Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

EVOLUTION OF LEADERSHIP

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Kepempinan dan Perilaku


Organisasi tentang Evolution of Leadership

Dosen Pengampu :

1. Hasan Hariri, S.Pd, MBA, Ph.D


2. Dr. Dedy Hermanto Karwan, M.M

Kelompok 3 :
1. Bella Rosa
2. Yuni Rahmawati
3. Singgih Hari Pangestu

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Evolution of leadership” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Kami
ucapkan terimaksih kepada Hasan Hariri, S.Pd, MBA, Ph.D dan Dr. Dedy
Hermanto Karwan, M.M Sebagai dosen penanggung jawab.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan


hambatan akan tetapi berkat bantuan dari kelompok tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalh ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan yang Maha Esa

Kami sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
berharap saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami sendiri dan seluruh pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, September 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................2
BAB III. PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan..................................................................................3
B. Gaya Kepemimpinan.........................................................................4
C. Tipe-tipe Kepemimpinan...................................................................7
D. Evaluasi Kepemimpinan....................................................................11
E. Realita Baru Bagi Kepemimpinan dan Organisasi............................14
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................17
B. Saran..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan adalah salah satu fenomena yang paling kompleks dan multi
dimensi. Ini telah dipelajari secara ekstensif selama bertahun-tahun dan telah
menjadi lebih penting daripada sebelumnya di dunia yang serba cepat dan
semakin mengglobal saat ini. Meskipun demikian, kepemimpinan terus
menghasilkan perdebatan yang menarik dan membingungkan karena kompleksitas
subjek. Bennis mencatat bahwa kepemimpinan adalah topik yang paling banyak
dipelajari dan paling sedikit dipahami dari semua ilmu social. Kepemimpinan
yang efektif diakui sebagai kunci keberhasilan organisasi mana pun. Selama ada
pemimpin, ada orang yang mencoba menentukan bagaimana dan mengapa mereka
berhasil. Kepemimpinan itu sendiri belum berkembang, tetapi pemahaman kita
tentangnya telah berkembang. Penting untuk memahami mengapa gaya
kepemimpinan yang sangat berbeda bias efektif ,mengapa teknik kepemimpinan
yang sama tidak akan berhasil dalam setiap situasi, dan gaya kepemimpinan mana
yang paling sesuai dengan kepribadian setiap pemimpin. Setiap orang memiliki
potensi kepemimpinan dalam diri mereka, tetapi memahami konsep-konsep ini
akan membantu dalam memaksimalkan kemampuan kepemimpinan.
Kepemimpian sendiri memiliki prinsip dalam menjalankan aktivitasnya tapi tidak
ada cara yang praktis dalam mengajarkan menjadi pemimpin yang baik, tidak juga
membahas apa yang harus dilakukan atau dikatakan dalam setiap situasi itu karena
tidak ada formula nyata untuk menjadi seorang pemimpin. Kepemimpinan harus
datang dari dalam dan didasarkan pada kepribadian seseorang yang akan
mengembangkan kemampuan kepemimpinan bawaan serta membangun
kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan ?


2. Bagaimana karakteristik kepemimpinan ?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan?
4. Bagaimana tipe-tipe kepemimpinan?
5. Bagaimana evaluasi kepemimpinan?
6. Bagaimana realita baru bagi kepemimpinan dan organisasi?

C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini kami susun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui tentang kepemimpinan.
2. Untuk Mengetahui karakteristik kepemimpinan.
3. Untuk mengatahuin gaya kepemimpinan
4. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan
5. Untuk mengetahui evaluasi kepemimpinan
6. Untuk mengetahui realita baru bagi kepemimpinan dan organisasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan

Pemimpin sering dikatakan “pemimpin hebat dilahirkan, bukan dibuat” teori


sifat mengambil pepatah ini dari kalimat harfish. Jika memiliki kemampuan untuk
memimpin, berati pemimpin dilahirkan dengan hal itu, tanpa cara untuk
mempelajari keterampilan itu. Teori ini memperluas teori orang hebat dengan
mendefinisikan apa yang membuat para pemimpin itu hebat. Setiap orang
memiliki beberapa kemampuan dalam setidaknya satu atau lebih dari area ini
Menurut Keating, kepemimpinan adalah merupakan suatu proses atau sekelompok
orang untuk mencapai suatu tujuan. Stoner, kepemimpinan adalah proses
mengarahkan dan memengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan
anggota kelompok.

Pada tahun 1978, james MacGregor Burns memperkenalkan gagasan


kepemimpinan transformasi saat meneliti para pemimpin. Burns berteori bahwa
“kepemimpinan” sebenarnya adalah proses dimana para pemimpin berinteraksi
dengan pengikut mereka dan saling menginspirasi untuk maju bersama .
Karakteristik dan perilakunya menunjukkan perbedaan antara “manajemen” dan
“kepemimpinan”. Orang dan organisasi berubah karena gaya kepemimpinan dan
kemampuan memimpi yang mampu menyampaikan visi dan memandu
transformasi tersebut.

Bernard M. Bass pada tahun 1985 menambahkan teori kepemimpinan


transformasi burns dengan mengalihkan focus ke pengikut. Bukan sifat individu
dan visi pemimpin yang penting, melainkan kemampuan mereka untuk
mempengaruhi perasaan, sikap, dan komitmen para pengikutnya. Dalam studi
produktivitas, jika pengikut merasa dapat mempercayai seorang pemimpin atau
jika mereka mengagumi seorang pemimpin yang dapat merangsang rasa loyalitas
dan rasa hormat, para pengikut dapat melampaui apa yang semula diharapkan dari

3
pemimpinnya dan akan melakukannya dengan senang hati. Akibatnya,
produktivitas dan persatuan meningkat. Para pengikut di transformasikan oleh
seorang pemimpin yang karismatik dan penuh motivasi.

Melalui teori diatas kita dapat melihat bahwa ada berbagai atribut dan
kemampuan yang terkait dengan kepemimpinan. Beberapa pemimpin adalah
orang hebat, dan beberapa pememimpin adalah orang yang pendiam, tetapi
melalui kekuatan logika mereka memenangkan hari itu. Perbedaan pemimpin
yang baik dan pemimpin yang hebat adalah sebagia dari jumlah keterampilan
kepemimpinan yang telah mereka kembangkan. Hal lainnya adalah kemampuan
mereka untuk menerapkan keterampilan tersebut dengan benar kepada mereka
yang akan mengikuti pemimpinnya.

B. Karakteristik Kepemimpinan

Seorang Pemimpin berkewajiban juga untuk melakukan kegiatan


pengendalian, agar dalam usahanya memengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan
perilaku anggota organisasi, selalu terarah pada tujuan organisasi. Adapun
karakteristik kepemimpinan transformasional menurut Avolio dkk (Stone et al,
2004) adalah sebagai berikut:

1. Idealized influence (or charismatic influence)


Idealized influence mempunyai makna bahwa seorang pemimpin
transformasional harus kharisma yang mampu “menyihir” bawahan untuk
bereaksi mengikuti pimppinan. Dalam bentuk konkrit, kharisma ini
ditunjukan melalui perilaku pemahaman terhadap visi dan misi organisasi,
mempunyai pendirian yang kukuh, komitmen dan konsisten terhadap
setiap keputusan yang telah diambil, dan menghargai bawahan. Dengan
kata lain, pemimpin transformasional menjadi role model yang dikagumi,
dihargai, dan diikuti oleh bawahannya.
2. Inspirational motivation
Inspirational motivation berarti karakter seorang pemimpin yang mampu
menerapkan standar yang tinngi akan tetapi sekaligus mampu mendorong
bawahan untuk mencapai standar tersebut. Karakter seperti ini mampu
membangkitkan optimisme dan antusiasme yang tinggi dari pawa

4
bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional senantiasa
memberikan inspirasi dan memotivasi bawahannya.
3. Intellectual stimulation
Intellectual stimulation karakter seorang pemimpin transformasional
yang mampu mendorong bawahannya untuk menyelesaikan
permasalahan dengan cermat dan rasional. Selain itu, karakter ini
mendorong para bawahan untuk menemukan cara baru yang lbih efektif
dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, pemimpin
transformasional mampu mendorong (menstimulasi) bawahan untuk
selalu kreatif dan inovatif.
4. Individualized consideration
Individualized consideration berarti karakter seorang pemimpin yang
mampu memahami perbedaan individual para bawahannya. Dalam hal
ini, pemimpin transformasional mau dan mampu untuk mendengar
aspirasi, mendidik, dan melatih bawahan. Selain itu, seorang pemimpin
transformasional mampu melihat potensi prestasi dan kebutuhan
berkembang para bawahan serta memfasilitasinya. Dengan kata lain,
pemimpin transformasional mampu memahami dan menghargai
bawahan berdasarkan kebutuhan bawahan dan memperhatikan
keinginan berprestas dan berkembang para bawahan.
Bernard M. Bass mengatakan ada empat komponen dalam
kepemimpinan transformasional Komponen-komponen tersebut adalah:
1. Inspirational Motivation
Pemimpin memiliki visi yang jelas. Mereka mampu
mengartikulasikan visi mereka kepada anggota tim.
2. Intellectual stimulation
Pemimpin Transformasional tidak hanya menantang status quo;
mereka juga mendorong kreativitas di kalangan anggota tim.
Pemimpin mendorong anggota timnya untuk mengeksplorasi cara-
cara baru dalam melakukan sesuatu dan kesempatan baru untuk
belajar.
3. Individualized Consideration

5
Kepemimpinan transformasional juga melibatkan, menawarkan
dukungan dan dorongan kepada masing-masing individu dalam tim.
Mereka juga menjaga jalur komunikasi tetap terbuka sehingga
anggota tim merasa bebas untuk berbagi ide dan memberikan
pengakuan langsung dari kontribusi unik dari setiap anggota tim.
4. Idealized Influence
Pemimpin transformasional berfungsi sebagai panutan bagi
pengikutnya. Mereka tidak hanya memimpin tapi mereka juga
memberikan contoh nyata.
Dari apa yang disampaikan oleh Bernard M. Bass tentang komponen-
komponen kepemimpinan tranformasional, maka untuk menjadi pemimpin
transformational berarti Anda harus melakukan hal-hal untuk mendapatkan empat
komponen tersebut dalam diri kita. Caranya adalah dengan melakukan beberapa
hal berikut ini.

1. Membuat visi yang jelas


Semua pemimpin besar bertindak dengan visi yang jelas. Mereka salalu
bisa memberikan jawaban dengan pasti mengapa mereka malakukan
sebuah tindakan. Dan untuk menciptakan visi yang jelas, Anthony Robbins
telah memberikan empat petunjuk sederhana. Pertama, tulislah satu atau
dua paragraf tentang alasan yang membuat Anda bergairah
mengembangkan diri Anda, organisasi dan tim Anda. Kedua, Pastikan visi
Anda emosional, inspiratif yang mampu menggerakkan diri Anda dan tim
Anda untuk melakukan tindakan. Ketiga, Pastikan visi Anda spesifik.
Keempat, Jangan perfeksionis.
2. Mengelola penyampaian visi Perlu Anda pahami sejelas dan seinspiratif
apapun visi Anda, jika tim Anda tidak mamahami dan tidak peduli, semua
akan sia-sia. Karena itulah sangat penting bagi Anda untuk mengelola
penyampaian visi Anda, supaya tim Anda memliki pemahaman yang
sama, keyakinan yang sama dan tujuan yang sama untuk kesuksesan
bersama.
3. Memotivasi Tim, Mungkin Anda memiliki motivasi yang kuat, tapi apakah
tim Anda juga memiliki itu. Anda harus sadar, motivasi Anda tidak bisa

6
Anda miliki sendiri, tapi harus Anda salurkan ke semua tim Anda, supaya
mereka memiliki motivasi untuk mencapai visi yang Anda tetapkan.
Karena jika tidak, usaha Anda akan sia-sia.
4. Kreatif dan Inovatif, Menjadi pemimpin transformasional berarti Anda
siap menjadi orang berbeda. Dan untuk itu Anda perlu menjadi kreatif dan
inovatif. Ini tidak hanya berlaku untuk diri Anda tapi juga bagi tim Anda.
Kreatif dan inovatif ini penting, karena akan menjadikan diri Anda, tim
Anda dan organisasi Anda berbeda denganyang lain.
5. Membangun budaya belajar di dalam organisasi; Jika ingin organisasi
Anda mampu bersaing dan berkembang lebih pesat, Anda tidak dapat
mengesampingkan hal ini. Membangun budaya ini penting itu
menciptakan anggota tim yang tangguh dan produktif.
Dengan demikian untuk mewujudkan gaya kepemimpinan harus berawal dari
membuat visi yang jelas dan diakhiri dengan membangun budaya belajar dalam
organisasi. Jika hal ini dilakukan dengan baik, maka kualitas diri akan semakin
meningkat yang pada akhirnya akan terwujud organisasi yang maju dan organisasi
yang bunafit dan kompetitif.

C. Gaya kepemimpinan
Pada dasarnya gaya kepemimpinan atau style banyak berpengaruh terhadap
seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilakunya pengikut-pengikutnya.
Istilah gaya pada dasarnya sama dengan cara yang digunakan oleh pemimpin
dalam proses mempengaruhi pengikutnya. Gaya kepemimpinan merupakan cara
atau norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut
mencobamempengaruhi perilaku orang lain seperti yang diamati. Dalam konteks
ini usaha menyeleraskan persepsi diantara orang-orang yang perilakunya akan
mempengaruhi menjadi sangat penting dalam posisinya.
Secara umum gaya kepemimpinan hanya dikenal dalam dua gaya yaitu gaya
otoriter dan gaya demokrasi. Gaya kepemimpinan otoriter biasanya dipandang
sebagai gaya yang didasarkan atas kekuasaan posisi dan penggunaan otoritas
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin. Sedangkan gaya

7
kepemimpinan demokrasi dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan
para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Gaya pada dasarnya berasal dari bahasa inggris “style” yang berarti mode
seseorang yang selalu nampak yang menjadi ciri khas orang tersebut. Gaya
meruoakan kebiasaan yang melekat pada diri seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas kepemimpinannya. Stoner, mengatakan bahwa gaya kepemimpinan
(leadership style) adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin
dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Stoner membagi dua gaya
kepemimpinan yaitu:
1. Gaya yang berorientasi dalam mengawasi tugas pegawai secara ketat
untuk memastikan tugas dilaksanakan dengan memuaskan. Pelaksanaan
tugas lebih ditekankan pada pertumbuhan pegawai dan kepuasan pribadi.
2. Gaya berorientasi pada pegawai lain, menekankan pada memotivasi
ketimbang mengendalikan bawahan. Gaya ini menjalin hubungan
persahabatan, saling percaya, dan salaing menghargai dengan pegawai
yang sering kali diizinkan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan
untuk melaksanankan sesuatu.
Gaya kepeminpinan menurut Thoha, adalh merupakan norma prilaku yang
digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku
orang lain. Ermaya, menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan bagaiman
cara mengendalikan bawahan untuk melaksanakan sesuatu.
Gaya pemimpian menurut Hersey & Blanchard, adalah pola-pola prilaku
konsisten yang mereka terapkan dalam rangka bekerja dengan dan melalui orang
lain seperti yang dipersepsikan orang-orang itu.pola-pola itu timbul pada diri
orang-orang pada waktu mereka memulai memberikan tanggapan dengan cara
yang sama yang sama dalam kondisi serupa , pola itu membentuk suatu kebiasan
tindakan yang setidaknya dapat diperkirakan bagi mereka yang lagi bekerja
dengan pemimpin itu.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpiann
adalah “suatu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dama
mempengaruhi, mengarahkan, mendorong, dan mengendalikan bawahannya
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektiv. Secara

8
umum gaya kepemimpinan hanya dikenal dalam dua gaya yaitu gaya otoriter dan
gaya demokrasi. Gaya kepemimpinan otoriter biasanya dipandang sebagai gaya
yang didasarkan atas kekuasaan posisi dan penggunaan otoritas dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin. Sedangkan gaya kepemimpinan
demokrasi dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut
dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

D. Tipe-tipe kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses
kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu
dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman
Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system
kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan
mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau
langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala
sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan
atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. TIpe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin
otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia
bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan
instruksi-instruksinya harus ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin
yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari
kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha
bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap
anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta
dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan,
dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga
dalam usahan pencapaian tujuan.

9
5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership).
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat
kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya
adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya
seorang bapak kepada anaknya.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya
timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin
mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa
menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya
akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang
ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia
ikur berkecimpung.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas
mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh,
teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat
dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai
bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya
berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap
anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan,
penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap
sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang
diinginkan.
3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan
diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para
bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya
dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil
inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari
para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat

10
memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa
kekangan.

Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe


kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan
oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salah satunya
adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di
bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan
harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih
tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai
oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar
mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.

E. Evolusi kepemimpinan

Evolusi kepemimpinan terjadi seirama dengan perubahan zaman yang


mempengaruhi organisasi secara keseluruhan, evolusi kepemimpinan melewati 4
tahap dimana masing-masing tahapan tersebut terbagi menjadi 2 dimensi, yaitu
dimensi tingkat mikro dan makro serta dimensi lingkungan yang stabil dan
chaos/kacau (Daft dan lengel, 1998 dalam Riley, 2014). Dalam tingkatan mikro,
pemimpin berfokus pada seorang individu pda waktu tertentu. Sedangkan dalam
tingkatan makro, pemimpin berfokus pada organisasi untuk menciptakan buata,
iklim, nilai-nilqi yang terkait dengan keseluruhan organisasi. Selanjutnya,
lingkungan yang stabil dalam konteks ini diartikan sebagai lingkungan yang tidak
mengalami perubahan serta londisi lingkungan bisa diperkirakan atau dipastikan
keadaannya. Di sisi lain, lingkungan yang tidak stabil (chaotik) dalam konteks ini
diartikan sebagai lingkungan yang mengalami perubahan dengan cepat serta
sering dihadapkan dengan ketidakpastian. Lingkungan yang tidak stabil ini
dicirikan.

11
Dengan adanya globalisasi, arus informasi yang melimpaj, persaingan bisnis
antar banyak kompetitor, ran sebagainya. Secara singkat, penjelasan 4 tahapan
dari evolusi kepemimpinan adalah sebagai berikut :

1. Era pertama : kepemimpinan makro pada dunia yang stabi.


Pertama ini disebut sebagai era Great Person Leadership dimana terjadi
pada zaman pra-industri atau pra&birotik yang ditandai dengan adanya
organisasi kecil yang dipimpin oleh individu di lingkungan yang stabil.
Seorang pemimpin dipilih memiliki kualitas pribadi yang lebih unggul
dibandingkan orang lain. Disamping itu ditandai juga dengan penrimaan
calon karyawa berdasar hubungan persaudaraan, pertemanan atau tetangga
(bukan berdasarkan keterampilan dan keahlian). Organisasi yang kecil
dengan lingkungan yang stabil memudahkan satu orang saja untuk
mengelola seluruh organisasi yang sederhana memungkinkan organisasi
berjalan dengan baik. Selain itu, pemimpin juga masih dianggap sebagai
seorang pahlawan bagi para pengikutnya.

2. Era kedua : kepemimpinan mikro pada dunia yang stabil.


Kedua ini disebut sebagai era Rational Management dimana dunia masih
berada pada lingkungan yang stabil sehingga organisasi dapat berkembang
dengan cepat. Mungul struktur hirarki dan birokrasi sebagai mekanisme
yang menjadi pedoman pemimpin dipilih berdasarkan berbagai
keterampilan yang dimilikinya. Organisasi yang cenderung kaku dan stabil
memudahkan organisasi dipandang mampu berjalan dengan baik, sehingga
timbullah manajemen rasional yang menekankan pada aplikasi metode
ilmiah untuk menjalankan organisasi secara mendetail. Pada msa ini

12
organisasi kedumian hanya berfokus pada hal-hal yang kecil, spesifik, dari
pada hal-hal yang luas.

3. Era ketiga : kepemimpinan mikro pada dunia yang chaotik.


Ketiga ini disebut sebagai Team or Lateral Leadership dimana dunia sudah
milai mengalami berbagai perubahan akibat lingkungan yang tidak stabil.
Persaingan antar bisnis menjadi semakin ketat krena banyaknya
kompetitor yang ada. Akibatnya, pemimpin dituntut untuk membentuk tim
kerja yang solid, menghilangkan hambatan hirarki, serta memberdayakan
pengikutnya untuk meningkatkan kinerja dan komitmen mereka. Pda era
ini sebaiknya kepemimpinan konvensial yang hanya mengandalkan
kekuasaan semata harus ditinggalkan dan beralih untuk membentuk tim
kerja yang handal, mencoba menghilangkan celah/sekat diantara pimpinan
dan bawahan yang hanya menghambat kreativitas dan inovasi.
4. Era keempat: Kepemimpinan makro pada dunia yang chaotik.
Era ini pemimpin dituntut sebagai fasilitator, akseletator, dan pelatih.
Pemimpin dituntut mampu melakukan pendekatan personal, menciptkan
budaya, nilai-nilai, dan komitmen bersama. Hal ini menimbulkan
kesadaran untuk bekerja oprimal tanpa membutuhkan pengawasan ketat.
Setiap orang dalam organisasi harus menjadi pemimpin sehingga tanggung
jawab pribadi menjadi nilai utama untuk melayani oragnisasi. Partisipasi
dan pendelegasian tugas menjadi prioritas dan pemimpin menciptakan
kemampuan organisasi untuk pembelajaran bagi diri sendiri.

Evolusi kepemimpinan diliht pada gambar berikut ini :

13
F. Realita Baru Bagi Kepemimpinan dan Organisasi

Di era perubahan seperti saat ini, pemimpin dan organisasi dihadapkan


padasituasi perubahan yang terjadi sangat cepat tanpa bisa diprediksi secara cepat
apa yangterjadi setahun atau beberapa tahun yang akan datang. Seringkali bahkan
perubahanyang terjadi hanya berkisar satu sampai dua bulan dari
perubahan yang terjadi sebelumnya.Ada perubahan paradigma yang
muncul sehingga harus diadopsi olehpemimpin dan organisasi. Paradigma ini
menentukan pola dan gaya kepemimpinanseorang pemimpin sehari-hari untuk
meraih kesuksesan di masa depan bagi organisasinya. Dalam hal ini secara
umum paradigma diartikan sebagai pola pikir dancara pandang yang
mencerminkan pemahaman, dan penerimaan tentang apa yang terjadi di dunia
ini. Perbedaan paradigma lama dan baru bagi pemimpin yang perlu di pahami

sebagai berikut.

14
Perbedaan Paradigma lama dan paradigma baru Paradigma lama dalam
kepemimpinan berjalan di era industri dengan menekankan stabilitas,
tanpa perubahan. Hubungan dengan pengikut dilakukan dengan
melakukan pengendalian dan menekankan persaingan untuk maju. Hal ini
menyebabkan seringnya terjadi konflik, sehingga menghancurkan
organisasi atau perusahaan tersebut. Paradigma lama hanya memperhatikan
beberapa hal dan menuntut keseragaman, bukan perbedaan. Sementara itu,
paradigma baru dalam kepemimpinan pada era informasi, yang menghendaki
perubahan dan pemberdayaan pengikut. Paradigma ini juga menghendaki
kolaborasi dan kerja sama dengan semua pihak. Pimpinan yang menganut
paradigm baru menganggap pengikut sebagai rekan dan sahabat, serta
mengajak mereka untuk menjalin hubungan dengan setiap orang. Paradigma ini
tentunya akan menghasilkan konsekuensi seperti keyakinan dan kepercayaan
yang kita pegang. Menurut Margareth J. Wheatly, bukan objek tetapi hubungan
antar objek-objek itulah yang menentukan terbangunnya sistem.

Wheatly menegaskan bagaimana teori fisika quantum diaplikasikan


bagi organisasi dan kepemimpinan sebagai berikut:

1. Organisasi seperti sistem yang terbuka seperti lainnya, berkembang


dan berbuah dalam reaksinya terhadap ketidak seimbangan dan
kekacauan yang dapat menjadi sumber keteraturan.
2. Membentuk hubungan dan tepat antara orang-orang dengan
visi yang jelas, pernyataan nilai-nilai yang tegas, ekspresi
perhatian dan kasih sayang yang tulus, keterbukaan informasi,
dan membebaskan diri dari beragam aturan kaku serta kontrol yang
kuat.
3. Berfokus kepada keseluruhan (holistic), bukan pada bagian-bagian
yang terisolasi atau terkotak-kotak.
4. Mengurangi pembatas antara departemen dan organisasi untuk
membentuk pola hubungan yang baru.
5. Menjadi nyaman dengan ketidakpastian dan memahami bahwa
solusiapapun hanya bersifat sementara, spesifik pada

15
konteksnya, dandikembangkan melalui hubungan orang dan
lingkungannya.
6. Memahami perkembangan yang sehat dari manusia dan
organisasinya justru ditemukan dan disebabkan oleh terjadinya
ketidakseimbangan, bukan dalam kondisi yang stabil.

Dengan panduan diatas, kita diharapkan semakin memahami bahwa


paradigma lama tentang kepemimpinan lama cenderung kaku dan mengharapkan
situasi selalu stabil sudah selayaknya kita ubah. Pemimpin yang tangguh
dan siap melakukan transformasi pada setiap anggota-anggotanya.
Pemimpin yang sepert ini akan memahami, fokus dan sanggup memenuhi
harapan pelanggan melalui tindakan atau perilaku SDM yang ada dibawah
wewenangnya. Pentingnya Belajar Kepemimpinan Penting sekali dalam
mempelajari kepemimpinan karena para pemimpin yang berhasil, memulai
semuanya dari ruang lingkup yang kecil. Dalam perjalanan
kepemimpinannya, banyak menemui hambatan dan tantangan, sehingga mereka
bisamengambil hikmah dari setiap tantangan dan hambatan yang dihadapi untuk
menuju kesuksesan.

BAB III

PENUTUP

16
A. Kesimpulan

Pemimpin sering dikatakan “pemimpin hebat dilahirkan, bukan dibuat” teori


sifat mengambil pepatah ini dari kalimat harfish. Seorang Pemimpin berkewajiban
juga untuk melakukan kegiatan pengendalian, agar dalam usahanya memengaruhi
pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anggota organisasi, selalu terarah pada
tujuan organisasi. Seorang pemimpin selalu memiliki gaya tersendiri dalam
memimpin gaya, merupakan kebiasaan yang melekat pada diri seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya. Dengan melihat hal tersebut, maka
pemimpin diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan
atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi,
posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh
para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan
sebagai seorang pemimpinan yang profesional. kita diharapkan semakin
memahami bahwa paradigma lama tentang kepemimpinan lama cenderung kaku
dan mengharapkan situasi selalu stabil sudah selayaknya kita ubah.
Pemimpin yang tangguh dan siap melakukan transformasi pada setiap anggota-
anggotanya. Pemimpin yang sepert ini akan memahami, fokus dan sanggup
memenuhi harapan pelanggan melalui tindakan atau perilaku SDM yang ada
dibawah wewenangnya.
B. Saran
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-
saran sebagai berikut :
1. Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang
pendidikan dalam melaksanakan aktivitasnya kepemimpinannya dalam
mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria
kepemimpinan yang baik.
2. Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin
menjalin suatu hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk
tercapainya tujuan organisasi atau instna

17
DAFTAR PUSTAKA

Bass, B. M. (1985). Leadership and Performance beyond Expectations. Free Press; Collier

Macmillan.

Wheatley Margaret J. . (1994). Leadership and the New Science: Learning about Organization

from an Orderly Univers.

Purba, sukarman, dkk. 2021. Kepemimpinan pendidikan edisi 1. Medan: Yayasan kita menulis.

Burns, J.M. (1978) Leadership. New York. Harper & Row

Bass, B.M. (1985). Leadership and Performance Beyond Expectation. New York: The Free
Press.

Stone, A.G., Russell, R.F., and Patterson, K. (2004).Transformational versus servant leadership:

a difference in leader focus, Leadership & OrganizationDevelopment Journal,Vol. 25,

No. 3/4, pp.349-61

18

Anda mungkin juga menyukai