Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Semua orang memiliki tujuan dalam hidupnya.Namun keterbatasan mereka yang
mereka miliki antara satu dengan yang lainnya adalah menjadi alasan mereka untuk
membentuk suatu organisasi. Dimana semua orang berkumpul dalam satu wadah untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan.
Dalam setiap organisasi harus memiliki pemimpin agar berjalan dengan
baik.Tanpa adanya pemimpin tentu saja sangat sulit dan tidak mudah dalam menjalankan
semua elemen dan komponen yang ada dalam organisasi tersebut. Seorang pemimpin
tidak begitu saja dipilih dan ditentukan. Ada kriteri-kriteria tertentu yang harus dimiliki
olehnya. Segenap kemampuan dalam berpikir dan berbuat menjadi pertimbangan yang
sangat umum diperhatikan.
Beragam kepemimpinan yang dibuat oleh setiap pemimpin di dunia ini cara dan
pandangan mengenai suatu permasalahan menjadi daya dari kepemimpinan seseorang.
Maka tidak bisa dielakkan lagi kalau seseorang pemimpin memiliki tanggung jawab dan
peran yang berat. Untuk itu dalam makalah ini penulis ingin merangkum teori-teori
konsep, penyusunan dan simulasi skenario kepemimpinan organisasi dalam bentuk
makalah agar pembaca dapat lebih mudah dipahami dan menjadikan makalah ini sebagai
salah satu referensi yang sudah terangkum dalam bentuk makalah.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penulis dalam makalah
ini, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2. Bagaimanakah konsep kepemimpinan dalam organisasi ?
3. Bagaimanakah penyusunan kepemimpinan dalam organisasi?
4. Bagaimanakah simulasi skenario kepemimpinan dalam organisasi?
5. Bagaimanakah Gaya Kepemimpinan (Style Of Leadership) yang Efektif dalam Suatu
Organisasi?
6. Bagaimanakah realitas baru epemimpinan dan organisasi?
7. Bagaimanakah strategi kepemimpinan dalam organisasi?

1
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kepemimpinan


2. Untuk mengetahui bagaimana konsep kepemimpinan dalam organisasi
3. Untuk mengetahui bagaimana penyusunan kepemimpinan dalam organisasi
4. Untuk mengetahui bagaimana simulasi skenario kepemimpinan dalam organisasi
5. Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan (Style Of Leadership) yang Efektif dalam
Suatu Organisasi
6. Untuk mengetahui realitas baru kepemimpinan dan organisasi
7. Untuk mengetahui Strategi Kepemimpinan dalam Organisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kepemimpinan

Pepatah yang populer mengatakan, “jika ingin menjadi pemimpin, maka titik awalnya
adalah bertingkah layaknya pemimpin : berpakaian rapi, postur bagus, berpakaian seperti
yang dikenakan oleh para pemimpin di bidang tertentu, dan rajin senyum. Akan tetapi anda
akan menjadi pemimpin yang jauh lebih baik jika anda mampu berpikir seperti pemimpin”.
Ini menunjukkan bahwa pola pikir dan kecerdasan emosi berperan pada diri seorang
pemimpin.
Fakta atau realitas kehidupan menunjukkan bahwa, banyak orang ingin menjadi
“pemimpin”. Kenapa demikian?. Apakah karena memperoleh keuntungan besar, atau
mendapat kekuasaan dan prestise, atau dapat membantu orang banyak, atau sebagai batu
loncatan untuk naik ke jenjang yang tinggi/bergengsi?.
Pengertian kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta
manajemen. Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat,
mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing
secara baik. Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang
organisasi dan manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang
pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan kepemimpinan.
Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku yang diterapkan
seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh
anggota organisasi.
Sebelum memasuki materi kepemimpinan, perlu terlebih dahulu dibedakan konsep
pemimpin(leader) dengan kepemimpinan (leadership). Pemimpin adalah individu yang
mampu mempengaruhi anggota kelompok atau organisasi guna mendorong kelompok atau
organisasi tersebut mencapai tujuan-tujuannya. Pemimpin menunjuk pada personal atau
individu spesifik atau kata benda. Sementara itu, kepemimpinan adalah sifat penerapan
pengaruh oleh seorang anggota kelompok atau organisasi terhadap anggota lainnya guna
mendorong kelompok atau organisasi mencapai tujuan-tujuannya.
Cukup banyak definisi kepemimpinan yang ditawarkan para ahli di bidang oraganisasi
dan manajemen. Masing-masing memiliki prespektif dan metodologi pembuatan definisi
yang cukup berbeda, bergantung pada pendekatan (epistemologi) yang mereka bangun guna
menyelidiki fonemena kepemimpinan.

3
Stephen Robbins, misalnya mendefenisikan kepemimpinan sebagai “ the ability to
influence a group toward the achievement of goals”. Kepemimpinan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai serangkaian tujuan. Kata
“kemampuan”, “pengaruh” dan “kelompok” adalah konsep kunci dari definisi Robbins.
Definisi kepemimpinan, cukup singkat, diajukan Peter G.Northouse yaitu “…is a
process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal.”
[“…adalah proses dalam mana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu guna
mencapai tujuan bersama.”] Lewat definisi singkat ini, Northouse menggarisbawahi sejumlah
konsep penting dalam definisi kepemimpinan yaitu:
1. Kepemimpinan merupakan sebuah proses;
2. Kepemimpinan melibatkan pengaruh;
3. Kepemimpinan muncul di dalam kelompok;
4. Kepemimpinan melibatkan tujuan bersama.
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang
bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang
memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang leadership dengan
berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Secara harfiah kata leadership berarti adalah sifat,
kapasitas dan kemampuan seseorang dalam memimpin. Arti dari kepemimpinan sendiri
sangat luas dan bervariasi berdasarkan para ilmuwan yang menjelaskannya, menurut
Charteris-Black, definisi dari kepemimpinan adalah “Leadership is process whereby an
individual influence a group of individuals to achieve a common goal”. Kepemimpinan atau
leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan
rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia
(Moejiono).

2.2. Konsep Kepemimpinan dalam Organisasi


1. Pengertian Kepemimpinan Organisasi

Pemimpin merupakan kata dasar dari kepemimpinan. Pemimpin memiliki arti yaitu
seorang yang menjalankan suatu kelompok dengan mempengaruhi individu lainnya dalam
rangka untuk meraih suatu tujuan yang ditentukan bersama. Seperti yang diketahui dari
penjelasan tersebut terdapat berbagai macam definisi dari kepemimpinan dalam organisasi.
Beberapa penjelasan tersebut adalah :

4
1. Kepemimpinan merupakan sikap yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang
digunakan untuk mempengaruhi orang lain dalam kelompok untuk menggapai tujuan
yang disepakati bersama.
2. Pengertian lain dari kepemimpinan adalah suatu proses pada saat pemimpin
memberikan pengaruh dan contoh kepada setiap individu yang dipimpinnya dengan
maksud untuk mencapai tujuan bersama.
3. Kepemimpinan dalam organisasi ialah entitas dalam pengarahan tugas atau kewajiban
para anggota dalam organisasi yang dimaksudkan untuk meraih tujuan.
Berdasarkan berbagai arti kepemimpinan dalam organisasi dan definisi pemimpin
diatas dapat diketahui perbedaan antara keduanya. Pemimpin lebih merujuk pada orang atau
person sebagai pelaku dari kepemimpinan sedangkan kepemimpinan merupakan sifat dari
individu dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan
dalam organisasi yang baik akan dapat mengkoordinasi dan mensinergikan sumberdaya yang
ada di dalam organisasi.
Selain itu, kepemimpinan yang jitu juga mampu menggali dan mengembangkan
potensi yang di miliki tiap individu lainnya. Oleh karena menurut penjelasan mengenai
pengertian kepemimpinan dalam organisasi maka pemimpin yang baik tidak hanya dilihat
dari seberapa banyak orang yang mengikutinya. Pemimpin yang memiliki kepemimpinan
yang baik maka dia akan mampu mengkader/menciptakan pemimpin selanjutnya.
2. Sifat – Sifat Pemimpin Dalam Organisasi

Berikut sifat-sifat kepemimpinan dalam organisasi yang penting untuk dimiliki oleh
setiap pemimpin :
1. Sebagai Motivator
Fungsi kepemimpinan dalam organisasi selain mengarahkan pada tujuan adalah
mampu memotivasi orang lain. Kemampuan memotivasi dari pemimpin sangat diperlukan
karena melalui kemampuan ini mereka dapat mempengaruhi dan mengarahkan orang lain
untuk berbuat sesuatu. Peran kepemimpinan dalam organisasi ini sangat penting. Tanpa
adanya motivasi yang kuat tidaklah mungkin orang akan tergerak untuk melakukan sesuatu.
2. Menjalin Komunikasi yang baik dengan bawahan
Pemimpin suatu organisasi seharusnya tidak hanya bisa mengarahkan atau mengatur
bawahannya dengan kewenangan yang dimiliki. Namun pemimpin organisasi harus dapat
berkomunikasi dengan bawahan secara baik dan lebih manusiawi. Meski tuntutan profesional
tetap digalakkan, kemampuan untuk berkomunikasi agar orang mau bekerjasama tidak kalah
penting.

5
Contoh kepemimpinan dalam organisasi yang mengedepankan komunikasi adalah
saat pemimpin daerah akan memindahkan pedagang kaki lima dari satu tempat ke tempat
lain. Pemindahan tersebut tidak dilakukan dengan penggusuran namun dengan cara diajak
makan malam. Pada acara makan malam tersebut, pemimpin dapat menjalin komunikasi dan
mengarahkan pedagang untuk pindah tanpa adanya emosi dan paksaan.
3. Memberikan kepercayaan kepada bawahan
Memberikan tugas atau tanggung jawab kepada bawahan dapat membuat bawahan
merasa dirinya dapat dipercaya. Oleh kaena itu dalam sebuah kepemimpinan perlunya
pemimpin mendelegasikan tugas kepada para bawahannya. Cara ini dilakukan untuk
menumbuhkan rasa percaya diri pada bawahan sembari mempersiapkan pemimpin
selanjutnya.
4. Bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpin
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mempertanggungjawabkan apa
yang dipimpinnya.Kesalahan yang dilakukan oleh bawahan sejatinya adalah kesalahan
pemimpin apakah dari segi komunikasi atau koordinasi. Oleh karena itu pemimpin organisasi
perlu benar-benar mengatur apa yang dipimpinnya sebelum terjadi kesalahan yang lebih
besar. Namun apabila kesalahan telah terjadi maka pemimpin siap untuk
mempertanggungjawabkan konsekuensinya tanpa menyalahkah berbagai pihak.
3. Defenisi Budaya Organisasi

Newstrom menyatakan bahwa setiap organisasi memiliki sejarahnya sendiri – sendiri


seperti pola komunikasi, sistem dan prosedur, pernyataan filosofis, cerita maupun mistik
tersendiri. Hal – hal tersebut secara keseluruhan merupakan suatu budaya (culture) dari
organisasi tersebut. Berbagai literatur mendefenisikan bahwa organisasi dengan berbagai
versi, Stephen Robins misalnya mengatakan “bahwa budaya organisasi mengacu ke suatu
sistem makna bersama yang dibentuk oleh anggota – anggotanya sekaligus pembeda
organisasi itu dengan organisasi lain”. Sistem pemaknaan bersama bersama bersama tersebut
merupakan seperangkat karakteristik utama nilai – nilai organisasi tersebut (“a system of
shared meaning held by members that distinguishes the organization from other organization.
This system of shared meaning is, on closer examination, a set of key characteristics that the
organization values”). Oleh Robins kemudian karakteristik tersebut dibagi tujuh (7) macam
seperti :

1. Inovasi dan keberanian mengambil risiko ( Inovation and risk taking)


2. Perhatian terhadap detail (Attention to detail)
3. Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation)

6
4. Berorientasi kepada manusia (People orientation)
5. Berorientasi tim (Team orientation)
6. Agresif (Aggresifness)
7. Stabil (Stability)
4. Fungsi Budaya Organisasi

Sutanto dalam bukunya “Budaya Perusahaan” menyatakan dua fungsi budaya


organisasi, (a) berperan dalam pelaksanaan tugas bidang Sumber Daya Manusia (SDM), (b)
Merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan posisioning organisasi yang akan dikuasai.
Dari berbagai fungsi budaya organisasi sebagai perekat sosial dan alat pemersatu serta
memberikan petunjuk bagaimana seharusnya anggota organisasi berperilaku.
Namun Pascale dan Atos yang dikutip oleh Pambudi menyatakan bahwa fungsi
budaya organisasi bisa juga sebagai penghambat dalam berinovasi, hal ini terjadi apabila
budaya organisasi tidak mampu mengatasi masalah yang menyangkut lingkungan perubahan
eksternal di mana budaya organisasi tidak cepat melakukan adaptasi.
5. Membangun Budaya Organisasi

Budaya organisasi perlu dibangun sedemikian rupa agar fleksibel, adaptif, dan
akomodatif terhadap aneka perubahan sehingga cita – cita organisasi yang memiliki
keunggulan bukan sekedar sebuah impian, hal ini sejalan dengan pendapat Soedjatmoko
(dalam Moeljono.2005) yang mengatakan bahwa “Perusahaan yang unggul adalah
perusahaan yang mempunyai keunggulan manajemen dengan kepemimpinan yang unggul
akan berhasil mempertahankan keunggulan tersebut”. Faktor “berhasil mempertahankan” ini
ternyata merupakan faktor “nilai”, tepatnya “nilai budaya”.
Selanjutnya Moelyono menambahkan “Budaya harus dipahami dari sebuah artefak
menjadi sebuah strategi, yaitu strategi untuk selamat dan menang dalam persaingan global”.
(survive and win). Dengan begitu keunggulan budaya organisasi merupakan faktor penentu
maju tidaknya sebuah organisasi, dari kemajuan organisasi – organisasi inilah akan
menciptakan kemajuan suatu bangsa. Sedangkan menurut penelitian John P. Kotler dan
James L. Haskett (1992) menempatkan budaya organisasi sebagai faktor yang dominan dalam
mempengaruhi faktor – faktor lain seperti yang dapat kita lihat di bawah ini :
i. Budaya organisasi dapat mempunyai dampak yang berarti terhadap kinerja ekonomi
jangka panjang
ii. Budaya organisasi mungkin akan menjadi suatu faktor yang lebih penting lagi dalam
menentukan keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam dasawarsa yang akan
dating.

7
iii. Budaya organisasi yang menghambat kinerja keuangan jangka panjang cukup
banyak : budaya – budaya tersebut mudah berkembang, bahkan dalam perusahaan –
perusahaan yang penuh dengan orang – orang yang pandai dan berakal sehat.
iv. Walaupun sulit untuk diubah, budaya organisasi dapat dibuat agar bersifat lebih
meningkatkan kinerja.
6. Konflik Organisasi

Secara konsepsial, ada empat sumber dari konflik organisasi itu, yakni :

(1) Suatu situasi yang tidak menunjukkan keseimbangan tujuan – tujuan yang ingin
dicapai :
(2) Terdapatnya sarana – sarana yang tidak seimbang, atau timbulnya proses alokasi
sumber – sumber yang tidak seimbang
(3) Terdapatnya suatu persoalan status yang tidak selaras
(4) Timbulnya persepsi yang berbeda

Dalam teori organisasi klasik, terdapat empat struktur yang seringkali menjadi tempat
terjadinya konflik. Empat struktur dijelaskan berikut ini.

(1) Konflik Hierarki : Pada berbagai macam tingkat hierarki dalam organisasi, terdapat
kemungkinan timbulnya konflik. Dewan direktur barangkali bisa konflik dan
berselisih paham dengan direktur - direktur lainnya, pimpinan-pimpinan tingkat tenga.
para pengawas, dan atau dengan kepala bagian kepegawaian.
(2) Konflik fungsional : Terdapat kemungkinan terjadi konflik fungsional di antara
berbagai bagian organisasi yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Konflik di antara
bagian produksi dengan bagian pemasaran merupakan contoh klasik dari konflik
fungsional ini.
(3) Konflik Lini - Staf : Terjadi kemungkinan pula konflik antara pejabat-pejabat lini dan
staf konflik semacam ini timbul ketika pejabat-pejabat staf tidak memiliki otoritas
formal atas pejabat-pejabat lini.
(4) Konflik formal informal : Terdapat pula kemungkinan konflik antara satuan-satuan
organisasi formal dan informal suatu contoh bila terjadi pelaksanaan ketentuan-
ketentuan organisasi informal tidak seimbang dengan pelaksanaan ketentuan-
ketentuan organisasi yang formal.

Konflik dalam suatu organisasi seharusnya dapat digunakan untuk mencapai suatu
tujuan yang sehat. Dengan kata lain timbulnya konflik dalam organisasi harus dipandang

8
sebagai suatu gejala organisasi yang sehat. Dengan demikian, setiap konflik yang timbul akan
dapat diatasi dengan semangat kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Strategi
pemecahan konflik dalam organisasi secara tradisional pendekatan konflik dalam organisasi
dapat dilakukan secara sederhana dan optimistik. Pendekatan tersebut dapat didasari atas
asumsi-asumsi berikut ini :

a. Konflik pasti dapat dihindari


b. Konflik timbul karena ada pemainnya yang menyebabkan terjadinya konflik
tersebut
c. Bentuk otoritas yang legalistik seperti penyelesaian lewat saluran formal
sangat ditekankan
d. Kambing hitam diterima sebagai suatu yang tidak bisa dihindari.

Kalau asumsi-asumsi tersebut diterima, maka cara mengatasi konflik dalam suatu
organisasi dapat didasarkan atas asumsi asumsi tersebut. Kalau konflik secara pasti dapat
dihindari, maka kita yakin bahwa apa pun bentuk. Wujud, dan gaya konflik tersebut pastilah
akan ada jalan untuk mengatasinya. Dengan demikian tidak ada konflik organisasi yang
tajam, berlarut-larut, dan berkepanjangan. Berapa cara yang dapat dilakukan dalam
mengelola konflik yang ada yaitu

1. Menghindar atau membiarkan. Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau
masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konsultasinya
tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan
strategi yang memungkinkan pihak - pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan
diri.
2. Mengakomodasi. Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi
pemecahan masalah khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain, hal ini
memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk
membuat keputusan. Pihak penengah yang menjadi bagian dalam konflik dapat
mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat
yang pertama.
3. Kompetisi. Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak
informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin
mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi
bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan

9
4. Kompromi atau Negoisasi. Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu
pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima serta meminimalkan
kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi. Pemecahan sama-sama menang di mana
individu yang terlibat mempunyai tujuan kerjasama. Perlu adanya satu komitmen dari
semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu
sama lainnya.
6. Memecahkan masalah dengan pemaksaan atau menggunakan kekuasaan. Ini adalah
cara paling kuno untuk manajemen konflik ketika orang yang orang yang konflik
tidak mau menyudahi konfliknya kita dapat menggunakan kekuasaan untuk
menyudahi konflik itu.Walau terkadang pihak berkonflik tidak puas namun mereka
mau tidak mau mereka harus patuh kepada anda.

2.3. Penyusunan dan Simulasi Skenario Kepemimpinan Organisasi


1. Pengertian Skenario Kepemimpinan
Skenario kepemimpinan adalah suatu perencanaan matang yang telah di siapkan oleh
seorang pemimpin yang mendasari dan menjadi landasan untuk menggerakkan bawahannya
dalam sebuah organisasi dimana skenario kepemimpinan dapat berupa batasan batasan yang
menjaga agar pemimpin, bawahan maupun organisasinya tetap berada pada jalur rencana
yang telah di sepakati.
2. Simulasi Skenario Kepemimpinan
Simulasi adalah penyederhanaan dari kehidupan nyata. Simulasi kepemimpinan
adalah suatu proses dari sesuatu yang nyata beserta keadaan disekelilingnya dimana seorang
pemimpin mempengaruhi dan memberikan contoh kepada pengikutnya demi terwujudnya
tujuan bersama. Aksi melakukan simulasi ini secara umum menggambarkan sifat-sifat dan
karakteristik seorang pemimpin.Jadi, simulasi skenario kepemimpinan organisasi adalah
pengujian kematangan suatu wadah yang dihadapkan langsung dengan situasi yang nyata
dengan tujuan semua komponen organisasi bisa menerapkan konsep dan mengamati hasilnya
secara langsung.
3. Konsep Penyusunan dan Simulasi Skenario Kepemimpinan Organisasi
Untuk menyusun skenario kepemimpinan organisasi, seorang pemimpin harus bisa
melakukan hal-hal berikut:
1. Sebagai pencipta visi
2. Sebagai pembangun tim
3. Sebagai pencetus motivasim

10
4. Sebagai pemberi tugas
Konsep penyusunan dan simulasi skenario kepemimpinan organisasi juga dapat di kokohkan
dengan menggunakan lima praktik kepemimpinan teladan sebagai berikut:
1. Mencontohkan caranya
2. Menginspirasi visi bersama
3. Menantang proses
4. Memungkinkan orang lain bertindak
5. Menyemangatai jiwa
Menentukan konsep dasar penyusunan dan simulasi skenario kepemimpinan adalah
hal yang sangat berpengaruh dalam kepemimpinan sebuah organisasi. Dimana keberhasilan
suatu instansi berawal dari konsep dan skenario yang tertata rapi sehingga setiap anggota
mengerti dan paham dengan apa yang sedang dan akan mereka lakukan kedepannya.
4. Macam-macam tipe kepemimpinan dalam organisasi
1. Tipe kharismatis
Tipe ini memiliki kekuatan energi,daya tarik dan pembawaan yang luar biasa
untuk mempengaruhi,orang lain,sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar
jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya .Kepemimpinan kharismatik
dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan
yang superhuman,yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa.Kepemimpinan
karismatik memiliki inspirasi ,keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian
sendiri.Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang
amat besar.
2. Tipe Kepemimpinan paternalistis.
Kepemimpinan ini lebih di identikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan
sifat-sifat sebagai berikut.
a. Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa,atau
anak sendiri yang perlu dikembangkan.
b. Mereka bersikap terlalu melindungi
c. Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri
d. Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
berinisiatif
e. Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada
pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas
mereka sendiri

11
f. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.Adapun sifat-sifat dari tipe
ini sebagai berikut.
a. Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando,keras dan sangat otorite,kaku
dan seringkali kurang bijaksana
b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan
c. Sangat menyenangi formalitas,upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan
d. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya
e. Tidak menghendaki saran,usul,sugesti,,dan kritikan-kritikan dari bawahannya
f. Komunikasi hanya berlangsung satu arah
4. Tipe kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan Otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi
b. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal
c. Berambisi untuk merajai situasi
d. Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri
e. Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan
tindakan yang akan dilakukan
f. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi
g. Adanya sikap eksklusivisme
h. Selalu ingin berkuasa secara absolut
i. Sikap dan prinsipnya sangat konservatif,kuno,ketat, dan kaku
j. Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin,dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri.Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pin dalam kegiatan kelompoknya.Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahannya sendiri.Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol,tidak
memiliki keterampilan teknis,tidak mempunyai wibawa,tidak bisa mengotrol anak
buah,tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif.Kedudukan sebgai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan,suapan atau karena sistem

12
nepostime.Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau
balau.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang
tradisional,tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar
negeri.Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.Pemimpinnya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administrator-administrator yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan.Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan.Pada tipe kepemimpinan ini
diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,industry,manajemen modern dan
perkembangan sosial di tengah masyarakat
8. Tipe kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.Terdapat koordinasi pekerjaan pada
semua bawahan,dengan penekanan,pada rasa tanggungjawab internal (pada diri sendiri)
dan kerjasama yang baik.Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok
kepemimpinan demokratis menghargai potensi individu ,mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan .Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-
masing.Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat
dan kondisi yang tepat.

2.4. Gaya Kepemimpinan (Style Of Leadership) yang Efektif dalam Suatu Organisasi
Kita cenderung menggolongkan seorang pemimpin berdasarkan cara ia memimpin
menurut cara pandang kita mengenai dia. Dengan sendirinya, seseorang mungkin berbeda
pendapat dengan orang lain mengenai gaya seorang pemimpin. "Gaya" (style of leadership)
ternyata merupakan ringkasan dari bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi
kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha dipimpinnya atau
mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar (Saul. W. Gellerman, 2003).
Gaya kepemimpinan mencakup tentang bagaimana seseorang bertindak dalam
konteks organisasi tersebut, maka cara termudah untuk membahas berbagai jenis gaya ialah

13
dengan menggambarkan jenis organisasi atau situasi yang dihasilkan oleh atau yang cocok
bagi satu gaya tertentu (Miftah Thoha, 1995).
a. Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan
Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu
unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Sedangkan
berdasarkan kepribadian maka gaya kepemimpinan dibedakan menjadi (Robert Albanese,
David D. Van Fleet, 1994) :

1. Gaya Kepemimpinan Kharismatis


Gaya kepemimpinan kharismatis adalah gaya kepemimpinan yang mampu menarik
atensi banyak orang, karena berbagai faktor yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang
merupakan anugerah dari Tuhan. Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah kuning.
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka
terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin
dengan kepribadian kuning ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan
tantangan. Namun, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa saya analogikan
dengan peribahasa “ Tong Kosong Nyaring Bunyinya ”. Mereka mampu menarik orang untuk
datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa
karena ketidak-konsistenan pemimpin tersebut. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan.
Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan
maaf dan janji.
Gaya kepemimpinan kharismatis bisa efektif jika :
1). Mereka belajar untuk berkomitmen, sekalipun seringkali mereka akan gagal.
2). Mereka menempatkan orang-orang untuk menutupi kelemahan mereka, dimana
kepribadian ini berantakan dan tidak sistematis.

2. Gaya Kepemimpinan Otoriter


Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian
tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para
bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Dalam gaya kepemimpinan
otoriter, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran
apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama
maupun sasaran minornya. Pemimpin yang menjalankan gaya kepemimpinan ini juga

14
berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar
bila anggota mengalami masalah.
Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup
melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin. Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah
merah. Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada pada pencapaian prestasinya. Tidak
ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia
memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil.
Langkah - langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah
kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan,
sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.
Gaya kepemimpinan ini menganggap bahwa semua orang adalah musuh, entah itu
bawahannya atau rekan kerjanya. Gaya kepemimpinan otoriter ini kadang kala menekankan
kepada bawahannya supaya tidak menjadi ancaman, dengan kedisiplinan yang tidak masuk
akal atau dengan target yang tak mungkin dicapai. Gaya kepemimpinan otoriter ini bisa
efektif bila ada keseimbangan antara disiplin yang diberlakukan kepada bawahan serta ada
kompromi terhadap bawahan.

3. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang
secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan
sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan
banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Kepribadian dasar
pemimpin model ini adalah putih.
Pada gaya kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar.
Padakepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai
saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu,
anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kelebihan
gaya kepemimpinan demokratis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang
seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi
keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat
kedua sisi, dengan jelas. Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan
lawannya. Dalam bahasa sederhana, seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan
jenis ini merupakan diplomator yang ulung, atau win-win solution. Kesabaran dan kepasifan
adalah kelemahan pemimpin dengan gaya demokratis ini. Umumnya, mereka sangat sabar
dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat – sangat keterlaluan.

15
Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-
pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan
si pemimpin. Gaya kepemimpinan demokratis ini akan efektif bila :
1). Pemimpin mau berjuang untuk berubah ke arah yang lebih
2). Punya semangat bahwa hidup ini tidak selalu win-win solution, ada kalanya terjadi win-
loss solution. Pemimpin harus mengupayakan agar dia tidak selalu kalah, tetapi ada kalanya
menjadi pemenang.

4. Gaya Kepemimpinan Moralis


Gaya kepemimpinan moralis adalah gaya kepemimpinan yang paling menghargai
bawahannya. Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah biru. Biasanya seorang
pemimpin bergaya moralis sifatnya hangat dan sopan kepada semua orang. Pemimpin
bergaya moralis pada dasarnya memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para
bawahannya. Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang datang
karena kehangatannya akan terlepas dari segala kekurangannya. Pemimpin bergaya moralis
adalah sangat emosinal. Dia sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan,
kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.
Gaya kepemimpinan moralis ini efektif bila :
1) Keberhasilan seorang pemimpin moralis dalam mengatasi kelabilan emosionalnya
seringkali menjadi perjuangan seumur hidupnya.
2) Belajar mempercayai orang lain atau membiarkan melakukan dengan cara mereka,
bukan dengan cara anda.

b. Pengukuran Gaya Kepemimpinan


Untuk mengukur gaya kepemimpinan, dipergunakan indikator sebagai berikut (Gibson, 2004)
:
a. Charisma
Adanya karisma dari seorang pemimpin akan mempengaruhi bawahan untuk berbuat dan
berperilaku sesuai dengan keinginan pimpinan.
b. Ideal influence (pengaruh ideal)
Seorang pemimpin yang baik harus mampu memberikan pengaruh yang positif bagi
bawahannya.
c. Inspiration
Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menjadi sumber inspirasi bagi bawahannya,
sehingga bawahan mempunyai inisiatif agar dapat berkembang dan memiliki kemampuan

16
seperti yang diinginkan oleh pemimpinnya.
d. Intellectual stimulation
Adanya kemampuan secara intelektualitas dari seorang pemimpin akan dapat menuntun
bawahannya untuk lebih maju dan berpikiran kreatif serta penuh inovasi untuk berkembang
lebih maju.
e. Individualized consideration (perhatian individu)
Perhatian dari seorang pemimpin terhadap bawahannya secara individual akan
mempengaruhi bawahan untuk memiliki loyalitas tinggi terhadap pemimpinnya.

c. Gaya Kepemimpinan yang Efektif


Gaya kepemimpinan yang mana yang sebaiknya dijalankan oleh seorang pemimpin
terhadap organisasinya sangat tergantung pada kondisi anggota organisasi itu sendiri. Pada
dasarnya tiap gaya kepemimpinan hanya cocok untuk kondisi tertentu saja. Dengan
mengetahui kondisi nyata anggota, seorang pemimpin dapat memilih model kepemimpinan
yang tepat. Tidak menutup kemungkinan seorang pemimpin menerapkan gaya yang berbeda
untuk divisi atau seksi yang berbeda. Gaya setiap pemimpin tentunya berbeda-beda, demikian
juga dengan para pengikutnya. Ini merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa situasi-
situasi tertentu menuntut satu gaya kepemimpinan tertentu, sedangkan situasi lainnya
menuntut gaya yang lain pula.
Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh seseorang berbeda satu sama lain pada
suatu waktu tertentu kebutuhan- kebutuhan kepemimpinan dari suatu organisasi mungkin
berbeda dengan waktu lainnya, karena organisasi-organisasi akan mendapatkan kesulitan bila
terus-menerus berganti pimpinan, maka para pemimpinlah yang membutuhkan gaya yang
berbeda pada waktu yang berbeda. Gaya yang cocok sangat tergantung pada tugas organisasi,
tahapan kehidupan organisasi, dan kebutuhan-kebutuhan pada saat itu. Organisasi-organisasi
perlu memperbarui diri mereka sendiri, dan gaya kepemimpinan yang berbeda seringkali
dibutuhkan. Seringkali seorang pemimpin harus bertindak secara sepihak. Organisasi-
organisasi harus melewati tahap-tahap yang berbeda dalam hidup mereka. Selama periode-
periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, kepemimpinan otokrasi mungkin akan
bekerja dengan baik. Misalnya, pendiri suatu organisasi keagamaan yang baru, sering
merupakan tokoh kharismatik yang mengetahui secara intuitif apa yang harus dilakukan dan
bagaimana melakukannya. Karena itu adalah visinya, maka ialah yang paling sanggup untuk
menanamkannya kepada orang lain tanpa diskusi. Tetapi selama periode pertumbuhan yang
lambat atau konsolidasi, organisasi tersebut perlu menyediakan waktu lebih untuk merenung
dan berusaha agar lebih berdaya guna. Ketika organisasi tersebut masih baru, pendirinya

17
dapat mengandalkan kekuatan visinya untuk menarik orang-orang lain yang mempunyai
sasaran yang sama. Namun, pada waktu organisasi itu berhasil, maka cara-cara lain untuk
mempertahankan persamaan visi akan diperlukan. Bila gaya kepemimpinan tidak
disesuaikan, sehingga mencakup penyamaan sasaran dengan peran serta penuh, sering
organisasi tersebut mengalami kegagalan. Seorang pemimpin yang baik harus mempunyai
keberanian untuk mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dan resiko
yang timbul sebagai konsekwensi daripada keputusan yang diambilnya.
Seorang pemimpin harus punya pengetahuan, keterampilan, informasi yang
mendalam dalam proses menyaring satu keputusan yang tepat. Disamping itu, gaya
kepemimpinan yang dijalankannya dalam mengelola suatu organisasi harus dapat
mempengaruhi dan mengarahkan segala tingkah laku dari bawahan sedemikian rupa,
sehingga segala tingkah laku bawahan sesuai dengan keinginan pimpinan yang bersangkutan.
Apapun gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin terhadap organisasi
yang dipimpinnya harus dapat memberikan motivasi serta kenyaman bagi para anggotanya.
Hanya dengan jalan demikian pencapaian tujuan dapat terlaksana. Apapun gaya
kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin terhadap organisasi yang
dipimpinnya, dia harus dapat memberikan motivasi, kenyamanan dan perubahan ke arah
kebaikan bagi anggotanya.
Idealnya, seorang pemimpin harus memiliki berbagai macam gaya. Ia harus siap
menghadapi segala keadaan yang sedang dihadapi oleh organisasinya. Memandang hal ini
dari sisi organisasi, maka organisasi harus mengadaptasi suatu strategi untuk efektivitas,
dengan mempertimbangkan kebutuhan dan 'produknya'. Sebagian besar organisasi sukarela
dan nirlaba didirikan berdasarkan asumsi adanya persamaan visi dan sasaran. Mereka
memiliki strategi mencari keberhasilan (untuk mencapai sasaran mereka). Apapun gaya
kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin terhadap organisasi yang
dipimpinnya harus dapat memberikan motivasi serta kenyaman bagi para anggotanya.

2.5. Realitas Baru Kepemimpinan dan Organisasi


Saat ini kenyataan yang dihadapi oleh organisasi dan kepememimpinan sangat
banyak perbedaannya dengan apa yang dihadapi beberapa dekade lalu. Saat ini pemimpin dan
organisasi pada perubahan yang cepat, komunikasi yang ketat, globalisasi, perampingan
organisasi, perubahan ekonomi, sosial dan kondisi pemerintahan. Pemerintahan dan
organisasi dihadapkan pada tantangan yang lebih berat akibat kemajuan teknologi yang cepat,
deregulasi, kebijakan pemerintah yang terbuka, sampai komleknya masalah ketenagakerjaan.

18
Ada perubahan paradigma yang muncul sehingga harus diadopsi oleh pemimpin dan
organisasi (Daniel C. Kielson, 1996). Paradigma ini akan menentukan pola dan gaya
kepemimpinan seorang pemimpin sehari-har, selama pemimpin mengarahkan organisasi
menuju kesuksesan di masa depan. Dalam hal ini, secara umum paradigma diartikan sebagai
pola pikir dan cara pandang yang mencerminkan pemahaman, dan penerimaan akan dunia.

REALITAS BARU BAGI PEMIMPIN

Paradigma Lama Paradigma Baru


Masa Industri Masa Informasi
Stabilitas Perubahan
Kontrol Pemberdayaan
Kompetisi Kolaborasi
Barang Orang dan Hubungan

Paradigma ini akan menghasilkan keyakinan. Kepercayaan yang kita pegang tentang
manusia, dunia, dan hubungan interaktifnya. Transformasi dari paradigma lama menuju
paradigma baru tersimpul pada gambar di atas (Daniel C. Kielson, 1996).

2.6. Strategi Kepemimpinan dalam Organisasi


Kemakmuran dan kelangsungan hidup organisasi bergantung pada adaptasi yang tepat
waktu terhadap ancaman dan peluang, mempertahankan tingkat efisiensi dan keandalan
proses yang tinggi, memastikan keuntungan hubungan manusia dan sumber daya, dan budaya
organisasi dengan nilai-nilai bersama yang terdiri dari dengan misi dan strategi kompetitif.
Kepentingan relatif dari kinerja ini penentu untuk organisasi, dan potensi trade-off di antara
mereka, ditentukan oleh aspek situasi seperti jenis organisasi dan jumlah perubahan di
eksternal lingkungan Hidup. Ketika perubahan dalam lingkungan eksternal mempengaruhi
kapasitas organisasi untuk menjalankan misinya, adaptasi yang berhasil membutuhkan
pengakuan akan ancaman dan peluang ikatan, dan kemauan untuk melakukan perubahan
dalam proses, produk, layanan, atau kompetitif strategi organisasi.
Kepemimpinan yang fleksibel dan adaptif sangat penting untuk menghadapi
kesuksesan trade-off, tujuan bersaing, dan situasi yang berubah. Budaya organisasi dapat
memfasilitasi tate atau menghambat upaya untuk membuat perubahan besar. Seorang kepala
eksekutif memiliki lebih banyak pengaruh potensial terhadap kinerja suatu organisasi ketika
ada krisis dan strategi kompetitif tidak lagi selaras dengan lingkungannya. Utama perubahan
lebih mungkin berhasil jika dimulai sebelum krisis menjadi serius dan asi tidak lagi memiliki

19
sumber daya yang kendur, tetapi lebih sulit untuk memulai perubahan besar kapan tidak ada
kebutuhan yang jelas untuk itu. Perubahan strategis besar kemungkinan besar akan
diprakarsai oleh CEO yang adalah penerus eksternal daripada oleh CEO yang telah lama
menjabat. Berbagai jenis penelitian yang dijelaskan dalam bab ini menunjukkan bahwa
terlepas dari semua kendala pada eksekutif puncak, mereka masih dapat memiliki pengaruh
yang cukup kuat pada efektivitas organisasi. Hasil dari perubahan besar tergantung pada jenis
kepemimpinan apa yang disediakan oleh tingkat menengah dan tingkat bawah manajer serta
oleh eksekutif puncak, dan keputusan kepemimpinan di berbagai tingkat dan di berbagai
subunit ent organisasi harus konsisten dan terkoordinasi.
Tim eksekutif lebih penting dalam lingkungan yang kompleks dan cepat berubah itu
menempatkan banyak tuntutan eksternal pada CEO. Tim juga lebih penting dalam suatu
organisasi dengan unit bisnis yang beragam tetapi sangat saling tergantung, karena seorang
pemimpin tidak mungkin memiliki keahlian luas yang diperlukan untuk mengarahkan dan
mengintegrasikan kegiatan unit-unit ini. Anggota karakteristik yang diperlukan untuk
efektivitas tim tergantung pada konteks organisasi, keahlian lingkungan akhir, dan
kepemimpinan yang disediakan oleh CEO. Pemantauan eksternal menyediakan informasi
yang diperlukan untuk perencanaan strategis dan manajemen krisis. agement. Untuk
mendeteksi ancaman dan menemukan peluang secara tepat waktu, manajemen puncak harus
secara aktif memonitor sektor-sektor lingkungan yang relevan, sumber-sumber
ketergantungan bagi organisasi, dan kinerja saat ini. Mengembangkan strategi untuk
beradaptasi dengan lingkungan adalah penting tanggung jawab untuk eksekutif puncak, dan
strategi lebih mungkin efektif jika dibangun di atas inti kompetensi, relevan dengan tujuan
jangka panjang, dan layak dalam hal kemampuan saat ini.

20
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kepemimpinan adalah sifat penerapan pengaruh oleh seorang anggota kelompok atau
organisasi terhadap anggota lainnya guna mendorong kelompok atau organisasi mencapai
tujuan-tujuannya. Kepemimpinan dalam organisasi yang baik akan dapat mengkoordinasi dan
mensinergikan sumberdaya yang ada di dalam organisasi.Sifat-sifat pemimpin dalam
organisasi, yaitu: sebagai motivator, menjalin komunikasi yang baik dengan bawahan,
memberikan kepercayaan kepada bawahan dan bertanggung jawab terhadap apa yang
dipimpin.
Budaya organisasi menurut Stephen Robins misalnya mengatakan “bahwa budaya
organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dibentuk oleh anggota –
anggotanya sekaligus pembeda organisasi itu dengan organisasi lain”. Sistem pemaknaan
bersama bersama bersama tersebut merupakan seperangkat karakteristik utama nilai – nilai
organisasi tersebut (“a system of shared meaning held by members that distinguishes the
organization from other organization. Budaya organisasi perlu dibangun sedemikian rupa
agar fleksibel, adaptif, dan akomodatif terhadap aneka perubahan sehingga cita-cita
organisasi yang memiliki keunggulan bukan sekedar sebuah impian.Untuk itu seorang
pemimpin memerlukan persiapan konsep penyusunan dan simulasi skenario kepemimpinan
organisasi seperti yang sudah dijelaskan di atas agar menjadi pemimpin dalam organisasi
yang diinginkan oleh setiap anggota organisasi.

3.2.Saran
Dari hasil yang telah diperoleh penulisan makalah ini, maka penulis memberikan
saran agar kita mengetahui bagaimana persiapan untuk menjadi seorang pemimpin yaitu
mulai dari konsep, penyusunan dan simulasi skenario kepemimpinana organisasi, sehingga
kita dapat mempraktikannya jika kita sudah menjadi seorang pemimpin dalam suatu
organisasi. Dengan adanya makalah yang sudah penulis susun, penulis juga mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca apabila ada kesalahan dalam makalah ini, agar dapat menjadi
acuan penulis sebagai perbaikan dalam penulisan sebuah makalah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Amar Seto.2017.Kepemimpinan.Yogyakarta;Relasi Inti Media


Arifin, Syamsul. 2012. Leadership : Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Banjarmasin : Mitra
Wacana Media
Matondang,M.H.2008.Kepemimpinan.Yogyakarta:Graha Ilmu
Matondang, M.H. 2008. Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Paramita, Dhiana Patricia.Gaya Kepemimpinan (Style of Leadership) yang Efektif dalam
Suatu Organisasi” Jurnal Kepemimpinan.1-7.
Safaria, Triantoro.2004.Kepemimpinan.Yogyakarta:Graha Ilmu
Thoha, Miftah.2015.Kepemimimpinan dalam Manajemen. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
Tim Penyusun.2019.Kepemimpinan(Leadership).Medan
Yuki, Gary.1999.Leadership in Organizations.State University of New York: University of
Albany.
https://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article/view/65
https://jurnalmanajemen.com/kepemimpinan-dalam-organisasi/
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/364974502-KEPEMIMPINAN.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai