Anda di halaman 1dari 4

Nama : Neysa Ardhina

NIM : 2001729
Mata Kuliah : Kepemimpinan
Tugas Individu 2
Menyusun perkembangan teori kepemimpinan dari berbagai pendekatan: Teori sifat, perilaku,
human relations,situasional, religious, dan kontemporer
Jawab :
Teori Sifat
Teori yang berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik khas (fisik, mental, kepribadian)
yang diasosiasikan clengan keberhasilan kepemimpinan. Mengandalkan pada penelitian yang
menghubungkan berbagai sifat clengan kriteria sukses tertentu.
Teori ini menekankan pada atribut-atribut pribadi dari para pemimpin. Dasar dari teori ini
adalah asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiah dan dianugerahi beberapa
ciri yang tidak dipunyai orang lain seperti energi yang tiada habis-habisnya, intuisi yang
mendlam, pandngan masa depan yang luar biasa dan kekuatan persuasif yang tidak
tertahankan. Teori kepemiminan ini menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan
oleh dimilikinya kemampuan- kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin.
a). Inteligensia
Dalam ulasan studi, Ralph Stogdill menemukan bahwa para pemimpin lebih pintar clari
pengikut-pengikutnya. Satu penemuan yang signifikan adalah adanya. perbedaan inteligensia
yang ekstrim antara pemimpin dan pengikut yang dapat menimbulkan gangguan. Sebagai
contoh, seorang pemimpin clengan IQ yang cukup tinggi berusaha untuk mempengaruhi suatu
kelompok yang anggotanya memiliki IQ rata-rata kemungkinan tidak akan mengerti mengapa
anggota-anggotanya ticlak memahami persoalannya.
b). Kepribadian
Beberapa hasil penelitian menyiratkan bahwa sifat kepribadian seperti kesiagaan, keaslian,
integritas pribadi, dan percaya diri diasosiasikan clengan kepemimpinan yang efektif.
c). Karakteristik fisik
Studi mengenai hubungan antara kepemimpinan yang efektif dan karakteristik fisik seperti
usia, tinggi badan, berat baclan, dan penampilan memberikan hasil-hasil yang bertolak
belakang. Menjadi lebih tinggi dan lebih berat dari rata-rata kelompoknya tentu saja tidak
menguntungkan untuk meraih posisi pemimpin.
Teori Perilaku
Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran bahwa bagaimana
seseorang berperilaku menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang. Daripada berusaha
menemukan sifat-sifat, mereka meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari
pengikut-pengikutnya.
a). Studi clari University of Michigan
Telah kepemimpinan yang dilakukan pada Pusat Riset dan Survei Universitas Michigan,
mempunyai sasaran: melokasi karakteristik perilaku kepemimpinan yang tampaknya dikaitkan
dengan ukuran keefektifan kinerja. Melalui wawancara dengan pemimpin clan pengikutnya,
para peneliti mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yang berbeda, disebut sebagai job-
centered / berorientasi pada pekerjaan clan employee-centered / berorientasi pada karyawan.
1) Pemimpin yang job-centered (berorientasi pada tugas)
menerapkan pengawasan ketat sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan menggunakan
prosedur yang telah ditentukan. Pemimpin ini mengandalkan kekuatan paksaan, imbalan, dan
hukuman untuk mempengaruhi sifat-sifat dan prestasi pengikutnya. Perhatian pada orang
dilihat sebagai suatu hal mewah yang tidak dapat selalu dipenuhi oleh pemimpin.
2). Pemimpin yang berorientasi karyawan percaya dalam mendelegasikan pengambilan
keputusan dan membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya clengan cara
membentuk suatu lingkungan kerja yang suportif. Pemimpin yang berpusat pada karyawan
memiliki perhatian terhadap kemajuan, pertumbuhan dan prestasi pribadi pengikutnya.
Tindakan-tindakan ini diasumsikan dapat memajukan pembentukan dan perkembangan
kelompok.
b). Studi dari Ohio State University
Di antara beberapa program besar penelitian kepemimpinan yang terbentuk setelah Perang
Dunia II, satu yang paling signifikan adalah penelitian yang dipimpin oleh Fleishman dan
rekan-rekannya di Ohio State University. Program ini menghasilkan perkembangan teori dua
faktor dari kepemimpinan. Suatu seri penelitian mengisolasikan dua faktor kepemimpinan,
disebut sebagai membentuk struktur dan konsiderasi.
1). Membentuk struktur, melibatkan perilaku di mana pemimpin mengorganisasikan dan
mendefinisikan hubungan-hubungan di dalam kelompok, cenderung membangun pola dan
saluran komunikasi yang jelas, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar.
Pemimpin yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang tinggi, akan memfokuskan
pada tujuan dan hasil.
2). Konsiderasi, melibatkan perilaku yang menunjukkan persahabatan, saling percaya,
menghargai, kehangatan, dan komunikasi antara pemimpin clan pengikutnya. Pemimpin yang
memiliki konsiderasi tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan partisipasi.
Teori Human Relations
Kepemimpinan sendiri sering di artikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain,
atau kemampuan untuk menggerakkan orang lain dalam rangka mencapai suatu tujuan. Ada
pihak yang mempengaruhi, dan ada pihak yang dipengaruhi. Pihak yang mempengaruhi diberi
label pemimpin (leader), sedangkan pihak yang dipengaruhi disebut sebagai pengikut
(follower). Dalam mempengaruhi pihak lain, orang tidak mungkin bisa melakukannya tanpa
berhubungan dengan orang lain. Orang juga tidak akan dapat menggerakkan orang lain, kalau
selamanya tidak pernah berhubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain, yang
lazim di sebut sebagai hubungan kemanusiaan (human relation) menjadi suatu keniscayaan,
karena tidak pernah ada pengikut dan pemimpin, kalau aspek ini tidak ada. Oleh sebab itu,
Prof. JF Tahalele pun berkonklusi, bahwa inti dari kepemimpinan adalah hubungan
kemanusiaan. Atau, tidak akan ada kepemimpinan, kalau tidak ada hubungan kemanusiaan.
Setiap pemimpinn pasti menjalin hubungan kemanusiaan atau human relation dengan orang
lain. Tidak ada satu pemimpinpun di dunia ini, yang tidak pernah berhubungan dengan orang
lain. Prof. JF Tahalele sering menggambarkan posisi human relations atau hubungan
kemanusiaan, dengan kepemimpinan (leadership), manajemen (management), administrasi
(administration) dan organisasi (organization). Bahwa membuat orang senang, nyaman,
gembira, terhibur dan hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut, menjadikan
orang tergerak hatinya untuk berbuat sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemimpin.
Ketika para follower berbuat sesuai sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemimpin (leader),
maka fungsi pertama, ialah yang terkait dengan pencapaian tujuan, secara otomatis akan
tercapai juga.
Ketika gaya kepemimpinan yang berorientasi terhadap orang, kebutuhan bawahan dan human
relation yang jadi pilihan, seraya sifat-sifat pribadi yang taat terhadap institusi juga menonjol,
maka efektivitas organisasi juga akan tercapai. Sebagai contoh, tingkat kedisiplinan seorang
pemimpin, yang dimulai dari diri sendiri, meskipun diperankan oleh orang yang humanistik,
juga akan menjadi model bagi para pengikut, karena para pengikut juga akan disiplin
sebagaimana pemimpinnya. Ketika seorang pemimpin yang berorientasi terhadap orang,
seraya banyak punya komitmen terhadap pencapaian tujuan organisasi, maka
kepemimpinannya juga menjadi efektif karena perilakunya akan diikuti dengan serta merta
oleh para pengikut (follower).
Teori Situasional
Pendekatan kepemimpinan situasional dapat membantu mengembangkan hubungan dengan
anggota tim karena akan menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan tingkat perkembangan
mereka. Setiap anggota tim membutuhkan tingkat keterlibatan langsung yang khusus dan
kepemimpinan berbasis komunikasi. Kita berhak menilai keterampilan, kepercayaan diri, dan
motivasi anggota tim, serta menentukan jenis gaya kepemimpinan apa yang harus digunakan.
Semua anggota tim memiliki kemampuan, tingkat kepercayaan diri dan motivasi yang berbeda
saat bekerja. Jika menggunakan gaya kepemimpinan yang sama untuk semuanya, beberapa
anggota tim akan memanfaatkan kepemimpinan kita, sementara lainnya akan merasa kurang
dilayani. Metode kepemimpinan situasional bersifat fleksibel dan memungkinkan kita dapat
menyesuaikan gaya kepemimpinan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota.
Ada empat gaya kepemimpinan yang Anda dapat gunakan bergantung pada siapa yang dikelola
dan kapan
1. Mengarahkan
dikenal juga sebagai memandu atau menyuruh. Gaya kepemimpinan ini paling efektif saat
anggota tim membutuhkan pengawasan ketat oleh pemimpin, baik karena mereka kurang
berpengalaman atau berkomitmen pada tugas yang ada.
2. Membimbing
dikenal juga sebagai meyakinkan atau menjelaskan. Gaya kepemimpinan situasional ini paling
efektif untuk pemula yang antusias karena Anda dapat mengamati dan mendukung mereka
tanpa pengawasan ketat.
3. Mendukung
dikenal juga sebagai berpartisipasi atau memfasilitasi. Gunakan gaya kepemimpinan ini jika
anggota tim memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas yang ada tapi
kurang yakin atau termotivasi untuk melakukannya dengan sukses. Sebagai pemimpin, kita
bisa mengajukan pertanyaan terbuka untuk menentukan masalahnya dan membantu mencari
solusi.
4. Mendelegasikan
dikenal juga sebagai memberdayakan atau memantau. Jika anggota tim berprestasi dan percaya
diri, mereka mungkin perlu kita tidak terlalu repot sebagai pemimpin. Gaya ini mendorong
kebebasan bagi anggota tim dan memelihara kepercayaan di antara tim.
Teori Religious
Kepemimpinan religious adalah kepemimpinan yang mampu mengilhami, membangkitkan,
mempengaruhi dan menggerakkan melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang dan
implementasi nilai- nilai dan sifat-sifat ketuhanan lainnya dalam tujuan, proses budaya dan
perilaku kepemimpinan.
Pemimpin dengan kecerdasan religious yang tinggi, menurut Wigglesworth telah menguasai
kemampuan strategis, mampu mendorong dan menginspirasi orang lain. Dengan cara ini, kata-
katanya akand idengar, dan ia dapat menciptakan rasa damai dalam situasi terburuk sekalipun.
Teori Kontemporer
Dalam perkembangannya kepemimpinan berdasarkan teori Kontemporer menurut John
D. Rockefeller adalah Pemimpin transformasional memotivasi bawahan untuk mengerjakan
lebih dari yang diharapkan semula dengan meningkatkan rasa pentingnya bawahan dan nilai
pentingnya pekerjaan. Teori Kepemimpinan kontemporer merupakan teori yang
dikembangkan baru-baru ini, ada beberapa teori kontemporer dalam kepemimpinan yang dapat
disampaikan disini, yaitu. Teori atribusi kepemimpinan, Kepemimpinan kharismatik, dan
Kepemimpinan transformasional.

Sumber :
Syarifudin, E. (2004). Teori Kepemimpinan. Al Qalam, 21(102), 459-477.
Asana.com. 2021. Kepemimpinan Situasional: 4 Gaya dan Karakteristik. Diakses pada 13
September 2022, dari https://asana.com/idi/resources/situational-leadership
Sihotang, Lady Gresia. Academia Edu (blog). Teori Dasar Kepemimpinan. Sumatera Utara :
2011
Rahmawaty, A. (2016). Model kepemimpinan spiritual dalam meningkatkan kepuasan kerja
dan kinerja karyawan di BMT se-Kabupaten Pati. Iqtishadia: Jurnal Kajian Ekonomi dan
Bisnis Islam STAIN Kudus, 9(2), 276-303.

Anda mungkin juga menyukai