Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah : Bisnis Pengantar

Hari/Tanggal : Kamis, 01 Desember 2022


Judul Materi : Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan
Dosen Pengampu : Dr. Alifah Widya R, SE., M.M.

Mendefinisikan kepemimpinan dan membedakannya dari manajemen


Kepemimpinan adalah proses dan perilaku yang digunakan oleh seseorang untuk memotivasi,
menginspirasi dan mempengaruhi perilaku orang lain. Meskipun kepemimpinan dan
manajemen seringkali berhubungan, keduanya bukanlah hal yang sama. Kepemimpinan
melibatkan pengembangan hal-hal seperti visi, mengkomunikasikan visi, dan mengaarahkan
perubahan. Sementara, manajemen berfokus pada prosedur, pemantauan hasil dan upaya
meraih hasil.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk memengaruhi perilaku orang lain. Dalam lingkup
organisasi terdapat lima jenis kekuasaan: (1) sah, (2) penghargaan, (3) paksaan, (4) rujukan
dan (5) keahlian. Kekuasaan sah adalah kekuasaan yang diperoleh melalui hierarki
organisasi, kekuasaan ini ditetapkan oleh organisasi yang disesuaikan dengan orang-orang
yang menjabat posisi tertentu. Kekuasaan penghargaan adalah kekuasaan untuk memberikan
atau menahan penghargaan. Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan untuk memaksakan
kepatuhan melalui ancaman psikologis, emosional atau fisik. Kekuasaan rujukan didasarkan
pada identifikasi, imitasi, loyalitas atau karisma. Kekuasaan keahlian diperoleh dari
kepemilikan informasi atau keahlian.

Merangkum pendekatan-pendekatan studi kepemimpinan awal


Meskipun pemimpin dan kepemimpinan telah memberikan pengaruh besar bagi sejarah
dunia, penelitian ilmiah mengenai kepemimpinan baru dimulai satu abad yang lalu. Berbagai
penelitian awal berfokus pada sifat, atau karakteristik individu seorang pemimpin. Penelitian
lanjutan beralih fokusnya untuk mengamati perilaku seorang pemimpin.
Pendekatan sifat terhadap kepemimpinan atau karakteristik kepemimpinan berfokus pada
identifikasi sifat-sifat para pemimpin yang sukses. Para peneliti awal percaya bahwa sifat-
sifat kepemimpinan yang penting mencakup kecerdasan, dominasi, kepercayaan diri,
semangat, aktivitas (versus pasivitas), dan pengetahuan akan pekerjaan yang dilakukan. Akan
tetapi, penelitian ini tidak memberikan kesimpulan yang konsisten. Peneliti dimasa sekarang
mulai berfokus pada sifat-sifat seperti kecerdasan mental dan emosional, dorongan motivasi,
kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, pengetahuan akan bisnis dan karisma.
Pendekatan perilaku terhadap kepemimpinan mencari tahu perilaku apa yang dijalankan oleh
pemimpin efektif. Penelitian telah mengidentifikasikan dua perilaku mendasar dan umum
yang dimiliki pemimpin: perilaku pemimpin berfokus pada tugas dan berfokus pada
karyawan. Pemimpin disarankan untuk terlibat dalam kedua jenis perilaku tersebut untuk
meningkatkan kinerja dan motivasi.

Membahas konsep pendekatan situasional terhadap kepemimpinan


Pendekatan situasional terhadap kepemimpinan menyatakan bahwa tidak ada pendekatan
terbaik dalam menjelaskan kepemimpinan. Justru, faktor-faktor situasional memengaruhi
pendekatan terhadap kepemimpinan yang paling efektif. Pendekatan ini menggambarkan
adanya spektrum perilaku kepemimpinan, mulai dari pemimpin yang membuat keputusan
sendiri hingga karyawan yang membuat keputusan dengan sedikit arahan dari pemimpin.
Setiap titik pada spektrum ini dipengaruhi oleh karakteristik pemimpin, bawahannya dan
situasi yang dihadapi.
Path-goal leadership menyatakan bahwa tidak ada pendekatan terbaik dalam menjelaskan
kepemimpinan. Justru, faktor-faktor situasional memengaruhi pendekatan terhadap
kepemimpinan yang paling efektif. Pendekatan ini menggambarkan adanya spektrum
perilaku kepemimpinan, mulai dari pemimpin yang membuat keputusan sendiri hingga
karyawan yang membuat keputusan dengan sedikit arahan dari pimpinan. Setiap titik pada
spektrum ini dipengaruhi oleh karakteristik pemimpin, bawahannya dan situasi yang
dihadapi.
Path-goal leadership adalah perluasan dari teori ekspektansi motivasi. Teori ini menyatakan
bahwa fungsi-fungsi utama seorang pemimpin adalah menghadirkan imbalan yang bernilai
atau diinginkan tersedia ditempat kerja dan menunjukkan kepada bawahan jenis-jenis
perilaku yang menhasilkan pencapaian sasaran dan imbalan yang bernilai. Pemimpin
sebaiknya membuka jalur menuju pencapaian sasaran. Path-goal leadership
mengidentifikasikan empat jenis perilaku yang dapat digunakan pemimpin, bergantung pada
situasi yang dihadapi: (1) perilaku pemimpin direktif membuat bawahan mengetahui apa
yang diharapkan dari mereka, memberikan panduan dan arahan, dan membuat jadwal kerja.
(2) perilaku pemimpin suportif adalah memberikan sikap ramah dan mudah didekati,
menunjukkan perhatian kepada kesejahteraan bawahan dan memperlakukan sesama anggota
secara setara. (3) Perilaku pemimpin parsipatif antara lain berkonsultasi dengan bawahan,
meminta saran dan mengizinkan partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan. (4)
Perilaku pemimpin berorientasi pencapaian menetapkan sasaran yang menantang,
mengharapkan bawahan memberikan kinerja tinggi, mendorong bawahan dan menunjukkan
keyakinan pada kemampuan bawahan.
Decision tree approach berupaya menjelaskan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk situasi
tertentu. Decision tree approach mengasumsikan bahwa keikutsertaan bawahan dalam
pengambilan keputusan bergantung pada karakteristik situasi yang dihadapi. Setelah
mengevaluasi berbagai persoalan (karakteristik permasalahan atau keputusan), pemimpin
mencari gaya keputusan yang sesuai yang menetapkan kadar partisipasi bawahan.
Leader-Member Exchange (LMX) menekankan pentingnya beragam hubungan antara
supervisor dan setiap bawahannya. Setiap hubungan supervisor-bawahan mencerminkan
“dyad vertikal”. Model tersebut berbeda dengan pendekatan-pendekatan yang lain karena
model tersebut menekankan pada beragam hubungan yang sering kali dijalin pemimpin
dengan bawahan yang berbeda-beda.

Menggambarkan sudut pandang kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan


Kepemimpinan transformasional (yang berbeda dengan kepemimpinan transaksional)
berfokus pada serangkaian kemampuan yang memungkinkan seorang pemimpin untuk
mengenali kebutuhan akan perubahan, untuk menciptakan satu visi yang menuntun
perubahan tersebut, dan melaksanakan perubahan ini secara efektif.
Kepemimpinan karismatik adalah pengaruh yang didasarkan pada karisma diri yang dimiliki
pemimpin. Konsep dasar karisma menyatakan bahwa pemimpin karismatik cenderung
memiliki rasa percaya diri, banyak kepercayaan diri akan gagasan dan keyakinannya dan
memiliki kebutuhan untuk mempengaruhi orang lain. Mereka juga cenderung berkomunikasi
dengan harapan tinggi atas kinerja pengikut dan menunjukkan kepercayaan pada
pengikutnya.

Mengidentifikasikan dan membahas pengganti kepemimpinan (leadership subtitutes)


dan leadership neutralizers
Leadership subtitutes adalah individu, tugas dan karakteristik organisasi yang cenderung
menggantikan kebutuhan akan seorang pemimpin untuk memulai atau mengarahkan kinerja
karyawan. Apabila faktor-faktor tertentu muncul, karyawan akan mengerjakan tugasnya
dengan baik, tanpa arahan seorang pemimpin. Contohnya antara lain profesionalisme
individu, pekerjaan yang sangat terstruktur, rencana dan tujuan yang sangat jelas dan norma
kinerja kelompok. Sekalipun seorang pemimpin berusaha mengerahkan perilaku
kepemimpinannya, leadership neutralizers akan membuat perilakunya ini tidak efektif.
Contohnya kohesivitas kelompok dan juga unsur-unsur dari pekerjaan itu sendiri.

Membahas pemimpin sebagai pelatih dan mengamati persoalan gender dan lintas
budaya dalam kepemimpinan
Banyak organisasi berharap pemimpin menjalankan peran sebagai pelatih, memilih anggota
tim, memberikan arahan, melatih dan mengembangkan, tetapi selain itu juga membiarkan
kelompok berfungsi secara mandiri. Sebagian pemimpin bertindak sebagai mentor,
membantu karyawan yang kurang berpengalaman untuk beradaptasi dan mempersiapkan diri
dalam karir didalam organisasi.
Faktor lain yang mengubah kepemimpinan adalah jumlah perempuan yang mulai memegang
posisi tinggi. Meskipun hanya ada sedikit perbedaan laki-laki dan perempuan pemimpin,
makin tingginya jumlah perempuan pemimpin menyiratkan perlunya penelitian lanjutan.
Terdapat bukti bahwa perempuan lebih demokratis dalam mengambil keputusan dan
berpotensi menjadi pemimpin yang mumpuni, seperti yang telah ditunjukkan oleh berbagai
perempuan pemimpin terkemuka dan sukses.
Perubahan perspektif lain dalam memandang kepemimpinan terkait dengan persoalan lintas
budaya. Dalam konteks ini, budaya mencakup perbedaan internasional dan keragaman dalam
satu budaya. Sebagai contoh, tingkat kolektivisme atau individualisme bisa memengaruhi
gaya kepemimpinan seorang manajer.

Menjelaskan kepemimpinan strategis, kepemimpinan etis dan kepemimpinan maya


Kepemimpinan stategis adalah kemampuan pemimpin untuk mengarahkan perubahan dalam
organisasi sehingga dapat meningkatkan daya saingnya. Agar menjadi efektif sebagai
pemimpin strategis, seorang manajer perlu memiliki pemhaman menyeluruh dan lengkap
mengenai sejarah, budaya, kekuatan dan kelemahan organisasi. Pemimpin bisnis juga dituntut
untuk menjalankan kepemimpinan etis, yaitu memelihara standar etika yang tinggi dalam
berperilaku dan menjaga orang lain dalam organisasi untuk menerapkan standar yang sama.
Seiring dengan semakin banyaknya pemimpin dan karyawan yang bekerja dalam situasi yang
berbeda-beda, pemahaman mengenai kepemimpinan maya juga semakin penting.
Menghubungkan kepemimpinan dengan pengambilan keputusan dan membahas sudut
pandang rasional dan perilaku terhadap pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah memilih satu alternatif dari berbagai pilihan merupakan
keterampilan manajemen dan kepemimpinan yang penting. Pengambilan keputusan dapat
merujuk pada satu tindakan tertentu atau satu proses umum. Sebagian besar keputusan masuk
kedalamsalah satu dari dua kategori: keputusan terprogram dan tidak terprogram. Keputusan
yang terprogram adalah keputusan yang relatif terstruktur atau berulang dengan frekuensi
tertentu (atau keduanya). Keputusan tidak terprogram cenderung tidak terstruktur dan lebih
jarang terjadi. Ada tiga kondisi yang berbeda agar keputusan dapat dibuat. Kondisi ini antara
lain: kepastian, resiko atau ketidakpastian. Ketika pembuat keputusan menyadari alternatif
yang ada dan hasilnya, kondisi kepastian pun terjadi. Saat kondisi resiko terjadi, ketersediaan
alternatif beserta biaya dan manfaatnyakurang begitu jelas. Terakhir, dalam kondisi
ketidakpastian, pembuat keputusan tidak mengetahui sama sekali alternatif yang ada, resiko
atau konsekuensinya.
Perspektif rasional menyarankan proses logis dalam membuat keputusan. Hal ini melibatkan
enam langkah: (1) mengenali dan mendefinisikan situasi keputusan, (2) mengidentifikasikan
alternatif, (3) mengevaluasi alternatif, (4) memilih alternatif terbaik, (5) melaksanakan
alternatif, (6) menindaklanjuti dan mengevaluasi hasilnya. Perspektif perilaku mengenali
berbagai hal seperti kekuatan politik, intuisi, eskalasi komitmen dan kecenderungan
mengambil resiko sebagai aspek-aspek penting dalam pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai