Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 1 Nomor 1 2020

JPM Vol 1/ No.1/2020

Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM)

ANALISIS EKONOMI KAMBING ETAWA POLA GADUHAN : STUDI KASUS DI


DESA SUKOMULYO, KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG

Miftahudin 1
Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi, Universitas Tidar
email : mifftaah195@gmail.com

Abstrak
___________________________________________________________________
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keuntungan objektif dari
peternakan sistem gaduhan dan untuk menganalisis kontribusi peternakan sistem gaduh
terhadap pendapatan rumah tangga petani. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif
kuantitatif dengan menggunakan data primer berupa hasil wawancara dan juga menggunakan
data sekunder yang diambil dari dinas terjkait. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2020
bulan Maret sampai Juni. Berlokasi di Desa Sukomulyo, Kecamatan Kajoran, Kabupaten
Magelang. Lokasi penelitian ini dipilih karena terdapat beberapa kelompok tani yang mendapat
bantuan pemerintah untuk pengembangan petertakan rakyat pada tahun 2008 lalu. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa keuntungan peternak kambing Etawa di di Desa Sukomulyo
Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dengan pola gaduhan adalah sebesar Rp
1.629.926,5/ekor/tahun.

Kata kunci: kambing etawa, pendapatan, sistem gaduh

Abstract
________________________________________________________________
The purpose of this study is to determine the objective benefits of a rowdy system farm and to
analyze the contribution of rowdy system farms to the household income of farmers. This study
uses quantitative descriptive methods using primary data in the form of interviews and also
uses secondary data taken from the related department. This research was conducted in 2020
from March to June. Located in Sukomulyo Village, Kajoran District, Magelang Regency. The
location of this study was chosen because there were several farmer groups that received
government assistance for the development of community participation in 2008. The results of
this study indicate that the profits of Etawa goat farmers in Sukomulyo Village, Kajoran
Subdistrict, Magelang District with noise patterns are Rp 1,629,926.5 / head / year.

Keywords: etawa goat, income, rowdy system

31
Analisis Ekonomi Kambing … (Miftahudin)

PENDAHULUAN memberikan kontribusi terhadap pendapatan,


Ternak kambing Etawa tengah dengan demikian peternak dapat memperolah
dikembangkan di Kabupaten Magelang informasi dalam mengambil keputusan guna
memaluui beberapa terobosan, seperti keberlangsungan usaha ternak kambing
persilangan ternak lokal dengan ternak yang Etawa yang dilakukannya. Berdasarkan latar
bersumber dari bibit unggul melalui belakang tersebut penelitian ini bertujuan
Inseminasi Buatan (IB), melakukan untuk mengetahui penerimaan rata-rata
pengendalian penyakit ternak serta peternak dari usaha ternak kambing Etawa
penyuluhan mengenai pentingnya hewan pola gaduhan sehingga dapat memberikan
ternak untuk dikanangkan daripada manfaat bagi para peternak di Kabupaten
digembalakan, hingga pemberian modal Magelang khususnya sebagai bahan masukan
usaha ternak dengan harapan adanya dan tambahan informasi dalam upaya
perubahan terutama pada segi penerimaan. peningkatan produktivitas dan penerimaan
Meskipun demikian, perkembangan ternak usaha ternak kambing Etawa.
kambing Etawa di Kabupatan Magelang
tergolong lambat. Hal ini karena adanya LANDASAN TEORI
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Tenaga Kerja
umum mulai terbatasnya sumberdaya, lahan, Sistem gaduhan atau bagi hasil hanya
modal serta tenaga kerja hingga kurang merupakan bagi usaha pada kegiatan
pahamnya manajemen usaha. pertanian, yang mana dalam periode usaha
Petermakan rakyat umumnya seluruh pekerjaan dilaksanakan (Scheltema,
terkendala karena masalah kurangnya modal 1985). Bagi usaha yang dimaksudkan dalam
usaha atau belum adanya akses untuk hal ini adalah suatu perjanjian kerja dengan
mendapat modal guna mengembangkan upah khusus dimana sistem ini banyak
usahanya. Pemerintah Indonesia terus dilakukan karena kemiskinan dan kesukaran
berupaya untuk mengembangkan peternakan mendapatkan modal sehingga seseorang akan
rakyat dengan berbagai kebijakan seperti menggarap lahan pertanian atau memelihara
Kredit Ketahanan Pangan (KKP) dan temak yang bukan miliknya sendiri. Saragih
program-program melelui sistem gaduhan. (1997) berdasarkan hasil penelitian
Upaya yang dilakukan secara sengaja dan melaporkan ada tiga jenis motivasi
terukur artinya terdapat strategi, mekanisme petani/petemak di Kabupaten Garut menjadi
dan tahapan yang disusun secara sistematis penggaduh temak sapi yaitu (1) untuk
untuk memberdayakan kelompok masyarakat meningkatkan penerimaan, (2) karena sudah
berkemampuan lemah dalam jangka waktu merupakan program pemerintah/karena ada
tertentu (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, pihak yang menggaduhkan dan (3) untuk
2007:09). Pada saatini tingkat kepemilikan memperoleh pengalaman.
ternak dalam usaha tani relatif kecil yaitu sapi Mulyanudin (1996) melaporkan di
1–2 ekor, kambing/domba 3-5 ekor, dan Kabupaten Wonogiri, petani memperoleh
unggas 5–20 ekor. Penerimaan kotor petani 82,5% dari nilai kenaikan berat badan sapi
peternak masih belum cukup memenuhi selama pemeliharaan setelah penggunaan
kebutuhan hidup petani dan keluarganya. kredit pakan konsentrat. Siswijono (1992)
Usaha ternak merupakan sumber tambahan melapokan bahwa sistem bagi hasil yang
penerimaan yang penting untuk menopang digunakan dalam petemakan sapi perah rakyat
kebutuhan keluarga tani khususnya di di Kabupaten Malang ada dua macam. Sistem
pedesaan (Kusnadi, 2008:09). maro, yaitu apabila hasil usaha dibagi dua
Penelitian mengenai penerimaan serta mencakup air susu dan pedet keturunan sapi
efisiensi usaha ternak kambing Etawa sistem perah. Jadi sistem maro hanya diterapkan
gaduhan sangat diperlukan khususnya bagi dalam usaha peternakan sapi perah yang
peternak agar dapat mengetahui seberapa tujuan utamanya menghasilkan susu.
besar usaha ternak kambing Etawa Sedangkan sistem maro bathi hanya

32
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 1 Nomor 1 2020

diterapkan pada usaha peternakan sapi perah Pi = pendapatan dari sektor pertanian ke
yang tujuan utamanya menggemukan atau i (Rp/tahun).
membesarkan saja. Sapi perah yang NPi = pendapatan dari sektor non
diusahakan dalam sistem maro bathi ini bisa pertanian ke i (Rp/tahun).
sapi perah betina atau jantan. Pada umumnya
sapi perah yang diusahakan dengan sistem METODE PENELITIAN
maro bathi ini adalah ternak muda (pedet Jenis Penelitian
umur lepas sapih). Pada sistem maro bathi ini, Penelitian ini menggunaan analisis
bagian yang diterima oleh pemilik maupun deskriptif, analisis pendapatan usaha ternak
pemelihara ternak, masing-masing sebesar kambing Etawa dan analisis pendapatan
separo bagian (50%) dari keuntungan yang rumahtangga peternak dimana utuk
diperoleh selama ternak mengetahui pendapatan yang diperoleh
diusahakan/dipelihara. peternak dari usaha peternakan kambing
Pendapatan usaha dapat digambarkan Etawa pola gaduhan.
sebagai balas jasa dari kerjasama faktor- Waktu dan Tempat Penelitian
faktor produksi. Pendapatan usaha tani Penelitian ini dilaksanakan pada tahun
merupakan selisih antara penerimaan yang 2020 bulan Maret sampai Juni. Berlokasi di
diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan Desa Sukomulyo, Kecamatan Kajoran,
untuk usaha tani (Hernanto, 1995). Besarnya Kabupaten Magelang. Lokasi penelitian ini
penerimaan dan pengeluaran selama jangka dipilih karena terdapat beberapa kelompok
waktu tertentu akan mempengaruhi besarnya tani yang mendapat bantuan pemerintah untuk
pendapatan usaha tani. Soekartawi et al pengembangan petertakan rakyat pada tahun
(2006) menyatakan banwa penerimaan usaha 2008 lalu.
tani adalah nilai uang yang diterima dari Target/Subjek Penelitian
penjualan produk usaha tani. Pengeluaran Metode penelitian yang digunakan
usaha tani adalah jumlah uang yang adalah studi kasus dengan populasi dari
dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa penelitian adalah peternak kambing Etawa
bagi usaha tani. yang menerima bantuan pengembangan
Hartono (2005) menyatakan bahwa peternkan rayat dari pemerintah pada tahun
dalam meninjau pendapatan rumah tangga 2008 sebanyak 38 orang. Metode
perlu dibedakan antara yang berbentuk uang pengambilan Desa Sukomulyo dengan
tunai dan yang berbentuk barang. Uang tunai metode sampling jenuh dimana semua
yang diperoleh bagi rumah tangga ini populasi dijadikan sampel penelitian.
biasanya digunakan untuk memenuhi Data, Instrumen dan Teknik
kebutuhan sehari – hari. Walaupun arus uang Pengumpulan Data
tunai itu penting untuk mengukur pendapatan Data yang dikumpukan dalam
rumah tangga, tetapi ukuran tersebut tidak penelitian ini merupakan data primer dan
menggambarkan keadaan seluruhnya. sekunder, meliputi data kuantitatif dan data
Pendapatan rumah tangga peternak tidak kualitatif. Data primer adalah data yang
hanya berasal dari usaha ternak, tetapi ukuran diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan
tersebut tidak menggambarkan keadaan dan diperoleh melalui wawancara dengan
seluruhnya. Pedapatan rumah tangga peternak peternak yang terpilih menjadi responden dan
tidak hanya berasal dari usaha ternak, tetapi juga dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
juga berasal sumber lain. (Hartono, 2005) penelitian. Data sekunder adalah data yang
yang merumuskan struktur pendapatan rumah diperoleh melalui pengumpulan dari bahan
tangga di pedesaan adalah : tertulis atau pustaka yang dapat dipercaya dan
I = ∑ Pi + ∑ NPi berhubungan dengan penelitian berupa hasil
Keterangan: penelitian, dan data-data pendukung lainnya
I = pendapatan total rumah tangga yang diperoleh dari instansi yang terkait.
peternak (Rp/tahun).

33
Analisis Ekonomi Kambing … (Miftahudin)

Teknik Analisis Data 1.1. Umur peternak responden


Analisis yang digunaan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif, Umur merupakan salah satu faktor
analisis pendapatan usaha ternak kambing yang berpengaruh terhadap kerja dan pola
Etawa dan analisis pendapatan rumahtangga pikir peternak responden dalam
peternak dimana utuk mengetahui pendapatan menentukan corak dan pola manajemen
yang diperoleh peternak dari usaha yang diterapkan dalam mengelola
peternakan kambing Etawa pola gaduhan usahatani-ternaknya. Rata-rata umur
maka digunakan rumus analisa pendapatan responden peternak sapi adalah 43 tahun
(Soekartawi et al, 2006): dengan kisaran 35–54 tahun yang
Y =P+Q-M-N-O merupakan usia yang produktif sehingga
Keterangan: masih memungkinkan untuk
Y = Pendapatan dari ternak sapi potong mengembangkan usaha peternakan
(Rp/tahun) gaduhan kambing Etawa. Mantra (1985)
P = Nilai ternak sapi potong pada akhir tahun menyatakan bahwa penduduk yang
(Rp). termasuk dalam angkatan kerja adalah
Q = Nilai ternak sapi potong yang dijual penduduk dengan umur 15-64 tahun.
selama satu tahun (Rp). Kisaran umur yang telah masuk dalam
M = Nilai ternak sapi potong pada awal tahun angkatan kerja akan lebih mudah menerima
(Rp). adanya suatu inovasi, sehingga masih
N = Nilai ternak sapi potong yang dibeli memungkinkan untuk mengembangkan
selama satu tahun (Rp). usaha peternakan gaduhan sapi potong.
O = Biaya pemeliharaan selama satu tahun Penelitian yang dilakukan Fatati (2001)
(Rp). menunjukkan bahwa semakin muda umur
seseorang maka semakin cepat menerima
perubahan dari luar karena petani ataupun
peternak selalu ingin mencoba sesuatu
HASIL PENELITIAN DAN
yang baru sebagai upaya untuk
PEMBAHASAN
meningkatkan pengetahuan dan
Karasteristik Responden ketrampilan dalam diversifikasi usahanya.
1.2. Tingkat pendidikan peternak
Seluruh responden pada penelitian ini responden
merupakan peternak penggaduh kambing
Etawa yang juga mempunyai mata Tingkat pendidikan, baik pendidikan
pencaharian lain di luar usaha ternak formal maupun non formal merupakan
tersebut. Masyarakat peternak di Desa salah satu faktr penting dalam menentukan
Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten kemampuan peternak dalam
Magelang menyatakan bahwa usaha ternak memanagemen usahanya. Tingkat
gaduhan kambing Etawa milik kelompok pendidikan peternak responden yang
ternak yang mereka jalankan adalah usaha tertinggi adalah SMA sebanyak 9 orang,
sampingan. Motivasi mereka sebagai SMP sebanyak 11 orang dan SD sebanyak
penggaduh diantaranya adalah untuk 18 orang. Tingkat pendidikan peternak
menambah penghasilan, mengisi waktu responden yang paling banyak yaitu
luang, juga karena menerima tawaran dari berpendidikan SD. Hal ini sesuai dengan
ketua kelompok peternak, menambah kondisi di Indonesia umumnya peternakan
pengalaman, dan tertarik melihat rakyat sebagian besar berpendidikan SMP
keuntungan teman yang sudah menjadi ke bawah. Peternak yang mempunyai
penggaduh sebelumnya. Gambaran tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih
mengenai beberapa karakteristik terpenting cepat dalam menerima serta memahami
dari responden disajikan dalam Tabel 1. informasi baru, mampu melakukan

34
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 1 Nomor 1 2020

perubahan inovatif dalam manajemen besar responden bekerja di bidang


ternaknya. Meskipun demikian pertanian diantaranya petani padi, sayuran
pengalaman beternak akan mendukung dan palawija. Umumnya usaha peternakan
dalam melakukan usahanya. Peternak yang adalah usaha sambilan untuk mencukupi
mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi kebutuhan hidup sendiri. Hal ini sesuai
akan lebih cepat dalam menerima dan dengan pendapat Roessali dkk (2005), yang
memahami informasi baru, mampu mengemukakakan bahwa usaha tani atau
melakukan perubahan inovatif dalam usaha ternak kambing Etawa umumnya
manajemen ternaknya. Soekartawi et al berskala kecil. Tawaf & Kuswaryan (2006)
(2006) menyatakan bahwa petani dengan menyatakan bahwa usaha ternak sapi
tingkat pendidikan tinggi lebih cepat dalam potong rakyat hendaknya mulai diarahkan
melaksanakan adopsi inovasi. ke usaha komersial, bukan lagi sebagai
hobi atau tabungan, karena peternakan
1.3. Pengalaman beternak responden
rakyat akan menjadi tulang punggung
Mayarakat peternak telah mengenal keberhasilan program kecukupan daging di
kambing Etawa dalam waktu yang relatif masa mendatang
lama, rata-rata pengalaman beternak 1.5. Jumlah anggota keluarga peternak
dilokasi penelitian lebih dari 5 tahun
sebanyak 24 orang atau 63,16%. Lamanya Jumlah anggota keluarga peternak
pengalaman peternak responden dapat mempengaruhi aktivitas usaha
disebabkan karena ternak kambing peternak itu sendiri karena jumlah anggota
mempunyai hubungan yang sangat erat keluarga dapat mensuplai ketersediaan
dengan usaha pertanian, misalnya tenaga kerja yang dapat membantu
kotorannya dapat digunakan sebagai kegiatannya. Berdasarkan segi tanggungan
pupuk, sehingga dapat meningkatkan keluarga, semakin besar jumlah anggota
produktivitas usaha pertanian. Dalam keluarga maka semakin besar kebutuhan
upaya pengembangan gaduhan kambing keluarga yang harus dipenuhi. Hasil ini
Etawa tersebut maka peternak dibekali akan mendorong petani berusaha
dengan pengetahuan sederhana dan praktis memperoleh tambahan penerimaan melalui
mengenai cara beternak kambing Etawa usaha lainnya. Sebagaimana terlihat pada
melalui penyuluhan dan bimbingan penelitian ini bahwa salah satu tujuan
langsung dari Dinas Peternakan dan pengembangan gaduhan kambing Etawa
Kesehatan Hewan Kabupaten Magelang. adalah untuk menambah penerimaan
Menurut Isbandi (2004), penyuluhan dan keluarga. Disisi lain apabila ditinjau dari
pembinaan terhadap petani peternak segi tenaga kerja, maka jumlah anggota
dilakukan bertujuan mengubah cara keluarga akan menentukan ketersediaan
beternak dari pola tradisional menjadi tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan
usaha ternak komersial dengan usahanya. Jumlah anggota keluarga
menerapkan cara-cara zooteknik yang baik. peternak responden berdasarkan penelitian
tertinggi sebanyak 1 – 5 orang (57.89%).
1.4. Mata pencaharian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Mata pencaharian peternak penerima tenaga kerja yang digunakan peternak
gaduhan sapi potong tersaji pada Tabel 1. responden untuk usaha gaduhan sapi
Berdasarkan Tabel 1 tersebut, usaha sapi potong berasal dari tenaga kerja keluarga.
potong yang dilakukan peternak responden Rata-rata jumlah anggota keluarga
masih merupakan usaha sambilan, sekitar peternak responden adalah 3,7 orang
52,63% peternak responden bermata (termasuk kepala keluarga) yang terdiri
pencaharian sebagai petani. Kondisi ini dari berbagai golongan umur.
terjadi karena daerah ini merupakan daerah
pertanian sehingga umumnya sebagian

35
Analisis Ekonomi Kambing … (Miftahudin)

Tabel 1. Karakteristik Peternak 1.6. Pemilikan lahan pertanian responden


Penggaduh Kambing Etawa di Desa
Sukomulyo Kec. Kajoran Kab.Magelang Lahan adalah salah satu modal yang
penting dalam melakukan usahatani. Lahan
merupakan sumberdaya alam fisik yang
Karasteristi Jumlah Persentase
mempunyai peranan sangat penting bagi
k Peternak peternak (%)
petani. Hasil penelitian ini menunjukkan
Umur
bahwa luas lahan yang dimiliki petani
peternak
5 1 sebagian besar di dibawah 0,25 ha
(tahun)
3. sebanyak 78.95% dan sisanya di atas 0,25
35 – 39 1 ha. Swastika et al (2009), petani di
6 Indonesia pada umumnya pengusahaan
40 – 44 16 42.10 lahannya sempit sehingga penerimaan yang
dihasilkan tidak dapat memenuhi
45 – 49 10 26.32 kebutuhan dasar keluarga. Secara nasional
50 – 54 7 18.42 berdasarkan hasil penelitian yang
dilaporkan Ilham et al (2007) sebagian
Pendidikan
besar petani memiliki lahan < 0,5 ha
SD 18 47.37 terutama di daerah Jawa.
SMP 11 28.95 1.7. Gambaran Umum Manajemen
23.68 Peternakan di Desa Sukomulyo
SMA 9
Kecamatan Kajoran Kabupaten
Pengalaman Magelang
beternak
24 63.16 Pemeliharaan usaha sistem gaduhan
> 5 tahun ternak sapi menggunakan sapi betina yang
< 5 tahun 14 36.84 berumur diatas 1 tahun. Pengadaan indukan
ditanggung oleh kelompok ternak.
Mata Kemudian kelompok ternak akan
pencaharian memberikan indukan tersebut kepada
utama 20
52.63 peternak gaduhan. Hal ini sesuai dengan
Petani pendapat Lole (1995), dimana pada satu
pihak, petani/peternak memiliki tenaga
Wiraswasta 13 34.21
kerja, lahan usaha dan keterampilan
PNS 5 13.16 beternak, tetapi tidak memiliki ternak
Jumlah sendiri telah menciptakan kekuatan
anggota permintaan terhadap modal (tenak)
keluarga 22 57.89 sekaligus penawaran tenaga kerja. Pada
pihak lain pemodal memiliki modal (ternak
1 – 5 orang bakalan dan uang tunai), tetapi tidak
6 – 10 orang 16 42.11 memiliki tenaga kerja yang cukup telah
menciptakan permintaan tenaga kerja
Penguasaan
sekaligus penawaran modal (ternak).
lahan
30 78.95 Pemeliharaan kambing Etawa sistem
< 0,25 hektar gaduhan di Desa Sukomulyo Kecamatan
> 0,26 hektar 8 21.05 Kajoran Kabupaten Magelang merupakan
suatu sistem gaduhan yang bertujuan untuk
pengembangn sektor peternakan karena
tuntutan kebutuhan, sebagai upaya untuk
meningkatkan pendapatan peternak.

36
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 1 Nomor 1 2020

Pemeliharaan ternak dilakukan secara bahwa pada sistem gaduhan ternak


intensif. Pakan hijauan berupa rumput kambing Etawa di Desa Sukomulyo
segar untuk pakan ternaknya. Biasanya Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang
rumput ini diperoleh dari lingkungan masing-masing kelompok ternak
sekitar bukan dengan cara membeli. Pakan menanggung kewajiban yaitu menyediakan
penguat yang biasa digunakan oleh bakalan ternak yang ingin digaduhkan,
peternak adalah campuran bekatul dengan biaya vitamin dan obat-obatan jika terjadi
ampas tahu. Pemberian vitamin dilakukan kejadian penyakit serta memiliki hak yaitu
oleh kelompok ternak setiap enam bulan menerima hasil produksi berupa nilai dari
sekali bersamaan dengan pengontrolan penjualan anak kambing sebesar 50%.
kondisi ternak. Tenaga kerja yang Selanjutnya kewajiban yang harus
digunakan untuk usaha ternak gaduhan ditanggung oleh peternak penggaduh yaitu
responden di Desa Sukomulyo Kecamatan penyediaan kandang, peralatan, tenaga
Kajoran Kabupaten Magelang adalah kerja serta pakan dan suplemen. Sedangkan
anggota keluarga sendiri. Mayoritas hak yang diterima oleh peternak adalah
pekerjaan pada usaha ternak gaduhan yang hasil produksi berupa nilai dari penjualan
dijalankan dilakukan oleh suami dan istri. anak kambing sebesar 50%.
Sedangkan anak- anak yang membantu 1.9. Biaya Produksi Sistem Gaduhan
adalah apabila mereka sudah berusia Ternak Sapi Potong di Desa
dewasa, dan biasanya dilakukan oleh anak Sukomulyo, Kecamatan Kajoran,
laki-laki. Selama pemeliharaan kambing Kabupaten Magelang
Etawa gaduhannya, keluarga peternak
penggaduh rata - rata menghabiskan waktu Komponen biaya dalam suatu usaha
untuk pemeliharaan ternak gaduhannya merupakan salah satu faktor yang perlu
rata-rata ± 3 jam. mendapat perhatian bagi setiap pelaku
ekonomi, tidak terkecuali pelaku ekonomi
1.8. Sistem Perjanjian Bagi Hasil Pada yang bergerak di sektor peternakan. Biaya
Sistem Gaduhan Ternak Kambing dalam suatu usaha peternakan dapat
Etawa di Desa Sukomulyo dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu
Kecamatan. Kajoran, Kabupaten biaya tetap (fixed cost), biaya variabel
Magelang (variabel cost), dan biaya total (total cost).
Penerimaan yang diperoleh melalui Peternak di Desa Sukomulyo Kecamatan
usaha sistem gaduhan ternak kambing Kajoran Kabupaten Magelang sebagian
Etawa yaitu penjualan ternak dan nilai menggeluti usaha sistem gaduhan ternak
akhir ternak. Ternak yang dijual kambing Etawa sebagai salah satu sumber
merupakan ternak jantan berumur 1,5 tahun penghasilan. Dalam usaha ini, tentu
dan indukan yang sudah tidak produktif membutuhkan biaya untuk menunjang
lagi sedangkan anak betina dibeli lagi oleh keberlangsungan kegiatan produksi atau
kelompok sebagai replacement stock. biasa disebut biaya produksi yang terdiri
Penjualan ternak dilakukan di pasar dengan dari biaya tetap, biaya variabel, dan biaya
harga jual ternak sapi potong yang berlaku total seperti yang telah dijelaskan
di daerah tersebut yang didasarkan pada sebelumnya. Dalam penelitian ini, peternak
umur dan jenis kelamin, performance kambing Etawa sistem gaduhan
dengan mempertimbangkan juga kondisi menggunakan dua macam biaya, adapun
ternak sapi. Penerimaan dalam usaha jenis dan besarnya biaya produksi dalam
sistem gaduhan ternak kambing Etawa di usaha sistem gaduhan ternak sapi potong,
Desa Sukomulyo Kecamatan Kajoran dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kabupaten Magelang berupa penerimaan
tunai berasal dari anak kambing yang
ditaksir. Hasil penelitian menerangkan

37
Analisis Ekonomi Kambing … (Miftahudin)

Biaya tetap untuk perbaikan kandang dengan lama


pemakaian kandang tersebut.
Biaya tetap pada sistem gaduhan
ternak kambing Etawa ini merupakan biaya Biaya Penyusutan Peralatan
yang jumlahnya tidak mengalami
Peralatan yang dibutuhkan dalam
perubahan meskipun terjadi peningkatan usaha sistem gaduhan yaitu sabit, ember,
atau penurunan jumlah produksi, atau
dan skop. Biaya penyusutan peralatan
sederhananya biaya ini tidak dipengaruhi dihitung dengan cara melihat nilai buku
oleh banyak jumlah sapi yang dipelihara. kemudian dikali 30%. Biaya penyusutan
Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf peralatan yang dikeluarkan oleh masing-
(2002), bahwa biaya tetap dalam usaha masing peternak kambing Etawa sistem
peternakan adalah biaya tetap yang terlibat gaduhan sangat bervariasi yang disebabkan
dalam proses produksi dan tidak berubah oleh kemampuan peternak dan kebutuhan
meskipun ada perubahan jumlah hasil ternak. Besarnya biaya penyusutan
produksi yang dihasilkan. Adapun
peralatan dipengaruhi oleh, semakin lama
komponen biaya tetap pada sistem gaduhan pemeliharaan sistem gaduhan ternak
ternak sapi potong di Desa Sukomulyo kambing Etawa maka biaya penyusutan
Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang peralatan akan menurun. Biaya penyusutan
meliputi biaya penyusutan kandang, biaya
peralatan sama halnya dengan biaya
penyusutan peralatan, dan ternak. penyusutan kandang, besar kecilnya
Biaya Penyusutan Kandang dipengaruhi oleh harga dari bahan-bahan
peralatan yang digunakan dan jumlah alat
Kandang merupakan tempat hidup yang digunakan juga dipengaruhi oleh
dan tempat untuk berlangsungnya proses kelengkapan peralatan yang digunakan
pemeliharaan ternak kambing Etawa. dalam pemeliharaan.
Kandang berfungsi guna melindungi ternak
dari gangguan binatang buas dan cuaca Penyusutan Ternak
yang berubah-ubah, serta menghindari
Penyusutan ternak merupakan nilai
resiko kehilangan serta memudahkan
ternak pada akhir tahun selama satu tahun
pengawasan. Besar kecilnya biaya
pemeliharaan. Ternak kambing Etawa yang
penyusutan kandang yang dikeluarkan
dipelihara oleh kelompok ternak di Desa
pada peternak sistem gaduhan kambing
Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten
Etawa bervariasi tergantung kondisi
Magelang merupakan ternak jantan juga
kandang. Biaya penyusutan kandang
betina. Perhitungan nilai akhir ternak yang
berbeda-beda pada setiap peternak berbeda
dimiliki oleh peternak sistem gaduhan
karena pada usaha tersebut kandang yang
kambing di Desa Sukomulyo Kecamatan
digunakan sesuai dengan jumlah kambing
Kajoran Kabupaten Magelang dapat dilihat
yang dipelihara, dan juga perbandingan
pada Tabel 2.
luas kandang dengan jumlah ternak yang
diternakkan. Biaya penyusutan kandang Biaya Variabel
dihitung dengan menggunakan metode Selain biaya tetap yang juga mesti
penyusutan menurun yaitu mengacu pada ditanggung oleh peternak, ada juga biaya
nilai bukunya. Adapun bahan yang variabel yang harus dikeluarkan oleh
digunakan dalam pembuatan kandang yaitu peternak dan pemilik ternak maupun
terdiri dari atap rumbia, tiang, dan dinding. pemilik modal pada usaha sistem gaduhan
Menurut Hastang (2007), bahwa ternak kambing Etawa di Desa Sukomulyo
penyusutan kandang pada usaha Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
peternakan kambing Etawa dihitung Besar kecilnya biaya variabel tersebut
dengan membagi biaya yang dikeluarkan tergantung pada jumlah ternak yang
dimiliki oleh peternak. Hal ini sejalan

38
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 1 Nomor 1 2020

dengan pendapat Swastha dan Sukotjo 4. 11.Penerimaan Usaha Ternak Kambing


(1993), bahwa biaya variabel adalah biaya Etawa
yang berubah-ubah disebabkan oleh
adanya perubahan jumlah hasil produksi. Penerimaan peternak kambing Etawa
Biaya variabel pada usaha sistem gaduhan di Desa Sukomulyo Kecamatan Kajoran
ternak sapi potong meliputi biaya pakan Kabupaten Magelang merupakan dari
dan suplemen, biaya listrik, biaya IB dan penjumlahan antara penerimaan usaha
biaya vaksin serta obat. Untuk mengetahui ternak kambing Etawa dan penerimaan
lebih jelas tentang masing-masing usaha ternak selain kambing Etawa. Dalam
komponen biaya variabel tersebut, maka penelitian ini, besarnya penerimaan dari
dapat dijelaskan sebagai berikut usaha sistem gaduh ternak kambing Etawa
diperoleh melalui hasil penjualan kambing
Biaya Pakan Etawa yang dibagi dengan perbandingan 50
: 50 antara kelompok tani dan peternak.
Pakan yang digunakan dalam usaha Tabel 2 menunjukkan bahwa besar
sistem gaduhan ternak kambing Etawa penerimaan peternak sistem gaduhan
memegang peranan yang sangat penting ternak kambing Etawa di Desa Sukomulyo
dalam menjamin kelangsungan hidup Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang
usaha tersebut. Biaya pakan ini tercipta dari dipengaruhi oleh jenis kelamin ternak yang
hasil perkalian antara jumlah konsumsi dilahirkan. Berdasarkan kondisi di
dengan harga pakan. Pakan untuk usaha lapangan, penerimaan peternak sistem
sistem gaduhan ternak kambing Etawa di Desa
Gaduhan ternak kambing Etawa di Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten
Desa Sukomulyo Kecamatan Kajoran Magelang terdiri dari anak kambing yang
Kabupaten Magelang terdiri dari rumput minimal berusia 1 tahun yang dijual dan
lapangan dan pakan tambahan, namun yang indukan yang sudah tidak produktif.
masuk dalam perhitungan pakan hanya Pembagian keuntungan ini sesuai dengan
biaya pakan tambahan sebagai suplemen pendapat Scheeltema (1985) menyatakan
yaitu bekatul dan ampas tahu. perjanjian-perjanjian mengenai pembagian
keuntungan dapat ditentukan seperti
Biaya Obat dan Vitamin berikut : perjanjian dengan menyerahkan
Untuk memperoleh hasil yang ternak kepada seseorang petani selama
maksimal maka peternak juga harus periode waktu tertentu untuk dipelihara
memperhatikan kesehatan ternak. Kondisi dengan tujuan untuk kemudian dijual dan
lingkungan atau cuaca yang tidak stabil dibagi keuntungannya, atau nilainya
seperti kelembapan, suhu, dan curah hujan diperkirakan pada awal dan akhir
dapat menyebabkan kambing Etawa perjanjian dan nilai tambah atau nilai
mengalami gangguan kesehatan. Hal ini kurangnya dibagi, dan perjanjian-
tentu harus diantisipasi sedini mungkin perjanjian di mana anak-anak ternak yang
dengan melakukan upaya pencegahan dilahirkan dijual dan keuntungannya
penyakit berupa pemberian vitamin, serta dibagi.
obat-obatan. Adapun besarnya biaya
viatamin dan obat-obatan yang dikeluarkan
oleh pemilik ternak/modal usaha sistem
gaduhan ternak sapi potong di Desa
Sukomulyo Kecamatan Kajoran
Kabupaten Magelang dapat dilihat pada
Tabel 2, dimana biaya yang dikeluarkan
yaitu biaya pakan, biaya vaksin dan obat-
obatan.

39
Analisis Ekonomi Kambing … (Miftahudin)

Tabel 2. Analisis Ekonomi


Pemeliharaan Sapi Potong pola
Gaduhan
KOMPONEN BIAYA Rataan biaya Persentase (%)
(Rp/ekor/tahun)
PENERIMAAN (X)
Nilai ternak akhir tahun (P) 3.075.332
Nilai tambah ternak (Q) 1.232.874
Nilai ternak yang dijual (R) 4.729.545
Nilai ternak awal tahun (M) 2.322.844
Nilai ternak yang dibeli (N) 544.000
Penerimaan (P + Q +R – M - N) 6.170.907

BIAYA TETAP
Penyusutan kendang 649.712 61.84
Penyusutan alat 67.527 6.43
Penyusutan ternak 983.077 93.57
Total Biaya Tetap 1.050.604 36.79
BIAYA TIDAK TETAP
Biaya bekatul
723.500 25.34
Biaya ampas tahu 864.000 47.87
Biaya obat 66.000 3.66
Biaya IB 78.250 4.34
Biaya air dan listrik 73.000 4.04
Total Biaya Tidak Tetap 1.804.750 63.21
Total Biaya Produksi (O) 2.855.354 100

Pendapatan Sapi Potong (X – O) 3.259.853

SIMPULAN DAN SARAN ternak hingga harga jual yang masih


Simpulan fluktuatif.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Saran
ditarik kesimpulan bahwa rata-rata Saran peneliti kepada kelompok tani
pendapatan ternak Kambing Etawa di di Desa khususnya agar lebih baik jika pola gaduhan
Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten kambing ini ditingkatkan jumlah per ekornya,
Magelang sebesar Rp 3.259.853/ekor/tahun, atau dapat pula menggantinya dengan sapi
kemudian karena para peternak ini potong yangmana prospek daging sapi lebih
menggunkan sistem gaduh yangmana hasil menjanjikan.
keuntungan hewan ternak dibagi dengan
perbandingan 50:50 maka keuntungan DAFTAR PUSTAKA
peternak kambing Etawa di di Desa Agung K.S, Djaelani S, dan Rini W.
Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten (2009). Pemberdayaan Masyarakat
Magelang dengan pola gaduhan adalah Melalui Proyek Gaduhan Sapi
sebesar Rp 1.629.926,5/ekor/tahun. Potong Di Kecamatan Oba Tengah
Pendapatan tersebut masih cukup kecil Dan Oba Utara, Tidore Kepulauan,
mengingat rata-rata peternak hanya Maluku Utara. Buletin Peternakan
memelihara 1 – 3 ekor kambing Etawa saja. Vol. 33(1): 40-48, Fakultas
Belum lagi dengan resiko kematian hewan

40
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 1 Nomor 1 2020

Peternakan, Universitas Gadjah


Mada, Yogyakarta.
Hastang. (2007). Analisis Pendapatan
Usaha Budidaya Sapi Potong di
Kecamatan Libureng Kabupaten
Bone.Jurnal Agribisnis.Vol VI (2),
Juni 2007.
Wrihatnolo, R. R., dan Dwidjowijoto, R. N.
(2007). Manajemen Pemberdayaan.
Sebuah Pengantar dan Panduan
untuk Pemberdayaan Masyarakat.
Gramedia. Jakarta.

41

Anda mungkin juga menyukai