Anda di halaman 1dari 13

KEPEMIMPINAN DALAM BUDAYA ORGANISASI

OLEH

NAMA : NI PUTU RITNA YANTI


NPM : 202032121675
KELAS : C3 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-nya
penulis dapat menyusun tugas materi yang berjudul “Kepemimpinan Dalam Budaya
Organisasi”. Adapun tujuan dari penyusunan tugas ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas pada
Mata Kuliah Kepemimpinan. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ida Bagus
Udayana Putra, S.E.,M.M. selaku dosen mata kuliah kepemimpinan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Penulis menyadari, tugas yang
dibuat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penulis nantikan demi kesempurnaan tugas esai ini.

Denpasar, 11 Januari 2023

Penyusun
A. Pendahuluan
Kinerja organisasi dijadikan sebagai salah satu ukuran berhasil tidaknya suatu
organisasi, baik organisasi profit maupun organisasi non profit. Organisasi tak lepas
dari masalah sumberdaya manusia karena sampai saat ini sumberdaya manusia
menjadi pusat perhatian dan tumpuan bagi organisasi atau perusahaan untuk bertahan
dalam persaingan yang semakin ketat di era globalisasi ini. Tuntutan yang semakin
ketat tersebut membuat manajemen sumberdaya manusia harus dikelola dengan baik
dengan memperhatikan segala kebutuhan demi tercapainya tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.

Menurut Mulyadi dan Rivai (2009) dalam organisasi terdapat pihak-pihak


yang saling terkait antara lain pemimpin sebagai atasan, dan pegawai atau karyawan
sebagai bawahan. Pentingnya kepemimpinan dalam organisasi menurut Suranta
(2002) dikarenakan pemimpin memiliki peran strategis dalam usaha mencapai tujuan
organisasi sesuai visi dan misi organisasi . Siagian (2002) mengutarakan bahwa
Kepemimpinan merupakan individu yang menduduki suatu jabatan tertentu dimana
individu tersebut memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain yakni bawahannya untuk berfikir dan bertindak sehingga melalui
perilaku yang positif tersebut dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan
organisasi.

Penjelasan pentingnya kemampuan pemimpin dalam organisasi ditujukan


untuk kemajuan bagi organisasi. Salah satu gaya kepemimpinan yang menuntut
kemampuan dari seorang pemimpin tersebut yaitu gaya kepemimpinan
transfomasional dengan memotivasi para bawahan untuk berbuat lebih baik sesuai
harapan dari bawahan dengan meningkatkan nilai tugas dengan mendorong
bawahannya mengorbankan diri sendiri demi kepentingan organisasi diikuti dengan
peningkatan tingkat kebutuhan bawahan yang lebih baik. Hasil penelitian Riaz dan
Ul- haque (2012) menunjukkan gaya kepemimpinan transformasional memiliki
pengaruh signifikan positif terhadap pengambilan keputusan dan berpengaruh negatif
terhadap gaya pengambilan keputusan avoiden dan ketergantungan. Hasilnya, gaya
kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan spontan. Selain
itu gaya kepemimpinan otoriter menurut Gustomo dan Silvianita (2009) berpengaruh
terhadap loyalitas melalui kepuasan kerja. Kepuasan kerja yaitu persepsi seseorang
terkait pekerjaan, berdasarkan faktor-faktor lingkungan kerja seperti gaya atasan,
prosedur kerja dan aturan, rekan kerja, iklimi kerja dan tingkat kompensasi yang
diberikan pada bawahan.

Kepemimpinan dalam organisasi juga menuntut kepekaan terhadap budaya


yang terdapat dalam organisasi. Budaya dalam organisasi ini mempunyai fungsi
antara lain: menetapkan batas dan wewenang, memberikan rasa identitas kepada
anggotanya. Karakteristik budaya dalam organisasi dapat dijadikan pedoman bagi
pimpinan untuk membuat keputusan agar organisasi lebih efektif dalam mencapai
tujuan. Adapun budaya organisasi tersebut menurut Mc Gregor (1960) memiliki sisi
tentang sifat manusia dan perilaku manusia yang penting untuk dijadikan pedoman
dalam menentukan gaya operasi atau praktik setiap pimpinan.

Dengan diberlakukannya teori ini maka seorang pemimpin tidak selalu


berorientasi pada diri sendiri sebagai seorang pemimpin namun juga penting untuk
melihat sisi manusia yang membentuk budaya dalam organisasi. Artinya, seorang
pemimpin bekerja berpatokan pada sifat dan perilaku para bawahan dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Sisi kemanusiaan menurut Mc Gregor inilah yang
menjadi tujuan penulisan untuk dianalisis dalam menentukan tidakan yang harus
dilakukan oleh pemimpin serta gaya kepemimpinan yang sesuai dalam menjalankan
kehidupan berorganisasi. Hal tersebut sangatlah penting mengingat organisasi
dijalankan tidak hanya melalui satu gaya kepemimpinan saja dan dalam organisasi
terdapat unsur manusia yang saling terikat baik secara tugas maupun ikatan sebagai
manusia alami.
B. Kajian Pustaka
a. Teori Kepemimpinan
Terdapat berbagai teori kepemimpinan yang dikembangkan dalam
berbagai literatur. Secara umum, teori-teori tersebut dapat diklasifikasikan dalam
tiga pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan kesifatan (traits),
kepemimpinan dipandang sebagai suatu kombinasi sifat – sifat yang tampak.
Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasi perilaku – perilaku (behavior)
pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Pandangan ketiga
menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan
bervariasi dengan situasi (contingency), seperti tugas - tugas yang dilakukan,
keterampilan, dan ekspektasi bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa
lalu pemimpin dan bawahan, dan sebagainya.

Seperti diungkapkan oleh Gosling, Maturano, dan Denisson (2003), teori


tentang kepemimpinan mengalami perkembangan yang evolutif dari mulai teori
“Great Man” sampai teori kepemimpinan trasformatif, berikut ini evolusi
perkembangan tersebut:
1. Teori Orang Besar (Great Man Theory)
Didasarkan pada keyakinan bahwa pemimpin adalah orang yang special, yang
dilahirkan dengan kualitas tertentu untuk menjadi pemimpin.
2. Teori Sifat Pemimpin (Traits Theory)
Dalam teori ini didaftarkan sejumlah sifat atau kualitas pribadi yang dikaitkan
dengan kepemimpinan. Jumlah sifat – sifat ini sangat banyak dan terus
berkembang sehingga hampir semua kata sifat yang positif kemanusiaan
masuk ke dalamnya.
3. Teori Perilaku Pemimpin (Behaviourist Theory)
Teori ini menekankan pada perilaku yang ditunjukkan pemimpin bukan pada
sifat – sifatnya. Berbagai pola perilaku diteliti dan dikategorikan sebagai gaya
kepemimpinan.
4. Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership)
Pendekatan teori ini adalah berdasarkan situasi yang dihadapi oleh pemimpin.
Ada situasi yang harus dihadapi dengan gaya otoriter, ada juga yang harus
menggunakan gaya partisipatif. Teori ini juga menganjurkan diperlukannya
gaya kepemimpinan yang berbeda untuk tingkat yang berbeda dalam
organisasi.
5. Kepemimpinan Kontigensi (Contigency leadership)
Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori situasional, memfokuskan
pada mengidentifikasi variabel situasional agar dapat menentukan gaya
kepemimpinan mana yang paling tepat atau efektif pada setiap keadaan.
6. Kepemimpinan Transaksional (Transactional Leadership)
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya hubungan antara pemimpin dan
pengikut, berfokus pada manfaat bersama yang didapatkan dari ‘kontrak’
antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin memberikan reward atau
penghargaan untuk mendapatkan loyalitas dan komitmen dari pengikutnya.
7. Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leardership)
Salah satu konsep kepemimpinan yang relevan dengan situasi masa kini di
mana perubahan terjadi sangat cepat dan menuntut setiap organisasi untuk
dapat menyesuaikan diri adalah konsep kepemimpinan transformasional. Inti
dari konsep ini adalah perubahan dan peran kepemimpinan dalam
mengarahkan dan menerapkan trasformasi kinerja organisasi.

b. Konsep Kepemimpinan
Secara umum, dalam konsepsi kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari
tiga pilar yaitu pemimpin, yang dipimpin dan situasi. Kombinasi dari tiga pilar
tersebut apabila dipengaruhi oleh dinamika lingkungan maka akan menghasilkan
gaya kepemimpinan/leadership syle. Tidak dapat dipungkiri bahwa gaya
kepemimpinan sangat mempengaruhi arah dan tujuan organisasi yang pada
akhirnya menentukan keberlangsungan (sustainability) organisasi.

Pendekatan dalam melihat kepemimpinan ditinjau dari konsepsi


kepemimpinan dapat dilihat dari dua sisi yaitu: 1) focus pada pengikutnya (leader
focus approach), 2) focus pada hubungan pemimpin dan pengikutnya (leader
follower – focus approach). Pendekatan leader focus secara lebih mendalam
membahas tentang sifat/karakter pemimpin (traits), perilaku pemimpin
(behavior), dan situasi yang dihadapi (situation). Sedangkan pendekatan leader
follower focus mendalami beberapa hal antara lain hubungan/kewajiban terhadap
pengikut (formal), hubungan tidak normal dan kolega/pengikut serta motivasi dan
kepuasan pengikut.

Teori - teori model kepemimpinan berdasarkan pendekatan leader focus


mencakup tiga teori, yaitu 1) traits theory (sifat karakter pemimpin); 2) behavioral
theory (perilaku pemimpin); dan 3) situational theory (situasi yang dihadapi).

c. Definisi Kepemimpinan
Kepimpinan merupakan suatu konsep yang terus mengalami
pengembangan dari waktu ke waktu dan telah didefinisikan dengan berbagai cara
berbeda oleh berbagai ahli bergantung dari perspektif analisis masing – masing.
Secara umum, kepemimpinan adalah sebuah kemampuan dalam diri seseorang
untuk mempengaruhi orang lain atau mengarahkan pihak tertentu untuk mencapai
tujuan. Teori kepemimpinan juga bisa didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang dalam mengelola dan mengarahkan sebuah kelompok dengan efektif
dan efisien agar mencapai tujuan.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seorang pemimpin


adalah orang yang harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi atau
memandu sekelompok orang atau pihak. Sedangkan, Warren Bennis dan Burt
Nanus, penulis buku Leaders: The Strategies for Taking Charge berpendapat teori
kepemimpinan adalah kekuatan yang sangat berpengaruh di balik kesuksesan
suatu organisasi atau perusahaan. Seorang pemimpin harus bisa memobilisasi
organisasi agar mencapai visi yang telah ditetapkan dan menjadi organisasi yang
efektif.
Kepemimpinan memiliki dua konsep dasar, yakni ilmu dan seni. Ilmu
kepemimpinan merupakan teori kepemimpinan yang bisa dipelajari dari
berbagai sumber.

Teori Kepemimpinan Menurut Para Ahli


1. Moejiono (2002)
Moejiono mengatakan kepemimpinan merupakan pengaruh satu arah, karena
pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan
dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction
theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau
pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sarana membentuk suatu
kelompok yang sesuai dengan keinginan pemimpinnya.
2. Menurut Wahjosumidjo (1986:11)
Menurut Wahjosumidjo, teori kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada
diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti: kepribadian
(personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability).
Kepemimpinan juga rangkaian kegiatan pemimpin yang tidak bisa dipisahkan
dengan kedudukan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi pemimpin,
pengikut dan situasi.
3. Sondang P. Siagian
Menurut Sondang P. Siagian, teori kepemimpinan bisa diartikan sebagai
kemampuan seseorang saat menjabat sebagai pimpinan organisasi tertentu
dalam mempengaruhi orang lain, khususnya bawahannya. Hal itu dilakukan
agar mereka mampu bertindak dan berpikir sesuai dengan arahan, sehingga
tujuan pun bisa tercapai dengan mudah

d. Tujuan Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sikap yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam
membuat rencana, berpikir dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok serta
memberikan arahan kepada orang lain.
Fungsi utama seorang pemimpin adalah membantu suatu kelompok untuk belajar
memutuskan dan bekerja lebih efisien, beberapa peranan atau tujuan
kepemimpinan, antara lain:

1. Membantu terciptanya suatu iklim sosial yang baik


Adanya kepemimpinan dalam sebuah organisasi bertujuan untuk membantu
terbentuknya suatu iklim sosial yang baik. Karena, iklim sosial ini akan
mempengaruhi kinerja dan kenyamanan setiap anggota di dalam kelompok.
2. Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga bertujuan membantu
menetapkan prosedur-prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh setiap
anggotanya. Prosedur kerja adalah tahapan yang berurutan dengan tujuan,
supaya suatu aktivitas yang dikerjakan bisa berjalan lancar. Adanya
tahapan-tahapan kerja ini, setiap anggota dalam organisasi tidak akan
kebingungan melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan
tugasnya.
3. Mengambil keputusan sama dengan kelompok
Adanya kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga akan membantu
mengambil setiap keputusan bersama untuk keberlangsungan organisasi
tersebut. Pembuatan keputusan ini merupakan bagian kunci dalam
kepemimpinan yang berperan penting, terutama ketika pemimpin
melaksanakan fungsi perencanaan. Perencanaan yang menyangkut
keputusan-keputusan penting dan berlangsung jangka panjang.

C. Pembahasan
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
Kepemimpinan sebagaimana yang diungkapkan Marzuki (2002) merupakan
norma perilaku dari seseorang yang dipakai saat orang tersebut berusaha
mengarahkan atau mempengaruhi orang lain dengan berbagai kelebihan dan
kelemahan. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai
dengan potensi kemampuan dan kepribadiannya. Dengan kata lain pemimpin
memiliki sifat antusias untuk mempengaruhi orang lain dalam pencapaian tujuan
organisasi. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin dalam menjalankan
tugas dan fungsinya sangat mungkin organisasi berjalan dengan efektif dalam
mencapai tujuan. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
memiliki kemampuan mempengaruhi perilaku angggotanya.

Dalam sebuah organisasi selau terdapat seorang pemimpin namun disisi lain
pemimpin juga disebut seorang manajer. Kedua istilah tersebut tentu berbeda karena
manajemen lebih pada pengaturan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan
pengendalian. Robbins (2003) menjelaskan terkait manajer yaitu berkenaan dengan
mengatasi suatu kerumitan dan kepemimpinan berkenaan untuk mengatasi perubahan.
Hal tersebut mempertegas bahwa kepemimpinan berkaitan dengan visi di masa yang
akan datang, sedangkan manajemen berkaitan dalam implementasi visi dan strategi
yang buat oleh para pemimpin. Perbedaan mendasar antara kepemimpinan dengan
manajemen diungkapkan oleh mullins (2005) diantaranya: (1) Seorang manajer
melakukan tugas administrasi, sedangkan seorang pemimpin lebih pada inovasi (2)
Seorang manajer memelihara situasi yang ada, sedangkan seorang pemimpin bersifat
membangun untuk keperluan yang akan datang (3) manajer fokus pada sistem dan
struktur, sedangkan pemimpin fokus pada pelakunya (4) Seorang manajer melakukan
pengawasan, sedangkan pemimpin lebih pada membangun kepercayaan (5) Seorang
manajer melihat sesuatu yang detail, sedangkan pemimpin melihat secara keseluruhan
(6) Seorang manajer melakukan sesuatunya dengan benar dan tepat, sedangkan
pemimpin memilih langkah yang semestinya dilakukan.

Keterkaitan antara berbagai pihak di dalam organisasi membentuk interaksi


yang dilakukan secara rutin sehingga membentuk suatu budaya organisasi. Menurut
West dan Turner (2008:322) budaya terbentuk akibat dari rutinitas serangkaian
kegiatan berupa lama kerja, identitas organisasi, dan kegiatan lain yang dijalankan
oleh seluruh anggota organisasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja para
anggotanya tak terkecuali pemimpin menjadi lebih baik. Pembentukan budaya
organisasi terjadi tidak semata karena aktifitas rutin saja melainkan anggota
organisasi berupaya menciptakan, mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama
mengenai realitas organisasi, untuk pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai
sebuah organisasi.

Budaya dalam organisasi tersebut bisa bervariasi sehingga interpretasi


tindakan dalam budaya ini juga beragam. Budaya sendiri berarti sebagai hasil
tindakan dari manusia. Jika dihubungkan dengan organisasi maka perwujudan dari
semangat atau suasana dan kepercayaan yang dilakukan dalam organisasi tersebut.
Menurut Robins (2003) budaya organisasi didefinisikan sebagai sistem nilai dan
kepercayaan para anggota yang saling beriteraksi dengan anggota, struktur organisasi
dan sistem pengawasan untuk menghasilkan norma perilaku. Budaya organisasi atau
perusahaan bersifat sangat persuasif dan mempengaruhi hampir keseluruhan aspek
kehidupan organisasi. Demikian juga budaya organisasi mampu menumpulkan atau
membelokkan dampak perubahan organisasi yang sudah direncanakan secara matang.
Pada dasarnya, budaya organisasi atau perusahaan menjelma dalam berbagai
wujudnya dan karena bisa mendukung atau menghambat perubahan.

Namun diantara perbedaan setiap organisasi, budaya dalam organisasi


menurut Kast dan Rosenzweig (1985: 954) secara umum memiliki fungsi bahwa
budaya untuk menyampaikan rasa identitas untuk anggota-anggota organisasi,
memudahkan terakomodirnya komitmen untuk sesuatu yang lebih besar daripada diri
sendiri, meningkatkan stabilitas sosial organisasi, menyediakan premises (pokok-
pokok pendapat) yang diterima dan diakui dalam hal pengambilan keputusan. Bagian
terpenting dalam organisasi yaitu budaya sebagai pembentuk perilaku dan sikap
manusia atau bawahan. Aspek perilaku manusia ini merupakan bagian dari sisi
kemanusiaan dalam organisasi sehingga pemimpin melakukan tindakan sesuai dengan
aspek sifat para bawahan.

D. Simpulan dan Saran.


a. Simpulan
Seorang pemimpin merupakan unsur penting dalam menjalankan
kehidupan berorganisasi dengan memperhatikan kondisi para bawahannya.
Sehingga pemimpin tersebut dalam mengambil keputusan haruslah melibatkan
peran serta para bawahannya. Keputusan pelibatan bawahan tersebut sebagai
upaya mengakomodir ide-ide yang bersifat membangun demi tercapainya tujuan
organisasi. Oleh karena itu patut dicermati bahwa di dalam organisasi terdapat
budaya yang telah terbentuk dalam rutinitas kehidupan berorganisasi. Penempatan
perilaku kepemimpinan sesuai budaya organisasi sangat penting dalam rangka
mengarahkan peilaku bawahan untuk penyelesaian tugas yang berorientasi tujuan
organisasi.

Kehidupan berorganisasi juga menuntut pemenuhan kebutuhan individu


secara komprehensif agar dapat bekerja secara optimal. Maka dari itu motivasi
yang bersifat membangun bagi para bawahan diperlukan oleh seorang pemimpin
sebagai wujud pengarahan terhadap individu agar lebih bisa diajak bekerjasama
dalam pencapaian tujuan organisasi secara efektif. Tentunya setiap pemimpin
tidaklah bisa menggunakan satu gaya kepemimpinan saja atau dengan kata lain
kondisi situasional menjadi patokan seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan. Kepemimpinan patrisipatif yang situasional memberikan ruang bagi
para pemimpin dan bawahan untuk berinteraksi secara dua arah melalui
mekanisme dukungan dan arahan. Kondisi tersebut menjadi dasar gaya
kepemimpinan partisipatif dengan pendekatan situasional.
b. Saran
Saran yang diberikan yaitu mengarah pada penguatan komunikasi dua
arah antara pemimpin dan bawahan untuk menciptakan iklim yang kondusif
dalam rutinitas kehidupan berorganisasi. Setidaknya pengawasan secara langsung
oleh pimpinan menjadi jaminan dalam berjalannya penyelesaian tugas para
bawahan. Namun di sisi lain, kebutuhan individu sebagai manusia biasa juga patut
diperhitungkan untuk menjaga hubungan yang lebih mendalam antara bawahan
dengan pencapaian tujuan organisasi sehingga para bawahan terdorong ikut
memiliki organisasi.
E. Daftar pustaka
Gustomo dan Silvianita. 2009. Pengaruh Nilai-Nilai Personal, Gaya Kepemimpinan
dan Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Kelompok
Keahlian Manajemen Manusia dan Kewirausahaan Sekolah Bisnis dan Manajemen
Institut Teknologi Bandung. Vol. 8, No. 1, 1-6.
https://media.neliti.com/media/publications/256948-kepemimpinan-dalam-budaya-
organisasi-8826321c.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21065/9-BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
Mulyadi, D., Rivai, V. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:
Rajawali Pers.
https://deepublishstore.com/materi/teori-kepemimpinan/#:~:text=Apa%20itu%20teori
%20kepemimpinan%3F,agar%20bekerjasama%20untuk%20mencapai%20tujuan.

Anda mungkin juga menyukai