DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
BAB 2
PEMBAHASAN
Ketiga, Teori Ekologis atau Sintetik (yang dilihat sebagai reaksi dari kedua
teori sebelumnya), mengatakan bahwa :
1. Seseorang dapat berhasil sebagai pemimpin jika setiap pemimpin
memahami sejak awal bahwa ada batas waktu untuk
kepemimpinannya. Pembaharuan sangat dibutuhkan, menyiapkan
penerus yang siap mensukseskan kepemimpinan bangsa ini. Oleh
karena itu, pemimpin yang bijak adalah mereka yang menyiapkan
pengganti dirinya sendiri. Maka penulis mencoba menjelaskan
bagaimana sebenarnya praktek kepemimpinan pemerintahan di
Indonesia saat ini dan teknik mana yang cocok untuk kepemimpinan
pemerintah yang baik. Dia dilahirkan dengan bakat- bakat yang
dikembangkan melalui pengalaman dan pendidikan; juga sesuai
dengan persyaratan lingkungan/ekologis.
1. Gaya Direktif
Pemimpin direktif biasanya membuat keputusan penting dan sangat
terlibat dalam pelaksanaannya. Semua tindakan difokuskan pada pemimpin dan
orang lain memiliki sedikit kebebasan untuk berkreasi dan bertindak. Pada
dasarnya gaya ini adalah gaya otoritatif.
2. Gaya Konsultatif
Gaya ini lebih banyak melakukan komunikasi dengan para karyawan dan
anggota organisasi. Tugas pemimpin lebih banyak menasehati, mnengarahkan,
memotivasi, memberi saran untuk mencapai tujuan.
3. Gaya Partisipatif
Gaya ini berbeda dengan gaya konsultatif, yang dapat berkembang
menjadi saling percaya antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin umunya
mengandalkan kemampuan anggota untuk melakukan tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawab
3
mereka. Pada saat yang sama pula, kontak negosiasi terus berlanjut. Seorang
pemimpin dalam Gaya ini lebih banyak mendengarkan, menyetujui kerja sama
dan memberikan dorongan untuk pengambilan keputusan.
4. Gaya Free-in.
Gaya Free-in juga disebut gaya pendelegasian, yaitu gaya yang mendorong
inisiatif anggota. Kurangnya komunikasi dan kontrol dari pemimpin sehingga
gaya ini dapat berhasil jika anggota memperhatikan tingkat kemampuan dan
keyakinan dalam tujuan dan sasaran pengajaran.
Pada suatu lembaga pemerintah, berhasil atau tidaknya aktualisasi tugas dan
pengelolaan pemerintah, dipengaruhi akibat kepemimpinan. Melalui kepemimpin
serta dengan dukungan kapasitas lembaga pemerintahan yang layak, maka akan
terjadi penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance).
Sedangkan kekurangan kepemimpinan menjadi penyebab runtuhnya performance
birokrasi di Indonesia.
Menurut UUD 1945 pasal 4 ayat (1) yang berbunyi: Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Artinya, satu-
satunya institusi pemegang kekuasaan pemerintahan adalah Presiden. Kemudian
Presiden adalah Penyelenggara atau pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara.
Dalam menjalankan tugasnya, Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden.
Dalam menjalankan fungsinya Presiden di bantu oleh menteri menteri negara,
menteri menteri negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal 17 UUD
9
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki tempat yang relatif kuat dan
tidak dapat dijatuhkan karena nilai subjektif yang rendah, seperti dukungan politik
yang rendah. Namun masih ada mekanisme untuk memeriksa presiden. Apabila
presiden melanggar konstitusi, mengkhianati negara, dan terlibat kasus pidana,
maka posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila presiden diberhentikan karena suatu
pelanggaran tertentu, maka seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.
Jika sistem penyelenggaraan pemerintah ditinjau dari unsur yang ada didalamnya,
maka aturan atau susunan pemerintahan berupa suatu struktur yang terdiri dari
unsur-unsur yang memiliki kekuasaan di dalam negara dan saling melangsungkan
relasi fungsional di antara unsur tersebut baik secara vertikal (Legislatif, eksekutif
dan yudikatif) maupun horisontal (Pemerintah Daerah).
DAFTAR PUSTAKA