Keberhasilan suatu organisasi atau kelembagaan dihasilkan buah dari
pekerjaan yang ditanggung jawabkan oleh seorang pemimpin yang mana pemimpin tersebut pasti mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang mendukung suatu pekerjaan agar tercapainya tujuan dan cita-cita yang dimiliki oleh sebuah organisasi atau lembaga.
Maka, keberhasilan kerja yang diciptakan oleh seorang pemimpin akan
mempengaruhi kinerja bawahannya untuk menentukan kemajuan untuk mencapainya kesuksesan individu maupun bersama. Namun, selain memiliki wawasan dan kebijaksanaan tidaklah cukup untuk seorang pemimpin. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Dilihat dari bahasa indonesia “pemimpin” sering disebut
pemuka, pelopor, pembina, panutan, penghulu, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, dan sebagainya. Sedangkan istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya memengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Selanjutnya jika dilihat dari sisi bahasa inggris menjadi
“leader”. Yang mempunyai tugas untuk me-lead pada rekan-rekannya. .Sedangkan makna “lead” itu sendiri adalah:
1. Loyality adalah seorang pemimpin harus mampu membangkitkan
loyalitas rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
2. Educate adalah seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi
rekan-rekannya dan mewariskan tacit knowledge pada rekan- rekannya.
3. Advice adalah memberikan saran dan nasihat dari permasalahan
yang ada.
4. Discipline adalah memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan
menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya. kepemimpinan mengandung beberapa unsur yaitu:
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau
organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi.
2. Didalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses
memengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan
3. Adanya tujuan bersama yang harus dicapai.
Adapun keberhasilan menjadi seorang yang pemimpin dan
berkemimpinan tentu ada ciri-ciri khusus yaitu kepemimpinan yang baik memiliki sifat yang manusiawi, memandang jauh kedepan (visioner), inspiratif (kaya kan gagasan), dan percaya diri. Dengan kata lain, pendidikan yang baik akan selalu memiliki pemimpin yang baik pula yaitu pemimpin yang sesuai dengan ciri-ciri kepemimpinan. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN carrol dan tosi merangkum pendapat-pendapat para ahli seperti tersebut diatas menjadi tiga pendekatan/teori kepemimpinan saja, yaitu: pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional. Ketiga pendekatan kepemimpinan inilah yang akan menjadi fokus pembicaraan.
1. Pendekatan Sifat-Sifat
Telah dikemukakan bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin
banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Sifat-sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan atau keturunan. Meskipun telah banyak penelitian tentang sifat-sifat kepemimpinan, hingga saat ini para peneliti tersebut tidak berhasil menemukan satu atau sejumlah sifat yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan membedakan pemimpin dan bukan pemimpin. Ada empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu : 1. Kecerdasan; pada umumnya pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin,
2. Kedewasaan, pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai
emosi yang stabil serta perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial,
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi; pemimpin cenderung
mempunyai motivasi yang kuat untuk berprestasi,
4. Sikap hubungan kemanusiaan, pemimpin yang berhasil mau mengakui
harga diri dan kehormatan bawahan 2. PENDEKATAN PRILAKU
Pendekatan perilaku inilah yang selanjutnya melahirkan berbagai teori
tentang tipe atau gaya kepemimpinan. CONTOH teorinya adalah
a. Teori Tannenbaum dan Schmid
Dilukiskan sebagai suatu kontinum yaitu dua gaya kepemimpinan yang
ekstrem, yaitu otokratis dan laissez faire. Otokratis yaitu tekanan orientasinya diarahkan kepada tugas atau tercapainya tujuan organisasi atau lembaga. sedangkan laissez faire yaitu orientasinya lebih kepada memberikan kesempatan kepada bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan. PENDEKATAN SITUASIONAL Pendekatan situasional atau kontingensi didasarkan pada asumsi bahwa keberhasilan seorang pemimpin selain ditentukan oleh sifat-sifat dan perilaku pemimpin juga dipengaruhi oleh situasi yang ada dalam organisasi.
Model Kepemimpinan 1. Model Kepemimpinan Kontingensi Fielder Menurut Fiedler tak ada gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua situasi, serta ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu hubungan antara pimpinan dan bawahan, struktur tugas serta kekuasaan yang berasal dari organisasi. Berdasarkan tiga dimensi tersebut, Fiedler menentukan dua jenis gaya kepemimpinan dan dua tingkat yang menyenangkan. Pertama, gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas, yaitu ketika pemimpin merasa puas jika tugas bisa dilaksanakan. Kedua, gaya kepemimpinan yang mengutamakan pada hubungan kemanusiaan 2. Model Kepemimpinan Tiga Dimensi
Teori ini dikemukakan oleh Reddin, seorang guru besar Universitas New Brunswick, Canada. Menurutnya ada tiga dimensi yang dapat dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan, Reddin mengatakan bahwa gaya tersebut dapat menjadi efektif dan tidak efektif, tergantung pada situasi. Gaya yang efektif yaitu ; 1) Eksekutif. 2) Pecinta pengembangan (developer). 3) Otokratis yang baik (Benevolent autocrat), 4) Birokrat. Sedangkan gaya yang tidak efektif yaitu: 1. Pencinta kompromi (compromiser). Pimpinan seperti ini merupakan pembuat keputusan yang tidak bagus karena banyak tekanan yang mempengaruhinya. 2. Missionari. Pimpinan semacam ini hanya menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan dalam dirinya sendiri. 3. Otokrat. Pimpinan seperti ini tidak mempunyai kepercayaan pada orang lain, tidak menyenangkan, dan hanya tertarik pada pekerjaan yang segera selesai. 4. Deserter (Lain dari tugas). karena Pimpinan seperti ini menunjukkan sikap positif dan tidak mau ikut campur secara aktif dan positif. 3. Model kepemimpinan Situasional Teori ini merupakan pengembangan dari model kepemimpinan tiga dimensi, yang didasarkan pada hubungan antara tiga faktor, yaitu perilaku tugas (task behavior), perilaku hubungan (relationship behavior) dan kematangan (maturity). Perilaku tugas merupakan pemberian petunjuk oleh pemimpin terhadap anak buah meliputi penjelasan tertentu, apa yang harus dikerjakan, bilamana, dan bagaimana mengerjakannya, serta mengawasi mereka secara tepat. Gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam keempat tingkat kematangan anak buah dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan perilaku hubungan adalah sebagai berikut: 1) Gaya Mendikte (Telling). 2) Gaya Menjual (Selling). 3) Gaya Melibatkan Diri (Participating). 4) Gaya Mendelegasikan (Delegating). Kesimpulan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Yang dimaksud pendekatan kepemimpinan disini adalah sudut pandang terhadap kepemimpinan, yang mana pendekatan kepemimpinan ini ada 3 yaitu:
· Pertama, yaitu pendekatan sifat yang menfokuskan pada karakteristik pribadi pemimpin. · Kedua, yaitu pendekatan perilaku dalam hubungannya dengan bawahannya. · Ketiga, Pendekatan situasional, perilaku seorang pemimpin dengan karakteristik situasional.