Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN
“GAYA KEPEMIMPINAN CHAIRUL TANJUNG”

Oleh :
Clausewitz Welmatus Masala 16061050

Dosen Pembimbing :
Grace Polii, S.Kep,. Ns,. M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIKA DE LA SALLE MANADO
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah


memberikan rahmat kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Keperawatan, dengan judul “Gaya Kepemimpinan Chairul
Tanjung”.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para mahasiswa untuk
mengetahui tentang gaya kepemimpinan dari Chairul Tanjung. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yesus senantiasa memberkati segala usaha kita.
 

Manado, Februari 2020


 
 
Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi
tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan tertentu. Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan
secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan
manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal
ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang leadership
dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Leadership tidak hanya
dilihat dari baik saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu
secara berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.
Kepemimpinan atau  leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-
ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat
mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada
banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut
pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya
beberapa kesamaan.
Menjadi seorang wirausahawan seperti Chairul Tanjung tidaklah
mudah. Dibutuhkan banyak skill , modal, dan mamajemen yang baik.
Tentunya kiat-kiat keberhasilan wirausaha dari para pakarnya akan sangat
membantu bagi mereka yang ingin memulai suatu usaha. Dimulai dengan
pengenalan siapakah wirausahawan itu, apa karakteristik-karakteristik
seorang wirausahawan yang sukses, dan juga apa rahasia dibalik
kesuksesan wirausahawan. Berdasarkan kesimpulan diatas dapat
membuktikan bahwa Chairul Tanjung adalah salah satu sosok pemimpin
yang mempunyai gaya kepemimpinan Transfromasional. Dalam bab
pembahasan, penulis mencoba untuk menguraikan mengenai gaya
kepemimpinan Chairul Tanjung.

3
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan dan
menambah pengetahui mengenai gaya kepemimpinan sosok pemimpin
nasional Chairul Tanjung.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kepemimpinan


2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain
untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu tujuan
umum (Suarli & Bahtiar, 2009).
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara
pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost., 1993 dalam Safaria, 2004).
Kepemimpinan merupakan upaya seseorang mempengaruhi sekelompok orang
untuk bersama-sama mencapai sebuah tujuan (Sarwono & Meinarno, 2011)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar dapat mencapai tujuan
bersama dimana didalamnya terjadi hubungan yang saling mempengaruhi.

2.1.2 Pola dasar kepemimpinan


Pola dasar kepemimpinan terdiri dari 2 yaitu :
a. Kepemimpinan formal
Bersifat resmi dalam berorganisasi, diatur sesuai dengan pangkat, jabatan,
hierarki, struktur dalam organisasi
b. Kepemimpinan informal
Lebih bersifat adanya pengakuan nyata dari orang sekitarnya karena
kemampuan yang memikat, kemampuan ilmu dan kemampuan membina
hubungan.
2.1.3 Fungsi Kepemimpinan
a. Pemimpin sebagai eksekutif ( executive Leader)
Sering kali disebut sebagai administrator atau manajer. Fungsinya adalah
menerjemahkan kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan, dia memempin dan
mengawasi tindakan orang-orang yang menjadi bawahannya. Dan

5
membuat keputusan – keputusan yang kemudian memerintahkannya untuk
dilaksanakan. Kepemimpinan ini banyak ditemukan didalam masyarakat
dan biasanya bersifat kepemerintahan, mulai dari pusat sampai ke daerah-
daerah memerlukkan fungsi tersebut.
b. Pemimpin sebagai penengah
Dalam masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan
pemimpin dengan keahliaanya yang khas dan ditunjuk secara khusus. Ini
dikenal dengan pengadilan. Dan bidang lainnya, umpamanya dalam bidang
olahraga, terdapat wasit yang mempunyai tugas sebagai wasit.
c. Pemimpin sebagai penganjur
Sebagai propagandis, sebagai juru bicara, atau sebagai pengarah opini
merupakan orang-orang penting dalam masyarakat. Mereka bergerak
dalam bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi.
Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi kepada orang
lain. Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih
berbicara.
d. Pemimpin sebagai ahli
Pemimpin sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau seorang
juru penerang, berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya
dengan unit sosial dimana dia bekerja. Kepemimpinannya hanya
berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta. Termasuk
dalam kategori ini adalah guru, petugas sosial, dosen, dokter, ahli hukum,
dan sebagainya yang mencapai dan memelihara pengaruhnya karena
mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikkan kepada orang lain
e. Pemimpin diskusi
Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan
kepemimpinan yang demokratis dimana komunikasi memegang peranan
yang sangat penting. Seseorang yang secara lengkap memenuhi kriteria
kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima peranannya sebagai
pemimpin diskusi.

6
2.2 Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan menurut Suarli & Bahtiar (2009) terdiri dari teori
berdasarkan sifat ( traits theory), berdasarkan perilaku (behaviour theory) dan
berdasarkan situasi (contingency Theory). Sedangkan menurut Nursalam (2011)
selain ketiga teori tersebut ada juga teori kontemporer (kepemimpinan dan
manajemen), teori motivasi, teori interaktif, teori X, teori Y dan teori z.
2.2.1 Teori Bakat / Sifat (Traits Theory)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin
dibawa sejak lahir bukan didapat) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu
yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. (Nursalam, 2011).
Sifat-sifat pemimpin yang diharapkan dari teori ini adalah selalu antusias;
mengenal dirinya sendiri; waspada; mempunyai rasa percaya diri yang kuat;
merasa bertanggung jawab; mempunyai rasa humor (Suarli & Bahtiar, 2009).
2.2.2 Teori Perilaku (behaviour theory)
Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang menjadi
pemimpin yang efektif. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
menggunakan cara-cara yang dapat mewujudkan sasarannya (Suarli & Bahtiar,
2009). Sedangkan menurut Nursalam (2011) teori perilaku lebih menekankan
pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer menjalankan
fungsinya.
2.2.3 Teori Kontingensi dan Situasional
Menurut Suarli & Bahtiar (2009) Teori ini membahas hubungan antara
pemimpin dan situasi. Ada tiga variabel situasional yang dapat membantu gaya
kepemimpinan yang efektif yaitu hubungan atasan dengan bawahan; struktur
tugas yang harus dikerjakan dan posisi kewenangan seseorang. Teori situasi ini
dapat dimanifestasikan sebagai berikut :
 Dapat memberi perintah yang akan dilaksanakan
 Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan
 Mentaati peraturan
 Disiplin
 Mendengarkan informasi dari bawahan

7
 Tanggap terhadap situasi
 Membantu bawahan.

2.2.4 Teori Kontemporer


Teori ini menyatakan ada 4 komponen penting dalam suatu pengelolaan,
yaitu:
a. manajer/pemimpin,
b. staf dan atasan,
c. pekaryaan,
d. lingkungan.
Teori ini menekankan bahwa dalam melaksanakan suatu manajemen
seorang pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk
mencapai tujuan organisasi

2.2.5 Teori Interaktif


Teori interaktif menurut Schein (1970) menekankan bahwa staff atau
pegawai adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi
dengan sekitarnya dan berkembang secara dinamis. Sedangkan menurut Hollander
(1978) pemimpin adalah sebagai proses dua arah yang dinamis. Tiga dasar
komponen yang terlibat didalamnya yaitu : pemimpin, staff dan
lingkungan/situasi.

2.2.6 Teori X , Teori Y dan teori Z


Pemimpin yang memegang teori X cenderung menganggap bawahannya
sebagai alat produksi semata, dimotivasi oleh hukuman dan hadiah, tidak
memiliki keinginan untuk maju dan menghindari tanggung jawab. Akibatnya
pemimpin harus mengawasi dengan ketat, membuat dan menjalankan aturan
organisasi dengan keras dan menggunakan ancaman hukuman untuk menakuti
bawahan agar mau bekerja. Pemimpin juga tidak memiliki kepercayaan terhadap
anak buahnya sehingga pemimpin lebih banyak memberikan perintah, bertindak

8
otoriter,menginginkan kepatuhan yang tinggi dari bawahan dan menganggap
bawahan tidak bisa diberikan tanggung jawab.
Pemimpin yang memegang teori Y akan beranggapan bahwa bawahan
merupakan individu yang bisa berkembang secara baik, mempunyai pengendalian
diri dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Akibatnya pemimpin lebih banyak
memberikan dorongan, kesempatan untuk maju bagi bawahannya dan tanggung
jawab melalui pendelegasian tugas. Pemimpin juga mempeunyai kepercayaan
yang besar kepada bawahannya dan meyakini bahwa mereka mempunyai potensi
dan kemampuan yang besar jika dibimbing secara baik. Gaya kepemimpinannya
lebih demokratis dan tidak otoriter.
Teori Z merupakan pengembangan dari teori Y dan mendukung gaya
kepemimpinan yang demokratis. Komponen teori Z meliputi pengambilan
keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai keahliannya,
menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang lambat dan pendekatan
yang holistik terhadap staf. Teori ini lebih menekankan pada staf dibandingkan
dengan kualitas produksi.

Tabel : Perbandingan teori X, Y, Z Douglas Mc. Gregor, Ouchi (Nursalam


2011)
TEORI X TEORI Y TEORI Z
 Menghindari  Senang bekerja  Menekankan pada
pekerjaan bila ada  Mandiri teori humanistis
kesempatan  Mempunyai  Focus : motivasi
 Tidak senang bekerja tanggungjawab yang lebih kepada
 Harus diarahkan  Kreatif dan karyawan untuk
 Mempunyai sedikit berkembang meningkatkan
ambisi  Menggunakan kepuasan kerja dan

 Menghindar dari pendekatan ilmiah menghasilkan

tanggung jawab  Memerlukan produksi.

 Memerlukan supervise seperlunya  Karakteristik :

supervise ketat  Berminat dalam pengambilan

9
 Termotivasi oleh menyelesaikan keputusan bersama,
hukuman dan hadiah masalah organisasi masa bekerja yang
lama, promosi
jabatan yang lambat
dan bertahap,
supervise tidak
secara langsung,
menekankan pada
pendekatan holistis.

2.3 Gaya Kepemimpinan dan tingkat kedewasaan anggota tim


2.3.1 Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu
tujuan (Suarli & Bahtiar, 2009). Berikut beberapa macam gaya kepemimpinan
menurut para ahli :
1. Menurut Harris
Harris dalam suarli & Bahtiar (2009) membagi gaya kepemimpinan menjadi
tiga bagian yaitu :
a) Kepemimpinan otokratik
Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan otokratik menganggap bahwa
semua kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan tindakan,
mengarahkan, memberikan motivasi dan mengawasi bawahannya berpusat
ditangannya. Pemimpin merasa hanya dirinya yang berkompeten dan
menganggap bawahannya tidak mampu mengarahkan diri mereka sendiri.
b) Kepemimpinan partisipatif
Pemimpin dengan gaya partisipatif akan serius mendengarkan dan menilai
pemikiran bawahannya, menerima sumbangan pemikiran bawahan sejauh
pemikiran tersebut bisa dipraktikkan. Pemimpin akan mendorong stafnya untuk
meningkatkan kemampuan mengambil keputusan, kemampuan mengendalikan

10
diri dan menerima tanggung jawab yang lebih luas. Pemimpin akan lebih
suportif dalam kontak dengan bawahannya, tidak bersikap diktator walaupun
wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan tetap ada pada pemimpin.
c) Kepemimpinan free reign
Ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah adanya pendelegasian wewenang dari
pemimpin ke bawahannya untuk mengambil keputusan dengan agak lengkap.
Disini pemimpin menginginkan agar staf/bawahan dapat mengendalikan diri
mereka masing-masing dalam menyelesaikan tugas mereka.

2. Menurut Gilles
Menurut Gilles dalam suarli & Bahtiar (2009) ada empat gaya
kepemimpinan yaitu:
a) Otokratis
b) Demokratis
Gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan
seseorang. Pemimpin demokratis menggunakan kekuatan pribadi dan kekuatan
jabatan untuk menarik gagasan dari para pegawai dan memotivasi anggota
kelompok kerja untuk menentukan tujuan, mengembangkan rencana dan
mengontrol praktik mereka sendiri.
c) Partisipatif
d) Laissez Faire
Gaya kepemimpinan Laissez Faire disebut juga gaya membiarkan adalah gaya
mengatur atau mengkoordinasi dan memaksa bawahannya untuk
merencanakan, melakukan dan menilai pekerjaan mereka sendiri.

3. Menurut Lippith dan White


Menurut Lippith dan White dalam Nursalam (2011), terdapat tiga gaya
kepemimpinan yaitu:
a) Otoriter

11
Ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah : wewenang mutlak berada pada
pimpinan, keputusan dan kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan, komunikasi
berlangsung satu arah dari pimpinan ke bawahan, tugas-tugas bawahan
diberikan secara instruktif, lebih banyak kritik daripada pujian, kasar dalam
bersikap dan tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya di pikul oleh
pimpinan.
b) Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan bersama antara pimpinan
dan bawahan.
c) Liberal
Kepemimpinan liberal adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara lebih banyak
menyerahkan pelaksanaan berbagai kegiatan kebawahan.

4. Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt


Menurut Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt dalam Nursalam
(2011), gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu
kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor
situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus
didahulukan jika dibanding dengan kepentingan individu, maka pemimpin akan
lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik
dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya
partisipasinya

5. Menurut Likert
Likert dalam Nursalam (2011) mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam
4 sistem :

12
a) Sistem Otoriter-Eksploitatif. Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai
kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui
ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-
down).
b) Sistem Benevolent-Authoritative. Pemimpin mempercayai bawahan sampai
pada tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman
tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam
pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
c) Sistem Consultatif. Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap bawahan
cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi
bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman.
Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh
bawahan.
d) Sistem Participative. Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap
bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan, menggunakan insentif untuk
memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai
kelompok kerja.

6. Menurut teori X dan teori Y


Gaya kepemimpinan menurut teori X dan Y dibedakan menjadi 4 macam:
a) Gaya Kepemimpinan Diktator. Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan
menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan
bentuk pelaksanaan dari teori X.
b) Gaya Kepemimpinan Autokratis. Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini
hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak
kurang. Segala keputusan berada ditangan pemimpin, pendapat dari bawah
tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.
c) Gaya Kepemimpinan Demokratis. Ditemukan adanya peran serta dari bawahan
dalam pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara
musyawarah. Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan teori Y

13
d) Gaya Kepemimpinan Santai. Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat
karena segala keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini
sesuai dengan teori Y.

7. Gaya kepemimpinan menurut Robert House


a) Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan
suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi
pada hasil yang di capai oleh bawahannya.
b) Supportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah
terhadap bawahan.
c) Partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan
saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
d) Berorientasi tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan
berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan septimal mungkin.

8. Menurut Hersey dan Blanchard


Gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard disebut gaya kepemimpinan
situasional yang didasarkan saling pengaruh antara perilaku kepemimpinan yang
ia terapkan, sejumlah pendukungan emosional yang ia berikan dan tingkat
kematangan bawahannya (hersey & Blanchard, 2000 dalam Usman, 2013)
Ada 4 gaya dasar kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard
yaitu :
a) Gaya 1 (G1) : Instruksi (memberitahukan)
Ini ditujukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah
dukungan, gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang
apa, bagaiman, bilamana dan dimana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif

14
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh
pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan dan
pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.
b) Gaya 2 (G2) : Konsultasi (menjajakan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi
dukungan, dalam menggunakan gaya ini pempimpin masih banyak
memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan,
tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi dua arah dan perilaku
mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan
yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin.
c) Gaya 3 (G3) : Partisipasi (mengikutsertakan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah
pengarahan. Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya 3 ini, pemimpin dan
pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuat
keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah
secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. Hal ini sudah
sewajarnya karena pengikut memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.
d) Gaya 4 (G4) : Delegasi (mendelegasikan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah
pengarahan. Pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan
bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang
kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan
kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk
memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin
memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan
pertunjukkan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan

15
keyakinan untuk memikul tanggungjawab dalam pengarahan perilaku mereka
sendiri.

Gambar 1. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan

2.3.2 Tingkat kedewasaan anggota tim


Kematangan (maturity) dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan
sebagai suatu kemampuan dan kemauan orang-orang untuk bertanggungjawab
dalam mengarahkan perilakunya sendiri. Ada dua dimensi kematangan yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kematangan Pekerjaan
Dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Hal ini berkaitan
dengan pengetahuan dan keterampilan. Orang-orang yang memiliki kematangan
pekerjaan yang tinggi dalam bidang tertentu memiliki pengetahuan, kemampuan,
dan pengalaman untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu tanpa arahan dari orang
lain.
2. Kematangan Psikologis
Dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk melakukan sesuatu. Hal ini
erat kaitannya dengan rasa yakin dan keikatan. Orang-orang yang sangat matang
secara psikologis dalam bidang atau tanggungjawab tertentu merasa bahwa
tanggungjawab merupakan hal yang penting serta memiliki rasa yakin terhadap
diri sendiri dan merasa dirinya mampu dalam aspek pekerjaan tertentu. Mereka

16
tidak membutuhkan dorongan ekstensif untuk mau melakukan hal-hal dalam
bidang tersebut.
Berdasarkan kemampuan dan kemauan yang dijelaskan tersebut, maka
kematangan pengikut dapat dikelompokkan menjadi empat level kematangan,
seperti tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Kontinum Tingkat Kematangan Pengikut


TINGGI SEDANG RENDAH
M4 M3 M2 M1
Mampu dan Mampu tetapi Tidak mampu Tidak mampu dan
mau atau tidak mau atau tapi mau atau tidak mau atau
percaya diri tidak percaya diri percaya diri tidak percaya diri

Indikator dari kesiapan setiap level tersebut adalah sebagai berikut:


1. Dalam Kematangan Level 1 (M1), pengikut tidak mampu dan kurang
komitmen dan motivasi untuk melaksanakan tugasnya atau dapat juga pengikut
tidak mampu dan merasa tidak percaya diri untuk melaksanakan tugasnya.
Indikator M1 atau tak mampu dan tidak mau antara lain adalah: 
 Tidak melakukan tugas pada level yang dapat diterima
 Terintimidasi oleh tugasnya 
 Tidak jelas mengenai arah tugas 
   Penundaan pelaksanaan tugas 
 Mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai tugas 
 Menghindari tugas 
 Menjadi defensif atau tidak enak untuk melaksanakan tugas.
2. Dalam Kematangan Level 2 (M2), pengikut tidak mampu akan tetapi
mempunyai kemauan untuk melaksanakan tugas. Pemimpin kurang
kemampuannya akan tetapi termotivasi untuk berupaya melaksanakan tugasnya.
Atau pengikut tidak mampu tapi punya percaya diri untuk melaksanakan tugasnya
sepanjang pemimpin berada di dekatnya untuk memberikan panduan.
Indikatornya adalah sebagai berikut: 

17
 Tertarik dan responsif 
 Menunjukkan kemampuan sedang 
 Mau menerima masukan 
 Penuh perhatian 
 Antusiastik 
 Mau melaksanakan tugas baru tanpa pengalaman.
3. Dalam Kematangan Level 3 (M3), pengikut mempunyai kemampuan akan tetapi
tidak mempunyai kemauan untuk mempergunakan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas. Dapat juga pengikut mempunyai kemampuan akan tetapi
tidak mempunyai percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator kesiapan
ini adalah sebagai berikut: 
 Telah menunjukkan pengetahuan dan kemampuan 
 Tampak ragu-ragu untuk menyelesaikan atau mengambil langkah
berikutnya dalam melaksanakan tugas 
 Kelihatannya takut, kaget dan bingung 
 Tampak masa bodo untuk melaksanakan tugas sendiri 
 Sering meminta balikan
4. Dalam Kematangan Level 4 (M4), pengikut mempunyai kemampuan dan kemauan
untuk melaksanakan tugas. Atau mungkin juga pengikut mempunyai kemampuan
dan mempunyai percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator dari
kesiapan ini adalah:
 Membuat atasan selalu terinformasi tentang kemajuan pelaksanaan tugas 
 Mempergunakan sumber secara efisien 
 Bertanggungjawab dan berorientasi pada hasil 
 Dapat melaksanakan tugas secara independent 
 Berbagi berita baik dan buruk 
 Membuat keputusan yang efektif mengenai tugas 
 Melaksanakan standar tinggi 
 Berbagi ide kreatif 
 Menyelesaikan tugas tepat waktu atau lebih cepat

18
Kepemimpinan situasional berfokus pada kesesuaian atau efektivitas gaya
kepemimpinan sejalan dengan tingkat kematangan atau perkembangan yang
relevan dari para pengikut.
Instruksi (G1) diberikan untuk pengikut yang rendah kematangannya. Orang
yang tidak mampu dan mau (M1) memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan
sesuatu adalah tidak kompeten atau tidak memiliki keyakinan.
Konsultasi (G2) adalah untuk tingkat kematangan rendah ke sedang. Orang
yang tidak mampu tetapi berkeinginan (M2) untuk memikul tanggung jawab
memiliki keyakinan tetapi kurang memiliki keterampilan.
Partisipasi (G3) adalah bagi tingkat kematangan dari sedang ke tinggi.
Orang-orang pada tingkat perkembangan ini memiliki kemmapuan tetapi tidak
berkeinginan (M3) untuk melakukan suatu tugas yang diberikan.
Ketidakkeinginan mereka itu seringkali disebabkan karena kurangnya keyakinan.
Delegasi (G4) adalah bagi tingkat kematangan yang tinggi. Orang-orang
dengan kematangan seperti ini adalah mampu dan mau, atau mempunyai
keyakinan untuk memikul tanggung jawab.
Gambar 2 Model Kepemimpinan Situasional

2.4 Ciri dan keterampilan yang harus dikuasai pemimpin yang efektif
2.4.1 Ciri-ciri pemimpin yang efektif

19
Pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada sifat manusia tertentu, tetapi
terletak pada seberapa jauh seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang
dihadapinya (usman, 2013). Wexley dan Yulk dalam Usman (2013) menyatakan
bahwa terdapat beberapa persyaratan untuk menjadi pemimpin yang efektif, yaitu
kemmpuan yang lebih tinggi dari rata-rata bawahannya, antara lain:
a) Memiliki kecerdasan yang cukup
b) Memiliki kemamouan berbicara
c) Memiliki kepercayaan diri
d) Memiliki inisiatif
e) Memiliki motivasi berprestasi
f) Memiliki ambisi
Ciri kepemimpinan efektif menurut teori bakat (Swansburg, 1993; Nursalam
2011)
Intelegensi Kepribadian Perilaku
 Pengetahuan  Adaptasi  Kemampuan
 Keputusan  Kreatif bekerjasama
 Kelancaran berbicara  Kooperatif  Kemampuan
 Siap/Siaga interpersonal

 Rasa percaya diri  Kemampuan

 Integritas diplomasi

 Keseimbangan emosi  Partisipasi social

dan mengontrol  Prestise

 Independen
 Tenang

Karakteristik kepemimpinan yang efektif menurut Yulk (2010)


a. Sifat-sifat (motif-motif, kepribadian dan nilai-nilai)
b. Percaya diri dan optimisme
c. Keterampilan dan keahlian
d. Perilaku
e. Integritas (kejujuran, perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai)

20
f. Taktik atau seni mempengaruhi
g. Atribut tentang pengikut
Kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang berkualitas
(Suarli & Bahtiar, 2009) :
a. Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
b. Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif
c. Mempunyai kemampuan untuk menentukan prioritas
d. Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi

2.4.2 Keterampilan yang harus dikuasai pemimpin


Pemimpin memerlukan keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan
tertentu untuk berhasil. Elemen ini disebut kompetensi. Untuk mengkaji
kompetensi kepeminpinan bisa dengan cara membagi kompetensi tersebut ke
dalam empat kelompok atau domain.
Domain dan kompetensi kepemimpinan (Hillgerman, Diana (Ed,), The 2004
ACHEAUPHA Pedagogy Enchancement Work Group, June, 2005. Dalam
Buchbinder, 2014.):
a. Domain fungsional dan teknis
Kompetensinya : Pengetahuan usaha , kelihaian, visi strategis, pengambilan
keputusan dan mutu keputusan, etika dan nilai-nilai manajerial, penyelesaian
masalah, mengelola / mengatasi perubahan, ambiguitas, pemikiran sistem, otoritas
b. Domain pengembangan diri dan pemahaman diri
Kompetensinya : kesadaran diri dan kepercayaan diri, pengaturan diri dan
tanggungjawab pribadi, responsibilitas, kejujuran dan integritas, pembelajaran
seumur hidup, motivasi/ hasrat untuk berprestasi, empati dan kasih sayang,
fleksibilitas, tekad, keseimbangan hidup/kerja.
c. Domain antar personal
Kompetensinya : komunikasi, memotivasi, pemberdayaan bawahan,
manajemen proses kelompok, manajemen dan resolusi konflik, negosiasi,
presentasi formal, interaksi sosial.
d. Domain organisasi

21
Kompetensinya : desain organisasi, pembentukkan tim, penetapan prioritas,
kemampuan politis, mengelola dan mengukur kinerja,mengembangkan orang lain,
sumber daya manusia, sumber daya komunitas dan eksternal, mengelola
budaya/perbedaan.
Hersey & Blanchard (1988 dalam Cherry & Jacob, 2008) mengidentifikasi
3 hal yang diperlukan untuk kepemimpinan yang efektif yaitu :
1. Technical skills termasuk keahlian klinis dan tehnik keperawatan.
a. Menjaga keterampilan klinis dan pengetahuan yang terkini.
b. Memimpin anggota/staf dengan adequate dan kompeten serta
bertanggungjawab terhadap apa yang ditugaskan.
c. Bertindak sebagai konsultan dalam menyelesaikan masalah klinis serta
berkontribusi dalam kebijakan keperawatan dan mampu memberikan
pengajaran bagi orang lain.
2. Human skills memiliki kemampuan dan pertimbangan untuk bekerjasama
dengan orang-orang dalam peran kepemimpinan yang efektif.
a. Mampu mengembangkan dan menjadi role model suatu komitment untuk
menjadi lebih baik.
b. Menjaga kejujuran dan integritas dalam bekerjasama dan melaksanakan
pekerjaan
c. Memberikan dukungan moril dan memberi contoh bagi staf dalam
berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
d. Keluar dari kantor dan perhatikan area pasien, dengarkan keluhan pasien
dan staf (hanya diam dan duduk di kantor).
e. Menjadi seorang yang proaktif dalam menyelesaikan masalah.
3. Conceptual skills memiliki kemampuan untuk memahami kompleksitas
organisasi secara keseluruhan
a. Membuat komitmen dalam mendukung terhadap misi, visi dan tujuan
organisasi.
b. Memahami kebutuhan customer baik internal maupun eksternal.

2.5 Current Issues

22
1. Jenjang karir
Jenjang karir keperawatan akhir- akhir ini sedang hangat-hangatnya
dibahas di setiap instansi yang didalamnya melibatkan perawat. Walau pada
kenyataannya tidak semua instansi bisa menerapkan jenjang karir seperti pedoman
jenjang karir perawat yang dikeluarkan oleh depkes. Banyak instansi melakukan
jenjang karirnya disesuaikan dengan keadaan yang ada di instansi tersebut. Peran
pemimpin yang berhubungan dengan jenjang karir diantaranya yaitu berupa
kegiatan/keputusan mengenai:
a. Penilaian Tampilan kerja
b. Promosi jabatan
c. Pemberian kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan.

2. Kegiatan rotasi – mutasi


Program rotasi dan mutasi perawat adalah suatu program yang ditujukan
bagi perawat yang bekerja di lingkungan RS. Mutasi  adalah perpindahan atau
perputaran perawat dari bagian keperawatan ke bagian lain, di luar lingkungan
keperawatan. Adapun rotasi  adalah perpindahan intern Ruang Rawat yang
dilakukan oleh Bidang Keperawatan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Tujuan Umum :
a. Mengetahui pelayanan keperawatan secara menyeluruh.
b. Meningkatkan keterampilan perawat .
c. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan.
Tujuan Khusus :
a. Memenuhi kebutuhan tenaga di suatu ruang atau instalasi.
b. Mengurangi kejenuhan perawat .
c. Memelihara hubungan yang baik antar ruang.
d. Memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan.
e. Meningkatkan pelayanan dan motivasi perawat agar mempunyai kemampuan
yang  profesional.

BAB III

23
PEMBAHASAN

3.1 BIOGRAFI CHAIRUL TANJUNG


Siapa Chairul Tanjung? Barangkali publik Indonesia kebanyakan
masih awam dengannya. Padahal, siapa sangka dia adalah salah seorang
terkaya di negeri ini yang membangun usahanya dari nol. Tentunya kita
kenal dengan Trans TV dan Trans 7 yang menjadi channel bisnis
medianya.Biografi Chairul Tanjung yang diawali dengan kisah bagaimana
di tengah keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, Chairul Tanjung mampu
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Chairul tanjung lahir di Jakarta, 16 Juni1962dari pasangan Abdul
Ghafar Tanjung dan Halimah. Ayahnya adalah seorang wartawan pada orde
lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Sedangkan ibunya
merupakan seorang ibu rumah tangga. Ayah Chairul berasal dari Sibolga,
Sumatera Utara, sedangkan ibunya dari Cibadak, Jawa Barat. Pernah
bersekolah di SD Van Lith, SMP Van Lith, SMA Boedi Oetomo, dan
Universitas Indonesia jurusan Kedokteran gigi. Ia memulai usahanya
dengan sangat sederhana, yaitu percetakan fotokopi.
Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya, termasuk
Chairul Tanjung. Orangtuanya mempunyai prinsip, “Agar bisa keluar dari
jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh
dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan agar anak-
anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama
kehidupan masa depan. Sang ibunda, Halimah, mengatakan bahwa uang
kuliah Chairul Tanjung pertama yang diberikan kepadanya, diperoleh
ibunda dari menggadaikan kain halus miliknya.
Lika-liku perjalanan bisnisnya yang penuh onak-duri. Bagaimana
Chairul Tanjung atau yang lebih akrab dipanggil CT yang berlatar belakang
keluarga tak mampu, bisa tetap melanjutkan pendidikan dan memiliki
semangat berjuang memulai dan mengembangkan rintisan usaha kecil-
kecilan.Setelah usaha fotokopi ia mulai berjualan alat-alat kedokteran

24
karena kasihan melihat teman-temannya harus membeli alat-alat kedokteran
dengan harga yang sangat mahal.
Motivasi awal CT menjadi entrepreneur demi ibundanya. Setamat
SMA tahun 1981 ia melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia. Namun ia terkendala biaya, untuk itu sang ibu rela
menggadaikan kain batik sutera halusnya guna membayar uang kuliah
pertama CT. Suatu ketika ia mendengar kisah ibunya, Halimah, sontak CT
terenyuh dan bersumpah tak akan meminta dari orang tuanya.
Ada benang merah yang mengikat datangnya kesuksesan dari sekian
tokoh termasuk CT, yakni semangat berpendidikan dan keikhlasan dalam
menjalani hidup. Tak ayal bila perjalanan entrepreneurship itu bukan
diturunkan melainkan dilahirkan dengan semangat, komitmen, etos kerja
tinggi, didahului dengan niat dan ketulusan hati.
Diceritakan CT memulai usahanya dari menjual perlengkapan kuliah
sambil melayangkan jasa penjilidan tugas makalah. Dari usaha kecil ini,
mata bisnis CT terbuka, ia kemudian memiliki inisiatif membuka toko
fotocopy dengan tarif murah di kampusnya.Usahanya ini pun terbilang
sukses, tak pelak CT mampu menumpuk modal dan bahkan membeli mobil
saat masih menjadi mahasiswa.
Seusai kuliah, CT tak berhenti melebarkan sayap bisnisnya, dia pernah
menjadi kontraktor pabrik sandal di Citeurup. Pun saat CT mengambil
keputusan berani mengakuisisi Bank Tugu yang tengah sakit dirundung
krisis pada tahun 1996. Keputusannya ternyata tepat, Bank Mega kini
masuk jajaran 12 Bank besar di Indonesia dengan aset Rp.62 triliun.
Perjalanan bisnis CT tak melulu lancar dan berbuah laba, kadang ia
juga terpelanting kedalam kerugian dan kesusahan.Selanjutnya, ada kisah
percintaan dan kehidupan rumah tangga bersama sang istri Anita Ratnasari
yang turut menemani dan mendukung pencapaian CT.
Chairul Tanjung telah berjuang dengan keras membangkitkan Bank
Mega yang dulunya sebelum dibeli oleh Chairul Tanjung adalah bank kecil
dengan sakit yang luar biasa  parah dan lebih dari 90 persen kredit macet

25
semua. Dulu sebelum dibangkitkan oleh Chairul Tanjung operasional Bank
Mega benar-benar tanpa teknologi, semuanya mengandalkan buku-buku
besar, komputer hanya ada dua, satu di sekretaris direksi di Kebon Sirih,
Jakarta, dan satu lagi di Surabaya, dan lebih parahnya lagi saldo merahnya
di BI mencapai lebih dari Rp 90 miliar.
Chairul Tanjung membeli 40 persen saham Carrefour dan sedikit demi
sedikit Carrefour kini dimiliki oleh Orang Indonesia yaitu Chairul Tanjung.
Chairul Tanjung bekerja tanpa henti dan tak kenal lelah, bahkan karena
perjuangan nya ia diangkat menjadi Wakil Ketua Dewan Penasihat Majelis
Ulama Indonesia yang ke-8 pada bulan Juli 2010. Chairul Tanjung pernah
menyampaikan Visi Indonesia 2030 tahun 2007 melalui Yayasan Indonesia
Forum (YIF).
Chairul Tanjung mengelola Trans 7, bekerja sama dengan Kompas
Gramedia. Chairul Tanjung membuat sebuah grup yang bernama Para Grup.
Para Grup kemudian berkembang dengan sangat pesat dan kemudian diganti
namanya oleh Chairul Tanjung menjadi CT Corp. di perusahaan CT Corp
juga terdapat dua stasiun televisi, Trans TV dan Trans 7, portal berita Detik,
serta perusahaan ritel Carrefour.
Wajar saja, kini di usia ke-50, CT mampu mengembangkan Para
Group (diganti CT Corp) yang memiliki tiga perusahaan inti; yaitu Mega
Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources. Mega Corp menjadi
perusahaan induk untuk jasa keuangan sektor perbankan, asuransi,
pembiayaan, dan pasar modal.
Trans Corp adalah perusahaan induk yang bergerak di bisnis media,
gaya hidup, dan hiburan. Di dalamnya ada Trans TV dan Trans 7, portal
berita Detik.com, dan perusahaan ritel Carrefour.
Selain itu juga ada perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan
minuman, hotel, biro perjalanan, dan sejumlah department store.
Sedangkan CT Global Resources adalah perusahaan induk yang fokus
pada bisnis perkebunan. Dari ketiga perusahaan ini CT menyediakan
lapangan kerja bagi sekitar 75.000 karyawan.

26
Pada tahun 2010, majalah ternama Forbes menempatkan Chairul
sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ia berada di urutan ke-937 dengan
total kekayaan mencapai USD 1 miliar. Satu tahun kemudian, menurut
Forbes, kekayaan Chairul telah meningkat lebih dari dua kali lipat, yakni
dengan total kekayaan USD 2,1 miliar. Tahun 2014, Chairul memiliki
kekayaan sebesar USD 4 miliar dan termasuk orang terkaya nomor 375
dunia.

3.2 Chairul Tanjung dan Kewirausahaan


Membaca bab-bab dalam biografi Chairul Tanjung memang
membukakan ikhtiar dan spirit baru bahwa dunia itu luas bila ada kerja keras.
Bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk meraih kesuksesan. Di sini,
penulis mengajak kita untuk mempelajari “tangan emas” CT menerjang
segala badai rintangan dalam karir entrepreneurship-nya. CT adalah figur
berhasil yang patut dicontoh siapapun.
1. Wirausahawan
Wirausahawan merupakan individu yang sangat spesifik dalam
perilakunya. Ada tiga peranan yang menonjol dari seorang wirausahawan,
yakni; pertama, wirausahawan sebagai innovator, di mana seorang
wirausahawan selalu mencari kombinasi sumberdaya dalam menjalankan
usahanya, kedua, wirausahawan sebagai individu yang mencari peluang yang
menguntungkan, ketiga, wirausahawan menyukai risiko. Dalam hal ini, jika
seorang wirausahawan memulai usaha baru dengan produk baru, maka ia
dapat dikatakan memiliki ketiga peranan tersebut, yaitu peranan sebagai
inovator, sebagai pencari peluang, dan suka akan risiko.
Berkaitan dengan bakat dan karakteristik yang khas dari kalangan
wirausahawan, proses menjadi wirausahawan sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor manusia dan intuisinya, masyarakat, dan budaya di mana
wirausahawan tersebut berasal. Semangat wirausaha berasal dari semangat
individu itu sendiri yang tercermin dengan jelas dalam menghadapi
ketidakpastian dan persaingan.

27
2. Peranan seorang wirausahaan
Ada sejumlah peristiwa penting yang dialami oleh Chairul Tanjung
tentang masa-masa Chairul Tanjung berjuang dengan keras untuk melewati
masa-masa kemiskinan yang sedang di alami oleh keluarganya sampai ia
menjadi pengusaha sukses.
Wirausahawan merupakan individu yang sangat spesifik dalam
perilakunya. Schumpeter, Kirzner dan Knight dalam Latani (2008)
mengemukakan bahwa ada tiga peranan yang menonjol dari seorang
wirausahawan, yakni :
a. Wirausahawan sebagai innovator, di mana seorang wirausahawan selalu
mencari kombinasi sumberdaya dalam menjalankan usahanya.
b. Wirausahawan sebagai individu yang mencari peluang yang
menguntungkan.
c. Wirausahawan menyukai risiko.
Dari pengalaman peristiwa penting yang dialaminya, tiga peranan
tersebut sudah menonjol dari sosok CT.
3. Ciri-ciri keberhasilan Seorang Wirausahawan
Adapun ciri-ciri pokok yang sangat menentukan keberhasilan seorang
wirausahawan adalah:
a. Memiliki kemampuan mengidentifikasi suatu pencapaian sasaran (goal)
atau visi dalam usaha.
b. Kemampuan untuk mengambil resiko keuangan dan waktu.
c. Memiliki kemampuan di bidang perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaannya.
d. Bekerja keras dan melakukan sesuatu yang diperlukan dan mampu
mencapai keberhasilan.
e. Mampu menjalin hubungan baik dengan para pelanggan,
karyawan,pemasok, banker, dll.

28
Sedangkan Abrahamso dalam Latani (2008), menyatakan ada 5 ciri-ciri
wirausahawan yang berhasil yaitu :

a. Drive yang kuat (motivasi untuk maju), yaitu orang yang memiliki
sifatbertanggung jawab, giat, inisiatif, tekun dan ambisi untuk maju.
b. Mental Ability (kemampuan mental) meliputi: IQ, berpikir kreatif
danberpikir analitis.
c. Human Relation Ability (kemampuan menjalin hubungan antar
manusia)meliputi: pengendalian diri, kemampuan menjalin hubungan
dan kemampuan bergaul.
d. Communication Ability (kemampuan berkomunikasi).
e. Technical Knowledge (pengetahuan teknis).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat
disimpulkanbahwa seorang wirausahawan yang berhasil memiliki motivasi
untuk maju, mental yang kuat, kreatif dan inovator, kemampuan menjalin
hubungan antar manusia, memiliki kemampuan berkomunikasi dan memiliki
pengetahuan teknis yang baik dalam menciptakan nilai tambah dari peluang
usaha yang ada. Melihat dari teori yang dikemukakan sosok CT mempuanyai
lima ciri seorang wirausahawan yang berhasil karena punya mempunyai
keinginan untuk maju dari dalam dirinya, mempunyai komunikasi yang
bagus dalam menjalin relasi serta pengembangan pengetahuannya dalam
berbisnis.
4. Ciri dan Watak Wirausahawan
Wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan
melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-
sumber daya yang dibutuhkan guna mendapatkan keuntungan daripadanya
dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan kesuksesan. Para
wirausahawan juga disebut sebagai individu-individu yang berorientasi
kepada tindakan, bermotivasi tinggi dan berani mengambil risiko dalam
mengejar tujuannya. Meredith (1988) merinci ciri dan watak seorang
wirausahawan sebagai berikut : Tabel 1.1. Daftar Ciri dan Watak Wirausaha

29
Ciri -Ciri Watak
Keyakinan, tidaktergantungan, individualitas,
Percaya Diri optimisme
Kebutuhan persepsi, berorientasi laba, ketekunan
Berorientasi Tugas dan
ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai
& Hasil dorongan
(motivasi) kuat, energitik, dan inisiatif
Pengambil Risiko Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul
Kepemimpinan dengan
orang lain, menanggapi saran dan kritik
Inovatif dan kreatif, punya banyak sumber, serba
Keorisinilan bisa, dan
mengetahui banyak hal
Berorientasi ke Pandangan ke depan, dan perspektif
Masa Depan
Sumber : Meredith ; The Practice of Entrepreneurship (1998).

CT memberikan beberapa tips untuk mereka yang benar-benar ingin


membangun jiwa enterpreneurship (jiwa kewirausahaan). Ia menyarankan
agar orang tidak belajar jiwa wirausaha di dalam kelas, atau dari mereka yang
tidak pernah menggeluti langsung dunia usaha.Sebab biasanya yang diberikan
adalah semua saran yang didasari oleh ketakutan sehingga segalanya
dipermudah dengan ide-ide logis padahal usaha adalah sering tidak mengikuti
urutan dan sistematika berpikir biasa, factor-faktor yang kelihatannya
terkontrol padahal sangat sulit menerka gerak dan dinamika pasar, saran-
saran yang berlawanan dengan hukum pasar yang cenderung liar,
mengabaikan unsur lain yang justru sangat penting yaitu naluri pengusaha,
dsb.
Selain itu CT merupakan sosok yang penuh motivasi, religius, dan jiwa
enterpreuner yang ada pada sosok CT menbuat buku ini lebih menarik untuk

30
dibaca. Dari setiap kalimat yang ada saya atau anda yang membaca bahwa
melalui bukunya, CT ingin mengajak setiap orang untuk kurang lebih
mengikuti jejaknya sebagai pengusaha, karena setidaknya ada tujuan yang
jelas ingin ia sampaikan terkait dengan jiwa wirausaha di Indonesia yang
sedang berkembang pesat ini.
5. Asal Munculnya Ide Wirausaha Chairul Tanjung

Suryana (2001, 34) berpendapat perilaku kewirausahaan dipengaruhi


oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor yang dapat memunculkan
ide usaha adalah sebagai berikut :

 Faktor internal
Faktor internal menjadi alat untuk menciptakan sebuah inspirasi
atas objek yang dihadapinya dengan kemampuan kreativitasnya.
Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang
sebagai subjek, antara lain:

a) Pengetahuan yang dimiliki,


b) Pengalaman dari individu itu sendiri,
c) Pengalaman saat ia melihat orang lain menyelesaikan masalah,
d) Intuisi yang merupakan pemikiran yang muncul dari individu itu
sendiri.

 Faktor eksternal
Faktor eksternal ialah hal – hal yang dihadapi seseorang dan
merupakan objek untuk mendapatkan sebuah inspirasi bisnis.
faktor eksternal antara lain :

a) Masalah yang dihadapi dan belum terpecahkan


b) Kesulitan yang dihadapi sehari–hari,
c) Kebutuhan yang belum terpenuhi baik untuk dirinya dan orang

31
lain.
d) Pemikiran yang besar untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Motivasi awal CT menjadi entrepreneur demi ibundanya. Setamat


SMA tahun 1981 ia melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia. Namun ia terkendala biaya, untuk itu sang ibu rela
menggadaikan kain batik sutera halusnya guna membayar uang kuliah
pertama CT. Suatu ketika ia mendengar kisah ibunya, Halimah, sontak CT
terenyuh dan bersumpah tak akan meminta dari orang tuanya.
Jika dikaitkan dengan teori dari sosok CT , ide wirausaha timbul dari
faktor eksternal yaitu dari kesulitan perekonomian keluarga sehari-hari
yang di alaminya, kebutuhan yang belum terpenuhi baik untuk dirinya dan
orang lain, serta pemikiran yang besar untuk menciptakan sesuatu yang
baru.

6. Awal Mula Usaha Chairul Tanjung

Bagaimana Chairul Tanjung atau yang lebih akrab dipanggil CT


yang berlatar belakang keluarga tak mampu, bisa tetap melanjutkan
pendidikan dan memiliki semangat berjuang memulai dan
mengembangkan rintisan usaha kecil-kecilan. Setelah usaha fotokopi ia
mulai berjualan alat-alat kedokteran karena kasihan melihat teman-
temannya harus membeli alat-alat kedokteran dengan harga yang sangat
mahal.

Salah satu filosofi/ideologi yang menjadi kebanggannya yaitu "Menjadi


Pengusaha Bukan Karena Bakat Atau Keturunan Tetapi Karena Kemauan
Dan Kemampuan Yang Terus Dilatih" 

32
Dari sosok ini kita dapat mempelajari arti sebuah perjuangan hidup dan
kerja keras untuk mengubah kehidupan serta mewujudkan. Tidak ada sukses
yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan dan tidak ada prestasi
tanpa perjuangan dan kerja keras.

Kegiatan Lain
- Anggota Komite Penasihat Prakarsa Jakarta (Restrukturisasi Perusahaan)
- Delegasi Indonesia untuk Asia-Europe Business Forum
- Anggota Pacific Basin Economic Council
- Pengurus Yayasan Kesenian Jakarta
- Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia
- Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia
- Ketua Yayasan Indonesia Forum

3.3 KEPEMIMPINAN CHAIRUL TANJUNG

Chairul Tanjung pengusaha sukses Indonesia yang berhasil masuk dalam


jajaran orang terkaya versi Forbes dalam beberapa tahun terakhir. Chairul Tanjung
seorang CEO CT Corp, yang mempunyai kerajaan bisnis yang mengandalkan
pada tiga bisnis inti. Pertama jasa keuangan seperti Bank Mega, Asuransi Umum
Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Mega Capital Indonesia. Kedua, gaya hidup dan
hiburan seperti Trans TV, Trans7. Ketiga berbasis sumber daya alam. Mantan
Ketua Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) ini juga mempunyai bisnis
properti, seperti Bandung Supermall. Dengan bisnisnya ini, tak heran suami dari
Dokter gigi Ratna Anitasari ini dijuluki "The Rising Star".
Dalam menjalankan kepemimpinan, menerapkan gaya memberi panutan
terhadap anak buah. Cara ini terbukti ampuh. "Jika anda mencontohkan kerja
keras maka anak buah akan kerja keras. Saya mempraktekkannya. Dan, itu jalan."
begitu kata beliau. Ambisi membesarkan semua lini bisnis CT Corp semakin
besar. Dalam memimpin  Bank Mega dirancang untuk menjadi bank terbesar
dalam 10 tahun ke depan. Strateginya, Bank Indonesia akan banyak membuka

33
cabang di Indonesia Timur dalam tiga tahun mendatang. Targetnya 200 kantor
baru di Indonesia Timur, sehingga bisa menjadi bank terbesar di wilayah itu. Dan
dalam gaya memimpinnya, Chairul Tanjung sengaja berkeliling Indonesia untuk
bertemu dengan seluruh karyawannya. Dia menjelaskan bagaimana kondisi
perekonomian saat ini agar pegawainya siap menghadapi krisis. Ada tiga pesan,
pertama, jika ternyata krisis ini sangat panjang dan semua orang harus mati, maka
pastikan menjadi orang yang terakhir mati. Kedua, jika krisis ini sangat panjang
dan hanya tersisa satu orang, maka pastikan anda menjadi orang tersebut. Ketiga,
jika tidak terjadi krisis maka pastikan anda menjadi orang yang paling bahagia
karena anda sudah siap.
Menurut Chairul Tanjung, Pola kepemimpinan suatu lembaga atau negara
masih menjadi kriteria penentuan investor berinvestasi. Pemimpin harus
menularkan sikap kepemimpinan kepada bawahan lewat teladan untuk
membangun iklim kerja positif. Gaya kepemimpinan yang berkembang dalam
satu organisasi bisa dilihat dari citra lembaga dan produk yang dihasilkan.
Artinya, kepemimpinan yang detail dan bisa melakukan hal yang semestinya saat
itu juga, dengan cara pandang jelas, sangat bermanfaat bagi perkembangan bisnis.
Krisis keuangan di Eropa dan AS membuat pendulum prospek perekonomian
beralih ke Asia. Perusahaan-perusahaan lokal semestinya menikmati peluang ini
untuk memetik keuntungan lebih baik.
Namun, ada sejumlah hal yang membuat hal ini tidak bisa berjalan dengan mudah.
Salah satunya adalah menyiapkan pemimpin masa depan sekaligus merespons
kebutuhan saat ini.
Chairul Tanjung mengungkapkan, kunci kepemimpinan adalah ahli
strategi, eksekutor, membangun bakat bawahan, mengembangkan sumber daya
manusia, dan mampu menjaga emosi.Chairul Tanjung  mencontohkan beberapa
perusahaan. Di antaranya Bandara Changi di Singapura dan jaringan Hotel JW
Marriott yang sukses membangun citra sebagai bisnis berorientasi kepada
konsumen. Demikian pula jaringan ritel di AS, Wal-mart, yang terkenal dengan
harga termurah, memiliki pola kepemimpinan yang mengefisienkan biaya dan
tepat waktu.

34
”Kepemimpinan adalah bagaimana tingkah laku pemimpin bisa menular
kepada orang lain di sekitarnya. Hal ini akan menyamakan semangat pemimpin
dan karyawan sehingga memudahkan mereka bekerja,” ujar Chairul Tanjung.

BAB IV
PENUTUP

35
A. Kesimpulan
Secara tidak langsung mengajarkan bagaimana cara memimpin orang
lain dan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang-orang yang
berpengaruh terhadap kehidupannya serta bagaimana kerasnya perjuangan
beliau untuk mencapai posisi yang sekarang sudah diraihnya dengan awal
kehidupan dari nol hingga akhirnya menjadi seorang yang sukses
dibidangnya.

B. Kata-kata Inspiratif Chairul Tanjung:

”Kepemimpinan adalah bagaimana tingkah laku pemimpin bisa menular


kepada orang lain di sekitarnya. Hal ini akan menyamakan semangat
pemimpin dan karyawan sehingga memudahkan mereka bekerja,” ujar
Chairul Tanjung.

“Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang
harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.”

CT mengungkapkan bahwa kunci kesuksesan salah satunya adalah Ibu “bagi


saya ibu adalah segalanya’. CT percaya bahwa surga ada di telapak kaki
Ibu “Bila kita benar-benar berbakti kepada Ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka
surga akan kita gapai di dunia” 

“Mencapai kesuksesan memang memerlukan perjuangan yang sangat keras,


doa, tawakal dan sungguh-sungguh dalam menjalaninya. Keridho’n dari
orang tua akan mengantarkan kita pada kesuksesan yang luar biasa”

DAFTAR PUSTAKA

36
Wijono Sutarto. 2018. Kepemimpinan dalam persepektif organisasi. Jakarta :
Prenadamedia.

Dr. H. Syaiful. 2018. Pendekatan dan model kepemimpinan. Jakarta :


Prenadamedia.

Hidayat. 2019. Kepemimponan dan Supervisi Pendidikan. Banten : YPSIM.


Putong Iskandar. 2015. Kepemimpinan. Jakarta

M. Anang , Roosmawati Anita. 2020. Dasar dan Konsep. Pasuruan Hidayat. 2019

Kepemimponan dan Supervisi Pendidikan. Banten : YPSIM.

Gede Sandiasa. 2009. Buku Ajara Kewirausahaan. Universitas Panji Sakti: Bali

La Hatani. 2008. Bahan Ajar Kewirausahaan . Universitas Haluoleo: Kendari


Thahja Gunawan. 2012. Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Jakarta: Kompas.

http://www.biografipedia.com/2015/08/biografi-chairul-tanjung-si-anak-
singkong.html (diakses tanggal 18 Februari 2020)

http://info-biografi.blogspot.co.id/2010/05/biografi-chairul-tanjung.html (diakses
tanggal 18 Februari 2020)

37

Anda mungkin juga menyukai