Sejarah perkembangan manajemen Kualitas berawal dari sebuah kegiatan Bangsa Mesir
Kuno yang melakukan pengukuran terhadap dimensi batu-batu yang digunakan untuk
membangun piramida. Pada masa modern, sejarah perkembangan manajemen kualitas dapt
dilihat dalam tabel berikut:
1985-1990
Untuk memudahkan kerja mereka, maka penggunaan konsep statistik yang dikembangkan
untuk dapat diaplikasikan dalam pengendalian variabel produk seperti panjang, lebar, berat,
tinggi, daya tahan melalui pengambilan sampel untuk menguji penerimaan kualitas produk.
Pemanfaatan konsep statistik di bidang manajemen kualitas saat itu diprakarsai oleh para ahli
seperti Walter A. Stewart, H.F. Dodge, dan H.G. Romig.
Periode kedua (1940-1985). Manajemen kualitas pada periode awal yang berfokus semata
pada inspeksi, ternyata dalam perkembangannya tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan
terkait kualitas, sehingga juga tidak membuat perusahaan menjadi lebih berdaya saing.
Persoalan-persoalan kualitas yang tak dapat diatasi oleh manajemen kualitas yang semata
berfokus pada inspeksi telah mendorong perubahan pandangan. Yang dulu dikatakan bahwa
persoalan peningkatan kualitas dapat diatasi dengan inspeksi, Pada periode ini tidak lagi
demikian. Pada periode ini muncul kesadaran bahwa persoalan peningkatan kualitas tidak
dapat diatasi semata dengan inspeksi, namun perlu suatu pengendalian kualitas. Berdasarkan
pandangan yang demikian, maka tanggung jawab kualitas dialihkan ke bagian quality control
yang independen.
Pada periode kedua ini, pertama kali diiperkenalkan konsep total quality control oleh
Feigenbaun pada tahun 1960 yang kemudian dikembangkan menjadi total quality control
organizationwide di tahun 1970 dan menjadi konsep total quality system pada tahun 1983.
Pengendalian kualitas berkembang menjadi penjaminan kualitas yang berfokus kepada proses
dan kualitas produk melalui pelaksanaan audit operasi, pelatihan analisis, kinerja teknis, dan
petunjuk operasi untuk peningkatan kualitas. Aspek kualitas mulai dievaluasi melalui
penerapan fungsi-fungsi manajemen kualitas.
Periode ketiga (1985-1990). Pada masa ini muncul kesadaran bahwa manajemen kualitas
hanya akan efektif bila dilaksanakan secara komprehensif dan holistik. Mulai dari awal
proses hingga hasil akhir, mulai dari manajemen puncak hingga pekerja di shop floor. Pada
periode ini pula diperkenalkan konsep total quality management. Selanjutnya Total Quality
Management berkembang menjadi learning organization yang menggunakan filosofi
continous quality improvement dan menggunakan konsep manajemen pengetahuan.
W Edwards Deming, Joseph Juran dan Philip Crosby disebut sebagai bapak Mutu karena
ketiganya berkonsentrasi pada mutu dalam industry produksi, meskipun demikian ide-ide
mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa.
Kontribusi pendapat para tokoh tentang manajeman mutu sangat bermanfaat untuk kemajuan
institusi atau lembaga, terutama bagi pengelola yang berhubungan dengan kepentingan
pelanggan. Banyak hal yang yang dapat diperoleh dari pendapat para ahli dan dapat
diterapkan dalam pengelolaan institusi atau lembaga pendidikan.
Menurut Joseph Juran mutu merupakan upaya simultan untuk menjadi definisi tingkatsatu
dan tingkat dua. Juran mendefinisikan mutu berdasarkan makna ganda, yaitu kualitas
terdiri dari fitur-fitur produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan dengan demikian
memberikan kepuasan produk, dan kualitas terdiri dari kebebasan dari kekurangan.
Adapun poin penting dari definisi mutu menurut Juran antara lain: (1) Definisi praktis
kualitas mungkin tidak mungkin, dan (2) Kualitas terkait dengan kebutuhan pelanggan,
dan kemampuan memenuhinya menunjukkan adanya kesesuaian dengan karakteristik
produk yang terukur.
Menurut W Edward Deming konsep mutu terdiri dari dua tingkat yaitu multidimensi untuk
memproduksi suatu produk dan memberi jasa pelayanan sesuai harapan pelanggan untuk
mencapai kepuasan pelanggan. Argumen deming yang esensial antara lain: (1) Mutu harus
didefinisikan sebagai kepuasan pelanggan, (2) Kualitas multidimensional di mana tidak
mungkin menentukan kualitas suatu produk atau jasa hanya dengan karakteristik tunggal
atau agen, dan (3) Ada derajat mutu yang berbeda, karena mutu pada dasarnya disamakan
dengan kepuasan pelanggan.
Menurut B Philip Crosby mutu adalah sesuai dengan persyaratan, yang merupakan satu
tingkat untukformulasi. Hal yang ditekankan Crosby dalam definisi mutu antara lain:
(1) Seseorang harus tahu apa persyaratan dan mampu menerjemahkan persyaratan menjadi
produk terukur atau karakteristik layanan, dan (2) perlu untuk mengukur karakteristik
produk atau jasa untuk menentukan kualitas yang tinggi.