Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

“KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DALAM


PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9

1. DINDA KHAIRUNISA 2216021099


2. AISY NURJANAH 2216021097
3. SYIFA ANINDHITA 2216021095
4. ISRAQ PRASETYO 2216021093
5. ILHAM ALI WARDANA 2216021091

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
1

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan diperlukan jika system pemerintahan ingin berhasil. Aparatur
yang baik juga selalu ingin dapat berkontribusi pada pencapaian tujuan birokrasi.
Untuk meningkatkan semangat aparatur membutuhkan kepemimpinan sebagai
dasar motivasi eksternal agar tujuan sistem pemerintahan sejalan dengan tujuan
mereka. Kepemimpinan adalah proses dan kemampuan mempengaruhi orang dan
sekelompok orang supaya mempunyai keinginan untuk mencapai suatu tujuan
(Badeni, 2013:126). Berdasarkan argument tersebut bisa dikatakan bahwa
mempengaruhi adalah kata utama dari sifat kepemimpinan. Sejauh mana dampak
pemimpin mempengaruhi anak buahnya agar dapat bekerja sama. Setiap
pemimpin memberikan instruksi kepada anak buahnya sesuai dengan cirinya.

Kepemimpinan memiliki tugas yang Sebagian besar untuk menaikan kapasitas


kinerja pada tingkat individu, sekumpulan, dan lembaga. Peran seorang leader
begitu penting gunamemastikan arah, mendistribusikan sumber daya yang langka,
mendasarkan penataran pada tujuan lembaga, serta mengatur perubahan yang
terjadi, membangun hubungan dengan pengikutnya, dan menetapkan arah yang
benar atau yang terbaik saat terjadi kegagalan (Titik Rosnani, 2012:2).
Selain itu, pemimpin harus bertindak sebagai evaluator, karena evaluasi adalah
kegiatan terencana dan sistematis yang melibatkan observasi untuk
mengumpulkan informasi atau fakta dengan menggunakan “pedoman” tertentu
dengan cara mengukur atau membandingkan hasil observasi dengan instruksi
yang diberikan. Diberikan, mengevaluasi dan memutuskan (R.R. Garvera, 2017).

Krisis tata pemerintahan di Indonesia harus segera diatasi, bahkan rakyat


tampak tidak puas dengan kinerja yang tidak akan membawa perubahan bagi
negeri ini yang hanya diisi oleh wajah-wajah lama. Hendaknya setiap pemimpin
menyadari bahwa kepemimpinannya memiliki waktu yang terbatas. Pembaharuan
sangat dibutuhkan, diperlukan regenerasi yang siap menyukseskan kepemimpinan
bangsa ini. Oleh karena itu, pemimpin yang bijak adalah mereka yang
mempersiapkan pengganti dirinya sendiri.

2.2 Teori Munculnya Seorang Pemimpin


Dalam buku Karini Kartono (2016:33) menjelaskan 3 teori munculnya
pemimpin adalah sebagai berikut :
Pertama, Teori Genetis mengatakan bahwa :
1. Pemimpin tidak dibuat, tetapi lahir sebagai pemimpin dengan
kemampuan alami yang luar biasa.
2

2. Ia ditakdirkan lahir sebagai pemimpin dalam setiap situasi dan kondisi


tertentu.
3. Secara filosofis, teori ini menganut pandangan deterministik. Yakni
terdapat suatu kekuatan besar yang dominan yaitu karena Allah
SWT..

Kedua, Teori Sosial (melawan Teori Genetis) mengatakan bahwa :


1. Pemimpin itu harus dipersiapkan, dilatih, dan dibentuk, Seorang
pemimpin bukan dilahirkan begitu saja, tetapi melalui proses.
2. Semua orang dapat menjadi pemimpin melalui persiapan dan Latihan
serta dituntun oleh kehendaknya.

Ketiga, Teori Ekologis atau Sintetik (yang dilihat sebagai reaksi dari kedua
teori sebelumnya), mengatakan bahwa :
1. Seseorang dapat berhasil sebagai pemimpin jika setiap pemimpin
memahami sejak awal bahwa ada batas waktu untuk
kepemimpinannya. Pembaharuan sangat dibutuhkan, menyiapkan
penerus yang siap mensukseskan kepemimpinan bangsa ini. Oleh
karena itu, pemimpin yang bijak adalah mereka yang menyiapkan
pengganti dirinya sendiri. Maka penulis mencoba menjelaskan
bagaimana sebenarnya praktek kepemimpinan pemerintahan di
Indonesia saat ini dan teknik mana yang cocok untuk kepemimpinan
pemerintah yang baik. Dia dilahirkan dengan bakat- bakat yang
dikembangkan melalui pengalaman dan pendidikan; juga sesuai
dengan persyaratan lingkungan/ekologis.

2.3 Gaya Kepemimpinan


Gatto mengembangkan terdapat 4 jenis gaya kepemimpinan gaya yaitu
(Djaenuri 2015:18):

1. Gaya Direktif
Pemimpin direktif biasanya membuat keputusan penting dan sangat
terlibat dalam pelaksanaannya. Semua tindakan difokuskan pada pemimpin dan
orang lain memiliki sedikit kebebasan untuk berkreasi dan bertindak. Pada
dasarnya gaya ini adalah gaya otoritatif.
2. Gaya Konsultatif
Gaya ini lebih banyak melakukan komunikasi dengan para karyawan dan
anggota organisasi. Tugas pemimpin lebih banyak menasehati, mnengarahkan,
memotivasi, memberi saran untuk mencapai tujuan.
3. Gaya Partisipatif
Gaya ini berbeda dengan gaya konsultatif, yang dapat berkembang
menjadi saling percaya antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin umunya
mengandalkan kemampuan anggota untuk melakukan tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawab
3

mereka. Pada saat yang sama pula, kontak negosiasi terus berlanjut. Seorang
pemimpin dalam Gaya ini lebih banyak mendengarkan, menyetujui kerja sama
dan memberikan dorongan untuk pengambilan keputusan.
4. Gaya Free-in.
Gaya Free-in juga disebut gaya pendelegasian, yaitu gaya yang mendorong
inisiatif anggota. Kurangnya komunikasi dan kontrol dari pemimpin sehingga
gaya ini dapat berhasil jika anggota memperhatikan tingkat kemampuan dan
keyakinan dalam tujuan dan sasaran pengajaran.

Pemilihan gaya kepemimpinan akan memaksimalkan tugas kepemimpinan


dalam mewujudkan keberhasilan organisasi. Keberhasilan organisasi dalam
memperoleh tujuan ditetapkan oleh kinerja semua anggota organisasi dalam
menlaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk menjalankan tugas dan
kegiatan tersebut supaya dapat berjalan maksimal diperlukan bimbingan dan
pembinaan. Sebagaimana dijelaskan Sedarmayanti (2011:234) bahwa anggota
seharusnya memperoleh motivasi supaya merasakan adanya keinginan dan
kesiapan dalam organisasi dimana ia bekerja. Kepemimpinan dan motivasi ialah
dua hal yang tidak dapat dibedakan. Dalam hal ini, motivasi perseorangan akan
muncul faktor pengaruh dari pemimpin yang efektif.

Gaya kepemimpinan merupakan prilaku atau norma yang digunakan


seseorang dalam upaya mempengaruhi perilaku orang lain, pada situasi ini usaha
menyesuaikan respons di antara orang-orang yang perilakunya akan dipengaruhi
menjadi sangat penting dalam posisinya.

2.4 Konsep Kepemimpinan


Kepemimpinan merupakan perspektif penting untuk mengelola suatu
organisasi/lembaga. Kesanggupan memimpin secara efektif sangat menentukan
keberhasilan maupun kegagalan suatu lembaga dalam mencapai tujuannya. Pada
usaha untuk mencapai tujuan itu, ia harus memiliki kekuatan mempengaruhi anak
buahnya. Danin (2004:56) mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu
sikap yang diimplementasikan oleh individu, atau sekelompok orang untuk
mengatur serta memberi arahan kepada suatu individu atau sekelompok orang
lainnya yang tergabung dalam wadah tertentu demi mencapai sebuah tujuan yang
telah ditentukan.

Pada hakikatnya, pemerintahan dan kepemimpinan merupakan dua prinsip


yang bertentangan. Kepemimpinan diartikan sebagai gaya dan cara pemimpin
dalam mempengaruhi orang lain untuk mekanisme mencapai tujuan. Sedangkan
Pemerintah itu sendiri merupakan lembaga atau institusi area penguasa ( pengatur)
dan masyarakat (yang diatur) melaksanakan sebuah ikatan. jadi kepemimpinan
pemerintah merupakan kemampuan atau keahlian seorang pemimpin dalam
4

mempengaruhi khalayak umum untuk mencapai tujuan (Muslim dan Hariyati


2012).
Menurut Hamalik (2001;166) peran seorang pemimpin dalam melaksanakan
kepemimpinannya, Meliputi:
1. Peran Katalisator,
Pemimpin wajib mengedepankan pengetahuan dan kepedulian
terhadap orang orang yang diaturnya agar anggota yakin bahwa
perbuatan yang dia lakukan sesuai dengan harapan semua anggotanya.
Supaya anggota memahami bahwa kinerja pemimpinnya bukan hanya
mengutamakan dirinya sendiri. Oleh karena itu pemimpin memiliki
tugas:
a. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh kelompok, baik
masalah intern maupun ekternal.
b. menentukan perkara yang sangat fundamental serta perkara yang
sering muncul dalam anggota kelompok.
c. Menentukan faktor penyebab munculnya masalah serta memilih
solusi alternatif penyelesaiannya.

2. Peran Fasilitator, pemimpin wajib berusaha memajukan serta


meningkatkan kepedulian para anggota yang dipimpinnya untuk
melangsungkan perubahan yang dapat meningkatkan organisasi.
Pemimpin bukan hanya bertindak sebagai inisiator semata, melainkan
harus aktif menawarkan kenyamanan terhadap anggotanya. Dalam
tanggung jawab sebagai seseorang yang mengatasi masalah, pemimpin
harus lihai bereaksi cepat, tepat dan tanggap terhadap persoalan yang
sedang dialami oleh organisasi, ia harus dapat memilih waktu dan
bentuk penghargaan terhadap anggota, supaya dia mampu
menempatkan diri pada setiap gerakan yang jarang dilaksanakan untuk
menyelesaikan perkara yang ada.

2.5 Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan


Dimana pun Praktek penyelenggaraan Pemerintahan dilaksanakan, pasti
memiliki permasalahan khusus sesuai pada tiap-tiap daerahnya, yang menjadi
contoh adalah minimnya performance para petugas, sehingga pemimpin harus
berperan dalam menumbuhkan performance bawahannya. Pemimpin wajib
menumbuhkan, memotivasi serta mendorong bawahannya, Meskipun karakter dan
kebutuhan tiap orang berbeda-beda. Perbuatan khusus yang sukses memotivasi
satu orang pada saat tertentu belum tentu mampu dapat dipraktikkan terhadap
orang lain pada saat yang bersamaan.

Banyak persoalan yang timbul pada penyelenggaraan pemerintahan yang


mengakibatkan perlunya sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Sehingga pada penyelesaian masalah ini, diperlukan pemimpin yang dapat
meninjau apa yang menjadi penyebab masalah tersebut timbul. Oleh karena itu,
5

pemimpin dipaksa agar dapat secepat mungkin menentukan keputusan agar


masalah yang terjadi dapat segera diselesaikan. Disinilah posisi hubungan antara
pengambilan keputusan dan penyelenggaraan pemerintahan,
karena penyelenggaraan pemerintahan akan terus dihadapkan pada pengambilan
keputusan. Selain itu, peran metode kerja anggota dan pemeriksaan sangat
diperlukan pada mekanisme pengambilan keputusan saat dilaksanakannya
penyelenggaraan pemerintahan.

Penyelenggaraan pemerintah didalam suatu masyarakat mayoritas


ditujukan kepala pelaksanaan pembangunan guna untuk mencapai tujuan bersama
masyarakat yang saling berhubungan, serta untuk pengembangan daya tampung
akibat proses pemberdayaan masyarakat itu, juga untuk pendapatan material atau
kemakmuran fisik. (Soetomo 2010:56). Pada peningkatan keefisiensian,
pemerintah biasanya menyertakan masyarakat pada proses pembangunan,
sehingga akibatnya dapat menguatkan masyarakat itu sendiri.

Terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, para pendiri


menyatakan tujuan pemerintahan kita, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Tujuan ini selalu dijadikan acuan untuk
pelaksanaan tugas pemerintahan. Board Leadership dibidang Board sangat
ditentukan oleh skil masing-masing pemimpin. Kapasitas yang dituju merupakan
kesanggupan untuk menjalankan fungsi pemerintahan yang sesuai dengan
keperluan dan harapan masyarakat.

Melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) masyarakat dapat


memantau pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Terdapat beberapa
lembaga pemerintahan yang sudah memakai TIK dalam melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintahan yang telah menggunakan TIK bisa
disebut sebagai E-Government. E-Government merupakan fasilitas publik yang
telah memakai teknologi informasi dan komunikasi, yang bertujuan guna
mengoptimalkan kinerja pemerintah supaya terus dapat membagikan informasi
yang akurat dan transparan kepada masyarakat (Supriyanto, 2016). Dengan
meningkatkan aktivitas aparatur, maka responsibilitas dari aparat pemerintah di
sektor publik diharapkan bertambah. Responsibilitas sendiri merupakan isu
penting di dalam pelayanan sektor publik. Penyajian penyediaan barang dan jasa
dari pemerintahan kepada masyarakat harus bisa di pertanggung jawabkan dengan
baik dan benar. Responsibilitas merupakan tanggung jawab badan atau aparat
pemerintah guna mengendalikan sumber daya, mengadukan, dan mengungkapkan
seluruh kegiatan dan perbuatan yang berhubungan dengan pelaksanaan sumber
daya publik terhadap pemberi mandat (Eric Try Putra Benawan, David P.E
Saerang, 2018).
6

2.6 Indikator Keberhasilan Penyelenggaraan Pemerintahan


Salah satu indeks kesuksesan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan
asas tata pengelolaan yang baik (good governance) ialah keadaan integritas dan
responsibilitas pemerintah pada penyelenggaraan pelayanan publik. Indeks ini
dapat terlaksana ketika pemerintah mampu menciptakan sistem pemerintahan
yang demokratis serta tanggap pada kepentingan daerah. Dalam rangka ini, harus
lebih ditekankan pada pemerintah yang lebih berdampingan dengan masyarakat di
tingkat lokal.

Melalui proses desentralisasi dan demokrasi, petugas pemerintahan


mampu menjadi salah satu penyedia layanan untuk masyarakat dan biasanya dapat
meningkatkan beragam aspek dari administrasi, hukum, scenario maupun fisik.
Mereka bisa membentuk dan menjadikan pelayanan dengan partisipasi
masyarakat yang lebih efektif, aktif, akurat, ekonomis, dan berkualitas. Karena
kemampuan seperti itu sangat ditentukan oleh responsivitas fasilitator pelayanan,
maka kemampuan aparatur desa akan meningkat apabila mereka bersedia
memperoleh harapan dan tuntutan dari berbagai pemakai pelayanan publik tanpa
tindakan dan perbuatan diskriminatif. Aparat harus mempelajari dan selalu
responsif terhadap hal-hal yang diharapkan masyarakat, terkait dengan
pemerintahan, pembangunan maupun kemasyarakatan, tanpa terpengaruh oleh
kepentingan, sikap dan perilaku diskriminatif aparat pemerintahan sendiri.

Pada suatu lembaga pemerintah, berhasil atau tidaknya aktualisasi tugas dan
pengelolaan pemerintah, dipengaruhi akibat kepemimpinan. Melalui kepemimpin
serta dengan dukungan kapasitas lembaga pemerintahan yang layak, maka akan
terjadi penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance).
Sedangkan kekurangan kepemimpinan menjadi penyebab runtuhnya performance
birokrasi di Indonesia.

2.7 Faktor Penghambat Penyelenggaraan Pemerintahan


Penyelenggaraan pemerintah dalam menciptakan pemerintahan yang
bersih ternyata tidak mudah. Terdapat banyak permasalahan terutama pada
masalah internal seperti demokrasi, desentralisasi dan internal birokrasi itu sendiri
yang semakin menambah kompleksitas persoalan. Persoalan ini akan
menimbulkan ketidakmurnian pada penyelenggaraan pemerintahan. Kebijakan
hukum yang berdaulat dapat melaksanakan perannya dalam menciptakan
pemerintahan yang bersih. Roscoe Pound menyatakan pendapat bahwa kebijakan
hukum dalam sistem tata hukum pada posisi Skin In System yakni hukum
berperan dominan dan mampu mempengaruhi aspek lain. penerapan kebijakan
hukum yang bertujuan untuk mengatur jalannya pemerintahan sampai menjadi
pemerintahan yang bersih pada
7

kenyataanya masih terkendala dalam pelaksanaannya. Peran kebijakan hukum


dalam menciptakan pemerintahan yang bersih harus diimbangi dengan penegakan
hukum yang konsisten. Penegakan hukum yang dimaksud adalah bagaimana
kebijakan hukum yang telah dilaksanakan terjaga dan berada pada jalur yang
kokoh sehingga tujuan politik hukum yang dihasilkan dapat diimplementasikan
dengan baik guna mewujudkan pemerintahan yang bersih.

Masih kurangnya peran kepemimpinan yang diharapkan dari seorang


pemimpin dalam melaksanakan tugas dan tujuan tertentu tanpa memperhatikan
integrasi dapat menimbulkan konflik horizontal yang berdampak pada kinerja
yang akan dicapai. Seorang pemimpin harus mampu melaksanakan tugas utama
dan fungsi sesuai dengan visi dan misi. Tetapi pada kenyatannya mereka hanya
melaksanakan tugas dan fungsinya sebatas pimpinan lembaga dan cenderung
memprioritaskan gaya kepemimpinan sendiri yang bersifat instruktif.

Penyelenggaraan pemerintah untuk menciptakan pemerintahan yang bersih


ternyata tidak mudah. Ditemukan banyak permasalahan yang muncul, terutama
pada persoalan internal seperti demokrasi, desentralisasi dan internal birokrasi.
Hal itu yang menambah kompleksitas persoalan. Persoalan ini akan memunculkan
ketidakmurnian terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Kebijakan Hukum yang
berdaulat bisa menjalankan perannya dalam melaksanakan pemerintahan yang
bersih. Roscoe Pound menyatakan bahwa kebijakan hukum pada sistem tata
hukum dengan posisi Skin In Sistem yakni hukum memiliki peran dominan dan
dapat mempengaruhi perspektif lain. Sehingga penerapan kebijakan hukum
bertujuan untuk mengurus jalannya pemerintahan sampai menjadi pemerintahan
yang bersih. Pada keadaan yang sebenarnya masih banyak yang terkendala dalam
pelaksanaannya. Peran kebijakan hukum dalam melaksanakan pemerintahan yang
bersih harus diimbangi dengan penegakan hukum yang konsisten. Yang dimaksud
dengan Penegakan hukum ini adalah bagaimana politik hukum yang telah
dijalankan terjaga dan berada pada jalur yang kokoh sehingga tujuan kebijakan
hukum yang diciptakan dapat dilaksanakan dengan baik untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih.

Masih kurangnya peran kepemimpinan yang diharapkan dari seorang


pemimpin untuk mengerjakan tugas dan tujuan khusus tanpa mengawasi integrasi
yang dapat memunculkan konflik horizontal sehingga berdampak pada program
kerja yang akan dicapai. Seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugas
utama dan fungsi yang sesuai dengan visi dan misi. Tetapi pada kenyatannya
pemimpin hanya menjalankan tugas dan fungsi sebatas sebagai pimpinan lembaga
dan sangat memprioritaskan gaya kepemimpinan yang bersifat instruktuf.
8

2.8 Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan


Setiap negara memiliki sistem yang menjalankan kehidupan
permerintahannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sistem tersebut
adalah:

A. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan.


Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara pada dasarnya merupakan
gambaran tentang bagaimana presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan
negara melaksanakan mekanisme pemerintahan negara. Sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara dapat disebut sebagai mekanisme fungsional lembaga
eksekutif yang dipimpin oleh presiden selaku kepala pemerintahan sekaligus
sebagai kepala negara.

Ada berbagai bentuk sistem pemerintahan yang di kenal di dunia, salah


satunya ialah sistem presidensial. Setiap sistem pemerintahan memiliki kelebihan,
kekurangan, karakteristik, dan perbedaan masing-masing. Negara Republik
Indonesia saat ini (setelah amandemen UUD 1945) menganut sistem presidensial
atau disebut juga dengan sistem kongresional, adalah sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan
terpisah dengan kekuasan legislatif.

Berikut beberapa ciri sistem Pemerintahan Presidensial :


1. Penyelenggaran negara berada ditangan presiden sebagai kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi
dipilih langsung oleh rakyat.
2. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet
bertangungjawab kepada presiden, bukan bertanggung jawab kepada
parlemen.
3. Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Karena presiden tidak
dipilih oleh parlemen.
4. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen sebagaimana dalam sistem
parlementer.
5. Parlemen mempunyai kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga
perwakilan. Anggota parlemen dipilih oleh rakyat.
6. Presiden tidak berada dibawah kendali langsung parlemen.

Menurut UUD 1945 pasal 4 ayat (1) yang berbunyi: Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Artinya, satu-
satunya institusi pemegang kekuasaan pemerintahan adalah Presiden. Kemudian
Presiden adalah Penyelenggara atau pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara.
Dalam menjalankan tugasnya, Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden.
Dalam menjalankan fungsinya Presiden di bantu oleh menteri menteri negara,
menteri menteri negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal 17 UUD
9

1945), Presiden tidak dapat membekukan atau membubarkan Dewan Perwakilan


Rakyat (DPR).

Dalam sistem presidensial, presiden memiliki tempat yang relatif kuat dan
tidak dapat dijatuhkan karena nilai subjektif yang rendah, seperti dukungan politik
yang rendah. Namun masih ada mekanisme untuk memeriksa presiden. Apabila
presiden melanggar konstitusi, mengkhianati negara, dan terlibat kasus pidana,
maka posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila presiden diberhentikan karena suatu
pelanggaran tertentu, maka seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.
Jika sistem penyelenggaraan pemerintah ditinjau dari unsur yang ada didalamnya,
maka aturan atau susunan pemerintahan berupa suatu struktur yang terdiri dari
unsur-unsur yang memiliki kekuasaan di dalam negara dan saling melangsungkan
relasi fungsional di antara unsur tersebut baik secara vertikal (Legislatif, eksekutif
dan yudikatif) maupun horisontal (Pemerintah Daerah).

Dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintahan dan kebijakan publik,


orang yang bekerja dan berperan didalamnya harus menggunakan etika , yaitu
seperti yang telah dijelaskan oleh Sagala (2018) adalah moral dan norma harusnya
menjadi pedoman semua manusia tentunya orang yang melaksanakan tugas
menjalankan kebijakan publik. Politik juga bukan semata-mata perihal kekuasaan
melaikan usaha untuk mencapai masyarakat yang lebih baik, sehingga dengan
etika dan moral yang benar masyarakat yang lebih baik akan terwujud. Sebagian
besar aktor pelaksanaan kebijakan publik adalah aktor politik, sehingga etika
menjadi sangat penting.
10

DAFTAR PUSTAKA

Afdullah sineke, R. g. (n.d.). KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN


PELAYANAN PUBLIK DI DESA ATOGA TIMUR KECAMATAN MOTONGKAD.
ejournal.unsrat.ac.id.

Anang Setiawan, E. A. (2019). Etika kepemimpinan politik dalam penyelenggaraan


pemerintahan Indonesia. JURNAL PEMERINTAHAN DAN KEBIJAKAN, 1.

garis, R. r. (2018). KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN PADA ERA GLOBALISASI . Jurnal


ilmiah ilmu pemerintahan, 1-3.

Johannes, A. W. (2018). GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM PENYELENGGARAAN


PEMERINTAHAN DI KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN
KUBURAYA. Ilmu pemerintahan suara khatulistiwa, 150-151.

M.RIJAL R. ANDI SAMSU ALAM, A. M. (2013). ANALISIS KEPEMIMPINAN BUPATI DALAM


PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN
PINRANG. Jurnal ilmu pemerintahan, 71-73.

Multazam Fadli Masruhin, A. K. (2015). GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM


PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN. repository.unej.ac.id, 2-3.

pemerintahan, A. (2020, october 7). sistem pemerintahan. pemerintahan.uma.ac.id, 1.

Susanti, M. f. (2018). PERAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DALAM MELAKSANAKAN


INOVASI DAERAH KABUPATEN KUPANG DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0.
Open society conference, 92-95.

tadanugi, I. (2013). PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYELENGGARAAN


PEMERINTAHAN DI KANTOR CAMAT PAMONA SELATAN KABUPATEN
POSO. jurnal administratie, 8-9.

Anda mungkin juga menyukai