Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam
hidup, selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia
hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok
kecil. Di dalam kelompok inilah manusia bekerja sama untuk mewujudkan
sebuah tujuan bersama, yang kita kenal dengan istilah organisasi. Dinamika
organisasi sangatlah dinamis dan berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan
situasi.
Pencapaian tujuan organisasi dengan dinamika yang terjadi di
dalamnya sering kali tidak dapat dilakukan dengan mudah. Berbagai kendala
menghadang organisasi dalam upayanya untuk mencapai tujuan. Gejolak
perekonomian, perbedaan latar belakang sumber daya manusia, perubahan
situasi politik dan berbagai kesulitan lainnya sering kali membuat tujuan yang
hendak dicapai organisasi menjadi tidak mudah.
Pada situasi seperti itulah organisasi membutuhkan seorang pemimpin
yang akan menjalankan fungsi kepemimpinan. Seseorang yang berjiwa
pemimpin, paling tidak dapat memimpin dirinya sendiri. Dengan hadirnya
kepemimpinan, akan dapat dikelola individu, kelompok dan lingkungan
dengan baik. Sehingga dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan
sulit dapat teratasi dan tujuan organisasi dapat dicapai atau diwujudkan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai kepemimpinan, mulai dari pengertian sampai dengan studi kasus
kepemimpinan, sehingga tidak hanya secara teoritis atau konseptual yang
penulis sampaikan namun langsung diperbandingakan dengan kajian faktual.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan tersebut, diperoleh
beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut diantaranya:
1. Apakah pengertian kepemimpinan?

1
2. Apakah fungsi kepemimpinan dalam organisasi?
3. Apa sajakah teori-teori kepemimpinan?
4. Apa sajakah gaya-gaya kepemimpinan?
5. Bagaimana studi kasus tentang kepemimpinan?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan agar seluruh penulis dapat lebih
memahami pokok bahasan kepemimpinan pada mata kuliah Manajemen
Sumber Daya Manusia.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini menggunakan metode studi pustaka. Dalam
penelusuran sumber informasi, penulis melakukan searching bahan-bahan
yang berhubungan dengan pokok bahasan melalui media internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Dalam buku-Nya winardi yang berjudul “Azas-Azas Manajemen”
menjelaskan bahwa Kepemimpinan adalah hubungan dimana satu orang
yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara
sukarela dalam usaha memperkerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk
mencapai hal yang di inginkan oleh pemimpin tersebut. (winardi,1983:327).
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang ( yaitu pamimpin atau leader) untuk mempengaruhi
orang lain ( yaitu yang di pimpin atau pengikut-pengikutnya). Sehingga orang
lain tersebut bertingkah laku sebagaimana di kehendaki oleh pemimpin
tersebut. (soekanto,1990:318).Dalam kedua definisi tersebut memiliki makna
yang sama yaitu bahwa memimpin itu berhubungan dengan satu orang yang
mempengaruhi fihak lain di dalam kelompok yang di pimpinnya.
Charles W. Marrifield, kepemimpinan adalah menyangkut bagaimana
memutilasi, memobilisasikan, mengarahkan dan mengoordinasikan motif-
motif dan kesetiaan orang orang yang terlibat dalam usaha bersama secara
sukarela. (leadership is somehow closely realeted to stimulating, mobilizing,
directing and coordinating the motivies and a loyaltie to eyeged in voluntary
enterprise).
M Stogdill dalam bukunya Miftah Thoha (2007:260) berpendapat
bahwa dalam kepemimpinan terdapat unsur kekuasaan yang merupakan
sarana pemimpin untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya.
Robert Dubin dalam bukunya Miftah Thoha (2007:259) berpendapat
bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan
pembuatan keputusan.
Wirawan (2002:98) berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan
interaksi sosial antara pemimpin dan pengikut dalam interaksi sosial kedua
belah pihak dapat saling memberikan kebebasan untuk menggunakan

3
kekuasaannya untuk mencapai tujuan sistem sosial dan tujuan pribadi masing-
masing.
Menurut Northouse, P.G. (2003:3) kepemimpinan adalah suatu proses
dimana individu mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan umum.
Dubrin, A.J. (2001:3) bahwa kepemimpinan itu adalah kemampuan
untuk menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
George R. Terry, merumuskan kepemimpinan itu adalah kegiatan
mempengaruhi orang untuk bekerja lebih sukarela, guna mencapai tujuan
bersama. (leadership is the activity of influencing people to strive willingly
for mutual objectives).
Dr. Sarwono Prawiroharjo, merumuskan kepemimpinan adalah
tingkah laku untuk mempengaruhi orang lain agar mereka memberikan kerja
sama dalam mencapai suatu tujuan yang menurut pertimbangan mereka
adalah perlu dan bermanfaat.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan
orang-orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan kepercayaan,
respek, dan kerja sama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field
manual (22-100).
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi atau
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhiuntuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan atau memimpin adalah usaha untuk menggerakkan orang lain
ataupun bawahan yang dipimpin, supaya mereka dapat bekerja sama menuju
tujuan yang diinginkan bersama dan yang dianggap penting bagi mereka.
Jadi, Kepemimpinan itu dapat timbul kapan saja dan di mana saja
apabila ada unsur–unsur sebagai berikut :
 Ada orang yang dipengaruhi atau anggota, bawahan, pengikut, kelompok
orang yang mau diperintah dan dikomandokan.

4
 Ada orang yang mempengaruhi atau memimpin, pemberi komando, dan
pembimbing.
 Ada pengarahan kepada suatu tujuan oleh orang yang mempengaruhi
atau memimpin.

Selain memperhatikan unsur – unsur di atas, terdapat pula tiga hal


yang perlu diperhatikan dalam kepemimpinan, antara lain :
 Seorang pemimpin harus dapat mendistribusikan kekuasaannya kepada
orang-orang kepercayaannya dengan mengangkat orang-orang yang tepat
untuk menjadi kepala-kepala bagian dalam organisasi atau perusahaan.
 Seorang pemimpin harus bisa memimpin bawahannya agar aktivitas
perusahaan bisa berjalan dengan lancar.
 Seorang pemimpin harus dapat menjadi teladan bagi bawahannya
sehingga semua pekerjaan dapat pelaksanaan sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh organisasi atau perusahaan.

2.2 Fungsi Kepemimpinan dalam Organisasi


Kepemimpinan mempunyai beberapa fungsi dalam berjalannya
organisasi, fungsi-fungsi tersebut adalah :
a. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh
bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya
tujuan organisasi.

Hakikat perencanaan tersebut antara lain:


1. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam
pekerjaan untuk memutuskan apa yang akan dilakukan.
2. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan–
keputusan yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui.
3. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan
yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.

Perencanaan meliputi dua hal, yaitu:

5
1. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek,
pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
2. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan
-kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan
menentukan prosedur-prosedur yang diperlukan.

Setiap rencana yang baik akan berisi:


1. Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami.
2. Penggunaan sumber – sumber secara tepat.
3. Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut.

b. Fungsi memandang ke depan


Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti
akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada
terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya
proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangsung terus
menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan.
Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi
baik di dalam maupun di luar organisasi sehingga mampu mendeteksi
hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.

c. Fungsi pengembangan loyalitas


Pengembangan kesetiaan ini tidak saja di antara pengikut, tetapi
juga untuk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisasi.
Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi
teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari –
hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak
pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak
akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

d. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa
meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan

6
maka hambatan-hambatan dapat segera ditemukan, untuk dipecahkan
sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang telah
ditetapkan dalam rencana.

e. Fungsi mengambil keputusan


Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang
tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda
untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang
kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan,
komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.

f. Fungsi memberi motivasi


Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap
anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan
hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan
prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian
anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, pujian atau ucapan terima kasih
sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih
payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.

2.3 Teori-Teori Kepemimpinan


Teori kepemimpinan menurut Mulyadi dan Rivai (2012), yaitu :
a. Teori Sifat,
Teori ini memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-
sifat yang tampak dari pimpinan. Asumsi dasar dari teori ini adalah
keberhasilan pemimpin di sebabkan karena sifat atau karakteristik, dan
kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang pemimpin, dan oleh
sebab itu seseorang dirasa layak untuk memimpin. Adapun sifat
karakteristik, dan kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang
pemimpin, antara lain:

7
1. Inteligensia
Seorang pemimpin memiliki kecerdesan diatas para bawahannya.
Pemimpin dengan kecerdasannya itulah dapat mengatasi masalah yang
timbul dalam organisasi, dengan cepat mengetahui permasalahan apa
yang timbul dalam organisasi, menganalisis setiap permasalahan, dan
dapat memberikan solusi yang efektif, serta dapat diterima semua
pihak.
2. Kepribadian
Seorang pemimpin memiliki kepribadian yang menonjol yang
dapat dilihat dan dirasakan bawahannya, seperti:
a. Memiliki sifat percaya diri, dan rasa ingin tau yang besar.
b. Memiliki daya ingat yang kuat.
c. Sederhana, dan dapat berkomunikasi dengan baik kepada semua
pihak.
d. Mau mendengarkan masukan (ide), dan kritikan dari bawahan.
e. Peka terhadap perubahan globalisasi, baik itu perubahan
lingkungan, teknologi, dan prosedur kerja.
f. Mampu beradaptasi dengan perubahanperubahan yang timbul.
g. Berani dan tegas dalam melaksankan tugas pokoknya, dan dalam
mengambil sikap, serta mengambil keputusan bagi kepentingan
organisasi dan pegawainya.
h. Mampu menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada dalam
organisasi.
3. Karakteristik fisik
Seorang pemimpin dikatakan layak menjadi pemimpin dengan
melihat karakteristik fisiknya, yaitu: usia, tinggi badan, berat badan dan
penampilan.

b. Teori perilaku
Dalam teori ini perilaku pemimpin merupakan sesuatu yang bisa di
pelajari. Jadi seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat
akan meraih keefektifan dalam memimpin. Teori ini memusatkan

8
perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu: fungsi
kepemimpinan, dan gaya kepemimpinan.
Terdapat dua fungsi kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi yang berorientasi tugas
b. Fungsi yang berorientasi orang atau pemeliharaan kelompok (sosial).

c. Teori situasional
Merupakan suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang
menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat
bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan
tertentu. Pendekatan ataupun teori ini mensyaratkan pemimpin untuk
memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia.

Selain teori kepemimpinan tersebut di atas juga terdapat teori


kepemimpinan sebagai berikut :
1. Teori Keadaan
Teori ini menerangkan bawha harus terdapat cukup banyak
fleksibilitas dalam kepemimpinan hingga dapat menyesuaikan diri
dengan situasi-situasi yang berbeda-beda. Kepemimpinan bersifat
multidimensional. Pada teori ini kepemimpinan terdiri dari : pemimpin,
para anggota, organisasi dan pengaruh-pengaruh social, ekonomi dan
politik.
2. Teori kelakuan pribadi
Kepemimpinan dapat pula dipelajari atas dasar kualitas pribadi
atau pola kelakuan para pemimpin. Teori ini menekankan apa yang
dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan dalam hal memimpin. Salah
satu sumbangsih dalam teori ini adalah bahwa seorang pemimpin tidak
berkelakuan sama atau pun melakukan tindakan-tindakan sama dalam
setiap situasi yang di hadapi.
3. Teori Supportif
Pemimpin mengambil sikap bahwa para pengikut ingin
melaksanakan usaha mereka sebaik-baiknya dan memimpin mereka

9
sebaik-baiknya dilakukan dengan jalan mensupport (membantu) usaha-
usaha para pengikutnya. dalam hal ini pemimpin di tuntut untuk
menciptakan suatu lingkungan kerja yang membantu merangsang
keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan usaha sebaik-baiknya
menurut kapasitas masing-masing, bekerja sama dengan pihak lain serta
mengembangkan keterampilan dan kemampuan sendiri.
4. Teori sosiologis
Pada teori ini, kepemimpinan di anggap terdiri dari usaha-usaha
kerja yang,
 membantu aktivitas-aktivitas para pengkutnya dan
 berusaha untuk menyelesaikan tujuan-tujuan dimana para pengikut
turut berpartisipasi dalam bidang pembuatan arah yang seringkali
diperlukan oleh para pengikut
Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dimana para pengikut turut
berpartisipasi dalam bidang pembuatan keputusan akhir. Identifikasi
tujuan memberikan arah yang sering kali diperlukan oleh para pengikut.
5. Teori Psikologis
Teori ini menyatakan bahwa fungsi pokok seorang pemimpin
adalah mengembangkan system motivasi yang terbaik. Pemimpin
menstimulir bawahannya untuk membantu pencapaian sasaran-sasaran
organisator maupun untuk memuaskan tujuan-tujuan pribadi mereka
sendiri. Kepemimpinan yang memotivasi sangat memperhatikan sifat-
sifat bawahanya seperti misalnya: pengakua, kepastian emosional dan
kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan keinginan-keinginan dan
kebutuhan-kebutuhan orang.
6. Teori Otokratis
Kepemimpinan berdasarkan teori ini menekankan perintah-
perintah, paksaan-paksaan dan tindakan-tindakan yang agak arbiter pada
hubungan kepemimpinan yang bersangkutan dengan pihak bawahan.
Pemimpin disini cenderung memusatkan perhatiannya terhadap
pekerjaan. Ia mengadakan superpvisi ketat agar pekerjaan dilaksanakan
sesuai dengan tencana-rencana yang telah di buat.

10
2.4 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan antara pemimpin satu dengan yang lain terdapat
beberapa perbedaaan, hal ini sebagaimana menurut G. R. Terry membagi
gaya-gaya kepemimpinan menjadi enam yaitu :
a. Gaya Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership)
Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu
dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan
secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang
bersangkutan.
b. Gaya Kepemimpinan Non Pribadi (Non Personal Leadership)
Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-
bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga
pengawasan.
c. Gaya Kepemimpinan Otoriter (Autoritotian Leadership)
Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti
dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan- peraturan yang berlaku secara
ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
d. Gaya Kepemimpinan Demokratis (Democratis Leadership)
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian
dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha
bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap
anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam
segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan
penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam
usahan pencapaian tujuan.
e. Gaya Kepemimpinan Fathernalistis (Fathernalistis Leadership)
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat
kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah
untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang
bapak kepada anaknya.

11
f. Gaya Kepemimpinan Menurut Bakat (Indogenious Leadership)
Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana
mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa
menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya
akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada
dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikut
berkecimpung.

Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh Maman Ukas


mengemukakan gaya-gaya kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Disebut juga gaya kepemimpinan authoritarian. Dalam
kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota
kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa
kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh
undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban
bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh
membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada
pemimpin secara mutlak.
 Kelebihan:
1. Keputusan dapat diambil secara cepat
2. Mudah dilakukan pengawasan
 Kelemahan:
1. Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah.
2. Setiap perbedaan di antara anggota kelompoknya diartikan sebagai
kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap
perintah atau instruksi yang telah diberikan.
3. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak
diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
4. Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti
mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau
dijalankan dengan baik oleh anggotanya.

12
5. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti
orang-orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian
orang-orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb.
Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan menyenangkan
pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.
6. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa
kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas
jika tidak ada pengawasan langsung.
7. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau
menimbulkan sifat apatis.

b. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire


Dalam gaya kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak
memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat
sekehendaknya. Pemimpin akan menggunakan sedikit kekuasaannya untuk
melakukan tugas mereka. Dengan demikian sebagian besar keputusan
diambil oleh anak buahnya. Pemimpin semacam ini sangat tergantung
pada bawahannya dalam membuat tujuan itu. Mereka menganggap peran
mereka sebagai “pembantu” usaha anak buahnya dengan cara memberikan
informasi dan menciptakan lingkungan yang baik.
 Kelebihan:
1. Keputusan berdasarkan keputusan anggota
2. Tidak ada dominasi dari pemimpin
 Kekurangan:
1. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi
terhadap pekerjaan bawahannya.
2. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada
bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin.
Dengan demikian mudah terjadi kekacauan dan bentrokan.
3. Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata-mata
disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota
kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.

13
4. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan
dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

c. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic


Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota kelompoknya. Hubungan
pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi
lebih seperti kakak dengan saudara-saudaranya. Dalam tindakan dan
usahausahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan
kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan
kelompoknya.
 Kelebihan:
Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan
mengharapkan pendapat dan saran dari kelompoknya. Ia mempunyai
kepercayaan pula pada anggotanya bahwa mereka mempunyai
kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Ia selalu
berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan
dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa
kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi
kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan
memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan
tanggung jawabnya.
 Kekurangan:
- Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih
banyak.
- Sulitnya pencapaian kesepakatan.
 Ciri gaya kepemimpinan Demokratik:
- Kebebasan pemimpin dan pengikut untuk menggunakan
kekuasaannya sedang dan saling mengontrol.
- Pemimpin berpendapat tidak dapat melakukan tugasnya dan
mengambil keputusan tanpa para pengikutnya.
- Pengikut tidak dapat melakukan tugasnya tanpa pemimpinnya.

14
- Penentuan visi, misi, dan strategi organisasi dilakukan bersama
pemimpin dan para pengikutnya dipimpin oleh pemimpin.
- Dalam mengambil keputusan maka pengumpulan informasi
mengumpulkan alternatif, dan memilih untuk melaksanakan
pekerjaan bersama-sama dengan pengikutnya.
- Pemimpin dan pengikut secara bersama-sama membuat rencana
kegiatan dan dilaksanakan oleh pengikut di bawah supervisi
pemimpin.
- Komunikasi berlangsung secara formal dan informal secara tiga
arah, ke bawah, atas, dan menyamping.

Selain itu ada pula empat gaya kepemimpinan berdasarkan


kepribadian adalah sebagai berikut:
1) Gaya Kepemimpinan Kharismatik
Karakteristik yang khas dari gaya ini yaitu daya tariknya yang
sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya
kadang- kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang
kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut
meskipun para pengikut tersebut tidak selalu menyetujuinya.
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu
menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang
membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian
ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di
analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka
mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa
lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena tidak
konsistennya. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika
diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan,
permintaan maaf, dan janji.
2) Gaya Kepemimpinan Diplomatis

15
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan
perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi
keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya.
Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua
sisi, dengan jelas. Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga
menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya
diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima
tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa
menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi
pengikutpengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para
pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
3) Gaya Kepemimpinan Otokratik
Seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan otokratik
dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Hal ini dilihat dari sifatnya
dalam menjalankan kepemimpinannya sangat egois dan otoriter, sehingga
kesan yang dimunculkan dalam karakter gaya kepemimpinan ini selalu
menonjolkan “keakuannya”.
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian
prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah
pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati,
tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh
perhitungan dan sistematis.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan
kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga
tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip
hidupnya
4) Gaya Kepemimpinan Moralis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya
Mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati
yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah

16
hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang
yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata
orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan
mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.

Dari keempat gaya kepemimpinan di atas, masing-masing gaya


memiliki kelebihan dan kelemahannya. Untuk penempatan gaya tersebut
tergantung pada organisasi yang akan di pimpin. Misalnya untuk organisasi
kemiliteran diperlukan gaya kepemimpinan yang otoriter, sebab pada
organisasi tersebut dibutuhkan kesatuan komando dalam pengambilan
keputusan. Sehingga senang atau tidak senang, semua anggota organisasi di
dalamnya harus melaksanakan perintah dari atasan. Jadi, dalam menentukan
gaya kepemimpinan yang akan diterapkan oleh seorang pemimpin harus
disesuaikan dengan jenis organisasi yang akan dipimpin.
Selain beberapa gaya kepemimpinan tersebut di atas, terdapat
beberapa gaya kepemimpinan sebagai berikut:
1) Gaya dengan orientasi tugas (task oriented), manajer mengarahkan dan
mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas
dilaksanakan sesuai yang diinginkannya.
2) Gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented), manajer mencoba
untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka.
3) Teori X dan teori Y dari McGregor
Strategi kepemimpinan efektif yang mempergunakan manajemen
partisipatif dikemukakan oleh Douglas McGregor, sebagai pengalamannya
menjadi konsultan McGregor menyimpulkan dua kumpulan anggapan teori
X dan teori Y Anggapan-anggapan teori X
a. Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan
akan menghindarinya bila mungkin.
b. Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa, diawasi,
diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar mereka menjalankan
tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

17
c. Rata-rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari
tanggung jawab, mempunyai ambisi relatif kecil, dan menginginkan
keamanan/ jaminan hidup di atas segalanya.

Anggapan-anggapan teori Y

a. Penggunaannya usaha phisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat


manusia, seperti bermain atau istirahat.
b. Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah satu-satunya
cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi.
c. Keterkaitan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang
berhubungan dengan prestasi mereka.
d. Rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk
menerima tetapi mencari tanggung jawab.
e. Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan
kreativitas dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi yang secara
luas tersebar pada seluruh karyawan.
f. Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja
dalam kondisi kehidupan industri modern.

18
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Profil Singkat


Ibu Tripita Olina, SH, MM adalah seorang aparatur sipil negara yang
menjadi sebagai Kepala Bidang Pendapatan Badan Pengelolaan Keuangan
dan Pendapatan Daerah Kota Pariaman. Beliau adalah lulusan sarjana hukum
di universitas Bung Hatta dan menempuh pendidikan magister (S2) di STIE
AKBP Padang. Beliau menduduki jabatan tersebut setelah beberapa kali
berpindah instansi dinas dan beliau juga bukanlah orang “istana”.

3.2 Prestasi
Dibawah kepemimpinan ibu Tripita Olina, pendapatan daerah Kota
Pariaman dari tahun 2014 sampai 2019, telah mencapai target yang
diinginkan. Bahkan mulai tahun 2015 target tersebut telah terlampaui dan
beliau juga mendapat reward khusus dari Kepala Daerah.

Gambar Realisasi Pendapatan Daerah dari Pajak Tahun 2014


Pemerintah Kota Pariaman

19
3.3 Gaya Kepemimpinan
Beliau dalam menjalankan tugas memiliki sikap tegas, keras,
perpedoman teguh kepada aturan tanpa pandang bulu, langsung terjun ke
lapangan door to door bersama staf. Dalam urusan pekerjaan, dengan
bawahan memang keras namun ketika masuk kepada ranah hubungan pribadi
di luar jam kantor, beliau sangat dekat dan berbaur sekali dengan bawahan
sehingga bawahan merasa terlindungi dan diperhatikan oleh beliau.
Jika melihat dari cara gaya beliau memimpin adalah kharismatik dan
task oriented namun kadang juga employee oriented.

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari ulasan tersebut di atas adalah :
a. Pemimpin adalah seorang yang memiliki sinergi dalam hal memimpin. Ia
mampu mempengaruhi pengaturan segala hal untuk mencapai tujuan. Ia
harus mengetahui berbagai informasi untuk memutuskan arah keputusan
sebagai pertimbangan.
b. Banyak karakteristik yang harus dipenuhi untuk menjadi pemimpin. Yaitu
realistis, banyak akal, dapat mengambil inisiatif, emosional stabil,
merupakan seorang komunikator yang terampil, percaya pada diri sendiri,
partisifatif dalam bidang sosial.
c. Banyak teori yang dapat di gunakan seorang pemimpin dalam memimpin
yaitu: teori keadaan, teori kelakuan pribadi, teori supportif, teori
sosiologis, teori psikologis dan teori otokratis.
d. Manajer dalam memimpin untuk mengambil keputusan dapat
menggunakan ide-ide atau gagasan  para anggota untuk menyelesaikan
problema yang ada.

d.1 Saran
Dengan telah diulasnya tema kepemimpinan sebagaimana tersebut,
harapan penulis untuk ke depannya :
a. Setiap orang harus mempelajari keterampilan memimpin sehingga dapat
memiliki daya saing di era tantangan yang semakin kompleks.
b. Kepemimpinan dapat dipelajari sehingga tidak perlu berkecil hati karena
hanya perlu diasah terus menerus.

21
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Solihin, Ismail. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Pasolong, Harbani. 2010. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung : Alfabeta.

22

Anda mungkin juga menyukai