PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,
manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup
dalam berkelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan
yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai.
Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan.
Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Untuk
mewujudkannya dibutuhkan sosok seorang panutan yang dapat diandalkan. Sosok itu
dapat disebut dengan pemimpin. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat
mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Namun bagaimana sebenarnya
sosok pemimpin yang baik dan bertanggungjawab serta apa hubungannya pemimpin
dengan kepemimpinan serta kekuasaan.
Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan
diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai
Pemimpin minimal mampu memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada
pemimpinnya, yang secara ideal dipatuhi dan disegani bawahannya. Organisasi tanpa
pimpinan akan kacau balau. Oleh karena itu, harus ada seorang pemimpin yang
memerintah dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan individu,
kelompok dan organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kepemimpinan?
2. Pengertian kepemimpinan,pemimpin dan pimpinan?
3. Apa saja macam-macam kepemimpinan?
4. Jelaskan jenis jenis kekuasaan?
5. Jelaskan perbedaan kepemimpinan dan kekuasaan?
2.1 Kepemimpinan
1. Konsep Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah Suatu ilmu dan seni mempengaruhi orang lain atau
kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
3.Fungsi Pemimpin
Gibson dan Stephen Robbins: pendekatan ciri dan perilaku menghasilkan studi yang
menunjukkan bahwa kepemimpinan efektif tergantung kepada sejumlah variabel, misalnya
kultur organisasi, sifat dan tugas, aktifitas kerja dan nilai serta pengalaman manajerial. Tak
satupun ciri yang berlaku sama untuk semua pemimpin yang efektif. Tidak satupun gaya
yang efektif dalam semua situasi. Faktor faktor itu antara lain adalah sebagai berikut:
Manajer yang berhasil banyak dibuktikan dari pribadi yang memenuhi, pengalaman
yang bermanfaat serta harapan yang merupakan visi dariperjuangannya. Dari
kepribadian, pengalaman dan harapannya akan sangat mempengaruhi gaya yang
diperlukan dalam mencapai keberhasilan
4. Persyaratan tugas
Persyaratan dalam bentuk cara kerja bagi bawahan akan mempengaruhi gaya
kepemimpinan, misalnya pekerjaan yang memerlukan intruksi yang tepat seperti
pendataan tentunya menuntut gaya yang berorientasi kepada tugas.
4. Teori-teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh
mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan
dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara
lain :
1. Kecerdasan
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin
pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
4. Sikap Hubungan Kemanusiaan
Teori Psikoanalitis
Teori ini menginterpretasikan pemimpin sebagai figur seorang ayah, sebagai
sumber dari kasih dan ketakutan, sebagai simbol dari superego, sebagai tempat
pelampiasan kekecewaan, frustrasi dan agresivitas para pengikut, tetapi juga sebagai
orang yang berbagi kasih kepada para pengikutnya. Banyak pemimpin seperti ini yang
dapat ditelusuri karakteristik kepemimpinannya sejak anak-anak, dari budaya dan dari
hubungan dengan orang tuanya. Tipe kepemimpinan semacam Hitler dapat
digolongkan seperti ini.
Teori Lingkungan
Banyak teori sebelumnya yang mengatakan bahwa tampilnya seorang pemimpin
adalah sebagai hasil ramuan dari waktu, tempat, situasi dan keadaan. Tiap masa
mempunyai keunikan dan melahirkan pemimpin yang mampu mengisi kekosongan
pada saat itu. Tampilnya seorang pemimpin sebenarnya tergantung pada kemampuan
dan keterampilannya menyelesaikan masalah sosial yang memang saat dibutuhkan
disaat timbul ketegangan, perubahan-perubahan dan adaptasi. Corazon Aquino
mungkin salah satu contoh dari pemimpin yang dilahirkan oleh lingkungan dimana
massa tidak mempersoalkan kualitasnya sebagai seorang negarawan ulung.
Teori Antisipasi-Interaksi
Model teori ini antara lain Leader Role Theory dimana variabel utama dari
kepemimpinan ini adalah action, interaction dan sentiments. Apabila frekuensi interaksi
dan peran serta dalam aktifitas bersama itu meningkat, maka perasaan saling memiliki
itu akan timbul dan norma-norma kelompok akan makin jelas. Apalagi semakin tinggi
jabatan orang-orang dalam kelompok, semakin mungkin aktifitas mereka mendekati
atau sesuai dengan norma-norma kelompok, semakin melebar interaksi itu dan semakin
banyak orang dalam kelompok itu yang terlibat dalam interaksi
Teori Manusiawi
Teori ini menekankan pada pertumbuhan dan perkembangan dari suatu organisasi
yang efektif dan kohesif. Kalau manusia adalah organisme yang dapat dimotivasi, maka
organisasi justru dapat dimanipulasi dan dikendalikan. Oleh karena itu fungsi
kepemimpinan disini adalah memodifikasi organisasi sedemikian rupa sehingga orang-
orang dalam organisasi merasa memiliki kebebasan untuk merealisasikan potensi
motivasionalnya dalam memenuhi kebutuhannya, tetapi juga pada saat bersamaan dapat
memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.
Teori Pertukaran
Teori ini berpandangan bahwa interaksi sosial merupakan suatu bentuk pertukaran,
yang anggota-anggota kelompok memberi dan menerima kontribusi secara sukarela
atau Cuma-Cuma. Interaksi ini berjalan terus karena anggota-anggota merasakan
manfaat darinya, bukan saja antar sesama mereka sebagai anggotatetapi bermanfaat
juga antar sebagai bawahan dan pimpinannya sebagai atasan.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership
Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap
filsafat, keterampilan dan sikapnya.
5. Gaya kepemimpinan
adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi
dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu. Gaya
tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap
tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin
yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya
mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi
ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis)
berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika
pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan
gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang
diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
1. Otokratis
2. Partisipasif
3. Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan
pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan
pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama,
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
4. Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi
bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari
kuasa dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok
baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan,
yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan
kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya
kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas
yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat
orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing –
masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalam situasi yang tepat meskipun
disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa
sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang.
Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang
mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi
lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum
memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila
anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu
dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-
communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan
pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan
harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi
juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang
tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi
suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan
komunikasi yang baik dengan mereka.
Supporting
Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan
tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf
kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas
mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung
dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya.
Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational
leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan
dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya
perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi,
penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan.
Inilah yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan
situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
6.Tipologi kepemimpinan
Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau
ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi,
Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap
bawahan sebagai alat semata mata,Tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan
penggerakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung
unsur paksaan dan bersifat menghukum.
Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang
pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi
militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin
yang memiliki sifat-sifat berikut: Dalam menggerakan bawahan sistem
perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan
senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas
yang berlebih-lebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
Sukar menerima kritikan dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara
untuk berbagai keadaan.
Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah
seorang yang memiliki ciri sebagai berikut: menganggap bawahannya sebagai
manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective);
jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya
untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
Tipe Karismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab
mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa
pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan
karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat
besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan
mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya
pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang
karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian
diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur,
kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma.
Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang
yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki
karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden
Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai
orang yang 'ganteng".
Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin
yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi
karena tipe kepemimpinan ini modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan
itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat
kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih
sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya
sebagai pemimpin.
2.2. Kekuasaan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti yang telah dibahas, bahwa yang dinamakan Pemimpin adalah orang
yang memimpin orang terpilih sebagai pemimpin. ia terpilih sebagai pemimpin karena
memiliki keunggulan kompetitif dan atau keunggulan komperatif didalam
kelompoknya. Hal ini sangat dibutuhkan dalam mengatur atau mendayagunakan
sumber-sumber potensial yang ada dalam organisasinya tersebut.
Di dalam sebuah kepemimpinan, tidak akan lepas juga dari istilah kekuasaan.
Kekuasaan ini bersifat dominan. Karena apabila kekuasaan tidak ada dalam diri
seorang pemimpin, maka kurang utuh wewenang dari pada pemimpin yang
bersangkutan. Banyak seorang ahli yang telah menyatakan definisi-definisi dari
kekuasaan.
Prenada Media Group.Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep dasar dan Aplikasinya.
2005. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.