Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,
manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup
dalam berkelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan
yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai.
Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan.
Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Untuk
mewujudkannya dibutuhkan sosok seorang panutan yang dapat diandalkan. Sosok itu
dapat disebut dengan pemimpin. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat
mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Namun bagaimana sebenarnya
sosok pemimpin yang baik dan bertanggungjawab serta apa hubungannya pemimpin
dengan kepemimpinan serta kekuasaan.

Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan
diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai
Pemimpin minimal mampu memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada
pemimpinnya, yang secara ideal dipatuhi dan disegani bawahannya. Organisasi tanpa
pimpinan akan kacau balau. Oleh karena itu, harus ada seorang pemimpin yang
memerintah dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan individu,
kelompok dan organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kepemimpinan?
2. Pengertian kepemimpinan,pemimpin dan pimpinan?
3. Apa saja macam-macam kepemimpinan?
4. Jelaskan jenis jenis kekuasaan?
5. Jelaskan perbedaan kepemimpinan dan kekuasaan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui tentang konsep dan gaya kepemimpinan
2. Untuk mengetahui konsep kekuasaan,sumber sumber kekuasaan,jenis jenis
kekuasaan,serta cara mengelola kekuasaan
3. Untuk mengetahui perbedaan kepemimpinan dan kekuasaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan

1. Konsep Kepemimpinan

Untuk sekedar memberikan suatu pandangan teoritis tentang teori


kepemimpinan tidak salahnya jika dikutip tentang kepemimpinan dari Ralph. M.
Stogdill yang telah mengadakan survey tentang teori kepemimpinan dalam bukunya
Hand Book of Leadership. Dari buku tersebut akan dikutip mengenai pengertian teori
kepemimpinan,tipe dan fungsi kepemimpinan..

2. Pengertian Kepemimpinan,Pemimpin dan pimpinan

Kepemimpinan adalah Suatu ilmu dan seni mempengaruhi orang lain atau
kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.

Pemimpin adalah adalah orang yang memimpin atau orang-orang yang


menentukan tujuan, motivasi, dan tindakan kepada orang lain. Orang yang diangkat
menjadi pemimpin adalah orang yang mempunyai kelebihan dari anggota lainnya baik
yang berasal dari dalam diri ( memiliki bakat sebagai pemimpin, dan memiliki sifat-
sifat pemimpin) dan yang berasal dari luar diri (memiliki hubungan baik dengan orang
yang sedang berkuasa, banyak teman baik, memiliki kekayaan)..

Pimpinan adalah orang yang memimpin orang terpilih sebagai pemimpin. Ia


terpilih sebagai pemimpin karena memiliki keunggulan kompetitif dan atau
keunggulan komperatif didalam kelompoknya.

3.Fungsi Pemimpin

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan


sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang
bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :

 Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi


dan menyediakan fasilitasnya.

 Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing,


staffing, directing, commanding, controling, dsb.

Gibson dan Stephen Robbins: pendekatan ciri dan perilaku menghasilkan studi yang
menunjukkan bahwa kepemimpinan efektif tergantung kepada sejumlah variabel, misalnya
kultur organisasi, sifat dan tugas, aktifitas kerja dan nilai serta pengalaman manajerial. Tak
satupun ciri yang berlaku sama untuk semua pemimpin yang efektif. Tidak satupun gaya
yang efektif dalam semua situasi. Faktor faktor itu antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kepribadian, penagalaman masa lampau dan harapan pemimpin

Manajer yang berhasil banyak dibuktikan dari pribadi yang memenuhi, pengalaman
yang bermanfaat serta harapan yang merupakan visi dariperjuangannya. Dari
kepribadian, pengalaman dan harapannya akan sangat mempengaruhi gaya yang
diperlukan dalam mencapai keberhasilan

2. Harapan dan perilaku atasan


Gaya kepemimpinan yang disetujui atasan manajersangat penting dalam menentukan
orientasi arah yang akan dipilih manajer contoh: seorang atasan kadang-kadang
menyukai gaya yang beorientasi kepada tugas, maka manajer harus menyukainya

3. Karakteristik harapan dan perilaku bawahan


Bawahan membawa peran yang penting dalam menentukan gaya kepemimpinan
manajer, karena mereka sebagai orang yang diperlukan dalam mempengaruhi.
Tanggapan bawahan terhadap kepemimpinan berperan penting
bagi keberhasilan manajer. Karakteristik bawahan, harapan dan perilaku
ketiganya adalah sebagai masukan bagi keberhasilan manajer.

4. Persyaratan tugas
Persyaratan dalam bentuk cara kerja bagi bawahan akan mempengaruhi gaya
kepemimpinan, misalnya pekerjaan yang memerlukan intruksi yang tepat seperti
pendataan tentunya menuntut gaya yang berorientasi kepada tugas.

5. Kultur dan kebijakan organisasi


6. Harapan dan perilaku rekan

4. Teori-teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh
mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan
dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara
lain :

 Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian


pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang
kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya,
teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang
berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan
tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara
lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.Keith Devis merumuskan 4 sifat umum
yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :

1. Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang


tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.

2. Kedewsaaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal


maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

3. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin
pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
4. Sikap Hubungan Kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para


pengikutnya mampu berpihak kepadanya

 Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini


memiliki kecendrungan kearah 2 hal.

1. Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan


hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti :
membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.

2. Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan


batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat
instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan
hasil yang akan dicapai. Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik
adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi
kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.

 Teori Psikoanalitis
Teori ini menginterpretasikan pemimpin sebagai figur seorang ayah, sebagai
sumber dari kasih dan ketakutan, sebagai simbol dari superego, sebagai tempat
pelampiasan kekecewaan, frustrasi dan agresivitas para pengikut, tetapi juga sebagai
orang yang berbagi kasih kepada para pengikutnya. Banyak pemimpin seperti ini yang
dapat ditelusuri karakteristik kepemimpinannya sejak anak-anak, dari budaya dan dari
hubungan dengan orang tuanya. Tipe kepemimpinan semacam Hitler dapat
digolongkan seperti ini.

 Teori Lingkungan
Banyak teori sebelumnya yang mengatakan bahwa tampilnya seorang pemimpin
adalah sebagai hasil ramuan dari waktu, tempat, situasi dan keadaan. Tiap masa
mempunyai keunikan dan melahirkan pemimpin yang mampu mengisi kekosongan
pada saat itu. Tampilnya seorang pemimpin sebenarnya tergantung pada kemampuan
dan keterampilannya menyelesaikan masalah sosial yang memang saat dibutuhkan
disaat timbul ketegangan, perubahan-perubahan dan adaptasi. Corazon Aquino
mungkin salah satu contoh dari pemimpin yang dilahirkan oleh lingkungan dimana
massa tidak mempersoalkan kualitasnya sebagai seorang negarawan ulung.

 Teori orang besar (Great Man Theories)


Banyak tokoh dunia yang telah menentukan arah sejarah umat manusia. Tanpa
Winston Churcill Misalnya, Inggris sudah hilang pada tahun 1940. Faktor keberuntungan
juga melengkapi atribut seorang tokoh dunia yang berhasil mengarahkan sejarah.
Misalnya Lenin, andaikata ia digantung oleh rezim lama dan tidak diasingkan, maka
sejarah Uni Soviet akan lain pula. Di samping itu, latar belakang keturunan keluarga
Monarkhi telah terbukti dari penelitian F.A. Woods tahun 1913 bahwa saudara-saudara
para raja juga mempunyai pengaruh yang luas dalam kerajaan tersebut. Bukan itu saja.
Perkawinan antar keluarga kerajaan telah melahirkan kelompok aristokrat yang juga ikut
berpengaruh luas di dalam masyarakat.

 Teori Antisipasi-Interaksi
Model teori ini antara lain Leader Role Theory dimana variabel utama dari
kepemimpinan ini adalah action, interaction dan sentiments. Apabila frekuensi interaksi
dan peran serta dalam aktifitas bersama itu meningkat, maka perasaan saling memiliki
itu akan timbul dan norma-norma kelompok akan makin jelas. Apalagi semakin tinggi
jabatan orang-orang dalam kelompok, semakin mungkin aktifitas mereka mendekati
atau sesuai dengan norma-norma kelompok, semakin melebar interaksi itu dan semakin
banyak orang dalam kelompok itu yang terlibat dalam interaksi

 Teori Manusiawi

Teori ini menekankan pada pertumbuhan dan perkembangan dari suatu organisasi
yang efektif dan kohesif. Kalau manusia adalah organisme yang dapat dimotivasi, maka
organisasi justru dapat dimanipulasi dan dikendalikan. Oleh karena itu fungsi
kepemimpinan disini adalah memodifikasi organisasi sedemikian rupa sehingga orang-
orang dalam organisasi merasa memiliki kebebasan untuk merealisasikan potensi
motivasionalnya dalam memenuhi kebutuhannya, tetapi juga pada saat bersamaan dapat
memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.
 Teori Pertukaran

Teori ini berpandangan bahwa interaksi sosial merupakan suatu bentuk pertukaran,
yang anggota-anggota kelompok memberi dan menerima kontribusi secara sukarela
atau Cuma-Cuma. Interaksi ini berjalan terus karena anggota-anggota merasakan
manfaat darinya, bukan saja antar sesama mereka sebagai anggotatetapi bermanfaat
juga antar sebagai bawahan dan pimpinannya sebagai atasan.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership
Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap
filsafat, keterampilan dan sikapnya.

5. Gaya kepemimpinan
adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi
dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu. Gaya
tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap
tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin
yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya
mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi
ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis)
berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika
pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan
gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang
diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.

Bebarapa Gaya Kepemimpinan diantaranya adalah :

1. Otokratis

Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam


mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya
sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau
melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya
negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada
juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan
dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang
kompeten.

2. Partisipasif

Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga


keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.

3. Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan
pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan
pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama,
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.

4. Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi
bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari
kuasa dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok
baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.

Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan,
yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan
kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya
kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas
yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat
orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.

Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya


merupakan pemimpinyan terbaik.

Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing –
masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalam situasi yang tepat meskipun
disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa
sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang.
Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang
mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi
lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah

 Directing

Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum
memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila
anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu
dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-
communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan
pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan
harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.

 Coaching

Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi
juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang
tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi
suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan
komunikasi yang baik dengan mereka.

 Supporting

Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya


dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara
detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama
dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik –
teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan
anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk
lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan
saran – saran mereka mengenai peningkatan kinerja.

 Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan
tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf
kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas
mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung
dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya.
Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational
leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan
dari orang – orang yang dipimpinnya.

Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya
perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi,
penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan.
Inilah yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan
situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :

 Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat


pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.

 Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan


untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa
terhadap situasi.

 Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk


menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita
terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran
pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision
making) (Gordon, 1996 : 314-315).

6.Tipologi kepemimpinan

Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang


beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut (Siagian, 1997).

 Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau
ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi,
Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap
bawahan sebagai alat semata mata,Tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan
penggerakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung
unsur paksaan dan bersifat menghukum.

 Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang
pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi
militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin
yang memiliki sifat-sifat berikut: Dalam menggerakan bawahan sistem
perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan
senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas
yang berlebih-lebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
Sukar menerima kritikan dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara
untuk berbagai keadaan.

 Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah
seorang yang memiliki ciri sebagai berikut: menganggap bawahannya sebagai
manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective);
jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya
untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.

 Tipe Karismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab
mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa
pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan
karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat
besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan
mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya
pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang
karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian
diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur,
kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma.
Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang
yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki
karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden
Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai
orang yang 'ganteng".
 Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin
yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi
karena tipe kepemimpinan ini modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan
itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat
kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih
sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya
sebagai pemimpin.

Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis


bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang
paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang
pemimpin yang demokratis.

2.2. Kekuasaan

Kekuasaan (authority) adalah kemampuan untuk memerintah dan memberi


keputusan yang baik secara langsung maupun tidak mempengaruhi tindakan -
tindakan pihak lainnya. Melihat sifat ilmu sosial yang tidak etis normatif maka
kekuasaan memiliki pengertian yang netral untuk melihat baik dan buruknya perlu di
lihat penggunaannya bagi keperluan masyarakat.

1. Hakikat Kekuasaan dan Sumbernya

Dalam setiap hubungan antaramanusia maupun antarkelompok sosial selalu


tersimpul pengertian pengertian kekuasaan. Untuk sementara pembahasan akan
dibatasi pada kekuasaan, yang diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut.
Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan. Kekuasaan mencakup
kemampuan untuk memerintah (agar yang diperintah patuh) dan juga untuk memberi
keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
tindakan-tindakan pihak-pihak lainnya.
Kekuasan mempunyai aneka macam bentuk dan bermacam-macam sumber.
Hak milik kebendaan dan kedudukan merupakan sumber kekuasaan. Birokrasi juga
merupakan salah satu sumber kekuasaan, disamping kemampuan khusus dalam
bidang ilmu-ilmu pengetahuan yang tertentu ataupun atas dasar peraturan-peraturan
hukum yang tertentu. Jadi, kekuasaan terdapat di mana-mana, dalam hubungan sosial
maupun di dalam organisasi-organisasi sosial. Akan tetapi, pada umumnya kekuasaan
yang tertinggi berada pada organisasi yang dinamakan "negara". Secara formal negara
mempunyai hak untuk melaksanakan kekuasaan tertinggi. Kalau perlu, dengan
paksaan. Juga negaralah yang membagi¬ bagikan kekuasaan yang lebih rendah
derajatnya. Itulah yang dinamakan kedaulatan (sovereignity). Kedaulatan biasanya
dijalankan oleh sego-longan kecil masyarakat yang menamakan diri the ruling class.
Ini merupakan gejala yang umum dalam setiap masyarakat.
Dalam kenyataan, di antara orang-orang yang merupakan warga the ruling
class, pasti ada yang menjadi pemimpinnya, meskipun menurut hukum dia tidak
merupakan pemegang kekuasaan yang tertinggi. Misalnya pada negara-negara yang
berbentuk kerajaan, sering terlihat kenyataan bahwa seorang perdana menteri
mempunyai kekuasaan yang lebih besar dari raja dalam menjalankan kedaulatan
negara.

2. Jenis Jenis kekuasaan

 Legtimate Poer (Kekuasaan yang terlegitimasi atau sah)


Kekuasaan yang memberi otoritas atau wewenang (authority) kepada
seorang pemimpin untuk memberi perintah, yang harus didengar dan dipatuhi
oleh anak buahnya. Kekuasaan yang diperoleh sebagai konsekuensi hierarki
dalam organisasi.
 Reward power (kekuasaan balas jasa)
adalah kekuasaan untuk memberi keuntungan positif atau penghargaan
kepada yang dipimpin. Tentu hal ini bisa terlaksana dalam konteks bahwa
sang pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan
penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahannya. Penghargaan
bisa berupa pemberian hak otonomi atas suatu wilayah yang berprestasi,
promosi jabatan, uang, pekerjaan yang lebih menantang, dan sebagainya.
 Coivive power ( kekuasaan pemaksaan)
Adalah kekuasaan untuk melaksanakan kepatuhan dengan memakai
ancaman psikologis, emosional ataufisi. Pada zaman dahulu, fisik dalam
organisasi relatif lazim lakukan. Namun, pada saat ini ancaman fisik akan
bertentangan dengan prinsip hukum dan etika bisnis. Pada saat ini, paksaan
lebih terbatas padaperingatan verbal (lisan ), peringatan tertulis, demosi dan
PHK.
 Referent power (kekuasaan referen)
Bersifat abstrak. Merupakan kekuasaan yang diperoleh dari karisma,
keteladanan, sikap dan kepribadian dari pemimpin.
 Expert power (kekuasaan ahli )
Merupakan kekuasaan karena informasi maupun keahlian. Selain itu
seseorang akan memiliki expert power semakin tinggi jika ia memiliki
keahlian yang langka dan semakin dibutuhkan.
 Connection Power (Kekuasaan Hubungan)
Kekuasaan ini bersumber pada hubungan yang dijalin oleh pimpinan
dengan orang-orang penting dan berpengaruh baik di luar atau di dalam
organisasi.

3. Unsur-Unsur Saluran Kekeuasaan dan Dimensinya

Kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antara manusia


maupun antara kelompok mempunyai beberapa unsur pokok, yaitu:

1. Rasa Takut, perasan takut kepada penguasa membuat pihak lain


memunculkan sikap patuh terhadap segala kemauan dan tindakan
penguasa yang ditakuti.

2. Rasa Cinta, kecintaan akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang


baik. Sebagaimana halnya rasa takut, kecintaan terhadap penguasa
akan menimbulkan kepatuhan karena rasa menyenangkan semua pihak.

3. Kepercayaan, kepercayaan merupakan hasil dari hubungan simetris


yang asosiatif. Dasar kepecayaan didapatkan karena masing-masing
pihak telah mengetahui pihak lain. Melalui rasa kepercayaan, segala
keinginan suatu pihak akan dilaksanakan pencapaiannya oleh pihak
lain.

4. Pemujaan, memberi arti bahwa penguasa adalah pihak yang dipuja.


Akibatnya, apapun yang dilakukan oleh pihak yang dipuja selalu
benar, atau setidaknya dianggap sebagai kebenaran.

Apabila dilihat dalam masyarakat, maka kekuasaan di dalam


pelaksanaannya melalui saluran-saluran, sebagai berikut:

1. Saluran Militer,Penguasa lebih cendrung menggunakan paksaan


dengan maksud menimbulkan rasa takut masyarakatnya, sehingga
tunduk pada kemauan penguasa.

2. Saluran Ekonomi, penguasa cenderung menguasai sendi-sendi


kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Penguasaan atas sendi pemenuhan kebutuhan hidup tersebut membuat
rakyat tidak memiliki pilihan lain dan penguasa dapat melaksanakan
perintah-perintahnya melalui peraturan-peraturan yang disertai atribut
sanksi.

3. Saluran Politik, penguasa membuat peraturan melalui badan-badan


yang bewenang dan sah menurut masyarakat. Hal ini dibuat untuk
meyakinkan dan memaksa masyarakat mentaati peraturan yang
dikeluarkan penguasa.

4. Saluran Tradisional, terjadi menyesuaian antara tradisi pemegang


kekuasaan dengan tradisi yang ada dalam masyarakat. Kesesuaian
tersebut membuat pelaksaan kekuasaan dapat berjalan lancar.

5. Saluran Ideologi, doktrin-doktrin atau ajaran dikeluarkan penguasa


yang bertujuan menerangkan sekaligus menjadi pembenaran
pelaksanaan kekuasaannya. Doktrin dan ajaran yang dikeluarkan
disampaikan secara berulang dan masuk ke dalam ranah bawah sadar
masyarakat, sehingga doktrin tersebut terinternalisasi dalam jiwa
masyarakatnya.

4. Perbedaan Kepemimpinan dan Kekuasaan

Konsep kepemimpinan dan kekuasaan mempunyai hubungan yang


erat. Bahkan seringkali orang menganggap bahwa kepemimpinan adalah
identik dengan kekuasaan.

Kekuasaan tidak membutuhkan kesesuaian tujuan, hanya


ketergantungan, sedangkan kepemimpinan membutuhkan kesesuaian tujuan
antara pemimpin dengan orang yang dipimpinnya.

Kepemimpinan berfokus pada pengaruh atasan atau pemimpin


terhadap bawahannya dan meminimalkan pentingnya bentuk pengaruh
kesamping dan ke atas. Sedangkan kekuasaan selain berfokus pada pengaruh
terhadap bawahan, juga berfokus pada pengaruh kekuasaan dan Taktik
Mempengaruhi Orang Lain terhadap atasan maupun kepada sesama teman
yang berada pada tingkat yang sama.

Kepemimpinan lebih menekankan pada cara atau gaya kepemimpinan


yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan kekuasaan, lebih
memfokuskan diri pada taktik-taktik untuk mendapatkan kesepakatan.

Kepemimpinan lebih merupakan kekuasaan yang dimiliki secara


individual, sedangkan kekuasaan, bukan hanya dapat dimiliki oleh individu
tertentu, namun juga dapat dimiliki oleh beberapa atau sekelompok orang.

5. Cara Mempertahankan Kekuasaan

Setiap penguasa memiliki kecenderungan untuk mempertahankan


kekuasaannya. Manusia menurut hakikatnya selalu memiliki hasrat untuk
berkuasa, baik berkuasa untuk dirinya maupun berkuasa untuk pihak lain.
Karenanya mempertahankan kekuasaan menjadi hal yang penting dalam
konteks penguasa, diperlukan suatu cara untuk mempertahankannya, yaitu:
 Menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama
dalam bidang politik
 Mengadakan sistem-sistem kepercayaan (belief systems) yang
akan dapat memperkokoh kedudukan penguasa atau
golongannya.
 Melaksanakan adminitrasi dan birokrasi yang baik.
 Mengadakan konsolidasi horizontal dan vertikal.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Seperti yang telah dibahas, bahwa yang dinamakan Pemimpin adalah orang
yang memimpin orang terpilih sebagai pemimpin. ia terpilih sebagai pemimpin karena
memiliki keunggulan kompetitif dan atau keunggulan komperatif didalam
kelompoknya. Hal ini sangat dibutuhkan dalam mengatur atau mendayagunakan
sumber-sumber potensial yang ada dalam organisasinya tersebut.

Di dalam sebuah kepemimpinan, tidak akan lepas juga dari istilah kekuasaan.
Kekuasaan ini bersifat dominan. Karena apabila kekuasaan tidak ada dalam diri
seorang pemimpin, maka kurang utuh wewenang dari pada pemimpin yang
bersangkutan. Banyak seorang ahli yang telah menyatakan definisi-definisi dari
kekuasaan.

Kekuasaan (power) erat sekali hubungannya dengan kepemimpinan. Dengan


memberikan hubungan yang menyeluruh antara kepemimpinan dan kekuasaan
Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia.

Hubungan pemimpin dan kekuasaan adalah ibarat gula dengan manisnya,


ibarat garam dengan asinnya. Dua duanya tak terpisahkan. Kepemimpinan yang
efektif (effective leadership) terealisasi pada saat seorang pemimpin dengan
kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang
memuaskan. Ketika kekuasaan ternyata bisa timbul tidak hanya dari satu sumber,
kepemimpinan yang efektif bisa dianalogikan sebagai movement untuk
memanfaatkan genesis (asal usul) kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang
tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Harbani, Pasolong. 2008. Kepemimpinan Birokrasi, Bandung : CV.Alfabeta.

Bass, B.M. 1985. Leadership And Performance Beyond The Expectations.

Ardana, Komang; Mujiati, Ni Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung. Perilaku


Keorganisasian.

Syafiie,Inu Kencana. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Refika Aditima. Bandung.

Hayani, Nurrahmi. Pengantar Manajemen. 2014. Pekanbaru. Penerbit Benteng Media.


L. Gibson, James,dkk. Organisasi Perilaku Struktur Proses. 1985. Jakarta. Erlangga. Ed.
7.

Prenada Media Group.Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep dasar dan Aplikasinya.
2005. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai