai dan
bagaimana mencapainya, sehingga ini seakan menjadi pecut bagi
karyawannya untuk mencapai kesuksesan yang dicita-citakan.
Salah satu kunci kesuksesan Steve Jobs dalam memimpin Apple
adalah menjadikan mereka untuk fokus ke dalam digital hub strategy.
Strategi yang diperkenalkan Apple sejak tahun 2001, hingga saat ini
menjadi fondasi dan fokus bagi Apple.
Tujuan utama dari strategi iniadalah memungkinkan pengguna
untuk memperoleh akses terhadap content hiburan dimanadan kapanpun
mereka ingnkan.Awalnya, Apple hanya meluncurkan iPod, kemudian
didukung dengan iTunes yang sontak menjadikan musik format digital
menjadi hit di seluruh dunia, dan menjadi game-changer di industri musik.
Selanjutnya, Apple juga mengembangkan berbagai aplikasi
pendukung produk-produknya, seperti iPhoto, iMovie, iDVD bahkan
hingga sistem operasi Mac OS. Seluruh pengembangan yang dilakukan
Apple terkait dengan fokus pada “digital hub-strategy‟ mereka termasuk
produk-produk terbarunya kini yakni iPod Touch dan iPhone yang kini laris
manis di seluruh dunia. Demikian adalah beberapa karakteristik dari
kepemimpinan Steve Jobs yang unik, dan tidak dimiliki oleh banyak orang.
Kepemimpinan Steve Jobs yang visioner dan kuat mampu
membawa Apple menjadi salah satu raksasa terbesar di dunia saat ini.

23
Banyak pelajaran yang dapat diambil dari kepemimpinan Steve Jobs
sebagai CEO Apple Inc.Pengalaman hidupnya dari seorang anak angkat
keluarga kurang mampu hingga menjadi multibillionaire juga bisa
menginspirasi kita. Sifat yang paling mencolok dari Jobs adalah
entrepreneurship dan kharismanya.
Sebagai salah satu entrepreneur yang paling sukses di dunia, Jobs
telah menciptakan produk-produk inovatif yang mengubah industri
elektronik. Mulai dari Apple I sebagai komputerpersonal pertama, Mac
dengan GUI yang revolusioner, hingga iPod, iPhone dan iPad
yangsekarang telah menjadi trend setter dunia gadget. Produk-produk
tersebut bukan sekadar alatelektronik dengan fitur-fitur canggih, tetapi
telah menjadi karya seni yang bernilai estetikatinggi sehingga dapat
memberikan rasa bangga terhadap para pemiliknya.
Hal tersebut tidakdimiliki oleh para kompetitornya.Jobs juga dapat
melihat keinginan para konsumen dengan tepat. Meskipun lebih
banyakmenggunakan intuisi daripada riset, produk-produk yang dibuatnya
selalu ramah pengguna. Oleh karena itulah produk Apple dapat dengan
mudah diterima pasar.
Selain itu, Jobs telah membangkitkan kembali industri musik denga
iPod dan iTunes-nya.Jobs termasuk orang yang pantang menyerah.
Kecewa karena dikeluarkan dari perusahaan yang didirikannya dengan
susah payah, Jobs tidak menyerah. Dia malah mendirikanperusahaan
baru, yaitu NeXT dan Pixar.
Disinilah ia membuktikan bahwa dia adalah seorang entrepreneur
yang handal karena dapat membesarkan perusahaan barunya tersebut.
Bahkansampai Apple memutuskan untuk membeli NeXT dan mengangkat
kembali Jobs sebagaiCEO-nya. Pixar juga telah dibawa menjadi
perusahaan film animasi yang sukses dengan ToyStory sebagai film
pertamanya hingga akhirnya Pixar dibeli oleh Walt Disney.
Walaupun Jobs sering disebut kasar dalam memimpin, namun
kharismanya telah membawa Apple Inc menjadi seperti apa yang ia
inginkan. Sifat visioner yang dimilikinya dapatmemberikan pencerahan

24
bagi para karyawannya. Lalu kemampuannya yang luar biasa dalam
berkomunikasi di depan para konsumen seolah-olah menjadi sihir
sehingga para konsumen tersebut dan dunia mengakui produknya
sebagai yang paling inovatif dan keren.
Banyak komentar yang dilontarkan mengenai kepribadian Jobs
yang agresif dan menuntut. Fortune menulis bahwa ia "dianggap sebagai
salah seorang egomaniak terdepan di Silicon Valley." Komentar mengenai
gayanya yang temperamental dapat ditemukan di The Little
Kingdom karya Mike Moritz, satu dari beberapa biografi resmi mengenai
Jobs; The Second Coming of Steve Jobs karya Alan Deutschman;
dan iCon: Steve Jobs karya Jeffrey S. Young & William L. Simon.
Tahun 1993, Jobs masuk dalam daftar Bos Paling Tegas di
Amerika Serikat menurut majalah Fortune karena kepemimpinannya di
NeXT. Pendiri pendamping Dan'l Lewin dikutip oleh majalah Fortune,
"Motivasinya tak dapat dipercaya... namun kedisiplinannya tak dapat
dibayangkan," yang ditanggapi kantor Jobs bahwa kepribadiannya telah
berubah sejak saat itu.
Jef Raskin, bekas koleganya, pernah berkata bahwa Jobs "lebih
cocok menjadi Raja Perancis," menyindir kepribadian Jobs yang
meyakinkan dan mengesankan.
Jobs selalu ingin menempatkan Apple beserta produknya di garis
depan industri teknologi informasi dengan meramalkan dan menetapkan
tren, setidaknya dalam hal inovasi dan gaya. Ia merangkum semua
konsep pribadinya pada akhir pidato intisarinya di Macworld Conference
and Expo bulan Januari 2007 dengan mengutip legenda hoki es Wayne
Gretzky:
Ada satu kutipan lama Wayne Gretzky yang aku sukai: “Aku berseluncur
ke tempat bola akan berhenti, bukannya mengikuti jalur bola.” Dan kami
selalu mencoba melakukannya di Apple. Sejak awal sekali. Dan kami
akan terus melakukannya.—Steve Jobs.

25
Floyd Norman mengatakan bahwa di Pixar, Jobs adalah "pribadi
yang dewasa dan lembut" dan tidak pernah mengganggu proses kreatif
para pembuat film.
Pada tahun 2005, Steve Jobs melarang semua buku terbitan John
Wiley & Sons dari Apple Store sebagai tanggapan atas penerbitan biografi
tidak resmi berjudul iCon: Steve Jobs. Pada laporan laba tahunan 2010,
Wiley mengatakan bahwa mereka telah "membuat persetujuan... untuk
membuat judul-judul bukunya tersedia di iPad."
Kepemimpinan Steve Jobs, sebagai CEO (Chief Exceutive Officer)
Apple berlandaskan inovasi. Ia telah membuat inovasi yang bermanfaat
bagi konsumennya. Gaya kepemimpinannya tidak berdasarkan strategi
pengekor, ia mencoba untuk menemukan produk-produk baru bagi
pelanggannya. Ia juga memiliki kemampuan melihat peluang bisnis akan
situasi-situasi yang terjadi, di saat orang lain hanya mampu mengamati
dan bingung. Terima kasih untuk itu, ia merespon keadaan dan
mengkreasi kecenderungan kepada pasar (PromptPapers.com, 2009
dalam Jansen, 2012).
Kepemimpinan Steve Jobs dapat didefinisikan seperti
kepemimpinan yang revolusioner. Sekembalinya Steve Jobs pada 1996
ke Apple sebagai CEO, ia telah membuat banyak perubahan dalam tubuh
organisasi Apple. Sebagai contoh, ia memfokuskan kembali Apple hanya
pada empat produk.
Sebagaimana diutarakan Nadler dan Tushman (1990) dalam
Jansen (2012), dapat kita katakan bahwa Steve Jobs perubahan re-
orientasi pada Apple. Menurut mereka sebuah perusahaan harus
membangun model kepemimpinan atas inspirasi seseorang; seorang
model yang mengambil peran signifikan di tengah kompleksitas sistem,
organisasi yang tersebar secara geografis.
Menjadi penting untuk memiliki pemimpin visioner sejalan dengan
tim eksekutif, sistem, struktur dan proses untuk mentransfer visi
seseorang di masa depan ke dalam realitas organisasi (Nadler et. al, 1990
dalam Jansen, 2012). Sebagaimana dalam gambar 2.3.2, ada tiga

26
karakteristik utama dari pemimpin karismatik yang dapat membawa
perubahan dalam perusahaan, yaitu; (1) envisioning; (2) energizing; (3)
enabling.
Steve Jobs adalah seorang visioner yang dapat melihat peluang-
peluang dalam mendesain dan membuat komputer lebih humanis dan
produk lebih keren. Kedua, ia sangat aktif (baca: energizing). Ia
memasukkan energi dan motivasi ke dalam perusahaan, contohnya
dengan mencanangkan tujuan dalam memperkenalkan produk baru. Saat
perusahaan me-launching produk baru, selalu saja Steve Jobs yang
mempresentasikannya.
Dengan melakukan hal ini, ia telah mengalirkan energinya kepada
organisasi. Bermacam alasan-alasan motivasional dalam bekerja
profesional yang didefinisikan Katz (2004) dapat juga secara langsung
dikaitkan kepada kasus Apple, seperti signifikansi tugas, kepentingan
tugas, dan otonomi (PromptPapers.com, 2009).
Penyelesaiannya, ia juga sangat mampu (enabling). Semisal, ia
menemukan Jonathan Ive dalam sebuah tim di perusahaannya dan
melihat potensi besarnya. Ia membantu Ive meraih potensi itu. Ive
sekarang mengepalai studio desain Apple. Steve Jobs percaya kepada
kemampuan timnya.
Ia mempertimbangkan aspek-aspek humanis dan teknis dalam
produknya. Pemimpin transformasional akan lebih efisien dalam
manajemen perubahan. Ia dapat mengarahkan orang dan membuat
mereka mampu melakukan apa yang sebelumnya mereka tidak pernah
lakukan (PromptPapers.com, 2009).
Jadi, merujuk pada pendapat Nadler et, al (1990), kita dapat
mengatakan bahwa Steve Jobs seperti pemimpin karismatik. Jika kita
telisik gaya kepemimpinannya, kita dapat melihat aspek-aspek pemimpin
karismatik melekat padanya. Steve Jobs juga seorang perfeksionis.
Sebagai contoh, jika perusahaan lain hanya membutuhkan enam
atau tujuh prototipe untuk sebuah produk, Steve Jobs dan Apple

27
membutuhkan seratus buah, untuk memastikan produk tersebut benar-
benar bagus (Degrez V, 2009 dalam Jansen, 2012).
Efek dari keberadaan Steve Jobs di Apple tidak bisa lebih dari
cukup, namun hal itu dapat menggiring Apple ke dalam kerusakan jika
perusahaan tak bisa menemukan cara untuk berlepas diri dari bayang-
bayang Steve Jobs. Apple TV adalah satu contoh dari one-man show nya
Steve Jobs dalam perusahaan yang mengindikasikan kegagalan. Produk
tersebut tidak sesukses pendahulunya—seperti iPod, iMac—dan orang-
orang tidak senang dengan fitur video yang begitu terbatas di Apple TV.
Walaupun kenyataannya kepemimpinan Steve Jobs berfokus pada
pembentukan dan pembangunan, ia juga memberikan kultur dasar di
Apple. Steve Jobs juga memacu karyawannya untuk lebih berinovasi lebih
dan lebih. Hal inilah yang merupakan keunggulan kepimimpinan yang
diperlukan Apple untuk menjaga kontinuitas kesuksesan inovatif dan tetap
memimpin kompetisi.

28
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Adalah sebuah kenyataan yang menarik bahwa Steve Jobs telah


melakukan pekerjaan fantastis selama di Apple, dan ia telah
memeragakan contoh yang sangat baik tentang pemimpin karismatik.
Steve Jobs telah memenuhi kriteria pemimpin yang karismatik
sebagaimana menurut Nadler dan Tushman, yaitu memiliki sifat:
envisioning, energizing, dan enabling. Bahkan karismanya tetap terasa
meski raganya telah tiada.
Hingga kepergiannya diyakini dapat membawa pengaruh signifikan
dalam perubahan manajemen Apple, sebuah tantangan yang sungguh
besar bagi penerusnya di Apple.
Fondasi yang telah ditanamkan Steve Jobs selayaknya diteruskan,
dikembangkan oleh penerusnya di Apple. Kaderisasi menjadi hal mutlak
dilakukan guna menjaga keberlangsungan cerita sukses, bagi organisasi
manapun. Pemimpin yang berhasil adalah yang mampu melahirkan
pemimpin yang lebih baik dari dirinya.
Dari paparan di atas, dapat penulis simpulkan beberapa kelebihan
aspek kepemimpinan Steve Jobs sebagai berikut:
1. Memiliki visi yang tajam dan futuristik.
2. Kuat dalam pengaruh dalam perusahaan.
3. Dapat membuat sinergi yang mumpuni di antara seluruh sumber
daya yang dimiliki.
4. Mampu keluar sebagai pionir pada produk-produknya, bukan
sebagai pengekor.
5. Perfeksionis, determinasi luar biasa dan menuntut kesempurnaan
dalam setiap pekerjaannya.
Namun sebagaimana manusia biasa, selain sisi positif dari ciri
kepemimpinan Steve Jobs di atas, pada saat yang sama dapat
menimbulkan masalah bagi organisasi, seperti; sikap keingin-sempurnaan
dapat memicu konflik dan tekanan tersendiri bagi bawahannya, hal ini

29
harus dapat dikelola dengan baik, hingga seluruh energi dalam organisasi
dapat terelaborasi efektif demi tujuan organisasi, juga kemampuannya
yang luar biasa dapat menyebabkan orang-orang di sekitarnya memiliki
ketergantungan yang besar, hingga pada gilirannya jika ia tidak ada,
bawahannya merasa seperti “ayam kehilangan induk”. Hal inilah yang
menuntut pemimpin-pemimpin selanjutnya di Apple untuk dapat
meneruskan kultur maju yang telah ditanamkan Steve Jobs, atau bahkan
membuatnya lebih baik lagi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Pella, Darmin. & Inayati, Afifah. (2011). Talent Management:


Mengembangkan SDM untuk Mencapai Pertumbuhan dan
Kinerja Prima. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Andrew J. Dubrin. (2010). Leadership, . Australia: John Wiley &


Sons.

Anwar Prabu, Mangkunegara. (2005). Sumber Daya Manusia


Perusahaan. Bandung: Rosdakarya.

Bangun, Wilson. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:


Erlangga.

Covey, Stephen R. (1997). Principled-Centered Leadership. Jakarta:


Binarupa Aksara.

Dessler, Gary. & Chwee Huat, Tan. (2009). Human Resources


Management an Asian Perspective, Second Edition.
Singapore: Prentice Hall.

Gordon, Thomas. (1994). Leader Effectiveness Training


(Kepemimpinan yang Efektif). Jakarta: PT Raja Grafindo Utama.

Jansen, Floris. Spoelstra, Wouter. Hafidz, Irmasari. Bastrenta, Gaelle.


(2012). How Apple can Deal with the Inevitable Leaving of the
Charismatic Leader Steve Jobs. Jurnal Sistem Informasi,
Volume 4, Nomor 3, September 2012.

Kyle, David T. (2004). The Four Powers of Leadership. Batam:


Karisma Press.

Summers, Donna C. S. (2005). Quality Management: Creating and


Sustaining Organizational Effectiveness. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.

http://www.apple.com/pr/bios/steve-jobs.

http://davidkramer.wordpress.com/2010/02/15/leadership-
behaviours-and-attitudes-of-steve- jobs/

31
http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-
kepemimpinan/

http://en.wikipedia.org/wiki/Apple_Inchttp://en.wikipedia.org/wiki/Ste
ve_Jobshttp://mac-inul.com/viewtopic.php?p=19709&sid= 9cfbe 9cb0 fa62
aa500b9976fd1188c71

http://techno.cukupsatu.com/news/read/2011/03/03/258/tokoh-
dibalik-kesuksesan-apple

http://tipon.tripod.com/top0811.htmhttp://ukmindonesiasukses.blogs
pot.com/2010/07/gaya-kepemimpinan-urakan-steve- jobs/

http://vibizmanagement.com/column/index/category/leadership_cor
p_culture/1394/40/

http://www.teknoup.com/news/6663/steve-jobs-raih-penghargaan-
ceo-of-the-decade- kalahkan-google-dan-amazon/

http://blogs.hbr.org/2007/07/contextbased-leadership-1/ diakses pada


18 Desember 2013.

http://fazhtech.blogspot.com diakses pada 13 Desember 2013.

32

Anda mungkin juga menyukai