Anda di halaman 1dari 15

PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN

DISUSUN
OLEH

NAMA : CHANDRA WAHYU


NIM : 17020431
UNIT : II MPI
SEMESTER : VI
DOSEN PENGAMPU
ARISMAN JUANDA, M.Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


MUHAMMADIYAH ACEH BARAT
DAYA
2020 M
KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tepat
pada waktunya. Shalawat dan salam juga tidak lupa kita sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Psikologi Kepemimpinan. Dan adapun
judul pembahasan dari makalah ini adalah “Teori dan Pendekatan
Kepemimpinan”. Dengan membuat tugas ini kami berharap agar mampu
memahami tentang segala permasalahan tersebut.

Kami sadar, sebagai penuntut ilmu yang masih dalam proses


pembelajaran, penulisan makalah ini tentu masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan masukan yang bersifat positif
guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan
kami semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Blangpidie, 25 juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Pengertian Kepemimpinan.................................................................... 3
B. Perspektif Teori Sifat............................................................................ 3
C. Perspektif Teori Perilaku...................................................................... 5
D. Perspektif Teori Kontingensi-Situasional............................................. 7
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam lingkungan organisasi formal maupun non formal, akan selalu
ada seseorang yang dianggap lebih dari segi kemampuan maupun pengalaman.
Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian akan ditunjuk atau
diberikan jabatan dan didepercayakan sebagai orang yang mengatur bagi yang
lainnya pada organisasi tersebut, orang itulah yang disebut sebagai pemimpin.

Dari kata pemimpin kemudian muncul istilah kepemimpinan.


Permasalahan-permasalahan kepemimpinan sudah ada sejak lama dan sama
tuanya dengan keterbatasan dan kelebihan tertentu pada manusia. Di dalam
kehidupan sehari-hari sering kali terjadi kesalahan mengenai penggunaan istilah
pemimpin dan manajer. Dari hal tersebutlah kemudian muncul berbagai teori
kepemimpinan.

Dalam lingkungan masyarakat, kita sebagai makhluk sosial tentu harus


hidup bersama-sama dan bekerja sama dalam suasana yang tertib dan terbimbing
oleh seorang pemimpin. Begitu juga halnya dalam lingkungan organisasi, demi
efektivitas dan efisiensi kerja dalam mencapai tujuan bersama, diperlukan sikap
kooperatif dalam bekerja, hal tersebut tentu harus diatur oleh seorang pemimpin.

Kepemimpinan dianggap menjadi suatu aspek penting dalam organisasi


karena pada saat terjadinya pergantian kursi kepemimpinan seringkali juga turut
mengubah kinerja pada lembaga atau organisasi tersebut. Selain itu, salah satu
faktor internal yang menjadi dasar keberhasilan suatu organisasi adalah
kepemimpinan itu sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Kepemimpinan
2. Perspektif Teori Sifat
3. Perspektif Teori Perilaku
4. Perspektif Teori Kontingensi

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kepemimpinan
2. Untuk Mengetahui Perspektif Teori Sifat
3. Untuk Mengetahui Perspektif Teori Perilaku
4. Untuk Mengetahui Perspektif Teori Kontingensi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-


aktivitas yang berhubungan langsung dengan pekerjaan para anggota kelompok.
Ada tiga prinsip yang terkandung dalam kepemimpinan, pertama, kepemimpinan
melibatkan orang lain, kedua, kepemimpinan melibatkan pendistribusian
kekuasaan antara pemimpin dan anggota secara seimbang, ketiga, adanya
kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan dalam
mempengaruhi tingkah laku para anggota.1

Kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana


seorang pemimpin mempengaruhi para anggota dalam melaksanakan dan
mencapai visi, misi serta tugas yang dengan hal tersebut mampu membawa
organisasi menjadi lebih maju dan bersatu. Seorang pemimpin akan mampu
melakukan kegiatan kepemimpinan dengan mengaplikasikan sifat-sifat
kepemimpinan yang ada dalam dirinya seperti kepercayaan, moral, pengetahuan
serta keterampilan-keterampilan lain yang dimiliki.

Seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif apabila secara


genetika memang memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian diasah
dan dikembangkan melalui kesempatan yang diberikan untuk menjabat sebagai
pemimpin dan didukung dengan pengetahuan atau teori yang diperoleh dari
pendidikan dan latihan.

B. Perspektif Teori Sifat

Teori sifat merupakan teori yang mempercayai bahwa semua orang bisa
menjadi pemimpin apabila mempunyai sifat-sifat dan keterampilan tertentu yang
diperlukan untuk memimpin. Sifat-sifat tersebut telah dibawa sejak lahir dan
berkembang karena interaksi dengan lingkungan, adanya pendidikan dan juga
1
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003)
hal 2

3
pengalaman. Teori ini banyak diterapkan dalam rekrutmen dan seleksi
kepemimpinan.

Konsep dasar dari teori ini menyebutkan bahwa keberhasilan seorang


pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, kepribadian atau ciri-ciri yang dimiliki orang
tersebut. Sifat-sifat tersebut bisa berupa sifat fisik maupun psikologis. Beberapa
ciri yang disebutkan oleh para ahli diantaranya adalah : Inteligensi/kecerdasan,
kepribadian, karakteristik fisik, kemampuan pengawasan, ambisi dan energi,
hasrat untuk memimpin, kejujuran, kepercayaan diri, sosiabilitas, pengetahuan,
dan stabilitas emosi. Kepemimpinan tentu saja tidak cukup hanya dengan
berpatokan pada sifat seorang pemimpin, karena di dalam suatu organisasi
pemimpin tidak berdiri sendiri, melainkan berdiri di antara orang-orang yang
dipimpin serta diperngaruhi oleh situasi dan lingkungan yang terus berubah.
Dalam mencapai tujuan organisasi tentu diperlukan berbagai sumber daya,
termasuk sumber daya manusia sebagai sumber daya terpenting. Jadi pada teori
sifat ini hanya menggambarkan salah satu unsur keberhasilan kepemimpinan.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan dan dianggap sebagai teori
yang sudah kuno, namun apabila dilihat nilia-nilai moral yang terkandung
didalamnya mengenai ciri atau perangai pemimpin, justru sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.2

Adapun kelemahan pada teori kepemimpinan berdasarkan sifat ini adalah


sebagai berikut:

1. Hanya sedikit atau bahkan tidak ada seorang pun pemimpin yang memiliki
keseluruhan sifat baik manusia, kecuali para Nabi dan Rasul menurut
sudut pandang agama masing-masing.
2. Tidak selalu ada relevansi atau kaitannya antara sifat-sifat yang dianggap
baik dan unggul dengan efektivitas kepemimpinan.
3. Pada situasi dan kondisi tertentu di dalam organisasi, ternyata juga
memerlukan sifat tertentu yang berbeda dari yang lain.
2
Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Aditama,
2008) hal 54

4
C. Perspektif Teori Perilaku

Teori perilaku dan gaya kepemimpinan mencerminkan apa yang dilakukan


oleh pemimpin dalam mempengaruhi pengikutnya untuk merealisasikan visinya.
Teori ini mengemukakan perbedaan perilaku secara spesifik antara pemimpin dan
anggota. Seorang pemimpin dapat mempergunakan sejumlah pola perilaku atau
gaya yang berbeda dalam mempengaruhi pengikutnya. Fokus pendekatan ini
adalah pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana mereka bertindak.
Tujuan utama pendekatan ini untuk menjelaskan bagaimana pemimpin
berperilaku ini dalam mempengaruhi pengikut dalam upaya mencapai tujuan.

Terdapat Beberapa penelitian yang dilakukan dalam teori perilaku ini,


antara lain:

1. Teori Ohio State University. Teori ini menjelaskan bagaimana individu


bertindak ketika mereka memimpin suatu kelompok atau organisasi.
Terdapat dua dimensi dalam kuesioner tersebut yaitu Perhatian terhadap
bawahan dan perhatian terhadap tugas. Dimensi perhatian terhadap
bawahan dilakukan di mana pemimpin bertindak dan berperilaku secara
bersahabat dan memperhatikan bawahannya. Hal tersebut nampak dalam
kesediaan pemimpin untuk membantu bawahan menyelesaikan tugas,
menyediakan waktu untuk mendengarkan dan mendiskusikan problem dan
keluhan, menerima saran dari bawahan, memperlakukan semua bawahan
dengan cara yang sama, dan memperhatikan kesejahteraan bawahan.
Sedangkan perhatian terhadap tugas dilakukan di mana pemimpin
mengatur dan mengarahkan peran bawahannya dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Hal itu nampak dalam perilaku mengkritik bawahan
yang berkinerja rendah, memberi tugas bawahan secara rinci,
mengingatkan bawahan untuk mengikuti prosedur standar,
mengkoordinasi secara ketat, dan menentukan target-target.
2. Teori University of Michigan. Teori ini berorientasi pada tugas dan
hubungan. Orientasi pada tugas berarti pemimpin menekankan aspek

5
teknis dan produksi dari suatu pekerjaan. Pada teori ini pekerja dilihat
sebagai alat untuk menyelesaikan pekerjaan. Orientasi pada hubungan
berarti pemimpin memusatkan perhatian pada hubungan antar manusia,
mendukung bawahannya dan berupaya memahami masalah yang dihadapi
bawahan. Mereka akan meminta pendapat bawahannya untuk menentukan
tujuan, dan percaya kepada bawahannya.
3. Teori X dan Y. Teori ini diperkenalkan oleh Mc Gregor karena ketidak
puasannya pada teori sifat. Teori X menganggap bahwa pada dasarnya
manusia itu memiliki perilaku pemalas, penakut, dan tidak bertanggung
jawab. Sedangkan Teori Y sebaliknya, menganggap bahwa manusia itu
memiliki perilaku bertanggung jawab, motivasi kerja, kreativitas dan
inisiatif serta mampu mengawasi pekerjaan dan hidupnya sendiri.
Beberapa asumsi teori X dan Y:
a) Teori X: sebagian besar manusia pada dasarnya tidak suka bekerja
dan jika memungkinkan mereka akan menghindarinya atau
menolak. Karena karakteristik yang tidak suka bekerja, sebagian
justru harus dipaksa, dikontrol, diarahkan bahkan diancam dengan
hukuman.
b) Teori Y: sebagian besar manusia pada dasarnya suka bekerja.
Tidak perlu diberikan agar bekerja dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Mampu belajar dengan cepat dan tepat serta tidak hanya
mampu menerima tapi juga mecari tanggung jawab.
4. Teori Managerial Grid. Teori ini menjelaskan bagaimana pemimpin
membantu organisasi untuk mencapai tujuan melalui dua faktor, yaitu
perhatian pada produksi dan perhatian pada anggota. Perhatian pada
produksi menjelaskan bagaimana pemimpin peduli dengan pencapaian
tugas organisasi. Perhatian pada anggota menjelaskan bagaimana
pemimpin menghadapi para anggota di dalam organisasi untuk mencapai
tujuannya.

D. Perspektif Teori Kontingensi-Situasional

6
Persepektif teori sifat dan teori perilaku dianggap kurang dapat
menjelaskan konsep kepemimpinan yang bersifat universal, sehingga lahir
perspektif teori kontingensi. Dasar dari teori ini adalah perilaku pemimpin yang
efektif pada situasi tertentu belum tentu efektif pada situasi yang lain. Sehingga
efektivitas pemimpin kontingen/bergantung pada sebuah situasi dan kondisi
tertentu. Terdapat beberapa model teori kontingensi, antara lain:

1. Model Kontingensi Fiedler. Teori ini adalah teori kesesuaian pemimpin,


artinya menyesuaikan gaya pemimpin dengan situasi yang tepat.
Kepemimpinan yang efektif tergantung pada kesesuaian gaya pemimpin
dengan situasi yang tepat pula. Teori ini melihat kepemimpinan sebagai
suatu hubungan yang didasari oleh kekuatan dan pengaruh. Pada
pendekatan ini seorang pemimpin yang sukses adalah yang mampu
memperkirakan secara tepat kekuatan-kekuatan yang ada dan menentukan
keputusan dan perilaku dengan tepat. Tinggi rendahnya prestasi kerja satu
kelompok dipengaruhi motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin
dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi tertentu.
2. Teori Situasional Harsey dan Blanchard. Kepemimpinan situasional pada
dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen yaitu, pemimpin,
anggota serta situasi dan tempat di mana proses kepemimpinan itu
berlangsung.3 Menurut pandangan teori ini, situasi yang berbeda akan
menuntut jenis kepemimpinan yang berbeda, sehingga efektivitas sebuah
kepemimpinan ditentukan oleh situasi. Pengikut atau bawahan merupakan
faktor yang penting dalam situasi kepemimpinan. Tingkat kedewasaan /
kesiapan bawahan menentukan gaya kepemimpinan. Faktor kesiapan
pengikut merupakan hal yang membedakan pendekatan ini dengan
pendekatan lain. Kesiapan pengikut merupakan rasa percaya, kemampuan
dan kemauan pengikut untuk melaksanakan pekerjaan. Terdapat dua jenis
dimensi dalam kepemimpinan situasional, yaitu dimensi perintah dan
pemberian dukungan. Pemimpin situasional sebaiknya menyesuaikan
3
Eko Maulana Ali, kepemimpinan Integratif dalam Konteks Good Governance, (Jakarta:
Multicerdas, 2013) hal 66

7
tingkatan dimana pemberian perintah atau dukungan agar dapat sesuai
dengan kebutuhan pengikut yang berubah-ubah. Pemimpin yang efektif
adalah pemimpin yang dapat memberikan perintah atau dukungan sesuai
dengan kebutuhan pengikut yang berubah-ubah. Pada model
kepemimpinan situasional, tingkat perkembangan pengikut akan
mempengaruhi gaya yang akan digunakan pemimpin. Tingkat
perkembangan merupakan tingkatan dimana pengikut memiliki
kompetensi dan komitmen yang penting untuk mencapai tugas atau
aktivitas tertentu. Teori situasional terbagi kepada empat gaya, yaitu:
a) Gaya Telling, gaya yang tingkat pemberian perintah oleh atasan
tinggi namun rendah dalam memberikan dukungan, oleh karena itu
sering disebut gaya memerintah.
b) Gaya Selling, gaya yang tingkat pemberian perintah dan dukungan
sama-sama tinggi.
c) Gaya Participating, tingkat memberi perintah rendah namun tinggi
dalam memberikan dukungan
d) Gaya Delegating, tingkat memberi perintah dan dukungan sama
rendah dan sering disebut sebagai gaya pemberian wewenang.
3. Path-Goal Teori. Teori ini menjelaskan tanggung jawab pemimpin untuk
meningkatkan motivasi pengikut, agar tujuan personal dan organisasional
tercapai. Pada teori ini tugas pemimpin adalah memahami hal-hal yang
dirasakan pengikut dan memberikan penghargaan. Hal itu dilakukan
dengan menentukan arah atau jalan (path) menuju penghargaan yang akan
didapat, atau meningkatkan penghargaan yang diharapkan pengikut.
Perilaku pemimpin dapat diterima dan memuaskan pengikut ketika ada
keyakinan pengikut atas tindakan pemimpin yang akan membawa kepada
mendapatkan penghargaan. Menurut teori ini ada dua variabel yang sangat
menentukan efektifitas pemimpin yaitu, karakteristik pribadi anggota dan
lingkungan internal organisasi seperti peraturan dan presedur yang
diterapkan organisasi. Model kepemimpinan ini memusatkan perhatian
pada hubungan antara pemimpin dan pribadi-pribadi pengikutnya.

8
Karakteristik pribadi para pengikut dan sifat lingkungan kerja
mempengaruhi kemampuan pemimpin untuk memimpin. Terdapat empat
jenis umum perilaku pemimpin dalam model ini, yaitu:
a) Support leadership, pemimpin menunjukkan perhatian besar pada
kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan pengikut. Pemimpin
terbuka dan menganggap anggota sebagai rekan kerja.
b) Direct leadership, pemimpin menunjukkan dominasi dalam
mengarahkan, mengawasi, dan mengatur pengikutnya secara ketat.
Deskripsi, cara dan waktu kerja ditentukan dengan jelas, dengan
cara membuat perencanaan, jadwal, menetapkan tujuan dan standar
perilaku.
c) Participative leadership, pemimpin lebih banyak
mengkonsultasikan dan mendiskusikan masalah bersama
bawahannya sebelum membuat keputusan.
d) Achievement-orientation leadership, pemimpin menetapkan tujuan
yang jelas dan memberikan tantangan kepada bawahannya.
Penekanannya pada kinerja yang berkualitas tinggi dan
peningkatan kinerja di masa depan
4. Model Pembuatan Keputusan Normatif. Model ini menjelaskan
pendekatan kepemimpinan tertentu dalam situasi tertentu. Vroom &
Yetton mengidentifikasikan lima prosedur pengambilan keputusan untuk
keputusan yang menyangkut para bawahan yang beragam, yaitu dua
bentuk pengambilan keputusan yang otokratis (OI dan OII), dua bentuk
konsultasi (KI dan KII), dan sebuah bentuk pengambilan keputusan
bersama oleh pemimpin dan bawahan sebagai sebuah tim (T).
a) OI. Pemimpin memecahkan masalah dan menentukan keputusan
sendiri dengan informasi yang ada pada saat pengambilan keputusan.
b) OII. Pemimpin memecahkan masalah dan menentukan keputusan
sendiri dengan informasi yang diberikan oleh anggota.

9
c) KI. Pemimpin mendiskusikan masalah dengan anggota secara individu
atau perorang dan bersedia menerima ide saran yang diberikan
anggota.
d) KII. Pemimpin mendiskusikan masalah dengan anggota secara
kelompok atau keseluruhan dan membuat keputusan sendiri.
e) T. Pemimpin mendiskusikan masalah dengan anggota kelompok dan
bersedia menerima hasil apapun yang disepakati bersama.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepemimpinan merupakan suatu proses dimana seorang pemimpin


mempengaruhi para anggota dalam melaksanakan dan mencapai visi, misi serta
tugas yang dengan hal tersebut mampu membawa organisasi menjadi lebih maju
dan bersatu. Pemimpin dianggap efektif apabila secara genetika memang memiliki
bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian diasah dan dikembangkan melalui
kesempatan yang diberikan untuk menjabat sebagai pemimpin dan didukung
dengan pengetahuan atau teori yang diperoleh dari pendidikan dan latihan.

Terdapat tiga teori dalam kepemimpinan diantar ketiga teori tersebut


adalah: Teori Sifat. Teori yang menganggap bahwa semua orang bisa menjadi
pemimpin apabila mempunyai sifat-sifat dan keterampilan tertentu yang
diperlukan untuk memimpin. Teori sifat sangat diperlukan bagi kepemimpinan
yang menerapkan prinsip keteladanan. Teori Perilaku. Teori menjelaskan
bagaimana pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi pengikut dalam upaya
mencapai tujuan. Terdapat 4 studi penelitian pada teori perilaku, 3 dari 4 studi
menghasilkan perilaku pemimpin sama yang berorientasi pada tugas dan
hubungan dengan para anggota. Teori Kontingensi-Situasional. Teori yang
menganggap bahwa perilaku yang diterapkan pada satu organisasi belum tentu
sesuai jika diterapkan pada organisasi lain, karena setiap organisasi tentu memiliki
situasi dan kondisi yang berbeda-beda.

B. Saran

Sorang pemimpin hendaknya menerapkan teori kontingensi-situasional


karena gaya kepemimpinan yang akan diterapkan tergantung pada tingkat
kesiapan anggota. Selain itu setiap organisasi tentu mempunyai masalah internal
yang berbeda-beda.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Ir. Eko Maulana Ali, 2013, Kepemimpinan Integratif, Jakarta: Multicerdas.

Marno. M.Ag, Triyo Supriyatno. M.Ag, 2008, Manajemen dan Kepemimpinan


Pendidikan Islam, Bandung: Refika Aditama.

Dr. H. Veitzhal Rivai, 2003, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta:


Raja Grafindo Persada

12

Anda mungkin juga menyukai