Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KONSEP DASAR PRAGMATIK

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

1. Dewi Tasya

2. Hariyani Fazrin Bako

3. Novi Amelia Natasha


4. Puteri Hermalia

KELAS : Regular A’19

MATA KULIAH : Pragmatik

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat karunianya-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang mengulas tentang bahasa dimana ini adalah mata kuliah
Pragmatik. Adapun makalah kami ini yaitu yang jauh dari kata sempurna baik dari segi teknik
penyajian maupun dari segi penyusunan. Oleh karena itu demi penyempurnaan makalah ini,
maka penyusun siap menerima kritik dan saran dari pembaca yang dapat menunjang perbaikan
makalah ini lebih baik kedepannya.

Terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini
sehingga kami dapat lebih mengerti dengan konsep dasar pragmatik yang di ulas dalam mata
kuliah Pragmatik dan tidak lupa terima kasih kami bagi teman-teman kampus dan keluarga yang
memberikan masukan saran terbaik bagi kami, sehingga makalah bahasa ini dapat terselesaikan
dengan baik walau jauh dari kata sempurna.

Medan, Agustus 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. .........................................................................................................................................2
B. .........................................................................................................................................3
C. .........................................................................................................................................4
D. .........................................................................................................................................5
D. .........................................................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................7
PENUTUP.................................................................................................................................7
A. Kesimpulan........................................................................................................................7
B. Saran..................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pragmatik adalah kajian ilmu bahasa tentang hubungan tanda dengan orang yang
menginterpretasikan tanda itu. Saat ini topik pragmatik sangat dikenal dalam linguistik. Padahal
dahulu pragmatik dianggap tidak penting. Sikap ini berubah ketika pada akhir tahun 1950an
Chomsky menemukan titik pusat sintaksis. Namun sebagai seorang struktualis ia masih
menganggap makna terlalu rumit untuk dipikirkan dengan sungguh- sungguh. Kemudian pada
tahun 1971 lakoff dan lain- lainnya berargumentasi bahwa sintaksis tidak dapat dipisahkan dari
studi penggunaan bahasa. Sejak saat itu pragmatik masuk dalam peta linguistik. Masuknya
pragmatik dalam linguistik merupakan tahap akhir dalam gelombang ekspansi linguistik, dari
sebuah ilmu sempit yang mengurusi data fisik bahasa, menjadi suatu disiplin ilmu yang luas
yang meliputi bentuk, makna dalam konteks. Tetapi, ini tahap perkembangan jalur utama aliran
linguistik di belahan Amerika. Pada 1940-an di belahan Eropa sudah berkembang kegiatan
mengkaji bahasa dengan mempertimbangkan makna dan situasi (aliran praha, aliran firth) dan
pada tahun 1960-an Halliday megembangkan teori social mengenai bahasa.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah,maka dapat dirumuskan rumusan masalah,antara lain :

1. Mengetahui Pengertian
2. Mengetahui
3. Mengetahui
4. Mengetahui
5. Mengetahui

C. Tujuan

Adapun tujuan dari rumusan masalah tersebut,antara lain :

1. Memahami
2. Memahami
3. Memahami
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pragmatik

Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa semiotik. Semiotik mengkaji bahasa verbal,
lambang, simbol, tanda, serta pereferensian dan pemaknaannya dalam wahana kehidupan. Ilmu
pragmatik mengkaji hubungan bahasa dengan konteks dan hubungan pemakaian bahasa dengan
pemakai/ penuturnya. Dalam tindak operasionalnya, kajian pragmatik itu berupaya menjelaskan
bagaimana bahasa itu melayani penuturnya dalam pemakaian. Menurut Kaswanti Purwa,
1990:16, pragmatik ialah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori
semantik. Maksudnya, makna setelah dikurangi semantik.

Makna yang digeluti cabang ilmu bahasa semantik ialah makna yang bebas konteks
(context-independent), sedangkan makna yang digeluti oleh cabang ilmu bahasa pragmatik ialah
makna yang terikat konteks (context-dependent) (Kaswanti Purwa, 1990:16). Yang dimaksud
konteks disini antara lain: ihwal siapa yang mengatakan kepada siapa, tempat dan waktu
diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat di dalam tindakan
mengutarakan kalimat (Kaswanti Purwa, 1990:14). Pragmatik ialah kajian dari hubungan antara
bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian ((Levinson, 1983 dalam Nababan,
1987:2). Pada hakikatnya pragmatik sama dengan semantik, sama-sama membahas makna.
Perbedaannya terletak pada arah kajiannya, semantik mengkaji secara internal (ujaran dan
makna), sedangkan pragmatik mengkaji secara eksternal (ujaran, makna ujaran, konteks/ situasi).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pragmatik mengkaji makna yang dipengaruhi oleh hal-hal
di luar bahasa.

B. Sejarah dan Latar Belakang Lahirnya Pragmatik

Munculnya istilah pragmatik dapat dihubungkan dengan seorang filsuf yang bernama
Charles Morris (1938). Ia sebenarnya mengolah kembali pemikiran para filsuf pendahulunya
seperti Locke dan Peirce mengenai semiotik (ilmu tanda dan lambang). Oleh Morris semiotik
dibagi menjadi tiga cabang : sintaksis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis mempelajari hubungan
formal antara tanda-tanda, semantik mempelajari hubungan antara tanda dengan obyek, dan
pragmatik mengkaji hubungan antara tanda dengan penafsir. Tanda-tanda yang dimaksud di sini
adalah tanda bahasa bukan tanda yang lain.

Perubahan linguistik di Amerika pada tahun 1970-an diilhami oleh karya filsuf-filsuf
seperti : Austi (1962) dan Searle (1969), yang melimpahkan banyak perhatian pada bahasa. Teori
mereka mengenai tindak ujaran mempengaruhi perubahan linguistik dari pengkajian bentuk-
bentuk bahasa (yang sudah mapan dan merata pada tahun 1950-1960-an) ke arah fungsi-fungsi
bahasa dan pemakaiannya dalam komunikasi. Di Indonesia konsep pragmatik baru
diperkenalkan pertama kali dalam kurikulum bidang studi Bahasa Indonesia (Kurikulum 1984)
yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bila dibandingkan dengan
munculnya istilah pragmatik (1938) kita tampaknya jauh ketinggalan dari mereka. Yang penting
adalah apa sebenarnya yang dimaksud dengan pragmatik dalam hubungannya dengan kajian
bahasa.C.

C. Perkembangan Pragmatik di Indonesia.

Istilah pragmatik secara nyata di Indonesia muncul pada 1984 ketika diberlakukannya
Kurikulum Sekulah Menengah Atas tahun 1984. Dalam kurikulum ini pragmatik merupakan
salah satu pokok bahasan bidang studi bahasa Indonesia (Depdikbud, 1984). Beberapa karya
mengenai pragmatik mulai bermunculan. Diawali oleh Tarigan (1986) yang membahas tentang
pragmatik secara umum. Nababan (1987) dan Suyono (1990) juga masih terkesan
„memperkenalkan pragmatik“, sebab belum membahas pragmatik secara rinci dan luas. Pada
karya Tallei (1988), Lubis (1993), dan Ibrahim (1993) tampak deskripsi yang agak mendalam,
tetapi orisinalitas gagasanya agak diragukan karena, terutama pada karya Tallei, hampir
sepenuhnya mengacu pada buku Discourse Analyses karya Stubbs (1983).

Buku pragmatik pertama yang tergolong kritis adalah karya Bambang Kaswanti Purwo
(1990) dengan judul Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Karya Wijana (1996) yang berjudul
Dasar-dasar Pragmatik sudah menuju ke arah pragmatik yang lebih lengkap dan mendalam.
Beberapa penelitian pun telah dilakukan dalam rangka disertasi, di antaranya adalah Kaswanti
Purwo (1984), Rofiudin (1994), Gunarwan (1992-1995), Rustono (1998), dan terakhir Saifullah
(2001) dalam tesis magisternya.
D.  Prinsip-Prinsip Teori Pragmatik
Berikut beberapa prinsip teori pragmatik:
1. Tindak tutur itu terikat-konteks alam arti ada peran partisipan pada siapa tuturan itu
dialamatkan, disapakan, diperdengarkan, dimaksudkan. Oleh karena itu, peran antar-
persona dalam setiap tindak tutur memiliki muatan awal, isi, dan akhir sebagai suatu
piranti episode.
2. Prinsip Kerjasama Grice. Katakan secukupnya. Demi kerja-sama penutur anta-persona
berkewajiban memelihara tuturannya sedemikian sehingga teman-tutur dapat memproses
segala informasi yang disajikan dengan mudah, lugas, luwes, dan jelas. Sebaliknya
teman-tutur wajib tanggap terhadap tuturan. Oleh Grice, prinsip ini memiliki parameter
yaitu kuantitas kualitas, relevansi, krama. Pembicara diwajibkan hemat, jujur, relevan
dari awal ke akhir serta dalam bertutur itu sopan dan memelihara kesopanan.
3. Prinsip Tata-krama: Agar komunikatif, bertutur mengasumsi norma lokal dan umum
yang berlaku di masyarakat, termasuk sebelum ada reaksi dari pesapa, jangan
diberondong dengan muatan-muatan linguistik lainnya.
4. Prinsip Interpretasi pragmatik
a. Prinsip interpretasi lokal: pendengar wajib menginterpretasi ujaran pembicara sebatas
makna pembicara.
b. Prinsip analogi: Tidak mengubah makna topik atau proposisi ujaran pembicara kecuali
yang bersangkutan mengubah sendiri.
5. Prinsip Kewacanaan: Ragam sesuai dengan konteks dan situasinya.
6. Pragmatik Sosialisasi: Santun bahasa, norma lokal dan inter-lokal.
7. Pragmatik Wacana: Tindak tutur mengasumsi kohesi, koherensi, dan pilihan ragam.
Makin formal situasi komunikasi komunikasi makin tinggi tuntutan atas kekoherensian.
8. Setiap tuturan itu terikat nilai. Jelmaan nilai-nilai dalam tuturan mempengaruhi hubungan
antar penutur dan situasi komunikasi.

E. Contoh Pragmatik
1. Pak, Risty minta izin buang air kecil di belakang.
Secara denotatif, frasa buang air kecil mempunyai makna “membuang air dalam jumlah
yang kecil.” Namun, secara pragmatik, frasa tersebut justru bermakna kencing. Pemaknaan frasa
buang air kecil sebagai kencing sendiri didasari karena frasa ini jauh lebih halus dan santun
diucapkan seseorang dibanding menyebut kata kencing secara langsung.

2. Rumah Makan Padang.

Secara semantik, kalimat di atas akan dimaknai dengan makna rumah memakan kota
Padang. Namun, secara pragmatik kalimat di atas mempunyai makna rumah makan yang
menyajikan masakan khas Padang.

3. Dengan ini, kami selaku perusahaan memutuskan untuk memberhentikan Saudara dari
perusahaan ini.

Secara denotatif, kata memberhentikan mempunyai makna membuat berhenti suatu hal.
Namun, secara pragmatik, kata pada kalimat di atas itu justru mempunyai makna memecat. Kata
memberhentikan sendiri dipakai dan dimaknai memecat karena kata ini jauh lebih halus dan
santun. Apalagi, pada konteks kalimat di atas, kata itu dipakai untuk sebuah kalimat yang berisi
sebuah keputusan yang menyakitkan satu pihak, yaitu memecat seseorang dari suatu perusahaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Munculnya istilah pragmatik dapat dihubungkan dengan seorang filsuf yang bernama
Charles Morris (1938). Ia sebenarnya mengolah kembali pemikiran para filsuf pendahulunya
seperti Locke dan Peirce mengenai semiotik (ilmu tanda dan lambang). Oleh Morris semiotik
dibagi menjadi tiga cabang : sintaksis, semantik, dan pragmatik. Di Indonesia konsep pragmatik
baru diperkenalkan pertama kali dalam kurikulum bidang studi Bahasa Indonesia (Kurikulum
1984) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bila dibandingkan dengan
munculnya istilah pragmatik (1938) kita tampaknya jauh ketinggalan dari mereka. Yang penting
adalah apa sebenarnya yang dimaksud dengan pragmatik dalam hubungannya dengan kajian
bahasa.

Kajian pragmatik dipilah menjadi dua bagian oleh Leech (1983) yakni pragmalinguistik
dan sosiopragmatik. Kajian pragmalinguistik dekat dengan tradisi Anglo-Amerika, dan
sosiopragmatik beririsan dengan kajian pragmatik Kontinental. Tradisi kajian pragmatik Anglo-
Amerika digolongkan sebagai kajian linguistik formal, sedangkan tradisi kajian pragmatik
Kontinental digolongkan sebagai kajian linguistik fungsional. (Gunarwan, 1996)
Pragmatik tradisi kontinental menjadi latar kajian ini. Dengan pertimbangan bahwa analisis
pragmatik ini memiliki jangkauan kajian yang lebih luas dan dalam, yakni mencakup tindakan,
konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi, sebagaimana ditunjukkan oleh Schiffrin (1994), Yule
(1996), dan Van Dijk (1998; 2000).

B. Saran

Dari pembahasan diatas sudah dipaparkan mengenai teks berita. Semoga Makalah ini
dapat memberikan referensi baru mengenai medan makna dan komponen makna, dan semoga
makalah ini juga memberikan pemahaman yang luas baik kepada mahasiswa maupun
masyarakat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cummings, Louise. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidispliner (Terj. Adolina Lefaan).
Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori
dan Analisis.Surakarta: Yuma Pustaka.
Budi, Jatmiko. 2012. ”Konsep Pragmatik dan Ruang Lingkupnya”,
(http://jatmikobudi.blogspot.com/2012/04/konsep-pragmatik-dan-ruang-lingkupnya.html,
diakses tanggal 10-3-2013).
Chaniago, Sam Mukhtar dkk. 2008. Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai