Anda di halaman 1dari 21

KEPEMIMPINAN DALAM

WIRAUSAHA

DOSEN PENGAMPU
Ridwan, SE, MM, AK

DISUSUNOLEH:
 Robert Vanlino (2057201028)
 Robby Handoko (2057201008)
 RimaAnindita (2057201033)

INSTITUT BISNIS DAN TEKNOLOGI PELITA INDONESIA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
SISTEM INFORMASI SM-20-1 & SM-20-2

1
DAFTARISI

DAFTAR ISI..............................................................................................2
BAB I.........................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................3
A. Latarbelakang...................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.........................................................4
BAB II........................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Definisi Kepemimpinan....................................................................5
B. Perilaku Kepemimpinan...................................................................5
C. Pendekatan-Pendekatan Kepemimpinan...........................................9
D. Penentuan Prosedur Pembuatan Keputusan Sebagai Pemimpin....11
E. Situasi Kepemimpinan pada Umumnya.........................................15
F. Teori Daur Hidup Kepemimpinan..................................................15
BAB III....................................................................................................20
KESIMPULAN........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan

kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota. Kekuatan dan

keunggulan sifat-sifat pemimpin itu pada akhirnya merupakan perangsang psikososial

yang bisa memunculkan reaksi-reaksi bawahan secara kolektif. Selanjutnya akan

dimunculkan kepatuhan, loyalitas, kerjasama, dari para anggota kelompok kepada

pemimpinnya.

Dunia kewirausahaan dapat diumpamakan seperti mengendarai suatu kendaraan

yang pada awalnya belum terbiasa di dalam suatu lingkungan dan ketika mencoba tiba-

tiba tampak lebih berbahaya daripada yang kita perkirakan pada awalnya. Kebiasaan kita

adalah untuk menarik diri kepada kenyamanan di dalam kepompong, sesuatu yang kita

percayai lebih aman, di mana kita dapat bersantai sejenak tanpa perlu berkonsentrasi, dan

mendapatkan sesuatu tanpa terlalu memikirkan bagaimana kita melakukannya. Kebiasaan

semacam ini harus digantikan dengan memahami prinsip-prinsip yang akan memastikan

bahwa kita dapat mencapai tujuan kita dan berlatih dengan disiplin sampai kita bisa

melakukannya.

Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan beberapa hubungan kepemimpinan

dengan kewirausahaan yang akan mempengaruhi dalam suatu pencapaian tujuan usaha.

3
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Apa definisi dari kepemimpinan?

2. Apa saja perilaku kepemimpinan?

3. Apa saja pendekatan-pendekatan dalam kepemimpinan?

4. Bagaimana penentuan prosedur pembuatan keputusan sebagai pemimpin?

5. Bagaimana situasi kepemimpinan pada umumnya?

6. Bagaimana teori daur hidup kepemimpinan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui definisi dari kepemimpinan.

2. Memahami apa sajaperilaku kepemimpinan.

3. Mengetahui apa saja pendekatan-pendekatan dalam kepemimpinan.

4. Memahami penentuan prosedur pembuatan keputusan sebagai pemimpin.

5. Memahami situasi kepemimpinan pada umumnya.

6. Memahami teori daur hidup kepemimpinan.

Sedangkan manfaat dari penulisan ini, yaitu dapat mereferensi mengenai

kepemimpian dalam kewirausahaan yang menambah ilmu pengetahuan dan wawasan

serta dapat memberikan informasi yang berguna.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah pencapaian

suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak

dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan yang berhasil

merupakan pemimpin yang berhasil, baik yang memimpin beberapa atau beratus-ratus

karyawan. Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara yang lebih baik.

Seorang bisa dikatakan pemimpin yang berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang

berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan

dari perusahaan.

B. Perilaku Kepemimpinan

Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama: (a) Berorientasi pada tugas

yang menetapkan sasaran, merencanakan dan mencapai sasaran; dan (b) Berorientasi

pada orang yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi.

 Orientasi Tugas

            Seorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukkan pola-

pola perilaku berikut:

1. Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun stafnya.

2. Menetapkan tujuan-tujuan yang sukar tetapi dapat dicapai, dan memberitahukan

orang-orang apa yang diharapkan dari mereka.

5
3. Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan dan

untuk mengukur pencapaian tujuan itu, yakni tujuan-tujuan yang dirumuskan

secara jelas dan khas.

4. Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,

mengarahkan, membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang

berorientasi pada tujuan.

5. Berminat mencapai peningkatan produktifitas.

Pemimpin yang kadar orientasi tugasnya rendah cenderung menjadi tidak aktif

dalam mengarahkan perilaku yang berorientasi pada tujuan, seperti perencanaan dan

penjadwalan. Mereka cenderung bekerja seperti para karyawan lain dan tidak

membedakan peranan mereka sebagai pemimpin organisasi secara jelas.

 Orientasi Orang-orang

Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung menunjukan pola-

pola berikut ini:

1. Menunjukan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan

menghilangkan ketegangan, jika timbul.

2. Menunjukan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan sebagai alat

produksi saja.

3. Menunjukan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan, tujuan-

tujuan, keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan.

4. Mendirikan komunikasi timbale balik yang baik dengan staf.

5. Menerapkan prinsip penekanan-ulang untuk meningkatkan prestasi karyawan.

Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku yang diberi imbalan akan bertambah

6
dalam frekuensinya dan bahwa perilaku yang tidak diberi imbalan akan berkurang

dalam frekuensinya.

6. Menciptakan suatu suasana kerja sama dan gugus kerja dalam organisasi.

7. Mendelegasi kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif.

Pemimpin yang orientasi orangnya rendah cenderung bersikap dingin dalam

hubungan dengan karyawan mereka, memusatkan perhatian pada prestasi individu dan

persaingan daripada kerjasama, serta tidak mendelegasikan kekuasaan dan tanggung

jawab.

 Pemimpin dan Manajer

Memimpin tidaklah sama dengan mengelola (manage). Walaupun beberapa

wirausahawan adalah seorang pemimpin dan beberapa pemimpin adalah

wirausahawan, memimpin dan mengelola bukanlah merupakan aktivitas yang identik.

Kepemimpinan adalah bagian dari manajemen. Pengelolaan (manage) adalah

bidang yang lebih luas dibandingkan memimpin dan dipusatkan pada masalah perilaku

maupun non perilaku. Kepemimpinan terutama ditekankan pada isu perilaku. Aktivitas

dari wirausahawan efektif adalah sebagai berikut:

1. Dari segi sikap kepada bawahan

a) Mempunyai kepercayaan pada bawahan dan menyampaikan kepercayaan

tersebut.

b) Mudah didekati dan bersahabat.

c) Suka sekali membantu bawahan agar menjadi lebih efektif dan berusaha

menghilangkan kendala bagi pencapaian tujuan dan prestasi.

7
d) Dalam berhubungan dengan bawahan, secara emosional suka mendukung dan

berusaha menghindari perilaku yang mengancam ego.

e) Mencoba meminimisasi tekanan-tekanan dalam hubungan dengan bawahan

untuk menghindari penurunan kemampuan intelektual dari bawahan.

f) Membiarkan bawahan untuk mempunyai ruang gerak dalam pemecahan

masalah kerja dimana kecerdasan bawahan bisa menghasilkan suatu

keuntungan dan dimana standardisasi dalam metode tidak penting sekali.

g) Mengetahui kebutuhan bagi corak kepemimpinan untuk menjadi agak

berbeda pada lingkungan teknologi yang berbeda, contohnya mungkin sangat

mudah untuk terlalu terstruktur dan terlalu mengarahkan pada lingkungan

laboratorium dan untuk tidak terlalu terstruktur dan terlalu partisipasif dalam

beberapa lingkungan pabrik.

h) Mendorong partisipasi bawahan tetapi hanya dengan dasar kepentingan yang

sesungguhnya dalam menggunakan saran-saran yang konstruktif dan hanya

dimana bawahan mengetahui bahwa berpartisipasi adalah sah.

2. Dari segi teknologi, perencanaan, dan seleksi

a) Menggunakan dan mendorong bawahan untuk menggunakan teknologi tepat

guna dalam mencapai tujuan tersebut, contohnya, penyederhanaan kerja,

peralatan yang sesuai, tata ruang yang tepat, dan lain sebagainya.

b) Seorang perencana yang efektif dari segi tujuan dan kontingensi jangka

panjang maupun jangka pendek.

c) Memilih bawahan dengan kualifikasi yang tepat.

3. Dari segi standardan penilaian kinerja.

8
a) Bekerja dengan bawahan dalam menetapkan standar kinerja yang tinggi dan

tujuan yang tinggi tetapi bisa dicapai yang konsisten dengan tujuan dari

perusahaan.

b) Menghargai kinerja yang bisa diukur dari bawahan subyektif mungkin,tetapi

membuat penilaian kompensasi dan promosi dengan dasar kinerja total.

4. Dari segi fungsi penghubung

a) Seorang penghubung yang efektif dengan manajemen yang lebih tinggi dan

kelompok lain dalam perusahaan di dalam melancarkan pelaksanaan tugas.

5. Dari segi memberikan balas jasa dan hukuman

a) Memberikan pengakuan pada kerja yang baik.

b) Menggunakan kesalahan bawahan sebagai kesempatan mendidik pada

bawahan dan bukannya menggunakan sebagai alasan hukuman pada

bawahan.

C. Pendekatan-pendekatan Kepemimpinan

 Pendekatan Sifat (Trait) Kepemimpinan

Pendekatan perilaku kepemimpinan menganggap bahwa pemimpin yang baik

adalah dilahirkan dan bukannya diciptakan. Pemimpin yang berhasil cenderung

memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

a. Kecerdasan, termasuk kemampuan menilai dan verbal

b. Prestasi dimasa lalu dalam bidang pendidikan dan olahraga

c. Kematangan dan stabilitas emosional

9
d. Ketergantungan, ketekunan, dan dorongan untuk mencapai prestasi yang

berkesinambungan.

e. Keterampilan untuk berpartisipasi secara sosial dan beradaptasi dengan berbagai

kelompok

f. Keinginan untuk menggapai status dan posisi sosial ekonomi

 Pendekatan Situasi (Situasional) Kepemimpinan

Penekanan kepemimpinan telah bergeser dari pendekatan sifat (trait) ke

pendekatan situasi. Pendekatan situasi kepemimpinan yang lebih modern didasarkan

pada asumsi bahwa semua contoh kepemimpinan yang berhasil agak berbeda dan

membutuhkan kombinasi yang unik dari pemimpin, pengikut, dan situasi

kepemimpinan. Interaksi ini umumnya diungkapkan dalam rumusan SL=f(L,F,S).

Dimana SL adalah kepemimpinan yang berhasil, f adalah fungsi dari, dan L, F, dan S

adalah pemimpin, pengikut dan situasi. Terjemahan dari rumusan ini adalah bahwa

kepemimpinan yang berhasil adalah fungsi dari pemimpin, pengikut dan situasi.

Dengan kata lain, pemimpin, pengikut, dan situasi harus sesuai satu dengan lainnya

jika usaha kepemimpinan diharapkan untuk berhasil.

Wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih demokratis

dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada bawahan, sementara wirausahawan

yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih otokratis dinamakan kepemimpinan

yang dipusatkan pada atasan.

10
D. Penentuan Prosedur Pembuatan Keputusan Sebagai Pemimpin

Tiga faktor atau kekuatan utama yang mempengaruhi penentuan wirausahawan

tentang perilaku kepemimpinan mana yang akan digunakan untuk membuat keputusan

adalah :

1. Kekuatan-kekuatandalam Diri Wirausahawan

Wirausahawan seharusnya mengetahui empat kekuatan dalam diri mereka

yang akan mempengaruhi ketetapan hati mereka tentang bagaimana membuat

keputusan sebagai seorang pemimpin, antara lain :

a. Nilai-nilai wirausahawan, seperti arti penting efisiensi organisasional bagi

wirausahawan, pertumbuhan pribadi, pertumbuhan bawahan, dan laba perusahaan.

Contoh, jika pertumbuhan bawahan dinilai sangat tinggi, seorang wirausahawan

mungkin ingin memberikan pengalaman pembuatan keputusan kepada anggota-

anggota kelompok, bahkan walaupun wirausahawan sendiri bisa membuat

keputusan yang sama yang jauh lebih cepat dan efisien.

b. Tingkat kepercayaan wirausahawan pada bawahan. Pada umumnya, semakin

percaya seorang wirausahawan pada bawahan, semakin besar kemungkinan corak

pembuatan keputusan dari wirausahawan akan bersifat demokratis atau dipusatkan

pada bawahan. Demikian pula sebaliknya, semakin kurang percaya wirausahawan

pada bawahan semakin besar corak pembuatan keputusan akan bersifat otokratis

atau dipusatkan pada atasan.

c. Kekuatan pemimpin dari wirausahawan itu sendiri. Beberapa wiausahawan lebih

efektif dalam memberikan perintah-perintah daripada pemimpin suatu kelompok

11
pembahasan demikian pula sebaliknya. Seorang wirausahawan harus mampu

mengetahui kekuatan kepemimpinannya dan mempergunakannya.

d. Toleransi terhadap kemenduaan(ambiguity). Ketika seorang wirausahawan

bergerak dari corak pembuatan keputusan yang dipusatkan pada atasan ke corak

pembuatan keputusan yang dipusatkan pada bawahan, dia mungkin akan

kehilangan beberapa kepastian mengenai bagaimana suatu masalah hendaknya

dipecahkan. Jika penurunan kepastian ini mengganggu bagi seorang wirausahawan,

mungkin akan sangat sulit bagi seorang wirausahawan untuk berhasil sebagai

seorang pemimpin yang dipusatkan pada bawahan.

2. Kekuatan-kekuatanpada Bawahan

Seorang wirausahawan hendaknya mengetahui kekuatan-kekuatan pada

bawahan yang mempengaruhi ketetapan hati dari wirausahawan tentang bagaimana

membuat keputusan sebagai seorang pemimpin. Untuk mengerti bawahan, seorang

wirausahawan harus ingat bahwa tiap bawahan ada yang sama ataupun berbeda. Suatu

pendekatan untuk memutuskan bagaimana memimpin semua bawahan adalah tidak

mungkin. Akan tetapi, wirausahawan mungkin bisa meningkatkan keberhasilannya

sebagai seorang pemimpin dengan memberikan kebebasan yang lebih besar kepada

bawahan dalam pembuatan keputusan, seperti apa yang disarankan berikut ini :

a. Jika bawahan-bawahan mempunyai kebutuhan saling ketergantungan yang relatif

tinggi (orang-orang berbeda pada tujuan yang mereka inginkan).

b. Jika bawahan mempunyai kesiapan untuk menerima tanggung jawab dalam

pembuatan keputusan (beberapa melihat tanggung jawab tambahan sebagai

12
penghargaan untuk kemampuan mereka; yang lainnya melihat sebagai “pengalihan

beban”).

c. Jika bawahan mempunyai toleransi yang relatif tinggi terhadap kemenduan

(beberapa karyawan memilih untuk mendapatkan pengarahan yang langsung dan

jelas; yang lainnya memilih bidang kebebasan yang lebih luas).

d. Jika bawahan tertarik pada masalah dan merasa bahwa masalah itu penting.

e. Jika mereka mengerti dan mengidentifikasi dengan tujuan-tujuan dari organisasi.

f. Jika mereka mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk

berhubungan dengan masalah.

g. Jika mereka telah belajar untuk berbagi dalam pembuatan keputusan. (Pribadi yang

mengharapkan kepemimpinan yang kuat dan yang dengan tiba-tiba dihadapkan

dengan tuntutan untuk berperan serta dalam pembuatan keputusan sering mengeluh

dengan pengalaman baru ini. Sebaliknya orang-orang yang telah menikmati

sejumlah kebebasan yang besar mulai kecewa pada atasan yang mulai membuat

semua keputusan sendirian).

Jika semua karakteristik bawahan tidak ada dalam situasi tertentu, seorang

wirausahawan mungkin harus bergerak pada corak pendekatan yang lebih otokratis

atau pendekatan yang dipusatkan pada atasan dalam pembuatan keputusan.

3. Kekuatan-kekuatanpada Situasi atau Keadaan

Kekuatan yang mempengaruhi ketetapan hati wirausahawan tentang

bagaimana membuat keputusan sebagai seorang pemimpin adalah kekuatan dalam

situasi kepemimpinan. Kekuatan dalam situasi kepemimpinan dapat diuraikan sebagai

berikut :

13
a. Faktor organisasional, seperti ukuran kelompok kerja dan distribusi geografisnya

menjadi penting dalam memutuskan bagaimana membuat keputusan sebagai

seorang pemimpin. Kelompok kerja yang sangat besar atau pemisahan geografis

yang sangat luas dari kelompok kerja tersebut bisa membuat corak kepemimpinan

yang dipusatkan pada bawahan menjadi tidak praktis.

b. Faktor efektifitas anggota-anggota kelompok bekerja bersama. Untuk tujuan ini,

seorang wirausahawan harus mengevaluasi isu-isu seperti pengalaman kelompok

dalam bekerja bersama dan derajat kepercayaan yang dimiliki oleh anggota-anggota

kelompok dalam kemampuan mereka di dalam memecahkan masalah sebagai suatu

kelompok. Sebagai aturan umum, seorang wirausahawan hendaknya hanya

memberikan tanggung jawab pembuatan keputusan kepada kelompok kerja yang

efektif.

c. Faktor masalah yang harus dipecahkan. Sebelum bertindak sebagai seorang

pemimpin yang dipusatkan pada bawahan, seorang wirausahawan harus yakin

bahwa suatu kelompok memiliki keahlian yang diperlukan untuk membuat

keputusan mengenai masalah yang ada. Ketika suatu kelompok kehilangan keahlian

yang diperlukan untuk memecahkan masalah, seorang wirausahawan umumnya

akan bergerak ke kepemimpinan yang lebih dipusatkan pada atasan.

d. Faktor waktu yang tersedia dalam membuat suatu keputusan. Sebagai suatu garis

pedoman umum, semakin sedikit waktu yang tersedia bagi pembuatan suatu

keputusan, semakin tidak praktis untuk membiarkan suatu kelompok membuat

keputusan. Biasanya lebih banyak waktu yang dibutuhkan oleh kelompok untuk

mencapai suatu keputusandibandingkan oleh individu-individu.

14
E. Situasi Kepemimpinan Pada Umumnya

Seorang pemimpin menunjukkan tipe perilaku utama ketika mereka

menyelesaikan tugas kewajiban mereka, yaitu:

a. Perilaku struktur, adalah suatu aktivitas kepemimpinan yang (1) menggambarkan

hubungan antara pemimpin dan pengikut dari pemimpin tersebut atau (2) menetapkan

prosedur yang terdefinisi baik yang harus dipatuhi oleh pengikut dalam melakukan

tugas-tugas mereka. Secara keseluruhan perilaku struktur membatasi pengarahan diri

dari pengikut tersebut dalam melakukan tugas-tugas mereka. Walaupun benar

disimpulkan bahwa perilaku struktur bisa,dan adakalanya relatif kuat, tetapi akan salah

jika menganggapnya sebagai kasar dan tidak baik.

b. Perilaku pertimbangan, adalah perilaku kepemimpinan yang mencerminkan

persahabatan, saling percaya, rasa hormat, dan kehangatan dalam hubungan diantara

pemimpin dengan pengikut atau bawahannya. Perilaku pertimbangan umumnya

ditujukan pada pengembangan dan pemeliharaan suatu hubungan kemanusiaan antara

pemimpin dan pengikutnya.

F. Teori Daur Hidup Kepemimpinan

Teori daur hidup kepemimpinan adalah dasar pikiran yang mengaitkan corak

kepemimpinan dengan berbagai situasi untuk menjamin kepemimpinan yang efektif.

Teori ini menggunakan dua tipe perilaku kepemimpinan yang pada dasarnya sama

dengan diatas, tetapi menamakan kedua dimensi tersebut sebagai “tugas” dan bukannya

struktur serta “hubungan” dan bukannya pertimbangan.

15
Teori daur hidup terutama didasarkan pada hubungan antara kedewasan pengikut,

perilaku tugas dari pemimpin dan perilaku hubungan pemimpin. Menurut teori ini, corak

kepemimpinan hendaknya mencerminkan tingkat kedewasaan dari pengikut. Kedewasaan

didefinisikan sebagai kemampuan dari pengikut untuk melakukan pekerjaan mereka

secara independen, untuk menerima tanggung jawab tambahan, dan keinginan untuk

mencapai keberhasilan. Semakin banyak karakteristik tersebut dimiliki oleh pengikut,

semakin dewasa para pengikut tersebut dikatakan. Seperti yang digunakan dalam teori

daur hidup ini,kedewasaan tidaklah perlu berkaitan dengan umur kronologis.

Teori daur hidup ini menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan efektif

hendaknya bergerak dari :

a. Perilaku tugas yang tinggi-perilaku hubungan yang rendah ke

b. Perilaku hubungan yang tinggi-perilaku tugas yang tinggi ke

c. Perilaku hubungan yang tinggi-perilaku tugas yang rendah ke

d. Perilaku tugas yang rendah-perilaku hubungan yang rendah, ketika tingkat

kedewasaan pengikut berubah dari tidak dewasa menuju dewasa.

Terdapat pula beberapa pengecualian pada filsafat umum dari teori daur hidup.

Contoh, jika terdapat batas waktu akhir yang harus dipenuhi yang singkat, seorang

pemimpin mungkin perlu mempercepat produksi melalui corak tugas yang tinggi-

hubungan yang rendah dan bukannya corak tugas rendah-hubungan yang rendah bahkan

walaupun pengikut dari pemimpin mungkin mempunyai tingkat kedewasaan yang

tinggi.Akan tetapi, suatu corak tugas yang tinggi-hubungan yang rendah dalam jangka

panjang akan menghasilkan hubungan kerja yang buruk diantara pemimpin dan pengikut.

16
Berikut contoh bagaimana teori daur hidup diterapkan dalam situasi

kepemimpinan yang nyata. Seorang karyawan disewa sebagai penjual pada toko pakaian.

Sesudah masuk dalam organisasi ini, individu tersebut sangat tidak dewasa, atau dengan

kata lain, tidak mampu memecahkan persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan

secara independen. Menurut teori daur hidup, corak yang sesuai untuk memimpin

karyawan baru tersebut adalah tugas yang tinggi-hubungan yang rendah. Pemimpin

hendaknya memberitahukan pada karyawan tersebut apa yang harus dilakukan dan

bagaimana cara melakukannya tugas-tugasnya. Hubungan dengan karyawan hendaknya

tidak terlalu intensif karena bisa ditafsirkan sebagai permisif.

Ketika karyawan meningkat kedewasaan yang berhubungan dengan kerjanya,

corak kepemimpinan berikutnya yang sesuai dengan tingkat kedewasaannya adalah tugas

tinggi-hubungan tinggi. Walaupun kedewasaan karyawan agak meningkat, pemimpin

perlu mengamati dengan seksama karena karyawan tersebut tetap perlu mendapat

bimbingan dan pengarahan pada suatu ketika. Sesudah memberikan beberapa kerja dasar

pada corak kepemimpinan pertama, pemimpin siap mengembangkan suasana paling

percaya, saling menghormati, dan bersahabat antara dia dengan karyawannya.

Ketika tingkat kedewasaan dari karyawan semakin meningkat lebih lanjut, corak

kepemimpinan yang sesuai untuk karyawan tersebut adalah hubungan tinggi-tugas

rendah. Pemimpin sekarang bisa mengurangi perilaku tugas karena karyawan sekarang

sudah beradadiatas rata-rata tingkat kedewasaan dalam pekerjaannya dan biasanya bisa

memecahkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaannya secara independen.

Seperti halnya dengan corak kepemimpinan sebelumnya, pemimpin perlu menekankan

pengembangan hubungan kemanusiaan dengan pengikutnya.

17
Ketika tingkat kedewasaan karyawan hampir mendekati maksimum, corak

kepemimpinan yang sesuai adalah tugas rendah-hubungan rendah. Sekali lagi pemimpin

bisa mengurangi perilaku tugas karena pengikut sepenuhnya terbiasa dengan

pekerjaannya. Pemimpin juga bisa mengurangi perilaku hubungannya karena dia

sekarang memiliki suatu hubungan kerja yang baik dengan pengikutnya.

 Fleksibilitas Pemimpinan

Teori situasi kepemimpinan seperti teori daur hidup didasarkan pada konsep

bahwa pemimpin yang berhasil harus merubah corak kepemimpinannya ketika mereka

menemui situasi yang berbeda. Perubahan corak ketika ditemui situasi yang baru ini

dinamakan fleksibilitas pemimpin. Apakah suatu permintaan yang terlalu banyak jika

meminta pemimpin fleksibel menurut semua rentang corak pemimpin pokok? Jawaban

dari pertanyaan ini adalah bahwa beberapa pemimpin bisa fleksibel dan beberapa tidak

bisa. Bagaimanapun juga, suatu corak kepemimpinan mungkin demikian merasuk dalam

diri seorang pemimpin sehingga akan memerlukan waktu bertahun-tahun bahkan untuk

menjadi fleksibel. Dengan kata lain, beberapa pemimpin mungkin telah mengalami masa

keberhasilan pada suatu situasi yang pada hakikatnya statis sehingga mereka yakin bahwa

fleksibilitas tidak diperlukan. Akan tetapi, terdapat banyak kendala bagi fleksibilitas

kepemimpinan.

Satu strategi untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan mengubah situasi

organisasional untuk sesuai dengan corak kepemimpinan dan bukannya mengubah corak

pemimpin untuk sesuai dengan situasi organisasional. Menghubungkan pemikiran ini

dengan teori daur hidup kepemimpinan, mungkin lebih mudah untuk menggeser berbagai

18
pemimpin ke situasiyang sesuai dengan corak kepemimpinan mereka daripada berharap

pemimpin mengubah corak kepemimpinan terhadap perubahan situasi.

Menurut teori kontingensi kepemimpinan, hubungan pemimpin-anggota, struktur

tugas, dan kekuatan posisi dari seorang pemimpin adalah tiga faktor utama yang

hendaknya digunakan sebagai dasar memindahkan seorang pemimpin ke situasi yang

lebih sesuai dengan corak kepemimpinannya.

a. Hubungan pemimpin-anggota adalah tingkatan dimana pemimpin merasa diterima

oleh pengikut-pengikutnya, dan

b. Struktur tugas adalah tingkatan dimana tujuan, tugas yang harus dilakukan, dan faktor

situasi lainnya dijabarkan dengan jelas.

c. Faktor ketiga, kekuatan posisi adalah ditentukan oleh seberapa besar pemimpin bisa

melakukan pengawasan dengan balas jasa dan hukuman yang diterima oleh pengikut.

Wirausahawan dalam suatu organisasi dapat menjadi pemimpin yang berhasil jika

mereka ditempatkan pada situasi yang sesuai dengan corak kepemimpinan mereka. Hal

ini diasumsikan bahwa setiap orang dalam organisasi mempunyai kemampuan untuk

menilai karakteristik dari pemimpin organisasi dan variabel organisasional penting

lainnya dan kemudian menyesuaikan diri mereka.

19
BAB III

KESIMPULAN

Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain ke arah

pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang

lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan yang

berhasil merupakan pemimpin yang berhasil memimpin para karyawannya dengan baik.

Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama: (a) Berorientasi pada tugas; dan (b)

Berorientasi pada orang. Sedangkan pendekatan-pendekatan kepemimpinan yaitu terdiri

dari pendekatan sifat (trait) kepemimpinan dan pendekatan situasi (situasional)

kepemimpinan.

Tiga kekuatan utama yang mempengaruhi penentuan wirausahawan untuk

membuat keputusan yaitu kekuatan-kekuatan dalam diri wirausahawan, kekuatan-

kekuatan pada bawahan, dan kekuatan-kekuatan pada situasi.

Seorang pemimpin menunjukkan tipe perilaku utama, yaitu perilaku struktur dan

perilaku pertimbangan. Sedangkan teori daur hidup kepemimpinan adalah dasar pikiran

yang mengaitkan corak kepemimpinan dengan berbagai situasi untuk menjamin

kepemimpinan yang efektif.

20
DAFTAR PUSTAKA

Wiratmo, Masykur. (1996). Pengantar Kewirausahaan Kerangka Dasar Memasuki

Dunia Bisnis. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai