Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Kepemimpinan, bagi seorang kewirausahan, adalah modal yang sama pentingnya
dengan kepercayaan dan kreativitas. Kreativitas yang tinggi membuat anda inovatif
dan adaptif, kaya dengan pembaharuan dan tidak mudah dihambat oleh kejadian-
kejadian dari luar. Kepemimpinan menggabungkan kreativitas dan kepercayaan
menjadi sebuah usaha yang efiktif, yang berpengaruh luas dan hidup.
           Sebelum usaha yang dibangun tanpa kepemimpinan yang kuat hanya akan menjadi
Usaha kecil yang stagnant (tidak berkembang). Anda hanya mampu memimpin
sedikit orang dari usaha kecil dan tidak ada pertumbuhan usaha. Tanpa
kepemimpinan, tidak ada orang hebat yang bekerja pada anda karyawan anda tidak
betah bekerja sama dengan anda, dan pengetahuan atau pengalaman yang sudah anda
tanam, hilang bersama kepindahan mereka. Tanpa kepemimpinan, tidak ada visi besar
yang dapat dibangun menjadi sebuah usaha besar. Hanya orang-orang yang tak bisa
ke mana-mana yang bertahan bekerja pada Anda.
Sebaliknya, kepemimpinanlah yang akan membentuk usaha Anda menjadi besar
dan banyak orang yang mau bekerja dengan Anda. Kepemimpinan dibentuk bertahap,
sejalan dengan tumbuhnya usaha. Dari kombinasi pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, cara mengarahkan, dan penerimaan.

2. Pembatasan masalah
Agar makalah ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan menjadi
terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Konsep leadership, pimpinan, dan pemimpin.
2) Teori-teori kepemimpinan.
3) Strategi dan pengendalian dalam kepemimpinan.
4) Etika bisnis.

3. Rumusan masalah
Berdasarkan permasalah di atas maka didapat rumusan masalah yaitu:
1) Apakah defenisi dari leadership, pemimpin, dan pimpinan?
2) Apasajakah teori-teori dalam kepemimpinan?
3) Bagaimanakah strategi dan pengendalian dalam kepemimpinan ?

1
4) Bagaiamanakah etika bisnis?

4. Tujuan penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1) Defenisi dari leadership, pemimpin, dan pimpinan.
2) Teori-teori dalam kepemimpinan
3) trategi dan pengendalian dalam kepemimpinan
4) Ruang lingkup supervisi pendidikan.
5) Prinsip supervisi pendidikan.
6) Peran supervisi pendidikan.

C.    Tujuan Penulisan


       Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Leadership, Pimpinan, dan Pemimpin

1. Pengertian Kepemimpinan (Leadership)


Setiap dan semua organisasi apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan
seorang pimpinan tertinggi (pimpinan puncak/top manajer) yang harus menjalankan
kegiatan kepemimpinan (leadership) bagi organisasi sebagai satu kesatuan.
Pengertian kepemimpinan banyak dikemukakan para ahli seperti :
a. Stephen P Robbins ( 1991 )
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah
pencapaian ( tujuan)
b. Robert G Owens (1995)

2
Kepemimpinan merupakan suatu interaksi antar suatu pihak yang memimpin dengan
yang dipimpin
c. Robert Kreitther dan Angelo dan Kinicki
Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi anggota untuk mencapai tujuan
organisasi secara sukarela
d. H. Hadari Nawawi
Kepemimpinan adalah kemampuan / kecerdasan mendorong sejumlah orang ( dua
orang atau lebih) agar bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan –kegiatan yang
terarah pada tujuan bersama
Dari uraian –uraian tentang pengertian kepemimpinan di atas, dapat
diindentifikasikan unsur-unsur utama sebagai esensi kepeminpinan. Unsur-unsur itu
adalah
1. Unsur pemimpin atau orang yang mempengaruhi
2. Unsur orang yang dipimpin sebagai pihak yang dipengaruhi
3. Unsur interaksi atau kegiatan/usaha dan proses yang mempengaruhi
4. Unsur tujuan yang hendak dicapai dalam proses mempengaruhi
5. Unsur perilaku/kegiatan yang dilakukan sebagai hasil mempengaruhi.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang kepemimpinan , dapat dismpulkan bahwa
masing-masing definisi berbeda menurut sudut pandang penulisnya, namun ada
kesamaan dalam mendefinisikan yakni mengandung makna mempengaruhi orang lain
untuk berbuat seperti yang pemimpin kehendaki.
Jadi kepemimpinan adalah ilmu dalam mempengaruhi orang lain atau kelompok
untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
2. Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah orang-orang yang menentukan tujuan, motivasi dan tindakan kepada
orang lain. Pemimpin adalah orang yang memimpin. Pemimpin dapat bersifat resmi
(formal) dan tidak resmi (non formal).
Seseorang dapat diangkat sebagai pemimpin karena mempunyai kelebihan dari
anggota lainnya. Kelebihan itu ada yang berasal dari dalam dirinya dan ada pula yang
berasal dari luar dirinya. Kelebihan dari dalam dirinya ia memiliki bakat sebagai
pemimpin dan memiliki sifat- sifat pemimpin yang efefktif.
3. Pengertian Pimpinan

3
Pimpinan adalah jabatan atau posisi seseorang di dalam sebuah organisasi baik
organisasi formal maupun organisai non formal.

B. Teori Kepemimpinan
1. Great Man Theory
Teori ini mengatakan bahwa pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan
dibuat (leader are born, not made). dan dilandasi oleh keyakinan bahwa pemimpin
merupakan orang yang memiliki sifat-sifat luar biasa dan dilahirkan dengan kualitas
istimewa yang dibawa sejak lahir dan ditakdirkan menjadi seorang pemimpin di berbagai
macam organisasi. Orang yang memiliki kualitas dapat dikatakan orang yang sukses dan
disegani oleh bawahannya serta menjadi pemimpin besar. Senada dengan hal tersebut,
Kartini Kartono dalam bukunya membagi definisi teori ini dalam dua poin, yaitu seorang
pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi terlahir menjadi pemimpin oleh bakat-bakat alami
yang luar biasa sejak lahirnya dan yang kedua dia ditakdirkan lahir menjadi seorang
pemimpin dalam situasi kondisi yang bagaimanpun juga.
Teori ini secara garis besar merupakan penjelasan tentang orang besar dengan
pengaruh individualnya berupa karisma, intelegensi, kebijaksanaan atau dalam bidang
politik tentang pengaruh kekuasaannya yang berdampak terhadap sejarah. Pada teori ini
sabagian besar bersandar pada pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh Thomas
Charly di abad 19 yang penah menyatakan bahwa sejarah dunia tidak melainkan sejarah
hidup orang-orang besar. Menurutnya, seorang pemimpin besar akan lahir saat
dibutuhkan sehingga para pemimpin ini tidak bisa diciptakan.
2. Teori Sifat
Dalam teori ini, seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki sifat yang
dibutuhkan oleh seorang pemimpin.  Dan titik tolak teori ini menyebutkan bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat kepribadian baik secara fisik
maupun psikologis. Keefektifan pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai atau ciri
kepribadian  yang bukan saja bersumber dari bakat, tapi dari pengalaman dan hasil
belajar.
Tetapi di dalam Teori Sifat, terdapat kelemahan sebagai berikut : tidak selalu ada
relevansi antara sifat-sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan,
situasi dan kondisi tertentu yang ternyata memerlukan sifat tertentu pula berbeda dari
yang lain.

4
Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai
sifat atau ciri-ciri di dalam dirinya. Dalam mencari ciri-ciri kepemimpinan yang dapat
diukur, para peneliti menggunakan dua pendekatan yaitu mereka berusaha
membandingkan ciri-ciri dari dua orang yang muncul sebagai pemimpin dengan ciri-ciri
yang tidak demikian dan mereka membandingkan ciri pemimpin yang efektif dengan
ciri-ciri pemimpin yang tidak efektif. Akan tetapi studi tentang ciri-ciri ini mengalami
kegagalan untuk mengungkap secara jelas dan konsisten yang membedakan pemimpin
dan pengikut. Hasil penelitian ini dikemukakan oleh Cecil A. Gibb (1969) bahwa
pemimpin satu kelompok diketahui agak lebih tinggi, lebih cemerlang, lebih terbuka, dan
lebih percaya diri daripada yang bukan pemimpin.
Pada teori ini mengasumsikan bahwa manusia yang mewarisi sifat-sifat tertentu
dan sifat-sifat yang membuat mereka lebih cocok untuk menjalankan fungsi
kepemimpinan. Seorang pemimpin akan sukses atau efektif apabila dia memiliki sifat-
sifat seperti berani bersaing, percaya diri, bersedia berperan sebagai pelayan orang lain,
loyalitas tinggi, intelegensi tinggi, hubungan interpersonal baik, dan lain sebagainya.
Menurut Judith R. Gordon menyatakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki
karakter, seperti kemampuan intelektual, kematangan pribadi, pendidikan, status sosial
ekonomi, human relations, motivasi instrinsik dan dorongan untuk maju (achievement
drive).

3. Teori Perilaku (Behavior Theories)


Teori perilaku disebut juga dengan teori sosial dan merupakan sanggahan terhadap
teori genetis. Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk tidak dilahirkan begitu
saja (leaders are made, not born). Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha
penyiapan dan pendidikan serta dorongan oleh kemauan sendiri. Teori ini tidak
menekankan pada sifat-sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi
memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi
orang lain dan hal ini dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing. Dasar
pemikiran pada teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Teori
ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan
dari sifat-sifat soerang pemimpin. Alasannya sifat seseorang relatif sukar untuk
diidentifikasikan.

5
Dalam teori ini, bahwa keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada
perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpina. Gaya atau perilaku
kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah
(instruksi), cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat
bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara
memimpin rapat, cara menegur dan memberikan sanksi.
Pandangan para ahli, antara lain James Owen (1973) berkeyakinan bahwa perilaku
dapat dipelajari. Hal ini berarti bahwa orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan
yang tepat akan dapat memimpin secara efektif. Namun demikian hasil penelitian telah
membuktikan bahwa perilaku kepemimpinan yang cocok dalam satu situasi belum tentu
sesuai dengan situasi yang lain. Akan tetapi, perilaku kepemimpinan ini keefektifannya
bergantung pada banyak variabel.
4. Teori situasional
Teori situasional mengusulkan bahwa pemimpin memilih tindakan terbaik
berdasarkan variable situasional. Gaya kepemimpinan yang berbeda mungkin lebih tepat
untuk jenis tertentu dalam pengambilan keputusan tertentu. Misalnya, seorang pemimpin
berada dalam kelompok yang anggotanya berpengetahuan dan berpengalaman, gaya
otoriter mungkin paling tepat. Dalam kasus lain dimana anggota kelompok yang ahli
maka gaya kepemimpinan demokratis mungkin yang lebih tepat.
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasioanl ditentukan oleh ciri
kepemiminan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi
kepemimpinan dan situasi organisasi yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor
waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh menurut Sondang P Siagian
adalah:
a. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
b. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
c. Persepsi, sikap,dan gaya kepemimpinan
d. Norma yang dianut kelompok
e. Ancaman dari luar organisasi
f. Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektifitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan membaca situasi
yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah

6
kemampuan menentukan ciri kepemimpinan perilaku tertentu karena tuntutan situasi
tertentu.
5. Teori partisipatif
Teori kepemimpinan partisipatif menunjukan bahwa gaya kepemimpinan yang ideal
adalah mengambil masukan dari orang lain. Para pemimpin mendorong partisipasi dan
kontribusi dari anggota kelompok dan membantu anggota kelompok merasa lebih
berkomitmen terhadap proses pengambilan keputusan. Dalam teori partisipatif,
bagaimanapun pemimpin berhak untuk memungkinkan masukan pendapat dari orang lain.

C. Strategi dan Pengendalian Dalam Kepemimpinan


Kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi memerlukan strategi dalam
mempengaruhi orang lain atau organisasasi agar memberikan kontribusi secara optimal
dalam mencapai tujuan organisasi.
Perkataan strategi banyak dipergunakan dan populer dilingkungan tentara/angkatan
bersenjata terutama dalam masa perang. Perkataan itu juga diartikan sebagai siasat, teknik
dan taktik utama dalam menggempur atau menghadapi musuh untuk memenangkan
sebuah peperangan sebagai tujuan. Kemenangan adalah tujuan semua anggota pasukan
yang berperang, sedangkan yang mengatur teknik dan taktik peperangan adalah seorang
komandan yang harus dipatuhi oleh semua anggota berperang yang dilakukan oleh
anggota pasukan, akan berdampak buruk atau sangat fatal berupa kematian atau
kekalahan dalam peperangan.
1. Strategi Kepemimpinan.
Strategi kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mengimplementasikan
fungsi – fungsi kepemimpinan yang memberikan jaminan yang tinggi untuk dapat
mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan prilaku anggota organisasi , baik secara
individu maupun melalaui kelompok kelompok kecik didalam organisasi.
Strategi kepemimpinan menurut H. Hadari Nawawi adalah melaksanakan fungsi –
fungsi kepemimpinan yaitu :
a. Fungsi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan memerlukan keberanian, karena setiap keputusan
pasti memiliki resiko. karena tanpa kemampuan dan keberanian tersebut,
pemimpin tidak mungkin menggerakkan anggota organisasinya. Dengan kata lain
tanpa keberanian mengambil keputusan seorang pemimpin tidak mungkin
mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anggota organisasinya.

7
b. Fungsi Instruktif
Setiap pimpinan harus memahami bahwa didalam posisi dan perannya secara
implisit terdaoat kekuasaan dan/atau wewenang dan tanggung jawab, yang harus
dijalankan secara efektif. Salah satu diantaranya adalah kekuasaan dan/atau
wewenang memerintahkan anggotanya untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota
organisasi. Dengan kata lain fungsi instruksi tidak harus dijalankan secara otoriter,
yang dapat berdampak pemimpin kehilangan kewibawaannya karena intruksi
ditantang atau ditolak dan tidak dilaksanakan oleh anggota organisasi.
c. Fungsi Konsultatif
Setiap dan semua pimpinan organisasi atau unti kerja dinilai sebagai seseorang
yang memiliki kelebihan dari anggota organisasi, baik oleh pihak yang
berwewenang mengangkatnya sebagai pemimpin formal, maupun bagi anggota
yang mendukung dan mengangkatnya menjadi pemimpin informal. Berdasarkan
penilaian itu, maka pemimpin menjadi figur sentral dan tumpuan harapan anggota
di lingkungan organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin tersebut ditempatkan
sebagai tokoh utama yang diyakini mengetahui dan dapat membantu
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh anggota organisasi yang
bekerja. Pemimpin dipandang sebagai alamat yang paling tepat untuk
berkonsultasi dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang beragam di
lingkungan organisasinya.
d. Fungsi Partisipatif
Fungsi partisipatif sebagai strategi kepemimpinan dalam kepemimpinan untuk
mengefektifkan organisasi, ibarat pisau bermata dua. Pertama : kemampuan
pemimpin mengikutsertakan anggota organisasi sesuai posis dan kewenangannya
agar berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang relevan. Membentuk Team
Work, Misal Manajemen Pengendalian Mutu Terpadu ( Total Quality
Managemen/TQM).
e. Fungsi Delegatif
Fungsi pendelekasian harus dilaksanakan untuk mewujudkan organisasi yang
dinamis dalam mengikuti perkembngan ilmu dan teknologi dibidangnya, karena
tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh pimpinan puncak. Seorang pemimpin

8
sangat memerlukan kesediaan dan kemampuannya mendelegasikan wewenang
dan tanggung jawab pada pimpinan –pimpinan unit kerja di bawahnya.
2. Pengendaliam Dalam Kepemimpinan
Perkataan pengendalian tidak sama persis dengan perkataan pengelolaan atau
manajemen. Arti Manajemen dalam rangka mencapai tujuan organisasi dilakukan
memalui unsur – unsur : Perencanaan ( Planning), Pengorganisasian ( Organizing )
Pelaksanaan ( Actuating ) melalui kegiatan pengarahan, komunikasi, koordinasi dan
Pengawasan (Controlling ).
Pengendalian dalam kepemimpinan dilaksanakan untuk memperdayakan semua dan
setiap angota agar organisasi secara keseluruhan menjadi efektif dalam mencapai
tujuannya.
Didalam kepemimpinan kegiatan pengendalian tidak seluruhnya mengimplementasi
unsur – unsur manajemen, karena inti kegiatanya adalah menggerakan anggota
organisasi yang sifatnya tergantung pada kondisi saat terjadinya interaksi kepemimpinan.
Didalam manajemen, kegiatan pengendalian disebut Monitoring dan Kontrol, yang
dilaksanakan melalui kegiatan perencanaan, penggorganisaia dll ) sebagai
pengimplementasian fungsi – fungsi manajemen.
Kegiatan Pengenadlian dalam kepemimpinan dapat dilakukan melalui atau tanpa
rapat atau pertemuan .
Pengendalaian melalui rapat antara lain untuk pengambilan keptusan bersama yang
akan menjadi tanggungjawab bersama pula dalam melaksanakannya
Pengendalaian tanpa melalui rapat dilkukan apabila menghadapiu kondisi yang
mendesak, sehingga menharuskan pemimpinan menetapkan keputusan secara tepat.

D. Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis
dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra
kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-
kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

9
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-
hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

Tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
1. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.
3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.

Etika bisnis yang harus dipahami dan dilakukan para profesional, antara lain:
1. Sebutkan nama lengkap
Dalam situasi berbisnis, mitra sebaiknya menyebutkan nama lengkap saat
berkenalan. Namun jika namanya terlalu panjang atau sulit diucapkan, akan lebih baik
jika sedikit menyingkat.
2. Berdirilah saat memperkenalkan diri
Berdiri saat mengenalkan diri akan menegaskan kehadiran mitra. Jika kondisinya
tidak memungkinkan untuk berdiri, setidaknya mundurkan kursi, dan sedikit
membungkuk agar orang lain menilai positif kesopanan motra.
3. Ucapkan terima kasih secukupnya
Dalam percakapan bisnis dengan siapapun, bos atau mitra perusahaan, hanya
perlu mengucapkan terima kasih satu atau dua kali. Jika mengatakannya berlebihan,
orang lain akan memandang kalau mitranya sangat memerlukannya dan sangat perlu
bantuan.

10
4. Kirim ucapan terima kasih lewat email setelah pertemuan bisnis
Setelah mitra menyelesaikan pertemuan bisnis, kirimkan ucapan terima kasih
secara terpisah ke email pribadi rekan bisnis Anda. Pengiriman lewat email sangat
disarankan, mengingat waktu tibanya akan lebih cepat.
5. Jangan duduk sambil menyilang kaki
Tak hanya wanita, pria pun senang menyilangkan kakinya saat duduk. Namun
dalam kondisi kerja, posisi duduk seperti ini cenderung tidak sopan. Selain itu, posisi
duduk seperti ini dapat berdampak negatif pada kesehatan.
6. Tuan rumah yang harus membayar
Jika mengundang rekan bisnis untuk makan di luar, maka sang mitralah yang
harus membayar tagihan. Jika sang mitra seorang perempuan, sementara rekan bisnis
atau klien, laki-laki, ia tetap harus menolaknya. Dengan mengatakan bahwa
perusahaan yang membayarnya, bukan uang pribadi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk


mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi perilaku yang menjadi panutan
interaksi antar pemimpin dan pengikut serta pencapaian tujuan yang lebih riil dan komitmen
bersama dalam pencapaian tujuan dan perubahan terhadap budaya organisasi yang lebih
maju. Dalam suatu kepemimpinan tentu menganut beberapa teori yang mendasarinya,

11
diantaranya Great Man theory, teori sifat, teori perilaku, kepemimpinan situasional dan
kepemimpinan kharismatik.

B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dan mengetahui
secara mendalam tentang teori serta ciri-ciri seorang pemimpin yang benar. Dengan
mengetahui hal tersebut, apabila seseorang ingin menjadi seorang pemimpin maka akan
mudah bagi mereka untuk menjalankan tugas sebagai seorang pemimpin yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

https://zenodo.org/record/825332/files/BAB2-TEORI%20KEPEMIMPINAN.pdf diakses pada


tanggal (19 februari)
https://rosdianya.wordpress.com/2011/12/20/teori-teori-kepemimpinan/ diakses pada tanggal
(19 februari)

http://blogachzann.blogspot.com/2013/06/kepemimpinan-dalam-wirausaha.html diakses pada


tanggal (19 februari)

12
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MKFIS/article/viewFile/1681/1469 diakses pada
tanggal (19 februari)

https://media.neliti.com/media/publications/195746-ID-peranan-gaya-kepemimpinan-dan-
sistem-pen.pdf diakses pada tanggal (19 februari)

https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis diakses pada tanggal (19 februari)

13

Anda mungkin juga menyukai