Anda di halaman 1dari 25

TEORI KEPEMIMPINAN

A. Teori Lahirnya Pemimpin


Teori Genetis/Heriditary Theory
Teori ini menunjukkan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibentuk. Seorang
pemimpin dilahirkan dengan bakat kepemimpinan yang timbul secara alami. Hal ini
biasa terjadi pada kalangan bangsawan dan atau keturunan raja. Disebut juga Teori
Garis Keturunan
Teori Sifat
• Teori sifat disebut juga teori genetic, karena menganggap bahwa
pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk. Teori ini menjelaskan bahwa
eksistensi seorang pemimpin dapat dilihat dan dinilai berdasarkan sifat-
sifat sejak lahir sebagai sesuatu yang dapat diwariskan. 
• Terdapat
karakteristik tertentu yakni fisik, sosialisasi & intelegensi
(kecenderungan) yang esensial bagi kepemimpinan efektif, yang
merupakan kualitas bawaan seseorang. 
• 5 karakteristik utama: percaya diri, empati, ambisi, kontrol diri,rasa ingin tau.
sifat-sifat atau karakteristik pemimpin dalam mengefektifkan organisasi melalui
anggotanya terdiri atas : 
1.Inteligensi (Kecerdasan).
Pemimpin yang mampu mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuan, umumnya
memiliki kecerdasan di atas rata-rata pengikutnya. 
2. Kematangan dan keluasaan pandangan sosial.
Memiliki kematangan emosi di atas rata-rata pengikutnya, sehingga selalu mampu
mengendalikan situasi yang kritis. 
3. Memiliki motivasi dan keinginan prestasi (Drive).
Memiliki motivasi besar menyelesaikan sesuatu dengan baik dibandingkan
pengikutnya. 
4. Hubungan antar individu (Interpersonal Relationship).
mengetahui bahwa usahanya untuk mencapai sesuatu sangat bergantung pada orang

lain, khususnya anggota organisasinya.


5. Integritas,
mengacu pada tendensi dan kejujuran untuk menterjemahkan kata-kata ke dalam
perbuatan-perbuatan. Pemimpin mempunyai kapasitas moral yang lebih tinggi dalam
mangatasi berbagai dilema berdasarkan nilai-nilai yang berlaku
TEORI SOSIAL
Teori ini menunjukkan bahwa kedudukan dan kesempatan sama
dimiliki semua orang. Faktor lingkungan berperan besar dalam
mempengaruhi bakat hingga tersalur dengan baik melalui
pembinaan, pendidikan, dan pelatihan untuk menjadi pemimpin

Teori situasional /lingkungan


Teori ini menjelaskan bahwa kemunculan seorang pemimpin
merupakan hasil dari waktu, situasi, tempat, dan kondisi tertentu.
Dari serangkaian itu, menciptakan suatu permasalahan tertentu
yang memaksa untuk melahirkan pemimpin yang memiliki ciri-ciri
yang cocok dengan kondisi tersebut dan mampu menyelesaikan
masalah tersebut.
Teori Kejiwaan (Psychological Theory)
Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui proses pendidikan dan
pengalaman. Pendidikan merupakan suatu proses persiapan fase
awal pertumbuhan manusia yang dilakukan oleh setiap lembaga
formal maupun non formal dalam menciptakan generasi yang
unggul untuk mempersiapkan masa depan
Teori Ekologis
Teori ini adalah perpaduan antara teori sosial dan juga teori genetis.
Seseorang akan menjadi pemimpin yang baik, jika ia dilahirkan
sebagai pemimpin dan memperoleh pendidikan, pembelajaran,
dan pengalaman untuk menjadi seorang pemimpin.

Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi.


Ada tiga faktor yang turut berperan dalam proses perkembangan
seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu: (1) bakat
kepemimpinan yang dimilikinya, (2) pengalaman pendidikan,
latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan (3) kegiatan
sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.
Teori Serba Kemungkinan dan bukan sesuatu yang pasti,
Seseorang dapat menjadi pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan
yang membentuknya, kesempatan dan kepribadian, motivasi dan
minat yang memungkinkan untuk menjadi pemimpin.
Menurut Ordway Tead, timbulnya seorang pemimpin, karena :
1). Membentuk diri sendiri (self constituded leader, self mademan,
born leader).
2). Dipilih oleh golongan, artinya ia menjadi pemimpin karena jasa-
jasanya, karena sanggup, karena mampu, karena berani dan lain
sebagainya terhadap sebuah organisasi.
3). Ditunjuk dari atas, artinya ia menjadi pemimpin karena dipercaya
dan disetujui oleh pihak atasannya (Imam Mujiono)
Diskusikan dasar teori dari munculnya Muldoko
sebagai pemimpin Partai Demokrat (tandingan?)
B. Teori-teori Kepemimpinan
Teori Kelompok
Teori kelompok dalam kepemimpinan memiliki dasar perkembangan
yang berakar pada psikologi sosial. Teori kelompok ini beranggapan
agar kelompok mampu mencapai tujuannya maka perlu adanya suatu
proses pertukaran antara pemimpin dan anggotanya. Ketika anggota
tidak mampu melaksanakan pekerjaan secara baik maka pemimpin
cenderung menekankan pada struktur pengambil inisiatif (perilaku
tugas). Namun, ketika anggota mampu melaksanakan pekerjaan
secara baik maka pemimpin menaikkan penekanannya pada
pemberian perhatian sehingga disimpulkan anggotanya dapat
memengaruhi para pemimpinnya seperti para pemimpin yang dapat
mempengaruhi anggotanya.
Kepemimpinan Kontingensi

Menurut Fiedler prestasi kerja suatu kelompok dipengaruhi oleh sistem


motivasi dari kepemimpinan dan sejauh mana pemimpin dapat
mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi tertentu.
Kepemimpinan dilihat sebagai suatu hubungan yang didasari oleh
kekuatan dan pengaruh.
1. Kepemimpinan yang efektif terletak pada “belajar menjadi pemimpin
yang baik”
2. Penolakan terhadap pemikiran “satu jalan yang terbaik”.
3. Perilaku pemimpin yang sesuai tergantung pada karakteristik ttentu
dari pemimpin, situasi yang dihadapi dan bawahan (anggota).

Dasar teori kontingensi: perilaku pemimpin berubah sesuai keadaan ttt


Teori kepemimpinan situasiasional

• Teori ini fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi


yang unik. Premis dari pendekatan ini adalah perbedaan situasi
membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Dari cara
pandang ini, seorang pemimpin agar efektif harus mampu
menyesuaikan gaya kepemimpinan terhadap tuntutan situasi yang
berubah-ubah.

• Seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin


yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap
hasil yang tinggi pula.
Teori Path Goal

Dasar dari teori ini adalah bahwa merupakan tugas pemimpin


untuk membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka
dan untuk memberi arah dan dukungan atau keduanya yang
dibutuhkan untuk menjamin tujuan mereka sesuai dengan
tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan.
Teori Gaya dan Perilaku (Style and Behavior Theory).
Kesuksesan dan keberhasilan yang diraih oleh seorang pemimpin
tergantung dengan perilaku, sikap, dan karakteristik yang dimiliki.  
 
Kesuksesan dapat dilihat dari bagaimana cara seorang pemimpin 
mengambil keputusan dengan tepat, bagaimana cara seorang
pemimpin memotivasi karyawannya, bagaimana cara pemimpin
tersebut memberikan perintah atau instruksi, berkomuni-kasi dengan
sesama pemimpin maupun dengan seluruh anggota timnya. Itulah
cara untuk mengetahui gaya dan perilaku kepemimpin-an seseorang
Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Perilaku seorang pemimpin memiliki kecenderungan kearah 2 hal.
O Konsiderasi: kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan
hubungan akrab dengan bawahan
O Struktur Inisiasi: Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan.
Contoh bawahan mendapat instruksi dlm pelaksanaan tugas, kapan,
bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki perhatian tinggi
kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Teori Karakter
Mengidentifikasikan karakteristik atau sifat-sifat yang khas yang
berhubungan dengan keberhasilan pemimpin yaitu:
- Intelegensia, seorang pemimpin lebih cerdas dari pengikut.
- Kepribadian, seorang pemimpin memiliki sifat siaga, integritas
pribadi, percaya diri, dan penuh inisiatif.
- Karakteristik fisik, seorang pemimpin dapat terlihat dari karakteristik
fisik.
- Kemampuan pengawasan.
- Ambisi dan energi, hasrat untuk memimpin, kejujuran, kepercayaan
diri, sosiabilitas, pengetahuan dan stabilitas emosi.

Alasan teori ciri kurang tepat di dalam menerangkan efektifitas


kepemimpinan. Karena mengabaikan pengikut, kurang mampu menjelaskan
pentingnya ciri, dan mengabaikan faktor situasional.
Teori kepemimpinan mempengaruhi gaya kepemimpinan
(Leadership Style), yakni cara pemimpin bersikap, berkomu-
nikasi, dan berinteraksi dalam mempengaruhi orang untuk
melakukan sesuatu.
Gaya kepemimpinan dari Blanchard.
Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara
pemimpin memberikan perintah & membantu bawahan.

Keempat gaya tersebut adalah


1. Directing
Gaya ini tepat bila dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf
yang belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan
tugas tersebut, atau apabila pemimpin berada di bawah tekanan
waktu penyelesaian. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-
communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan
kebingungan dan buang waktu). Dalam proses pengambilan
keputusan, pemimpin memberikan aturan dan proses yang detil
kepada bawahan.
2. Coaching
Pemimpin memberikan detil proses, aturan juga mengapa
sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkem-
bangannya, dan juga menerima barbagai masukan bawahan.
Gaya ini tepat bila staf telah termotivasi dan berpengalaman
menghadapi suatu tugas.

Pemimpin perlu memberikan kesempatan bawahan mengerti


tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun
hubungan dan komunikasi dengan bawahan.
3. Supporting
Pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya
dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak mem-
berikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan
proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan
bawahan.

Gaya Ini berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik–


teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan
yang lebih dekat dengan dengan pemimpin.
4. Delegating

Pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan


tanggung jawabnya kepada bawahan.
Gaya Delegating berjalan baik apabila staf sepenuhnya
telah paham dan efisien dalam pekerjaan, staf menjalankan
tugas atau pekerjaan atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri
Teori Transaksional (Transactional Theory). 

Pemimpin memotivasi dan mempengaruhi bawahan dengan cara


mempertukarkan reward dengan kinerja tertentu.  Bawahan dijanjikan untuk
diberi reward bila bawahan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat bersama. serta mengancam dan
mendisiplinkan bawahannya yang berkinerja buruk.
Teori Transformasional (Transformational Theory). 
Perilaku kepemimpinan yang memberikan inspirasi kepada sumber
daya manusia yang lain dalam organisasi untuk mencapai sesuatu
melebihi apa yang direncanakan oleh organisasi. Pemimpin
transformasi juga merupakan pemimpin visioner yang mengajak sumber
daya manusia organisasi bergerak menuju visi yang dimiliki oleh
pemimpin. Para pemimpin transformasi lebih mengandalkan kharisma
dan kewibawaan dalam menjalankan kepemimpinannya.
Gaya Kepemimpinan Demokratis/Partisipatif

Didasari adanya anggapan bahwa interaksi kelompok yang dinamis akan membuat tujuan organisasi
tercapai. Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang memberikan kebebasan
terhadap anggotanya dalam mengutarakan pendapat, ide atau gagasan.
Gaya Kepemimpinan Otokratis atau Otoriter atau Direktif
Gaya yang memusatkan diri pada atasan, seluruh keputusan diambil berdasarkan pertimbangan
pemimpin. Bawahan dituntut untuk menjalankan keputusan tersebut baik suka ataupun tidak suka.

Gaya Kepemimpinan Instruktif


Gaya yang menekankan instruksi/pengarahan langsung dari atasan pada bawahan (bawahan
baru) dan memberikan pengawasan lebih kepada bawahan/anak buah yang baru bekerja.
Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya memimpin yang mengacu pada peraturan ditandai dengan pemimpin yang menerapkan
perilaku taat prosedur bukan hanya untuk dirinya tapi juga bawahannya.
Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Gaya kepemimpinan paternalistik mengidentikkan pemimpin sebagai figur yang memiliki
sifat kebapakan dengan kriteria :
1. Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri
yang perlu dikembangkan.
2. Bersikap terlalu melindungi.
3. Jarang memberikan kesempatan bawahan untuk berinisiatif maupun mengambil
keputusan sendiri.
4. Tidak memberikan kesempatan bawahan mengembangkan imajinasi kreativitas.
5. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
 
Gaya Kepemimpinan Egaliter
Tidak ada batasan antara pemimpin dan bawahan. Dalam hal memimpin, yang paling
utama adalah menciptakan kebersamaan sehingga terbentuk sebuah sinergi untuk
mewujudkan visi dan misi.
 
Gaya Kepemimpinan Konsultatif
Gaya kepemimpinan konsultatif lebih kepada peran bawahan sebagai
konsultan bagi atasannya. Atasan akan meminta pendapat bawahan
mengenai keputusan yang akan diambilnya. Dalam hal ini pengambilan
keputusan tetap berada di tangan pemimpin.

Gaya Kepemimpinan Situasional


Gaya kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan yang
menerapkan berbagai macam gaya kepemimpinan berbeda-beda
(demokratis, otoriter, delegatif dsb) yang disesuaikan dengan tingkat
kesiapan dari bawahan atau pegawai dan kondisi yang ada.
 
Gaya kepemimpinan situasional perlu memiliki 3
kemampuan khusus yakni :
- Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan
untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan
- Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability
skills) yaitu kemampuan menerapkan gaya kepemimpinan
yang paling tepat berdasarkan analisis situasi.
- Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni
kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang
perubahan gaya kepemimpinan yang diterapkan.

Anda mungkin juga menyukai