Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan pada hakekatanya terdiri dari kumpulan orang-orang dan peralatan
operasionalnya. Sehingga upaya pencapaian tujuan dalam memaksimalkan
keuntungan dan berhasil atau tidaknya suatu misi perusahaan untuk mencapai
tujuan atau pengendalian mutu oleh individu-individu yang menjalankan
manajemen yang dilaksanakan perusahaan. Masalah Manajemen itu akan selalu
ada bila perusahaan masih menjalankan manajemen pengendalian mutu yang
baik. Jadi manajemen pengendalian mutu sangat penting bagi seorang manajer
dalam menentukan otoritas tertinggi untuk menggerakkan karyawan. Agar dapat
melakukan aktivitas atau bekerja secara efektif bagi perusahaan demi tercapainya
tujuan yang telah ditentukan. Seorang manajer dalam menggerakkan orang-orang
untuk mendapatkan sesuatu haruslah mempunyai ilmu pengetahuan dan seni, agar
orang mau melakukannya. Untuk itulah diperlukan suatu wadah yang dapat
menghimpun setiap orang, wadah itulah yang disebut dengan organisasi.
Perusahaan yang mempunyai pengendalian mutu yang baik dan teratur
kemungkinan besar tidak akan mengalami hambatan-hambatan dalam
mengerjakan tugasnya dengan efektif. Dan begitu pula sebaliknya bila perusahaan
tidak mempunyai organisasi yang baik dan teratur. Sehingga dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan akan
mengalami hambatan. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya rasa tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Sistem Manajemen Mutu?
2. Aparuang lingkup Sistem Manajemen Mutu?
3. Apa tujuan dan dasar dari SistemManajemen Mutu?
4. Bagaimana perkembangan Sistem Manajemen Mutu?
5. Bagaimana prinsip atau model Sistem Manajemen Mutu?
6. Bagaimana penerapan Sistem Manajemen Mutu?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Sistem Manajemen Mutu
2. Mengetahui ruang lingkup Sistem Manajemen Mutu
3. Mengetahui tujuan dan dasar Sistem Manajemen Mutu
4. Mengetahui perkembangan Sistem Manajemen Mutu
5. Mengetahui prinsip atau model Sistem Manajemen Mutu
6. Mengetahui penerapan Sistem Manajemen Mutu
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Manajemen Mutu


Sistem manajemen mutu merupakan sekumpulan prosedur yang
terdokumentasi serta praktik-praktik standar untuk manajemen sistem yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang/jasa)
terhadap kebutuhan dan persyaratan tertentu (Gaspersz, 2001).
Sistem manajemen mutu memberikan gambaran organisasi dalam
menerapkan praktik-praktik manajemen mutu secara konsisten untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan atau pasar. Dalam kaitan ini terdapat beberapa karakteristik
umum manajemen mutu (Gaspersz, 2001), yaitu sebagai berikut.
1) Sistem manajemen mutu berfokus pada konsistensi dari proses kerja.
Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap
standar-standar kerja.
2) Sistem manajemen mutu berlandaskan pada pencegahan terhadap
kesalahan-kesalahan yang akan timbul.
3) Sistem manajemen mutu mencakup elemen-elemen seperti tujuan
(objectives), pelanggan (customer), hasil-hasil (output), proses-proses
(processes), masukan-masukan (input), pemasok (suppliers), dan
pengukuran umpan balik serta umpan maju (measurements for
feedback and feedforward).
Dalam sistem manajemen mutu sering terdengar istilah quality control dan
quality assurance. Quality control adalah kegiatan teknik dan kegiatan
memantau, mengevaluasi, dan menindaklanjuti agar persayaratan yang telah
ditetapkan dapat tercapai, sedangkan istilah quality assurance berarti semua
tindakan terencana dan sistematis yang diterapkan, yakni untuk meyakinkan
pelanggan bahwa proses 6 hasil kerja kontraktor akan memenuhi persyaratan.
Pada saat mengontrol mutu produk yang dihasilkan harus dipersiapkan dokumen-
dokumen yang berupa panduan-panduan kerja secara tertulis serta
catatan/rekaman hasil kerja. Dalam setiap lingkungan, pelaksanaan proses yang
konsisten merupakan kunci untuk peningkatan terus menerus yang efektif agar
selalu memberikan produk (barang/jasa) yang memenuhi harapan pelanggan atau
pasar.
2.2 Ruang Lingkup Sistem Manajemen Mutu
Organisasi harus menentukan batasan dan aplikasi sistem manajemen
mutu untuk menetapkan ruang lingkup. Dalam menentukan ruang lingkup,
organisasi harus mempertimbangkan:

1) Isu Internal dan Eksternal

Informasi mengenai konteks organisasi atau isu internal dan eksternal


dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber antara lain dari:

 Kajian dokumen-dokumen yang berlaku di perusahaan seperti hasil


internal meeting, hasil audit internal, rapat tinjauan manajemen, rencana
strategis (renstra), dan dokumen-dokumen penting lainya yang membantu
dalam penetapan permasalahan internal.
 Kajian SWOT Analisa atau analisa Strengths, Weaknesses, Opportunities
and Threats analysis. 
 Cara mudah untuk menetapkan isu juga bisa dilakukan dengan
metode brainstorming dengan bantuan kalimat tanya  "What if"
 Informasi yang diperoleh hasil meeting dengan pelanggan atau supplier
 Informasi dari asosiasi profesional
 Sumber-sumber relevan lainnya

Contoh isu internal:

 Perihal kompetensi karyawan 


 Kultur atau budaya perusahaan
 Faktor operasional misalnya permasalahan yang berkaitan dengan
proses produksi atau pelayanan
 Tingkat kepuasan pelanggan
 Keptuhan penerapan SOP, instruksi kerja dan panduan kerja yang
berlaku lainnya

Contoh isu eksternal:

 Faktor peraturan perundangan yang berhubungan dengan bidang usaha


perusahaan
 Faktor teknologi seperti penggunaan teknologi dan material baru,
paten, setifikasi personil 
 faktor pasar seperti kompetitor, market share, tren produk dan jasa,
supply chain relationsips, market stability, customer growth trends
 Faktor ekonomi seperti nilai kurs, kondisi ekonomi, inflasi, credit
availability
 Faktor sosial seperti tingkat pengangguran, jumlah hari kerja,
education levels,

2) Persyaratan Pihak Berkepentingan

Maksud dan tujuan dari persyaratan ini yaitu untuk menegaskan bahwa
bukan hanya persyaratan pelanggan saja yang harus dipenuhi dalam
menjalankan roda bisnis perusahan, namun terdapat beberapa persyaratan
pihak-pihak berkepentingan lain yang perlu dipertimbangkan.

Pihak-pihak yang berkepentingan itu (stakeholders) unik untuk setiap


perusahaan. Setiap perusahaan memiliki stakeholders yang berbeda-beda.
Karenanya setiap perusahaan harus menentukan pihak-pihak yang
berkepentingan sesuai dengan bidang usaha perusahaan.

Contoh pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:

 Pelanggan
 End user atau beneficiaries
 Karyawan 
 Supplier
 Pemerintah 
 Bankers
 Local community groups
 LSM
 Partner
 Franchisor
 Owners of intellectual property
 Owner, shareholders
 Perusahaan yang lokasinya berdekatan
Ruang lingkup sistem manajemen mutu organisasi harus tersedia dan
dipelihara sebagai informasi terdokumentasi. Ruang lingkup ini harus
menyatakan jenis produk dan jasa yang dicakup dan memberikan pembenaran
(justification) untuk hal apapun jika persyaratan standar ini tidak dapat
diterapkan pada ruang lingkup sistem manajemen mutu.

3) Produk dan Jasa Organisasi

2.3 Tujuan dan Dasar Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2015 merupakan suatu Standar Internasional untuk Sistem


Manajemen Mutu yang sistematis dan terintegrasi mulai dari kebijakan, sumber
daya, proses pelayanan dan pengukuran proses, sehingga ISO 9001:2015 dapat
memetakan kondisi suatu organisasi secara utuh.  Keuntungan pemetaan tersebut
membuat kelemahan sistem yang telah ada dapat teridentifikasi, sehingga
perbaikan dapat dilakukan secara berkesinambungan.  
Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 dijalankan
melalui pengembangan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015.Organisasi/SKPD/Instansi, telah membuat keputusan strategik untuk
menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015, yang akan berimplikasi
luas pada setiap aspek menuju peningkatan pelayanan berkelanjutan (continual
improvement), serta selalu berfokus pada pelanggan (customer focus). Disamping
itu, implementasi Sistem Manajemen Mutu yang disertai dengan perolehan
Sertifikat ISO 9001:2015 merupakan media untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat akan mutu produk/pelayanan yang dihasilkan.

Tujuandari sistem manajemen mutu sebagai berikut:

1. Menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap kebutuhan


atau persyaratan tertentu; Kesesuaian antara kebutuhan dan persyaratan
yang ditetapkan pada suatu standar tertentu terhadap proses dan produk
yang dihasilkan oleh perusahaan sangat penting.
2. Memberikan kepuasan kepada konsumen melalui pemenuhan kebutuhan
dan persyaratan proses dan produk yang ditentukan pelanggan dan
organisasi; Keputusan pelanggan adalah reaksi emosional dan rasional
positif pelanggan. Untuk mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan,
segenap personil organisasi dituntut untuk memliki kompetensi dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.

2.4 Perkembangan Sistem Manajemen Mutu

Perkembangan mutu yang terjadi tidak lepas dari awal perubahan era
menuju era industri dimana mulai dipergunakannya mesin-mesin untuk
membantu proses produksi. Secara garis besar perkembangan atau evalusi mutu
adalah sebagai berikut:

a. Era Tanpa Mutu 

Merupakan era dimana persaingan belum terjadi oleh karena produsen


atau pemberi pelayanan belum banyak, sehingga pelanggan pun belum diberi
kesempatan untuk memilih. Hal ini terjadi pula pada organisasi pemberi
pelayanan publik. Pada lembaga pelayanan publik yang dikelola oleh
pemerintah, masyarakat sebagai pelanggan tidak diberikan hak untuk
menuntut mutu pelayanan yang lebih baik atau yang diharapkan. Keadaan ini
menyebabkan mutu pelayanan organisasi publik belum menjadi penilaian
pengguna hanya mengutamakan yang penting ada dan dapat
dipergunakansaja.

b. Era Inspeksi

Era ini dimulai oleh perusahaan – perusahaan yang memproduksi


barang, hal ini terjadi karena mulai adanya persaingan antar produsen. Dengan
demikian tiap perusahaan mulai melakukan pengawasan terhadap produknya.
Pada era ini juga mulai dilakukan pemilahan mutu barang yang dilakukan
melalui inspeksi. Namun mutu produk hanya pada atribut yang melekat pada
produk. Oleh karena itu mutu hanya dipandang produk yang rusak, cacat atau
hanya pada penyimpangan dari atribut yang sehartusnya melekat pada produk
tersebut. Era ini menekankan pada deteksi masalah, keseragaman produk serta
pengukuran dengan alat ukur yang dilaukan oleh yang berfungsi menginpeksi
Fokus perusahaan terhadap mutu belum besar dan terbatas pada produk akhir
yaitu dilihat yang cacat atau rusak yang dibuang sedang yang baik yang
dilepas ke konsumen.
Era inspeksi ditandai dengan perhatian yang rendah dari pihak
manajemen terhadap mutu produk. Tanggung jawab terhadap mutu produk
didelegasikan pada departemen inspeksi yang bertugas hanya pada
pendeteksian dan penyisihan produk yang tidak memnuhi sysrat kualitas dari
produk yang baik. Pada era ini belum ada perhatian terhadap kualitas proses
dan sistem untuk merealisasikan produk tersebut.

c. Era Pengendalian Mutu

Era Pengendalian Mutu dimulai sekitar tahun 1930 an. Era ini disebut
juga era stastical control, yang lebih menekankan pada pengendalian,
keseragaman produk dan pengurangan aktivitas inspeksi serta dilakukan
Departemen Teknis dan Departemen Inspeksi. Pada era ini pula diperkenalkan
pandangan baru terhadap konsep Walter A Shewart, .Menurut pandangan ini
mutu produk merupakan serangkaian karakteristik yang melekat pada produk
yang dapat diukur secara kuantitatif. 

Di Era statitical quality control atau jaman pengendalian mutu,


manajemen telah mulai memperhatikan pentingnya pendeteksian yaitu dengan
cara departemen inspeksi sudah mulai dilengkapi dengan alat dan metode
statistik di dalam mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam atribut produk
yang dihasilkan dari proses produksi. Terdapat perubahan dalam penanganan
mutu produk yaitu hasil detetksi yang secara statistikal dari penyimpangann
mulai dipergunakan oleh departemen produksi untuk memperbaiki proses dan
sistem produksi 

d. Era Jaminan Mutu (Quality assurance) 

Era jaminan mutu ini dimulai pada sekitar tahun 1960-an yang
menekankan pada koordinasi, pemecahan masalah secara proaktif.. Pada era
ini mulai dikenal adanya konsep total Quality Control (TQC) yang
diperekenalkan oleh Armand F pada tahun1950.

Jaminan mutu merupakan seluruh perencanaan dan kegiatan


sistimatik yang diperlukan untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai
bahwa suatu barang atau jasa dapat memenuhi persyaratan mutu. Jaminan
mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada
peningkatan kemampuan untuk memenuhi persyaratan mutu.
Oleh karena itu jaminan mutu dilaksanakan secara berkesinambungan
sistimatis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab,
masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetpakan dan
selanjutnya menetapkan serta melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai
dengan kemampuan yang tersedia, menilai hasil yang dicapai dan menyusun
saran tindak lanjut untuj lebih meningkatkan mutu pelayanan. (Azwar, 200).

Sejak era inilah peran manajemen mulai diperhitungkan untuk


terlibat dalam penentuan dan penanganan mutu produk. Selain itu dalam era
jaminan mutu ini pula mulai diterapkan bukan hanya pada industri
manufaktur, tetapi juga pada industri jasa. 

Di Indonesia era ini berkembang ditandai dengan dibentuknya Gugus


Kendali Mutu (GKM) di masing - masing bagian atau divisi pada setiap
organisasi. Kegiatan GKM ini diprakarsai oleh Departemen Perindustrian dan
Departemen Tenaga Kerja, kemudian diikuti oleh Departemen Kesehatan dan
Departemen Lainnya. Pada era ini GKM digalakkan bukan hanya secara
parsial, tetapi lebih bersifat nasional. Hal ini terlihat dengan dilakukannya
konvensi GKM tingkat kabupaten, tingkat provinsi dan tingkat nasional. 

Menyimak konsep era Statistical Control ini dapat diterapkan tidak


hanya pada parusahaan manufaktur, maka sejak era ini pula Manajemen Mutu
mulai diterapkan pada organisasi non barang atau organisasi jasa, seperti pada
Rumah Sakit, Puskesmas dan organisasi jasa lainnya.

e. Era Management Mutu Terpadu atau Total Quality Management

Total Quality Management (TQM) dimulai pada tahun 1980 – an, era
ini menekankan pada manajemen stratejik. TQM merupakan suatu sistem
yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara
berkesinambungan kepuasan pelanggan pada titik penekanan biaya agar sama
dengan biaya yang sesungguhnya untuk menghasilkan dan memberikan
pelayanan. TQM juga sebuah upaya untuk mencapai keunggulan kompetitif
serta mengutamakan kebutuhan pasar dan konsumen yang dilakukan oleh
setiap orang dalam organisasi dengan leadership yang kuat dari pimpinan. 

Management mutu terpadu atau Total Quality Management disebut


pula Continous Quality Improvemnt (CQI). Total Quality yang berarti
komitmen dan pendekatan yang digunakan secara terus menerus untuk
meningkatkan setiap proses pada setiap bagian organisasi. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk memenuhi bahkan melampui harapan dan outcome dari
customer. 

Tujuan dari diterapkan TQM perlu adanya perubahan budaya serta


komitmen dari seluruh jajaran mulai pimpinan puncak sampai level terbawah.
Agar TQM dapat berkelanjutan maka organisasi harus didukung oleh budaya
yang mendukung yang menekankan pada kerja kelompok, pemberdayaan dan
partisipasi karyawan, peningkatan terus menerus fokus pada pelanggan serta
kepemimpinan yang tepat.

Prinsip TQM secara keseluruhan proses produk maka titik beratnya


pada penanganan kualitas pada seluruh aspek organisasi.

f. Era Sitem Manajemen Mutu 

Era ini dimulai pada sekitar tahun 1943 yaitu pada masa perang dunia
II, dimana sekutu mulai mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan
peledak Hal ini terkait dengan mutu bahan peledak untuk keperluan militer
terutama oleh pasukan Inggris. Berdasarkan keadaan tersebut pihak militer
Inggris mengembangkan serangkaian standar yang secara umum dapat
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menyediakan produk
bermutu tinggi serta konsisten bagi kepentingan bahan militer

Pada akhir tahun 1960, disusun standar sistem mutu AQAP (Allied
Quality Assurance Publicators) yaitu pengembangan standar yang sudah ada
sebagai sistem kendali dengan tujuan utamanya adalah untuk mengendalikan
pemasok dalam pemenuhan persyaratan.

Pada tahun 1979 anggota ISO untuk Inggris yaitu Britihs Standard
Institute, menyerahkan proposal kepada ISO agar dibentuk suatu komite
teknis baru untuk menyiapkan standar internasional yang berkaitan dengan
teknik dan praktik penjaminan mutu, maka dibentuklah komite teknis baru
dengan nomor ISO/TC 176. Sebagai hasil kerja ISO/TC 176, pada tahun 1987
dipublikasikan seri standar ISO 9000 yaitu sistem manajemen mutu yang
merangkum sebagian besar standar sebelumnya disamping peningkatan dan
penjelasan standar baru.
2.5 Prinsip Sistem Manajemen Mutu

Penjelasan 7 prinsip sistem manajemen mutu menurut ISO 9001:2015


adalah sebagai berikut:

1) Customer Focus (Fokus Pada Pelanggan)


Fokus utama dari manajemen mutu adalah untuk memenuhi dan
memberi lebih dari sekedar kebutuhan pelanggan. Fokus ini akan
memberikan kontribusi besar untuk keberhasilan jangka panjang. Merupakan
hal yang sangat penting untuk tidak hanya menarik tetapi juga
mempertahankan kepercayaan pelanggan, sehingga kita bisa beradaptasi
dengan kebutuhan pelanggan di masa depan. Diantara langkah penting untuh
meraihnya adalah dengan terus berupaya untuk menerima masukan dari
pelanggan dan secara aktif melakukan perbaikan untuk kepuasan pelanggan.
Dengan manajemen berbasis resiko yang digaungkan ISO 9001:2015, kini
organisasi tidak hanya dituntut untuk raktif ketika ada masukan dan keluhan
dari pelanggan, tetapi secara proaktif menetapkan apa yang terbaik untuk
pelanggan. Organisasi harus selangkah lebih maju dari pelanggan dalam hal
yang berhubungan dengan pelayanan sebelum, selama, dan sesudah
berhubungan dengan pelanggan.

2) Leadership (Kepemimpinan)
Arahan dan misi dari top manajemen yang memiliki kekuatan
kepemimpinan yang powerfull sangatlah penting untuk memastikan seluruh
bagian organisasi memahami dengan baik tujuan apa yang hendak dicapai
oleh organisasinya. Tidak dapat dipungkiri, salah satu faktor terbesar
keberhasilan suatu organisasi dalam memperbaiki dan mengembangkan
sistem adalah kesuksesan pemimpinnya yang mampu menerjemahkan dan
mensosialiasikan visinya ke seluruh bagian organisasi.

3) Engagement of People (Keterlibatan Orang-orang)


Menciptakan nilai untuk pelanggan akan lebih mudah jika organisasi
kita didukung oleh tim yang kompeten, mudah diberdayakan, dan mau
terlibat secara penuh di seluruh level organisasi. Tidak peduli apapun
jabatannya, semuanya merasa punya tanggung jawab yang sama dalam
mencapai tujuan organisasi dan memberikan nilai lebih untuk pelanggan.

4) Process Approach (Pendekatan Proses)


Setiap organisasi harus menyadari bahwa mereka adalah satu kesatuan
proses yang saling terhubung sehingga setiap bagian harus memahami tidak
hanya tugas bagiannya, tetapi juga tugas bagian yang berkaitan dengannya
agar semuanya bisa bersinergi secara bersama-sama. Organisasi harus
memastikan setiap orang telah familiar dengan seluruh aktifitas organisasi.

5) Improvement (Pengembangan sistem)


Di era modern yang bergerak cepat, setiap organisasi dituntut untuk
melakukan perbaikan dan pengembangan di segala lini. Belajar dari Nokia,
raksasa teknologi yang kini ambruk, pada dasarnya mereka sama sekali tidak
melakukan kesalahan internal. Satu-satunya kesalahan mereka adalah,
mereka berkembang lebih lambat dari para pesaingnya, merasa bahwa
produknya -dengan fitur terbatas – masih diterima pelanggan setianya,
sementara pesaingnya menawarkan fitur-fitur dan teknologi terbaru sehingga
ketika mereka tersadar, sudah terlalu jauh untuk mengejar ketertinggalan.
Sesuatu yang luar biasa akan terlihat biasa di mata pelanggan apabila
pesaing utama melakukannya lebih baik dari yang kita lakukan. Karena itu,
setiap organiasi harus secara aktif merespon setiap perubahan internal
maupun eksternal yang dapat mempengaruhi nilai produk atau pelayanan di
mata pelanggan.

6) Evidence-based Descision Making (Pengambilan keputusan berbasis bukti)


Membuat keputusan terhadap suatu permasalahan dalam organisasi tak
pernah mudah. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa seluruh bukti yang
kuat agar keputusan yang diambil tepat. Pendekatan 5W + 1 H bisa
digunakan guna mendapatkan pokok permasalahan sehingga keputusannya
bisa dipertanggung jawabkan.

7) Relationship Management (Manajemen hubungan dengan berbagai pihak)


Kehidupan bisnis di era teknologi komunikasi yang maju dewasa ini
menuntut setiap organisasi untuk berkomunikasi secara aktif dengan
berbagai pihak. Kemudahan akses informasi, memudahkan organisasi untuk
menelusuri pihak-pihak terkait khususnya pihak ketiga (supplier,
subkontraktor, distributor). Organisasi dapat dengan mudah mencari partner
baru, menelusuri kinerjanya via website, bahkan bisa mengunduh katalog
produk tanpa memintanya secara langsung.

2.6 Penerapan Sistem Manajemen Mutu

Penerapan suatu proses dalam suatu organisasi biasanya memiliki beberapa


langkah, untuk kasus penerapan sistem manajemen mutu menurut Gasperz
(2002;10) urutan-urutan yang diberikan hanya merupakan suatu petunjuk, yang
dapat saja dilakukan bersamaan atau dalam susunan yang tidak harus berurut,
tergantung pada kultur dan kematangan organisasi, tetapi semua langkah ini
harus diperhatikan secara serius dan konsisten. Dan langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:

1. Memutuskan untuk mengadopsi suatu standar sistem manajemen mutu yang


akan diterapkan. Standar-standar sistem manajemen mutu itu dipilih
berdasarkan dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Berkaitan dengan hal
ini, sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dapat diplih.
2. Menetapkan suatu komitmen pada tingkat pemimpin senior dari organisasi
(top management commitment). Implementasi dari sistem manajemen mutu
membutuhkan komitmen dari manajemen organisasi dan semua standar sistem
manajemen mutu membuthkan komitmen ini agar dapat didokomentasikan.
Komitmen organsasi terhadap mutu dapat ditunjukkan sejak awal melalui
penandatanganan pernyataan kebijakan mutu organisasi, dan berikutnya
diikuti oleh sikap dan perilaku manajemen yang konsisten dalam menerapkan
prosedur-prosedur kerja.
3. Menetapkan suatu kelompok kerja (working group) atau komite pengarah
(steering committee) yang terdiri dari manajer-manajer senior. Semua manajer
senior harus berpartisipasi aktif dan paham  secara benar tentang persyaratan-
persyaratan standar dari sistem manajemen mutu itu.
4. Menugaskan wakil manajemen (management representative). Organisasi
harus menugaskan wakil manajemen, yang bebas dari tanggung jawab lain,
seerta harus mendefenisikan wewenang dan tanggung jawab untuk menjamin
bahwa persyaratan-persyaratan sistem manajemen mutu itu diterapkan dan
dipelihara.
5. Menetapkan tujuan-tujuan mutu dan implementasi sistem. Tidak ada metode
baku atau tunggal dari implementasi sistem manajemen mutu dalam
organisasi. Bagaimanapun, program implementasi (prosedur- prosedur kerja)
harus merupakan tanggung jawab dari semua anggota organisasi dan
dilakukan secara benar dari awal.
6. Meninjau ulang sistem manejemen mutu yang sekarang. Berkaitan dengan hal
ini perlu dilakukan suatu audit sistem atau penilaian terhadap sistem
manajemen mutu yang ada.
7. Mendefenisikan struktur organisasi dan tanggung jawab. Pengembangan suatu
sistem manajemen mutu menghadirkan suatu kesempatan ideal untuk suautu
organisasi melakukan evaluasi terperinci dan meninjau ulang struktur
manajemen yang ada.
8. Menciptakan keasadaran mutu (quality awareness) pada semua tingkat dalam
organisasi. Kesadaran mutu dapat dibangkitkan melalui serangakaian
pelatihan tentang mutu guna menjawab pertanyaan- pertanyaan: apa itu
mutu?, mengapa perlu memiliki sistem manajemen mutu?, apa itu manual
mutu?, mengapa harus mendokumentasikan  sistem manajemen mutu dalam
prosedur-prosedur sistem dan prosedur- prosedur kerja terperinci?, apa itu
kebijakan mutu organisasi?, mengapa memerlukan kerjasama dalam
implementasi sistem manajemen mutu?, dan lain-lain.
9. Mengembangkan peninjauan ulang dari sistem manajemen mutu dalam
manual (buku panduan) mutu. Hal ini berkaitan dengan peninjauan ulang
secara singkat dari sistem manajemen mutu itu dan apakah kebijakan  dan
dokumen-dokumen yang diperlukan telah lengkap dan tersusun rapi dalam
sistem manajemen.
10. Menyepakati bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur-
prosedur. Berkaitan dengan hal ini perlu mengembangkan suatu diagram alir
dari aktivitas bisnis organisasi dan menentukan hal- hal kritis yang akan
mempengaruhi keberhasilan organisasi.
11. Mendokumentasikan aktivitas terperinci dalam prosedur oprasional  atau
prosedur terperinci. Hal ini berkaitan dengan dokumen-dokumen spesifik
terhadap produk, aktivitas-aktivitas atau proses-proses dan harus ditempatkan
pada lokasi kerja sehingga mudah dibaca oleh karyawan atau pekerja yang
terkait.
12. Memperkenalkan dokumentasi. sekali manual mutu dan prosedur- prosedur
telah disepakati , maka implementasi dari praktek-praktek sistem manajemen
mutu pada tingkat manajemen dapat dilakukan.
13. Menetapkan partisipasi karyawan dan pelatihan dalam sistem. Tahap ini akan
menjadi sangat penting untuk keberhasilan dan efisiensi dari sistem
manajemen mutu.
14. Meninjau ulang dan melakukan audit sistem manajemen mutu. Peninjauan
ulang sistem manajemen mutu diperlukan untuk menjamin kesesuaian
terhadap persyaratan-persyaratan standar dari sistem manajemen mutu itu.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepuasan merupakan satu kata yang cukup representatif ketika kita


berbicara tentang mutu atau kualitas. Mutu adalah barang atau jasa yang
memiliki nilai sangat bagus dan berharga. Secara fisik barang yang bermutu
dicerminkan dengan kata-kata baik, indah, benar, istimewa, dan lain sebagainya.
Dalam sebuah organisasi nonprofit biasanya mutu dapat dilihat dari pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan oleh seseorang atau sebuah organisasi sehingga
pelanggang merasa puas, tanpa adanya keluhan atas pelayanan yang didapat dari
organisasi tersebut.
Setiap orang dapat mengartikan mutu sesuai persepsi masing-masing. Hal
ini dikarenakan mutu belum memiliki arti yang tetap sehingga para pakar masih
mengartikan mutu sesuai persepsi dan bidangnya.
Manajemen mutu sangat di perlukan di dalam Perusahaan, Perusahaan
yang mempunyai pengendalian mutu yang baik dan teratur kemungkinan besar
tidak akan mengalami hambatan-hambatan dalam mengerjakan tugasnya dengan
efektif. Dan begitu pula sebaliknya bila perusahaan tidak mempunyai organisasi
yang baik dan teratur. Sehingga dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang
diberikan oleh pimpinan kepada bawahan akan mengalami hambatan.
DAFTAR PUSTAKA

ISO 9001:2015. Quality Management System

http://nurulistiqamah625.blogspot.co.id/2014/11/manajemen-mutu.html

http://syamsisite.blogspot.co.id/2010/11/sejarah-perkembangan-manajemen-
mutu.html

http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-sistem-manajemen-mutu.html

http://belajarsmm.blogspot.co.id/2016/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

http://erepo.unud.ac.id/9076/3/b8533f38946c1f217761354258b0bc0e.pdf

Anda mungkin juga menyukai