Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………..……….…………………......ii
Daftar Isi……………………………………….....…..…………………...iii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………...………………….. iv
1.1 Latar Belakang…………....…………………...……….. v
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinan……………………………..…………...1
2.2 Kepemimpinan Strategi....................................................8
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………...………………….……………..16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemimpin itu memiliki watak, kebiasaan, temperamen, sifat serta karakter sendiri yang
unik serta khas sehingga tingkah laku serta gayanya yang membedakan dirinya dari orang
lain. Style ataupun gaya hidupnya ini tentu akan memberi warna sikap serta jenis
kepemimpinannya. Kepemimpinan ialah kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, serta
kekuatan moral yang kreatif, yang sanggup pengaruhi para anggota guna mengubah segala
aspek pribadi mulia dari pola pikir sampai kepada karakter, sehingga mereka searah dengan
keinginan serta aspirasi pemimpin. Sementara itu semestinya pemimpin ialah wujud yang jadi
teladan panutan untuk yang dipimpinnya.
Kutipan pendapat Kartono( 2010), pemimpin itu memiliki watak, kebiasaan, temperamen,
sifat serta karakter sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku serta gayanya yang
membedakan dirinya dari orang lain. Style ataupun gaya hidupnya ini akan menonjolkan
wrna pribadinya atau warna sikap serta karakter kepemimpinannya. Sehingga bisa tercorak di
dirinya ciri khas kepemimpinannya. Misalnya tipe- tipe kharismatik, paternalistik,
militeristik, otokratis, laissez faire, populis, administratif, begitupun demokratis.
Dalam realitasnya yang dialami serta permasalahan dari sebagian tife kepemimpinan ini
mempunyai kelemahan di dalam melakukannya paling utama di Akademi Besar.
Sebagaimana dikenal jika Pemimpin wajib sering bisa memotivasi anggota organisasi
akademi besar guna menerapkan perbaikan- perbaikan kualitas. Namun ketika tiap kali serta
dalam tiap kegiatan seorang pemimpinmemberikan perintah ataupun pengarahan, itu
iii
hendaklah menimbulkan kecenderungan nilai yang kurang baik bagi pembentukan nalar dan
mental anggotanya. Jika tiap kali melaksanakan pekerjaan dengan baik itu sebab akibat karna
ada perintah dari pemimpin, serta jika tidak terpimpin dan tidak terperintah dalam satu
kegiatan dan tidak menuai hal yang baik, maka akan terjadi distraksi mental dan cara
berpikir, mengakibatkan sulit berkembang dalam organisasi tersebut. Oleh sebab itu supaya
kepemimpinan itu tidak sekedar memberi pengarahan ataupun perintah tentang hal- hal yang
butuh ditingkatkan mutunya, pula butuh digunakan untuk meningkatkan motivasi intrinsik,
adalah untuk melakukan pendalaman dalam bentuk personal, artinya mengkaji lebih dalam
tentang pribadi masing-masing agar menemukan yang namanya kesadaran tentang kapasistas
diri, sehingga kejujuran dalam bentuk sebuah organisasi lebih terbuka secara otomatis dari
masing-masing individu, sehingga menimbulkan keharmonisan dalam bersikap pula dalam
berpikir demi kemajuan organisasi atau kelompok.
Sistem manajemen tingkat akademi sudah jadi fokus kerja sama kelompok tingkat
akademi yang terletak di satu kawasan, dengan pusat atensi terhadap manajemen kualitas/
kenaikan kualitas. Manajemen tingkat akademi wajib ditangani dalam wujud sesuatu
paradigma baru, ataupun kerangka berpikir baru dalam manajemen. Tujuan format
manajemen baru ini yakni kenaikan mutu secara berkepanjangan, dengan memasukkan asas
otonomi tentang energi gerak guna membuat sistem lebih dinamis, akuntabilitas ataupun
tanggungjawab supaya otonomi terselenggara secara bertanggung jawab, akreditasi buat
menjamin kualitas lulusan, serta evaluasi- diri supaya proses pengambilan keputusan dalam
perencanaan didasarkan atas informasi begitupun data yang empiris. Becermin kepada
keberhasilan MC. Bride mengetuai Miovision, style kepemimpinan( Leadership) memanglah
jadi salah satu aspek bernilai yang ialah penentu. Kesuksesan organisasi dari style
kepemimpinan berarti perilaku serta pendekatan pemimpin dalam membagikan arahan,
mempraktikkan rencana serta strategi serta memotivasi pengikutnya, suasana yang berbeda
mensyaratkan style kepemimpinan yang berbeda.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Pendapat menurut Kadarusman( 2012) kepemimpinan( Leadership) dipecah 3,
ialah:( 1) Self Leadership;( 2) Team Leadership; serta( 3) Organizational Leadership.
Self Leadership yang memiliki arti mengetuai diri sendiri agar bisa menghindari
sebuah kekandasan dalam menempuh hidup. TeamLeadership yang memiliki arti
mengetuai atau mengelola orang lain. Pemimpinnya diketahui dengan sebutan team
leader( pemimpin kelompok) yang menguasai apa yang jadi tanggung jawab
kepemimpinannya, menyelami keadaan bawahannya, kesediaannya buat meleburkan
diri dengan tuntutan serta konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, dan
mempunyai komitmen untuk memandu setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas
dirinya sampai pada akhirnya menciptakan prestasi paling tinggi. Sebaliknya
organizational leadership dilihat dalam konteks sesuatu organisasi yang dipandu oleh
organizational leader( pemimpin organisasi) yang terdapat dalam dirinya kesanggupan
dalam mengelola sirkulasi bisnis industri yang dipimpinnya, membangun visi serta
misi pengembangan bisnisnya, kesediaan akan dirinya melebur dengan tuntutan serta
konsekuensi tanggung jawab sosial, dan komitmen yang besar buat menjadikan
industri yang dipimpinnya selaku pembawa berkah untuk komunitas baik di tingkatan
lokal, nasional, ataupun internasional.
Bagi Crainer terdapat lebih dari 400 definisi tentang leadership( Mullins,
2005). Dari sekian banyaknya definisi tentang kepemimpinan, terdapat yang
mengatakan kepemimpinan adalah sesuatu aktivitas guna mempengaruhi orang lain.
Kepemimpinan ialah suatu proses guna mempengaruhi kegiatan kelompok.
Kepemimpinan ialah keahlian memeroleh konvensi atau kemufakatan pada tujuan
bersama. Kepemimpinan adalaah sesuatu upaya guna memusatkan orang lain
segingga bisa menggapai tujuan tertentu. Kepemimpinan tidak lain ialah keterikatan
yang satu dan lainnya mempengaruhi antara pemimpin serta pengikutnya. Meski
1
kerap menuai banyak kesulitan menggeneralisir, pada prinsipnya
kepemimpinan( leadership) berkenaan dengan individu ata kelompok untuk
mempengaruhi sikap orang lain guna menggapai suatu tujuan. Terlepas dari itu bukan
berarti kalau tiap orang yang mempengaruhi orang lain untuk sesuatu tujuan bisa
disebut dengan pemimpin.
Perihal senada pula dikemukakan oleh Mullins( 2005) yang melaporkan kalau
manajemen berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta
pengendalian aktivitas- aktivitas yang dicoba oleh bawahannya. Sebaliknya
kepemimpinan lebih menekankan pada komunikasi, memotivasi serta mendesak
semangat bawahan supaya berperan secara optimal guna suatu tujuan. Hollingsworth
mengemukakan perbandingan mendasar antara manajemen serta
kepemimpinan( Mullins, 2005), ialah:
2
3. Seseorang manajer fokus pada sistem serta struktur, sebaliknya seseorang
pemimpin fakus pada pelakunya
Dengan kekuasaan, pemimpin akan mampu mempengaruhi sikap atau prilaku tiap
bawahannya. Hersey, Blanchard serta Natemeyer( Thoha, 2010) memberikan
pendapatnya kalau seseorang pemimpin sepatutnya tidak semata-mata memperhitungkan
perilakunya sendiri guna mempengaruhi orang lain, namun begiupun perlu adanya
kesadaran posisi mereka pun mengetahui cara bagaimana mengelola atau menyiasati
kekuasaan yang baik guna mempengaruhi orang lain sehingga menciptakan
kepemimpinan yang efisien.
3
Sederhananya yakni, kepemimpinan ialah wujud dari tiap usaha guna mempengaruhi,
lain daripada itu kekuasaan dapat dimaksud sebagai sesuatu kemungkinan pengaruh dari
seseorang pemimpin. Hingga kekuasaan ialah salah satu sumber seseorang pemimpin
guna memperoleh hak untuk mengajak ataupun mempengaruhi orang lain. Sebaliknya
otoritas bisa diformulasikan kedalam sebuah bentuk spesial dari kekuasaan yang
umumnya menopang pada jabatan yang diduduki oleh seorang pemimpin. Dengan
demikian, otoritas merupakan kekuasaan yang disahkan( legitimatized) oleh suatu
peranan resmi seorang dalam sebuah organisasi.
Sumber kekuasaan bisa ditelusuri dari statment Machiavelli pada abad ke- 16 yang
mengungkapkan suatu ikatan yang baik itu terbentuk dari rasa cinta( kekuasaan individu)
serta rasa khawatir( kekuasaan jabatan). Dari perihal tersebut lah Amitai Etziomi
mangulas sumber kekuasaan, ialah kekuasaan jabatan( position power) serta kekuasaan
individu( personal power). Dari sekian banyaknya statment yang melaporkan sumber
kekuasaan, pemikiran French serta Raven( Thoha, 2010) menemukan atensi yang
lumayan luas. Mereka membagi sumber kekuasaan jadi 5, ialah:
1. Kekuasaan kemampuan( expert power) Kekuasaan ini terdapat sebuah akibat dari
kemampuan ataupun kepakaran yang dipunyai oleh seseorang pemimpin. Kekuasaan ini
didasarkan pada pengetahuan, kemampuan, kecakapan serta keahlian seorang dalam
sesuatu bidang tertentu.
4
4. Kekuasaan penghargaan( reward power) Kekuasaan penghargaan merupakan
kekuasaan yang dipunyai pemimpin bersumber dari keahlian pemimpin buat membagikan
hadiah, penghargaan ataupun upah kepada bawahannya sehingga semangat kerja
bawahannya dapat bertambah.
a) Teori Sifat
Teori sifat sering dikenal pula dengan teori genetik, sebab kabarnya kalau
pemimpin itu dilahirkan turun temurun secara genetika bukan diibentuk. Teori ini
menarangkan suatu eksistensi seseorang pemimpin bisa dilihat serta dinilai bersumber
pada sifat- sifat semenjak lahir menjadikan sebuah ciri tersendiri seolah itu sesuatu
yang diwariskan.
Bersumber pada teori kepemimpinan ini, anggapan bawah yang mencuat merupakan
kepemimpinan membutuhkan serangkaian watak, karakteristik, ataupun perangai
tertentu yang menjamin keberhasilan tiap suasana. Keberhasilan seseorang pemimpin
diletakkan pada karakter pemimpin itu sendiri.
b) Teori Prilaku
Teori ini berupaya menarangkan apa yang dicoba oleh seseorang pemimpin
yang bijaksana, bagaimana cara mereka mendelegasikan tugas, berbicara serta
memotivasi bawahan. Bagi teori ini, tiap orang dapat belajar serta meningkatkan diri
jadi seseorang pemimpin yang bijaksana, tidak bergantung pada sifat- sifat yang telah
menempel padanya. Jadi seseorang pemimpin bukan dilahirkan untuk jadi pemimpin,
akan tetapi untuk menjadikan diri seseorang pemimpin, itu bisa dipelajari dari apa
yang dilakukan oleh pemimpin yang digugu dalam kebijaksanaannya maupun dari
pengalaman.
Teori ini mengutarakan kalau pemimpin haruslah menjalin sebuah ikatan yang saling
terhubungan diantara orang- orang, bukan sifat- sifat ataupun identitas individualis.
Oleh sebab itu, keberhasilan seseorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh keahlian
pemimpin dalam hubungannya serta berhubungan dengan segenap anggotanya
c) Teori Lingkungan
Teori ini mengutarakan pikirannya kalau timbulnya karakter pemimpin itu
ialah hasilkan dari waktu, tempat serta kondisi. Kepemimpinan dalam perspektif teori
area merupakan mengacu pada pendekatan situasional yang berupaya membagikan
model normatif.
Teori ini secara garis besar menarangkan kalau keberhasilan seseorang pemimpin
dalam melaksanakan tugasnya sangat bergantung terhadap caranya seorang pemimpin
6
dalam mengelola sebuah kelompok atau organisasi. Begitupun dangan kondisi dan
suasana yang berbeda, maka berbeda pula caranya ia memimpin kelompok tersebut.
Tingkah laku dalam sebuah kepemimpinan ini bisa dipelajari dari proses belajar serta
pengalaman pemimpin tersebut, sehingga seorang pemimpin guna menghadapi
suasana yang berbeda hendak mengenakan tipe gaya kepemimpinan yang cocok
dengan suasana yang dirasakan.
1. Directive leadership, Jenis ini sama dengan wujud kepemimpinan autokratis Lipit,
serta White. Para anggita mengenali secara pasti apayang di idamkan pemimpin
terhadap dirinya serta pengarahan yang diberikan. Anggota tidak diberi peluang
berpartisipasi dalam mengemukakan komentar.
7
3. Partisipative leadership, merupakan style kepemimpinan yang mengharapkan
saran- saran ataupun gagasan hasil pikiran para anggotanya, namun dia yang
memastikan dalam pengambilan keputusan.
Para pemimpin strategi mengolah segala rencana strategis mereka dengan manajemen
strategis. Penanaman Etika dalam organisasi sangat penting bagi mereka guna
menghormati kedudukan kepemimpinan serta visi secara menyeluruh guna
terwujudnya segala apa yang direncanakan dalam visi.
Produktivitas serta pola pikir manajemen menjadi suatu kedudukan serta menjadi
peran utama bagi para pemimpin itu berpikir dengan cara mereka untuk mengetahui.
Pola pikir strategis menggambarkan pada kita yang sebut strategic agility: keahlian
dalam menelaah sebuah konsep atau gambaran besar yang berhubungan dengan
persoalan dimasa lampau dan saat ini. Pemimpin strategis mempunyai keahlian unik
guna menciptakan strategi serta metodologi terbaik agar dapat membawa organisasi
mereka senantiasa kompetitif dalam jangka waktu yang lama dalam pasar.
8
Adaptasi diri perlu diterapkan untuk keberlangsungan dalam sebuah
strategi kepemimpinan, apakah itu teknologi yang ada, cuaca yang berganti,
ekonomi yang berfluktuasi ataupun faktor- faktor lain yang pengaruhi, serta
organisasi tanpa pemimpin strategis berisiko kandas dalam mengalami faktor-
faktor ini.
1. Pemikiran strategis
2. Keterampilan komunikasi
3. Perencanaan strategis
Karena organisasi bergantung pada sistem untuk menghemat waktu, uang, dan
sumber daya, memahami bagaimana membuat sistem untuk inisiatif yang
direncanakan sangat penting.
9
Pemimpin strategis harus mampu menciptakan kerangka kerja penetapan tujuan
yang mendefinisikan dan melacak tujuan dan hasil mereka.
5. Strategic agility
6. Kesadaran
Para pemimpin strategis memahami bagaimana tindakan dan suasana hati mereka
memengaruhi tim. Mereka harus berpikir sebelum bertindak, memiliki kecerdasan
emosional, dan dapat mengendalikan suasana hati yang mengganggu atau negatif.
8. Eksekusi
Pemimpin strategis adalah orang yang ahli dalam implementasi strategi. Mereka
memahami bagaimana mengubah tujuan menjadi tindakan dan tindakan menjadi hasil.
Mereka mmpu memaksimalkan sistem dan sumber daya yang dimiliki.
9. Integritas
10
Berpijak pada integritas dan kasih sayang adalah bagian penting dari
kepemimpinan strategis. Pemimpin strategis harus dapat mempertimbangkan ide,
perasaan, dan perspektif tim mereka sebelum membuat keputusan.
10. Manajemen
Perkembangan yang terjadi pada berbagai lini kehidupan (profit dan non profit)
cendrung menimbulkan permasalahan-permasalahan dan tantangantantangan baru,
yang variatif dan intensitasnya cendrung meningkat. Keadaan itu akan membawa
dampak yang lebih besar dan luas pada tugas-tugas yang tanggung jawab yang
diemban serta bervariasinya sistem yang dibutuhkan. Praktik-praktik kepemimpinan
yang selama ini boleh jadi membutuhkan penyempurnaan atau perubahan baik tataran
konsep, maumpun implementasi untuk menangani perkembangan yang ada. Untuk itu
kebutuhan akan aplikasi konsep Stategic Management & Stategic Planning sangat
aman diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi stagnasi sutau lembaga atau
organisasi.
11
Dari konsep tersebut diartikan bahwa manajemen strategi merupakan sistem
dalam satu kesatuan, yang memeliki komponenkomponen yang saling berhubungan,
saling mempengaruhi, dan bergerak bersama-sama (secara serentak) ke arah yang
sama untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Intinya kepemimpinan
strategi adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber daya organisasi, dan
bagaimana pemamfaatan sumber daya yang dimiliki dan yang ada dapat digunakan
secara efektif untuk memenuhi tujuan strategi.
c. Keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datan dan dalam jangka
yang panjang untuk organisasi secara keseluruhan dan memiliki tiga karakteristik,
yaitu rare, sonsequential, dan directive.
12
g. Perusahaan besar cendrung memeliki tigal level strategi, yang berintraksi dan
terintegrasi dengan baik untuk keberhasilan perusahaan.
Dengan semua konsep yang ada tentang strategi di atas yang dikemukakan bahkan
yang dikembangkan oleh para pakar diharapkan kedepan suatu lembaga atau
organisasi dapat berkembang lebih baik dan maju serta dapat mempertahankan
keunggulannya secara kompetitif dan dapat bersaing lebih maju serta lebih baik dari
lembaga atau organisasi lainnya yang dijadikan sebagai pesaing atau mitra.
Keunggulan kompetitif ini hendaknya berkelanjutan dengan terus-menerus beradaftasi
pada perubahan-perubahan dan perkembangan dalam tren serta kegiatan eksternal,
konpetensi dan sumber daya internal, disamping itu penarapan strategi dan nilai-nilai
strategi secara konsisten akan dapat memperkokoh kepemimpinan strategi.
2. Bersifat dinamik.
6. Senantiasa harus didorong dan didukung dalam pelaksanaan oleh semua sumber
daya ekonomi yang tersedia
13
tujuan, strategi (langkah-langkah operasional) dan kebijakan. (3) Implementasi
strategi yang meliputi pelaksanaan program, pelaksanaan dan penyesuaian anggaran,
prosedur (pelaksanaan proses tang teratur dan berkesinambungan dengan mekanisme
kerja yang tepat) yang mengarah kepada kepuasan pelaggan dengan pelayanan prima.
(4) Evaluasi dan Pengendalian terhadap kinerja semua komponennya.
Visi: Ketika organisasi memiliki visi yang mereka tuju, mereka dapat menetapkan
tujuan jangka pendek yang membantu mereka mencapai tujuan jangka panjang.
Perencanaan: Organisasi lebih siap untuk mencapai tujuan dan menangani
keputusan strategis ketika mereka memiliki rencana yang dipikirkan dengan
matang.
Sistem strategis: Organisasi dapat menghemat waktu, uang, dan sumber daya
ketika mereka membuat kerangka kerja dan sistem untuk mendukung perubahan
strategis.
Mendorong persatuan: Kepemimpinan yang efektif mendorong persatuan dan
kolaborasi antar departemen. Pemimpin strategis menghargai pendapat dan
masukan anggota tim.
Kejelasan: Ketika pemimpin strategis mengomunikasikan dengan jelas
bagaimana tugas berhubungan dengan tujuan secara menyeluruh, maka akan lebih
mudah bagi anggota tim untuk memahami mengapa pekerjaan mereka sangat
bermakna.
14
Bisa mahal: Rencana strategis yang sukses dapat meningkatkan keuntungan dan
kesuksesan bisnis secara keseluruhan. Tetapi jika sebuah rencana tidak berhasil,
itu bisa mengakibatkan kehilangan departemen, PHK, atau proyek yang
dibatalkan.
Pertumbuhan yang terhenti: Jika pemimpin strategis terlalu konservatif atau
terlalu liberal dalam mengambil risiko, hal itu dapat menghambat pertumbuhan
organisasi atau mencegah organisasi melihat masalah yang sedang meningkat.
Kurangnya kehadiran: Jika pemimpin strategis berjuang dengan menemukan
keseimbangan antara melihat ke masa depan dan menangani masa sekarang, itu
dapat mencegah mereka mengatasi masalah saat ini dalam organisasi.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sungguh suatu persoalan yang kompleks untuk membahas seorang pemimpin, dimana
pemimpin harus memiliki perangai atau karakter yang mampu mendukung para anggotanya
mencapai keberhasilan dalam visi. Dimana pemimpin harus mampu mengayomi anggotanya,
dimana juga pemimpin mampu menyelami karakter dan mampu membaca situasi dan kondisi
lapangan serta membaca kelebihan dan kekurangan organisasinya sendiri, serta mampu
menjadikan segala cara yang digunakan atau tingkahlakunya yang bisa menjadikan contoh
yang baik sehingga bisa menuai rasa saling percaya atau yakin akan pemimpin yang baik bagi
anggotanya, sehingga anggota merasa aman dan termotivasi akan perangai yang baik untuk di
gugu dan ditiru.
16
Kemampuan membaca sebuah konsep persoalan dimasa kini dan dimasa yang akan datang
adalah hal yang harus dimiliki seorang pemimpin guna merancang atau mengonsep strategi
kelompoknya demi keberlangsungan kinerja yang efektif dalam jangka waktu yang lama.
Produktivitas berpikir didalam kepala seorang pemimpin tentang manajemen sebagai acuan
yang sangat intim guna keberlangsunan kelompok.
Pada intinya Kepemimpinan Strategi merupakan sebuah Seni dalam berpikir, dalam
merenungi sebuah keadaan, juga dalam pengimplementasian sebuah sikap atau prilaku
pemimpin yang baik dari hasil pemikiran dan perenungan sehingga terbentuk sebuah strategi
dan konsep yang relevan dalam penerapan sebuah organisasi dan berbuah keberhasilan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
18
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
19
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
20
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
21
United States of America:
Hill
Companies, Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, Inc.
DAFTAR PUSTAKA
22
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
23
24