Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungannya. Manusia hidup berkelompok
baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup
perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga
kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih
mana yang baik serta mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu
mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik,
kehidupan sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk
memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri,
kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif
pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar
masalah dapat terselesaikan dengan baik.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang diuraikan, terdapat rumusan masalahan yang dapat
diangkat antara lain :
1. Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?
2. Adakah teori – teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
3. Bagaimanakan gaya kepemimpinan yang baik?
4. Apa dan bagaimana kah metode kepemimpinan?
5. Bagaimana perilaku kepemimpinan yang seharusnya?

1
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai pelatihan untuk mahasiswa
menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas, serta agar
mahasiswa mampu lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
kepemimpinan.

D. METODE PENULISAN
Dari banyak metode yang diketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan melalui
media online. Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih efektif dan efisien, dalam
mencari bahan dan data – data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk
penyusunan makalah ini.

E. RUANG LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingkup
makalah ini terbatas pada pembahasan mengenai kepemimpinan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai
dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan.
Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.

Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :

1. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuan.

2. Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang


formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang
bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan
perusahaan.

3. Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu


menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.
Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima
kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri
mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.

4. Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan
orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.

5. Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.

3
6. Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :

a. Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya
menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.

b. Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat


berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.

c. Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai
apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri
para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan
bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya
yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap
yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to
abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to
accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan
orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan
kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa
yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan

4
yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena
untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak
faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada
sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan,
bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi
yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada
dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
1. Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
2. Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.

B. TEORI KEPEMIMPINAN
Efektvitas seorang pemimpin sebenarnya tidak akan pernah terlepas dari kemampuannya
untuk membaca. Membaca yang dimaksud di sini yaitu membaca situasi yang dihadapi dan
menyelaraskannya dengan gaya kepemimpinan yang tepat sehingga dapat memenuhi
tuntutan dari situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan tersebut tentunya
membutuhkan kemampuan dan menentukan ciri khas serta perilaku tertentu. Adapun lebih
lanjutnya, berikut 3 teori kepemimpinan menurut para ahli sebagai berikut:

1. Teori Sifat,
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung
dengan sifatnya, ciri khas yang dimiliki, dan perangainya. Maka untuk menjadi
pemimpin yang sukses dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin.
Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak lain berupa kualitas dengan berbagai sifar,
ciri, dan perangainya.

5
2. Teori Perilaku
Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat
menjalankan kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna
mencapai tujuan. Dalam hal ini seorang pemimpin memiliki beberapa deskripsi
perilaku. Mulai dari seorang pemimpin yang cenderung mengutamakan bawahan,
bersikap ramah, mendukung, membela, mau mendengarkan, mau berkonsultasi, dan
memikirkan kesejahteraan kelompoknya. Namun, ada pula seorang pemimpin yang
berorientasi pada bawahan atau produksi. Pemimpin yang berorietasi pada bawahan
ditandai dengan adanya penekanan atas hubungan atasan dan bawahan, sementara
pimpinan yang berorientasi pada produksi cenderung ditandai dengan penekanan pada
segi teknis pekerjaan.

3. Teori Situasional
Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin
ditentukan oleh ciri kepemimpinannya itu sendiri. Misalnya dengan berperilaku yang
sesuai dengan tuntutan situasi organisasional dan situasi kepemimpinan yang dihadapi
tentu dengan mempertimbangkan faktor ruang dan waktu. Faktor-faktor situasional
yang berpengaruh pada gaya kepemimpinan bisa berupa adanya ancaman dari luar
kelompok, tingkat stress, kompleksitas tugas, norma yang dianut dalam kelompok, dan
masih banyak lagi.

C. GAYA KEPEMIMPINAN
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership
Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap
filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan
bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang
untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa
ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya
kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu

6
didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam
pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun
nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika
pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya
kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima
dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi. Selain gaya kepemimpinan
di atas masih terdapat gaya lainnya sebagai berikut :

1. Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam
mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri,
dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja
yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.

2. Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan
yang diambil tidak bersifat sepihak.

3. Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan
pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang
demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja
dan dapat mengarahkan diri sendiri.

4. Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi
bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan

7
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang.
Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang
mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi
oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara
mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah :

1. Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum
memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila
anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu
dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-
communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan
pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus
menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.

2. Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga
menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang
tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi
suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti
tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi
yang baik dengan mereka.

3. Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam
melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail,

8
tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan
bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang
dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam
hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran –
saran mereka mengenai peningkatan kinerja.

4. Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan
tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf
kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas
mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

D. METODE KEPEMIMPINAN
Untuk memperbaiki mutu kepemimpinan dan sekaligus membantu berhasilnya
kepemimpinan di dalam suatu organisasi maka diperlukan adanya metode kepemimpinan.
Menurut Ordway Tead (Suryaningrat, 1986:69), metode kepemimpinan terdiri dari:

1. Memberi Perintah
Metode ini timbul dari keadaan dan hubungan kerja. Oleh karena itu, perintah adalah
merupakan fakta fungsional dari suatu organisasi. Dalam organisasi yang formal,
perintah itu biasanya sudah tercakup dalam tugas dan kewajiban. Dalam hal ini adalah
tugas dan kewajiban Kepala Desa. Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin
dalam memberi perintah di antaranya adalah:
a. Perintah harus tegas dan jelas;
b. Pemberian perintah jangan diberikan secara sekaligus dan terlalu banyak;
c. Dalam pemberian perintah yang langsung, harus selalu memperhatikan sopan
santun.

9
2. Memberi Celaan
Untuk menjaga keseimbangan dan keadilan di kalangan anggota kelompok, maka
pemimpin harus mampu dan berani mengambil tindakan terhadap anggota
kelompok/organisasi yang tidak baik, yang berbuat salah dan merugikan terhadap
organisasinya. Hal yang perlu diperhatikan oleh pemimpin saat memberi celaan, antara
lain:
a. Pemberian teguran atau celaan hendaknya didasarkan kepastian bahwa kesalahan
itu benar-benar terletak pada individu yang dicela atau ditegur.
b. Pemberian teguran atau celaan dari pemimpin hendaknya disampaikan secara
rahasia atau tidak di depan umum.

3. Memberi Pujian
Seorang pemimpin hendaknya bersikap penuh perhatian serta mampu pula untuk
membesarkan hati para anggota organisasi yang telah menunjukkan prestasi yang
banyak, kegiatan, serta sumbangsihnya terhadap pencapaian tujuan organisasi. Dalam
praktiknya, pemberian pujian dapat berupa pemberian penghargaan baik berupa
piagam, ataupun barang. Dalam memberi pujian, seorang pemimpin hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemberian pujian oleh pemimpin harus tepat (waktunya jangan sampai terlambat);
b. Pemberian pujian oleh pemimpin hendaknya diberikan secara terbuka atau di
hadapan anggota organisasi.

4. Memelihara Tingkah Laku Pribadi


Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan oleh pemimpin pemerintahan pada setiap
tingkatan adalah merupakan cerminan dari kualitas suprastruktur, oleh karenanya
tindakan ataupun tingkah laku pemimpin harus tetap menjadi contoh atau teladan bagi
anggota organisasi atau masyarakat di sekitarnya.

5. Memperoleh Saran
Menjadi suatu keharusan bagi seorang pemimpin untuk mau menerima pendapat atau
saran dari anggota organisasi, dan menjadi tugas pemimpin pula untuk selalu

10
membangkitkan inisiatif anggota organisasi agar mau menyumbangkan pendapat atau
saran untuk kepentingan kelompok.

6. Memperkuat Rasa Kesatuan Kelompok


Seorang pemimpin tidak hanya memikirkan dan bertindak ke dalam organisasi untuk
mengajak, mengarahkan, atau mengatur saja, akan tetapi seorang pemimpin harus pula
mampu menjadikan seluruh unsur organisasi khususnya manusianya untuk selalu
berada dalam satu gerak dan arah.

7. Memperhatikan Pengenalan Pada Kelompok


Seorang yang dianggap baik dan dipilih menjadi pemimpin sering kali orang yang
dekat dengan anggota organisasi. Oleh sebab itu hal penting bagi seorang pemimpin
adalah melakukan pendekatan pribadi kepada anggota organisasi atau kelompok agar
tetap tercipta suatu kemanunggalan di antara pemimpin dengan seluruh orang di dalam
organisasi itu.

8. Menciptakan Disiplin Pribadi Kelompok


Banyak pekerjaan yang ternyata lebih baik kalau dikerjakan di bawah aturan disiplin
tertentu daripada dikerjakan secara bebas. Disiplin merupakan bentuk ketaatan serta
pengendalian diri dari setiap orang yang berguna untuk mengatasi segala hambatan
dalam kelompok, seperti perselisihan, kelambatan, kecerobohan, pemborosan. Untuk
menciptakan disiplin pribadi dalam kelompok, seorang pemimpin harus tetap
menjalankan seluruh prosedur secara konsekuen. Selain itu untuk masyarakat, perlu
diberi tahu mengenai peraturan atau ketentuan-ketentuan yang mengatur organisasi.

9. Menenteramkan Kabar Angin Yang Tidak Benar


Kesatuan dan efektivitas kerja kelompok pada tiap organisasi terutama selalu terjalin
dari lingkungan dalam organisasi itu sendiri, maka menjadi kewajiban pemimpin untuk
dapat menciptakan ketenangan dan rasa aman di dalam organisasi. Untuk itu, pemimpin
perlu melakukan komunikasi dan penerangan yang dapat meyakinkan atau
menjelaskan permasalahan yang mengganggu organisasi yang dipimpinnya.

11
E. PERILAKU KEPEMIMPINAN
Perilaku pemimpin dalam suatu organisasi menjadi sorotan dan memengaruhi
timbulnya perilaku anggota atau perilaku kelompok. Apabila perilaku pemimpin, baik
dalam memberikan instruksi, mengawasi, maupun melakukan evaluasi, termasuk dalam
mengemukakan pikiran-pikirannya maka dapat menciptakan efektivitas organisasi.
Perilaku kepemimpinan tersebut, yaitu perilaku instruktif, konsultatif, partisipatif, dan
delegatif. Perilaku kepemimpinan tersebut, masing-masing memiliki ciri pokok sebagai
berikut:
1. Perilaku instruktif;
Terbangunnya komunikasi satu arah, pimpinan membatasi peranan bawahan,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab pemimpin,
pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat.

2. Perilaku konsultatif
pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup besar serta menentukan keputusan,
telah diharapkan komunikasi dua arah dan memberikan suportif terhadap bawahan,
pemimpin mau mendengar keluhan dan perasaan bawahan dalam pengambilan
keputusan, bantuan terhadap bawahan ditingkatkan tetapi pelaksanaan keputusan tetap
pada pemimpin.

3. Perilaku persuasive
control atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pemimpin dan
bawahan seimbang, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan, komunikasi dua arah semakin meningkat,
pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya, keikutsertaan
bawahan dalam pemecahan dan pengambilan keputusan makin betambah.

4. Perilaku delegatif
pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya
mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan, bawahan diberi
hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan, dan

12
bawahan diberi wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusan
sendiri

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu
sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki
yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan
dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin
sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari
proses internal (leadership from the inside out).

B. SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin
diri sendiri. Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin
memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik,
cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

14

Anda mungkin juga menyukai