Anda di halaman 1dari 17

Hanny Meita Goldna Baringbing

021119370

4K (6K) Manajemen

UTS KEPEMIMPINAN

A. SOAL TEORI
1. Pada dasarnya, teori kompetensi kepemimpinan memiliki tiga macam
yaitu: (a) teori sifat, (b) teori perilaku, dan (c) teori lingkungan. Ketiga
teori kepemimpinan ini merupakan grand theory kepemimpinan. Ketiga
teori tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut;
a. Teori Sifat
Teori sifat disebut juga teori genetik, karena menganggap bahwa
pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk. Teori ini menjelaskan
bahwa eksistensi seorang pemimpin dapat dilihat dan dinilai
berdasarkan sifat-sifat sejak lahir sebagai sesuatu yang diwariskan.
Teori ini mengatakan bahwa kepemimpinan diidentifikasikan
berdasarkan atas sifat atau ciri yang dimiliki oleh para pemimpin.
Pendekatan ini mengemukakan bahwa ada karakteristik tertentu
seperti fisik, sosialisasi, dan intelegensi (kecenderungan) yang
esensial bagi kepemimpinan yang efektif, yang merupakan kualitas
bawaan seseorang. Berdasarkan teori kepemimpinan ini, asumsi
dasar yang dimunculkan adalah kepemimpinan memerlukan
serangkaian sifat, ciri, atau perangai tertentu yang menjamin
keberhasilan setiap situasi. Keberhasilan seorang pemimpin
diletakkan pada kepribadian pemimpin itu sendiri.
b. Teori Prilaku
Teori ini berusaha menjelaskan apa yang dilakukan oleh seorang
pemimpin yang efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas,
berkomunikasi dan memotivasi bawahan. Menurut teori ini,
seseorang bisa belajar dan mengembangkan diri menjadi seorang
pemimpin yang efektif, tidak tergantung pada sifat-sifat yang sudah
melekat padanya. Jadi seorang pemimpin bukan dilahirkan untuk
menjadi pemimpin, namun untuk menjadi seorang pemimpin dapat
dipelajari dari apa yang dilakukan oleh pemimpin yang efektif
ataupun dari pengalaman.8 Teori ini mengutarakan bahwa pemimpin
harus dipandang sebagai hubungan diantara orang-orang, bukan sifat-
sifat atau ciri-ciri seorang individu. Oleh karena itu, keberhasilan
seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin
dalam hubungannya dan berinteraksi dengan segenap anggotanya.
c. Teori Lingkungan Teori ini beranggapan bahwa munculnya
pemimpin – pemimpin itu merupakan hasil dari waktu, tempat dan
keadaan. Kepemimpinan dalam perspektif teori lingkungan adalah
mengacu pada pendekatan situasional yang berusaha memberikan
model normatif. Teori ini secara garis besar menjelaskan bahwa
keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sangat
tergantung terhadap situasi dan gaya kepemimpinan yang dipakainya.
Untuk situasi yang berbeda, maka dipakai gaya yang berbeda pula.
Berdasarkan teori lingkungan, seorang harus mampu mengubah
model gaya kepemimpinannya sesuai dengan tuntutan dan situasi
zaman. Oleh karena itu, situasi dan kondisi yang berubah
menghendaki gaya dan model kepemimpinan yang berubah. Sebab
jika pemimpin tidak melakukan perubahan yang sesuai dengan
kebutuhan zaman, kepemimpinannya tidak akan berhasil secara
maksimal.

Struktur paling sederhana dalam organiasasi hanya ada pemimpin


dan yang dipimpin. Pengembangan organisasi merupakan sebuah
proses perubahan yang terencana juga mencakup suatu analisis dan
hipotesis secara terstruktur terhadap organisasi tersebut. Seorang
pemimpin diharapkan proaktif dalam mengatur pelaksanaan kegiatan
dalam pengembangan organisasi tersebut. Adanya perkembangan
kualitas organisasi tersebut dapat ditentukan oleh keberhasilan
kepemimpinan dan pengelolaan yang memiliki komitmen tinggi
dalam proses pencapaian tujuan. Budaya organisasi sangat dirasakan
sebagai sesuatu yang harus tumbuh dalam membentuk perilaku
organisasi tersebut, dimana perilaku sumber daya manusia pula
menjadi faktor dan membentuk citra organisasi pada masyarakat.
Komunikasi yang ada dalam sebuah organisasi merupakan bagian
paling krusial yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin,
karena komunikasi merupakan alat untuk menjalankan budaya yang
diterapkan oleh pemimpin tersebut. Sebagai seorang role modelling
pada sebuah perusahaan, seorang pemimpin harus bisa menjadi
panutan dalam sebuah perusahaan baik dalam bertindak dan bersikap.
Kepemimpinan yang merupakan suatu keterampilan yang wajib
dimiliki oleh pemimpin organisasi. Efektivitas seorang pemimpin
dapat ditentukan keterampilan dalam memengaruhi dan mengarahkan
para pengikutnya. Keberhasilan sebuah organisasi juga dapat
ditentukan oleh sumber daya yang ada dalam organiasi tersebut.
Terlepas dari sumber daya dalam organisasi, faktor kepemimpinan
juga menjadi peran utama dikarenakan dapat memengaruhi seluruh
bawahan dalam mencapai tujuan individu maupun tujuan organisasi
tersebut.

Refrensi: e-book pemeimpinan dan perilaku organisasi,


http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1302760&val=17544&title=TEORI-TEORI
%20KEPEMIMPINAN

2. Thomas J. Stanley, Ph.D, penulis buku Millionaire Mind.


Mengungkapkan ada 10 characteristik SDM yaitu:
1) Kejujuran (Being honest with all people)
Sikap jujur menjadi norma yang harus dipegang teguh oleh tiap
individu. Kejujuran adalah akar kepercayaan. Begitu mahal harganya.
Rentan membuat seseorang terjatuh. Semakin dipercaya akan sebuah
tanggung jawab, semakin banyak hak (imbalan) yang bisa kita
peroleh. Di dunia kerja, ataupun dalam bisnis, semakin dipercaya
oleh atasan atau klien, maka peluang untuk meniti karir atau
mengembangkan bisnis akan terbuka lebar, dan kesuksesan akan
menghampiri Anda.
2) Disiplin keras (Being well-disciplined)
Disiplin erat kaitannya dengan manajemen waktu dan konsistensi
terhadap langkah-langkah mencapai tujuan atau visi ke depan. Ada
banyak godaan saat kita akan melangkah. Terkadang lingkungan
sekitar menjadi sumber yang mengalihkan fokus terhadap langkah
mewujudkan visi. Dengan menanamkan sikap disiplin, setiap langkah
kita akan fokus mencapai target. Perlahan dan pasti target yang selalu
ditetapkan akan mengantarkan pada pencapaian sukses yang ingin
diraih.
3) Mudah bergaul (Getting along with people)
Cara kita berinteraksi dengan orang lain dalam hidup adalah salah
satu faktor penting untuk mencapai kesuksesan. Masing-masing
pribadi punya goal achievements yang berbeda satu sama lain.
Orang-orang di sekitar kita bisa menjadi penolong, atau bahkan
penghambat dalam meraih kesuksesan. Harus ada semacam filter
dalam diri. Jangan sampai pengaruh negatif menghambat langkah
mencapai tujuan. Memperbanyak networking juga akan memperkaya
ide, dan bukan tidak mungkin terjalin banyak kerjasama yang akan
mendukung meraih sukses.
4) Dukungan pendamping (Having a supportive spouse)
Dukungan yang sangat berarti adalah dukungan yang berasal dari
orang terdekat. Selain keluarga, pasangan adalah orang terpenting
yang mampu memberikan dukungan besar bagi kesuksesan kita.
Studi yang dilakukan Washington University di St. Louis
menemukan bahwa, pasangan hidup yang saling mendukung mampu
menciptakan hubungan yang harmoni, saling melengkapi
kemampuan, dan mampu meningkatkan prestasi kerja, sehingga
peluang untuk mencapai kesuksesan akan terbuka lebar.
5) Kerja keras (Working harder than most people)
Bekerja keras memang bukan menjadi jaminan mendatangkan
kesuksesan. Tetapi akan ada hasil yang membedakan pribadi pekerja
keras dan yang tidak, termasuk bagaimana kita mensyukuri segala
pencapaian atas usaha dan kerja keras. Bekerja lebih keras dari orang
lain berkait erat dengan keinginan dan kedisiplinan untuk mencapai
target yang telah ditetapkan dalam diri.
6) Kecintaan pada yang dikerjakan (Loving my career/business)
Karir ataupun bisnis adalah sumber kekuatan finansial. Jika ingin
sukses wajib untuk menumbuhkan rasa cinta dan loyalitas pada
pekerjaan yang Anda tekuni. “Karyawan dapat memberikan performa
luar biasa bahkan 100% kinerjanya jika mereka loyal terhadap
perusahaan,” kata Joyce Gioia dari The Herman Group, konsultan
yang berbasis di Greensboro, North Carolina. Jadi ketika bekerja atau
menjalankan bisnis, pastikan untuk mencintai apa yang akan
dikerjakan. Agar performa dan kinerja maksimal, sehingga
menghasilkan kesuksesan yang juga maksimal pastinya.
7) Kepemimpinan  (Having strong leadership qualities)
Faktanya, tonggak sebuah kesuksesan memang dipengaruhi oleh
kualitas kepemimpinan yang baik, termasuk bagaimana memimpin
diri sendiri. Setiap orang pasti memiliki jiwa leadership, tergantung
bagaimana memupuk dan menjadikannya mengakar pada tiap
individu. Seseorang yang memiliki kualitas kepemimpinan yang baik
dan kuat, akan lebih mudah menentukan visi, tujuan, dan tindakan
terstruktur yang sangat bisa dipertanggungjawabkan. Kualitas
kepemimpinan yang baik dalam diri seseorang, mampu memandunya
untuk menghasilkan sebuah pemikiran dan periaku yang akan
menjadi habit dalam kesehariannya.
8) Kepribadian kompetitif (Having a very competitive
spirit/personality)
Pribadi yang kompetitif pantang menyerah, terutama dalam
mengalahkan ego dan kekurangan dirinya. Memiliki jiwa pembelajar.
Bagi pribadi seperti ini, kompetisi mampu mendorongnya untuk
melakukan segala sesuatu dengan lebih baik dalam mencapai target.
Tiap target dan pencapaian yang diraih merupakan anak tangga
menuju pintu kesuksesan. Semakin sering memacu diri untuk
berkompetisi dan mencapai hasil terbaik, maka kesuksesan akan
semakin cepat diraih.
9) Hidup teratur (Being very well-organized)
Hidup teratur bukan berarti hidup dengan rutinitas membosankan.
Beberapa rutinitas seperti bangun pagi lebih awal misalnya, akan
memberikan waktu lebih untuk menyiapkan diri menjalani hari.
Disamping itu membuat jurnal dan daftar pencapaian, akan
membantu untuk fokus pada tiap langkah mencapai kesuksesan, dan
yang tak boleh terlewatkan adalah menjalaninya dengan fun.
10) Kemampuan menjual ide (Having an ability to sell my
ideas/products)
Kesuksesan tak bisa lepas dari ide dan inovasi. Setidaknya bisa
meneladani bagaimana Colonel Sanders menjual ide “11 Rempah
Rahasia KFC”, dan inovasi Steve Jobs untuk sentuhan artistiknya
pada Apple. Memiliki ide saja tak cukup tanpa diimbangi
kemampuan untuk menjualnya. Menghasilkan inovasi dari sebuah
ide yang cemerlang harus diikuti dengan kemauan untuk hidup di
dalam ide itu sendiri, dan menjualnya. Kemauan keras untuk live in a
brand sebagai wujud sebuah ide, akan memudahkan untuk
melakukan branding atas ide yang dihasilkan.

Referensi: https://www.akademitrainer.com/10-faktor-kesuksesan-
by-thomas-j-stanley-ph-d/

3. Kepemimpinan nasional
Fenomena yang ada, para pemimpin nasional mulai kehilangan
imajinasinya seperti bagaimana mengatasi atau menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang terus berkembang dan bagaimana
mempertemukan serta mempersatukan kebijakan politik, di samping
menjauhkan arah-arah kebijakan penanganan krisis yang realistis,
penentuan skala prioritas, keberanian mengambil keputusan strategis
yang tepat dan bagaimana menggalang dukungan rakyat yang riil (tidak
semu), sehingga dibutuhkan kepemimpinan nasional atau kepemimpinan
masa depan di era yang penuh transparansi dan menuntut adanya sistem
yang menuntut terselenggaranya keadilan serta kepemimpinan yang
mempunyai wawasan strategis dalam menghadapi krisis multi dimensi
atau tantangan perkembangan strategis khususnya yang bersifat nasional
dengan mengajak pihak pihak terkait dan memberdayakan elemen-
elemen kekuatan nasional. Kepemimpinan tersebut dibangun melalui
pendekatan intelektual dan moral yang secara cerdas serta bijak
memanfaatkan dinamika global maupun regional untuk kepentingan
nasional maupun lokal disertai dengan kemampuan menguasai berbagai
keterampilan kepemimpinan. Membangun kepemimpinan nasional yang
kuat, berkompeten dan kredibel. Kebutuhan akan pemimpin yang
terampil dalam merajut kemajemukan politik yang cenderung terlena
oleh semangat reformasi berlebihan, hingar bingar politik multi partai
akan menghasilkan peta kekuatan politik yang menyebar tanpa adanya
mayoritas tunggal, maka kepemimpinan nasional yang berkompeten
adalah sangat dibutuhkan agar dapat mempertemukan dan mengolah
beragam kepentingan politik hingga menghasilkan pola saling dukung
yang kuat.
Kepemimpinan Global
Kepemimpinan global adalah fenomena baru, mulai muncul
dalam literature pada awal 1990-an. Literatur awal yang terbit tentang
kepemimpinan global adalah pada tahun 2001 (Ducker, 2012). Pada
dasarnya “Kepemimpinan global adalah konsep yang relatif baru, sebuah
fakta yang disaksikan oleh kurangnya definisi yang ditetapkan,
kurangnya penelitian lapangan dan kecanggihan metodologi yang
terbatas” (Ducker, 2012). Ini adalah istilah yang sangat bisa
diperdebatkan dan sedikit kesepakatan tentang apa yang dilakukan para
pemimpin global dan kualitas apa yang mereka miliki (Mendenhall,
2008). Ada banyak definisi kepemimpinan global, misalnya: Pemimpin
global adalah individu yang melakukan sebuah perubahan positif secara
signifikan dalam sebuah organisasi dengan membangun komunitas
melalui pengembangan kepercayaan dan pengaturan struktur serta proses
organisasi dalam konteks yang melibatkan banyak pemangku
kepentingan lintas batas dengan berbagai sumber otoritas lintas batas
eksternal, dan beragam budaya dalam kondisi kompleksitas temporal,
geografis dan budaya. (Mendenhall, 2008) Kepemimpinan global juga
telah didefinisikan sebagai pemimpin yang “mampu beroperasi secara
efektif di lingkungan global sementara menghormati keanekaragaman
budaya” (Harris, Moran, & Moran, 2004). Definisi lain diperkenalkan
oleh Caligiuri (2006), di mana ia mendefinisikan para pemimpin global
sebagai orang yang bekerja dengan beberapa ruang lingkup internasional
(Spreitzer, McCall, & Mahoney, 1997) dan harus secara efektif
mengelola melalui lingkungan global yang kompleks, berubah, dan
seringkali ambigu (Bartlett & Choshal, 1992). Setelah meninjau literatur,
ada banyak definisi kepemimpinan global yang ditemukan. Berdasarkan
pencarian, beragam definisi dari tahun 1997 hingga 2014 dijelaskan dan
didiskusikan oleh banyak penulis. Dari diskusi oleh Mendenhall et Al.
(2012), kepemimpinan global dapat ditafsirkan dan dirangkum dalam
berbagai cara:
1) Ini berarti keanekaragaman - lintas batas, pemangku kepentingan dan
beragam budaya (Mendenhall et al., 2008): geografi dan budaya
(Conger et al., 2012): budaya, jenis kelamin, agama atau kelas sosial
(Hope, 2007): beragam kelompok dan sistem (Beechler & Javidan,
2007): keanekaragaman budaya (Harris et al., 2004), berbagai negara,
budaya dan pelanggan (Gregersen et.al., 1998).
2) Ini berarti kompleksitas - mengelola kompleksitas (Caligiuri, 2006).
3) Ini berarti bekerja di panggung global - kemampuan untuk bekerja di
panggung global (Caligiuri dan Tarique, 2009): lingkup pekerjaan
internasional (Caligiuri, 2006): tanggung jawab global (Suutari,
2002): posisi global seperti global eksekutif (McCall dan Hollenbeck,
2002): pekerjaan dengan lingkup internasional (Spreitzer et al.,
1997), global kompetisi dan kinerja kelas dunia (Brake, 1997).
4) Ini berarti pola pikir global - bekerja bersama menuju visi bersama
dan tujuan bersama untuk komunitas global (Osland & Brid, 2005):
merumuskan dan menerapkan strategi yang meningkatkan reputasi
dan produk global keunggulan kompetitif (Petrick, et al., 1999):
mampu mengartikulasikan visi dan jangkauan global
mengomunikasikan visi itu kepada orang-orang di seluruh dunia
(Adler, 1997).
5) Ini berarti berjejaring - bekerja bersama untuk mencapai tujuan
individu, organisasi, dan masyarakat (Adler, 1997)
Berdasarkan diskusi, kepemimpinan global dapat didefinisikan
sebagai pemimpin yang beroperasi di panggung global dengan pola pikir
global dalam lingkungan yang kompleks dan beragam dengan
kompetensi yang mencakup jaringan dan fleksibilitas.
4. Dalam pemodelan “Tidak Punya Kemampuan dan Tidak Punya
Kemauan” model dan jenis kepemimpinan yang cocoknya adalah gaya
kepemimpinan otoriter, artinya, pemimpin sebagai kepala dari organisasi
adalah satu-satunya pihak yang memiliki kontrol untuk membuat semua
keputusan strategis. Kepemimpinan otoriter juga memiliki kontrol
mutlak atas anggota yang dibawahinya.
Itu sebabnya, pemimpin sering memandang diri mereka seperti
mesin mobil yang menggerakkan orang di bawah kendali atau perintah
mereka. Pemimpin memutuskan sendiri solusi dan langkah-langkah
kerjanya untuk menyelesaikan masalah, dalam kasus ini merupakan
solusi untuk “Tidak Mempunyai Kemampunya dan Tidak Punya
Kemauan”.

5. Teori X dan Teori Y menjabarkan dua model motivasi yang saling


berkebalikan, sedangkan teori Z adalah pengembangan dari teori hirarki
motivasi oleh Abraham Maslow dan ilmu manajemen oleh Dr. W.
Edwards Demming. Teori Z ini dikembangkan oleh Dr. William Ouchi.
Ketiga teori ini penting diketahui oleh bagian HRD (human resources
management) di setiap perusahaan untuk mengoptimalkan pengelolaan
motivasi SDM atau pola komunikasi dari manajemen kepada para
karyawannya. Ketiga teori ini menciptakan kerangka untuk paradigma
berpikir para manajer dalam mempersepsikan bagaimana para karyawan
berperilaku dan bagaimana cara meningkatkan motivasi karyawan yang
mendorong perilaku tersebut. Perspektif yang diperoleh dari penerapan
teori-teori ini akan memberikan pemahaman yang secara signifikan akan
mempengaruhi pendekatan manajemen perusahaan kepada para
karyawannya secara lebih efektif.

Tentunya teori X, Y, Z ini berkaitan dengan introvert, ekstrovert,


dan semi (ambivert) yang dimana definisi introvert adalah seseorang
yang bisa menyerap energi ketika sedang sendiri memilih ketenangan
untuk refleksi. Mereka tidak menolak menghabiskan waktu bersama satu
atau dua orang terdekatnya. Sedangkan ekstrovert mereka sangat tertarik
dengan interaksi sosial, bahkan bisa mengambil energi dari situasi
tersebut. Sesungguhnya introvert dan ekstrovert adalah sebuah spektrum.
Artinya, tidak semua orang 100% memiliki kepribadian introvert atau
ekstrovert, tapi justru berada di tengah-tengah (semi/ambivert).
Berhubungan karena Teori X cocok untuk kepribadian introvert, Teori Y
cocok untuk kepribadian ekstrovert dan Teori Z cocok untuk kepribadi
ambivert.

Referensi: https://tipsmotivasi.com/2012/05/05/tehnik-motivasi-douglas-
mcgregor-teori-x-y-dan-z/

6. Karakteristik khas dari generasi Millenials ini perlu dipahami


perusahaan. Karena kesesuaian antara generasi Millenials dan generasi
sebelumnya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja yang
dapat mempercepat roda produksi dan memaksimalkan pencapaian
sasaran perusahaan. Adanya perbedaan generasi dalam perusahaan dapat
memungkinkan munculnya konflik yang bila tidak ditangani dengan baik
dapat mengakibatkan tingginya laju turnover karyawan (Eagton, 2018).
Faktanya sekitar 60% HR professional dari perusahaan besar melaporkan
adanya konflik generasi (Eisner, 2004). Survey yang dilakukan oleh
Delloitte Consulting LLP (LLP,2009) mendapatkan bahwa 48,9%
karyawan Millenials yang tidak cukup puas dengan pekerjaannya
berencana untuk keluar setelah 6 – 24 bulan bekerja. Tidak dapat
dihindari oleh perusahaan bahwa pada saat ini dan beberapa tahun ke
depan akan mengelola sumber daya manusia atau karyawan dengan latar
belakang generasi yang berbeda. Untuk saat ini perusahaan mengelola
tiga generasi yaitu baby boomer, generasi X. Perbedaan generasi tersebut
berasal dari berbedanya tahun kelahiran dan peristiwa yang mereka alami
bersama yang tentunya akan mempengaruhi dan menimbulkan perbedaan
karakteristik masing-masing generasi yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kinerja, produktivitas dan komitmennya terhadap
perusahaan. Perbedaan karakteristik dari tiga generasi tersebut, yang
perlu menjadi perhatian perusahaan di antaranya: perbedaan dalam Sikap
terhadap pekerjaan, Sikap terhadap peraturan/otoritas, sikap terhadap
penghargaan, Kecenderungan mempelajari soft skill, Kecenderungan
mempelajari hard skill, sikap terhadap Umpan balik dan supervise, Sikap
pada pemberi kerja, Keseimbangan kehidupan/kerja sikap terhadap
Faktor kesuksesan, sikap terhadap Prioritas pengembangan serta sikap
terhadap kecenderungan pada gaya kepemimpinan. Disisi lain
perusahaan juga perlu menaruh perhatian kepada generasi yang paling
muda dalam dunia kerja yaitu generasi Y yang disebut juga sebagai
generasi Millenial yang memandang bekerja bukan hanya sekedar
menerima gaji tetapi memiliki tujuan mengejar yang dicita-citakan, tidak
hanya sekedar mengejar kepuasan kerja tetapi lebih mengejar
pengembangan dirinya. Begitu juga sikap mereka terhadap atasan yang
tidak suka melihat atasan hanya sekedar memberikan perintah kerja dan
menginginkan sesuatu yang sifatnya on going conservation.
Referensi: file:///C:/Users/hanny/Downloads/182-Article%20Text-323-1-10-
20200424.pdf
B. SOAL ESSAI

Obyek kepemimpinan yang akan saya bahas mengambil pada contoh di global (dunia)

Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan


oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut
dengan cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Secara etimologi
kata manajemen diambil dari bahasa Perancis kuno, yaitu menagement, yang artinya
adalah seni dalam mengatur dan melaksanakan. Manajemen dapat juga
didefinisikan sebagai upaya perencanaan, pengkoordinasian, pengorganisasian dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efisien dan efektif.

Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan dalam diri seseorang


untuk mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja, dimana tujuannya adalah untuk
mencapai target (goal) organisasi yang telah ditentukan. Sedangkan pengertian
pemimpin adalah seseorang yang diberi kepercayaan sebagai ketua (kepala) dalam
sistem di sebuah organisasi/ perusahaan.

Gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi sangat diperlukan untuk


menentukan keberhasilan dari tujuan suatu organisasi atau institusi lainnya. Gaya
kepemimpinan juga merupakan prilaku pemimpi kepada pengikutnya atau
bawahannya atau yang dipimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Selain itu
gaya kepemimpinan juga dapat Dikatakan sebagai pola prilaku konsisten yang
diterapkan dalam bekerja.

Pelaksanaan fungsi sebagai pemimpin lebih menekankan pada usaha


interaksi manusiawi,mempengaruhi orang yang dipimpin menemukan sesuatu yang
baru,mengadakan perubahan dan pembaharuan. Istilah kepemimpinandapat dipahami
sebagai konsep yang didalamnya mengandung makna bahwa ada suatu proses
kekuatan yang datang dari seseorang figure pemimpin untuk mempengaruhi orang lain
baik secara individu maupun kelompok dalam suatu organisasi ( Hanson, 1985).

Dilihat dari pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa


kemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi,membimbing melalui interaksi
interaksi individu maupun kelompok sebagai wujud kerjasama di organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas dari gaya
kepemimpinan yang diterapkan. Gaya kepemimpinan mengacu pada struktur
kebutuhan pribadi yang memotivasi prilaku daam berbagai situasi antar pribadi. Pada
intinya gaya kepemimpinan yang dimiliki seseorang mengacu pada karakteristik
daripada pemimpin tersebut.

Oleh karena itu kepemimpinan memiliki berbagai macam gaya dan bervariasi
seiring perkembangan zaman,teori teori mengenai kepemimpinan pun terus
berkembang pesat,diantara teori teori tersebut kita sebagai manusia yang akan menjadi
pemimpin harus memilih gaya kepemimpinan yang cocok dengan pribadi masing
masing,salah satunya dengan cara menentukan seorang tokoh teladan yang dapat
dipraktikan atau diteladani strategi kepemimpinannya dalam mewujudkan
kesuksesannya.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Yang dimaksud
Analisis deskriptif adalah peneliti dalam menganalisis,berkeinginan untuk
memberikan gambaran atau pemaparan atas objek penelitian sebagaimana hasil
penelitian yang dilakukan. Pendekatan analisa secara deskriptif kualitatif dilakukan
dengan memperlakukan obyek berdasarkan kategori tertentu, kategori tersebut
bertujuan untuk menyeleksi data yang berkaitan dengan penelitian, kemudian
diklasifikasikan secara yuridis dan sistematis.
Latar belakang penulisan ini karena perlu diketahuinya bagaimana tokoh-tokoh
nasional maupun internasional memimpin dan memanajemen sebuah Negara atau
konstitusinya untuk menjadi lebih baik yang dimana Steve Jobs merupakan salah
satu contoh tokoh dunia internasional terkenal yang memiliki gaya kepemimpinan
yang keras dalam memimpin, tidak pantang menyerah dan sikap lainnya yang
dimiliki Steve Jobs sehingga beliau dapat mendirikan perusahaan Apple.
Karier Steve Jobs mulai cemerlang pada 1976. Bersama Steve Wozniak dan
Ronald Wayne, mereka muali mendirikan Apple. Pendirian Apple ini mendapatkan
pendanaan dari manager pemasaran produk dan teknisi semi-pensiun Intel, A.C.
Markkula. Perlu diketahui, Wozniak adalah seorang peretas barang elektronik dan
atas keterampilannya tersebut kemudian Bill Fernandes (teman Jobs)
memperkenalkannya kepada Steve Jobs. Apple yang d dirikan Steve Jobs bersama
temannya terus berkembang luas sehingga mereka sangat perlu mempunyai eksekutif
berpengalaman dalam guna mengelola ekspansi.

Steven Paul Jobs dikenal sebagai pribadi yang keras dalam memimpin.
Walaupun Ia sangat persuasif dan memiliki karisma yang tinggi, ia terlalu mudah
berubah pikiran dan beremosi tinggi. Meskipun begitu, ide ide cemerlang yang Ia
miliki patut diapresiasi. Ia berhasil membuat perusahaan teknologi besar di bawah
naungannya dan berhasil membuat software bagus yang akhirnya dibeli oleh Apple.
Steve jobs memiliki gaya kepemimpinan yang karisma yang dimana ia memiliki
kemampuan dalam berpidato dan ia dapat menarik perhatian pendengar. Sifat
karismanya memungkinkan dia untuk membangkitkan antusias karyawan atau
kawan yang terlibat dalam bekerja untuk menjadi lebih baik dengan melakukan tugas
tugas yang tampaknya sulit dan ia memiliki kemampuan untuk meyakinkan
pelanggan untuk membeli sesuatu yang ia tawarkan.

Steve jobs pun memiliki gaya kepemimpinan yang perfeksionis yang dimana
gaya kepemimpinan ini memiliki dampak karyawan atau kawan yang bekerja
sama dengan beliau akan ketakutan namun dengan berjalannya waktu steve jobs
merubah gaya kepemimpinannya yang dimana membuat orang takut dengan gaya
kepemimpinan yang lebih hangat dengan pendeketan dengan karyawan atau
mengurangi tempramentnya atau rasa emosionalnya dan ia mulai mengurangi rasa
balas dendam terhadap karyawannya. Jobs mempunyai gaya kepemimpinan
micromanagement karena hampir 100 orang karyawannya jika ada Kendala akan
melapor kepada steve jobs,ia dianggap sebagai otokritas. Pada saat yang sama
jobs juga memiliki gaya kepemimpinan entrepreneur karena ia memiliki
kemampuan kuat untuk berprestasi dan mengambil risiko yang masuk akal,tinggi
antusiasme,kecendrungan bertindak cepat pada kesempatan,tidak sabar,visioner dan
lain lainnya. Steve jobs pun memiliki semangat yang luar biasa dan pantang
menyerah,beliau berani mengambil resiko terpait,ketika ia gagal steve jobs akan selalu
mencoba kembali. Steve jobs merupakan pemimpin yang visioner yang dimana ia
selalu memiliki visi jangka panjang yang kemudian membuktikan bahwa langkah
yang iya ambil adalah langkah revolusioner. Steve jobs juga memiliki gaya
kepemimpinan yang micromanager kharismatik yang dimana beliau sebagai pemimpin
akan lebih banyak menuntut dan cenderung egois namun tidak dapat dipungkiri
dengan gaya inilah steve jobs mampu membawa apple kepada kesuksesannya .

Selain itu juga steve jobs memiliki gaya kepemimpinan yang focus yang dimana
ia ketika memiliki suatu tujuan,ia akan focus pada tujuannya dan ia akan mencarii
bagaiamana pun caranya ia akan mencapai kepada tujuannya walaupun
mendapatkan berbagai resiko

Steve Jobs adalah seorang tokoh bisnis dan penemu di Amerika Serikat. Ia
adalah salah satu pendiri perusahaan terkemuk Apple Computer yang kemudian
berkembang menjadi Apple.Inc. Jobs, bersama pendiri pendamping Apple Steve
Wozniak, Mike Markkula, dan lainnya, merancang, mengembangkan, dan memasarkan
salah satu jajaran computer pribadi pertama yang sukse secara komersial, yaitu seri
Apple II. Jobs juga termasuk orang-orang yang pertama kali melihat potensi komersial
dari antarmuka pengguna grafis yang digerakkan dari mouse yang dikembangkan di
Palo Alto oleh PARC Xerox yang kemudian mendorong pembuatan Apple Macintosh.
Steve jobs memiliki berbagai kepemimpinan yang dapat ditiru misalkan yaitu gaya
kepemimpinan yang karismatik, focus, pantang menyerah dan siap mengambil resiko
apapun itu namun ada beberapa gaya kepemimpinan steve jobs yang kurang baikyaitu
misalkan temperament, egois, suka menuntut dan suka balas dendam kepada
karyawannya.

SARAN Seharusnya steve jobs tidak menggunakan gaya kepemimpinan yang


membuat karyawan atau kawan bekerja samanya menjadi takut atau segan untuk
bekerja sama dengan beliau,dan harusnya beliau mengurangi gaya kepemimpinannya
yang temperament dan emosinya karena menimbulkan rasa tidak nyaman dalam suatu
organisasi atau institusi didalamnya.

Referensi:

https://www.researchgate.net/publication/333798431_GAYA_KEPEMIMPINAN_STE
VE_JOBS_SEBAGAI_PENDIRI_APPLE_Kelempok_6
Sumarto, & Subroto A. (2011). Organizational Culture and Leadership Role for
Improving Organizational
Performance: Automotive Components Industry In Indonesia. International Journal
of Innovation
Management and Technology, Vol. 2 (5), 383-389. Retrieved September 11, 2015.
From:
http://ijimt.org/papers/163-M622.pdf

Anda mungkin juga menyukai