Anda di halaman 1dari 8

Endri Teguh Pratama

Achenar
1901110577

A. DEFINISI KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan adalah sebuah proses mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan


tugas-tugas organisasi secara suka rela (Fairholm, 1991; Gardner, 2000). Bahkan menurut
Gemmil dan Oakley (1992) kepemimpinan adalah sebuah proses kerjasama antara anggota
organisasi dalam merumuskan metode baru untuk meningkatkan kualitas organisasi. Fulan
(2000, hal. 3) mengatakan bahwa “leadership is a process of persuasion or example by
which an individual (or leadership team) induce the group to pursue objectives shared by the
leaders and his or her followers”. Fulan berpendapat bahwa kepemimpinan adalah suatu
proses untuk mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang sudah
dirumuskan oleh pemimpin dan anggota organisasi lainnya. Ini artinya bahwa kepemimpinan
bukan hanya didefinisikan dari sudut jabatan, tapi lebih tepatnya, kepemimpinan ini adalah
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain tanpa paksaan untuk mencapai
sesuatu yang sudah dirumuskan sebelumnya oleh anggota organisasi.

B. TEORI KEPEMIMPINAN

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh


mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan
dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :

1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar
pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil,
sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang
dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri ideal yang
perlu dimiliki pemimpin menurut Ghizeli dan Stogdil:
1. Kecerdasan
2. Kemampuan mengawasi
3. Inisiatif
4. Ketenangan diri
5. Kepribadian
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain: terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan
nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagaio rumusan sifat,
ciri atau perangai pemimpin, justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan
prinsip keteladanan.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
 Kecerdasan
 Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
 Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
 Sikap Hubungan Kemanusiaan
Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan kemampuan pribadi
pemimpin. Karena itu, timbul usaha dari para ahli untuk meneliti dan merinci kualitas
seorang pemimpin yang berhasil melaksanakan tugas kepemimpinannya, kemudian hasilnya
diformulasikan ke dalam sifat-sifat umum seorang pemimpin. Usaha tersebut berkembang
menjadi teori kepemimpinan yang disebut “teori sifat kepemimpinan” (Robbins, at.al., 1994:
469).

Teori Lahirnya Pemimpin


 TEORI GENETIK
Seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena ia dilahirkan dengan bakat-
bakat kepemimpinan
Pemimpin itu dilahirkan (Leaders are born)
 TEORI SOSIAL
Siapapun dapat ditempa menjadi pemimpin yang efektif, melalui berbagai pendidikan
dan pelatihan kepemimpinan.
Pemimpin itu dibentuk (Leaders are made)
 TEORI EKOLOGIS
Seorang bisa muncul sebagai pemimpin yg efektif bila dilandasi bakat yg dibawa sejak
lahir serta diberi kesempatan menduduki jabatan pimpinan dan kesempatan mengikuti
pendidikan dan pelatihan.
(Leader are born and made)

2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kearah pencapaian tujuan. Dalam hal
ini, pimpinan mempunyai deskripsi perilaku:

 Konsiderasi dan struktur inisiasi


Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki cirri ramah
tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan
memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya.
Disamping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih meningkatkan
tugas organisasi.
 Berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada baawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan
bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan.
Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian
tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continum pada dasasrnya
ada dua yaitu berorientasi pada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik
kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu
perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan atau hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF. Soner, 1978: 442-443).

Tingkah laku pemimpin lebih terkait dengan proses kepemimpinan. Karena itu, ada dua
dimensi utama kepemimpinan yang dikenal dengan nama konsiderasi dan struktur inisiasi.
Dua macam kecenderungan perilaku kepemimpinan tersebut pada hakekatnya tidak dapat
dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.

dapat dipahami bahwa perilaku pemimpin yang efektif melakukan konsiderasi tergantung
pada aspek berikut:
 Kepuasan pengikut terhadap pemimpin tergantung pada derajat konsiderasi yang
ditunjukkan oleh pemimpin.
 Konsiderasi pemimpin lebih berpengaruh terhadap pengikut ketika pekerjaan tidak
menyenangkan dan mendesak, dari pada ketika pekerjaan menyenangkan dan tidak
mendesak.
 Pemimpin yang menunjukkan konsiderasi dapat melakukan inisiasi struktur yang lebih
banyak tanpa mengurangi kepuasan pengikutnya.
 Konsiderasi yang diberikan sebagai respons terhadap kinerja yang baik akan
meningkatkan kemungkinan kinerja yang baik di masa depan.

Sedangkan perilaku pemimpin yang efektif melakukan inisiasi struktur adalah:


 Inisiasi struktur yang memperjelas peran tambahan akan meningkatkan kepuasan.
 Inisiasi struktur akan menyurutkan kepuasan pengikut ketika struktur tersebut sudah
tersedia.
 Inisiasi struktur akan meningkatkan kinerja ketika tugas tidak jelas.
 Inisiasi struktur tidak akan mempengaruhi kinerja ketika tugas jelas(Leadership, 2001: 2).

Uraian di atas memperjelas bahwa teori kepemimpinan perilaku mencoba menjelaskan
keunikan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang efektif, atau memahami sifat-sifat
pekerjaan pemimpin. Sepuluh peran manajerial dari Henry Minzberg merupakan salah satu
contoh teori kepemimpinan perilaku. Peneliti perilaku menekankan pada penemuan cara
mengklasifikasikan perilaku yang dapat memberikan pemahanan mengenai kepemimpinan.

3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pimpinan menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan factor
waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
 Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
 Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
 Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
 Norma yang dianut kelompok
 Rentang kendali
 Ancaman dari luar organisasi
 Tingkat stress
 Iklim yang terdapat dalam organisasi

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi


yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntunan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah
kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntunan situasi
tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a. Teori Kontingensi

Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana


kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi
tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya kepemimpinannya,
kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain,
menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada
kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin
dan situasinya.

Model Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler (1967) .
Menurut model ini, maka the performance of the group is contingen upon both the
motivasional system of the leader and the degree to which the leader has control and
influence in a particular situation, the situational favorableness (Fiedler, 1974:73).
Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya prestasi kerja satu kelompok dipengaruhi oleh
sistem motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan
mempengaruhi suatu situasi tertentu

b. Teori Normatif

Vroom dan Yetton (1973) mengembangkan model kepemimpinan normatif dalam 3


kunci utama: metode taksonomi kepemimpinan, atribut-atribut permasalahan, dan pohon
keputusan (decision tree). 5 tipe kunci metode kepemimpinan yang teridentifikasi (Vroom &
Yetton, 1973):
1) Autocratic I: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat
pada pemimpin.
2) Autocratic II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada
seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari
penyampaian informasi yang mereka berikan.
3) Consultative I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui
ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu membuat
keputusan.
4) Consultative II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran
mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
5) Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi kelompok,
serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok.

c. Teori Siklus Hidup


            Konsep dasar teori siklus kehidupan adalah strategi dan perilaku pemimpin harus
situasional dan didasarkan pada kedewasaannya dan para pengikutnya. Kedewasaan adalah
kemampuan individu atau kelompok dalam menetapkan tujuan tinggi tetapi dapat dicapai,
ada kemampuan mereka untuk mengambil tanggung jawab. Perilaku tugas adalah tingkat
dimana pemimpin cenderung untuk mengorganisasikan dan menentukan peranan-peranan 
para pengikut, menjelaskan setiap kegiatan yang dilaksanakan, kapan dan dimana, dan
bagaimana tugas diselesaikan.Perilaku Hubungan berkenaan dengan hubungan pribadi
pemimpin dengan individu atau para anggota kelompoknya.

Menurut Paul Hersey dan Blachard (1995:34) mengemukakan bahwa hubungan


antara pemimpin dengan bawahannya berjalan melalui 4 (empat) tahap menurut
perkembangan dan kematangan bawahan yaitu :
1) Gaya Penjelasan (telling style) yaitu pada saat bawahan pertama kali memasuki
organisasi, orientasi tugas yang tinggi dan orientasi hubungan yang rendah paling tepat.
Bawahan harus lebih banyak diberi perintah dalam pelaksanaan tugasnya dan
diperkenalkan dengan aturan-aturan dan prosedur organisasi.
2) Gaya Menjual (selling style) yaitu pada tahap ini bawahan mulai mempelajari tugas-
tugasnya. Kepemimpinan orientasi tugas yang tinggi masih diperlukan, karena bawahan
belum  bersedia menerima tanggung jawab yang penuh. Tetapi kepercayaan dan dukungan
pemimpin terhadap bawahan dapat meningkat. Di mana pemimpin dapat mulai
menggunakan perilaku yang berorientasi hubungan yang tinggi.
3) Gaya Partisipasi (participating style) yaitu tahap ini kemampuan dan motivasi pestasi
bawahan meningkat, dan bawahan secara aktif mulai mencari tanggung jawab yang lebih
besar. Di mana perilaku pemimpin adalah orientasi hubungan tinggi dan orientasi tugas
rendah.
4) Gaya Pendelegasian (delegating style) yaitu tahap ini bawahan secara berangsur-angsur
menjadi lebih percaya diri, dapat mengarahkan diri sendiri, cukup berpengalaman, dan
tanggung jawabnya dapat diandalkan. Di mana gaya pendelegasian yang tepat yaitu
orientasi tugas dan hubungan rendah.

d. Teori Kontinum
Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa
pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang
menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang
menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.

Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau
wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin,
karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang
tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman.
Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan
keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman
dan keteraturan bagi bawahan.Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah
pada tugas.
Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau
wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat
dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama
dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran,
pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan
keputusan kelompok.

e. Teori Path-Goal
Tokoh-tokoh dari teori ini adalah Georgepoulos (Univ. Michigan), Martin Evans dan
Robert House. Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang
mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Jalan itu seperti:

 Mengetahui dan atau menumbuhkan kebutuhan para bawahan untuk menghasilkan


sesuatu yang dapat dikontrol pemimpin.
 Memberikan insentif kepada bawahan yang mampu mencapai hasil dalam bekerja.
 Membuat jalan yang mudah dilewati bawahan dalam menaikkan prestasinya.
 Membantu karyawan dengan menjelaskan apa yang dapat diterapkan.
 Mengurangi halangan yang dapat membuat frustasi.
 Menaikkan kesempatan untuk pemuasan karyawan yang memungkinkan tercapainya
efektifitas kerja.
Perhatian utama model ini adalah perilaku pimpinan dikaitkan dengan proses
pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang
harus diselesaikan oleh bawahannya.

Ada 4 tipe/gaya kepemimpinan, yaitu: kepemimpinan direktif (otokratis), kepemimpinan


yang mendukung (supportive leadership), kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan yang
berorientasi pada prestasi.

C. GAYA KEPEMIMPINAN
Berbagai study tentang macam-macam kepemimpinan ada 8 tipe kepemimpinan menurut
Kartini Kartono (2009:80), yaitu:

1.      Gaya Kepemimpinan Paternalistik


Tipe pemimpin paternalistik yang bersifat kepapakan, dengan sifat-sifat diantaranya :
a. Overly protective.
b. Selalu bersikap maha tahu dan maha besar.
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahanya untuk berinisiatif.
Hanya terdapat dilingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya
dimasyarakat agraris.

2.      Gaya Kepemimpinan Karismatik


Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria
kepemimpinan yang karismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya
yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang
sangat besar. Banyak memberikan inspirasi, keberanian dan keyakinan teguh pada pendirian
sendiri.
3.      Gaya Kepemimpinan Bebas
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai,
tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing -masing anggota dan pemimpin tidak terlalu
sering intervensi.

4.      Gaya Kepemimpinan Demokratis


Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan
integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Menyadari bahwa mau tidak mau
organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam
tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara mantap dengan gejala-gejala sebagai
berikut :
a. Organisasi dengan segenap bagianya berjalan lancar.
b. Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan masing-masing menyadari tugas serta
kewajibanya masing-masing.

5.      Gaya Kepemimpinan Otokratis


Kepemimpinan otokrasis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang
harus dipatuhi. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan
“keakuannya”, antara lain dalam bentuk kecenderungan memperlakukan para bawahannya
sama dengan alat - alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang
menghargai harkat dan martabat mereka. pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan
penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan
kebutuhan para bawahannya. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan
keputusan.
Pemimpin akan bersikap baik pada bawahanya asalkan bawahan itu patuh atas semua
perintah yang telah diberikan.

6.      Gaya Kepemimpinan Militeristis


Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah :
a. Lebih banyak menggunakan sistem perintah, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana.
b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
c. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang
berlebihan.
d. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.
e. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.
f. Komunikasi hanya berlangsung searah.

7.      Gaya Kepemimpinan Populistis


Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal,
tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis
ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

8.      Gaya Kepemimpinan Administratif/Eksekutif


Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administrator-administratur yang mampu menggerakkan dinamika
modernisasi dan pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai