Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ESENSI PEMBERDAYAAN DALAM KEPEMIMPINAN KLINIS


(EMPOWERMENT IN CLINICAL LEADERSHIP)

Disusun untuk memehuni mata ajar Kepemimpinan Dalam Pelayanan Keperawatan


Dosen Pengampu : Dr. Iin Inayah, S.Kp., M.Kep.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1B
Tiarmaida Sitio 215119056
Lala Nurlaela 215120011
Milka Novia Landa 215120014
M. Iqbal Angga Kusuma 215120019
Osep Yasie Almunsiri 215120023

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan Kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul esensi pemberdayaan dalam
kepemimpinan klinis Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Sains Keperawatan
Program Magister Ilmu Keperawatan. Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Dr. Iin
Inayah, S.Kp., M.Kep. yang telah membimbing dan memotivasi kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis juga berterima kasih kepada semua rekan kelompok Program Magister
Keperawatan yang telah bersemangat sehingga tugas ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Besar harapan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mohon saran yang bisa membangun demi perbaikan dalam pembuatan makalah.

Cimahi, 14 Oktober 2020


KELOMPOK 1B
3

DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................... 1
Kata Pengantar..................................................................................................................... 2
Daftar Isi............................................................................................................................... 3
Bab I. Pendahuluan.............................................................................................................. 4
Bab II. Tinjauan Pustaka....................................................................................................7
Bab III. Fenomena Pelayanan Keperawatan................................................................... 24
Bab IV. Pembahasan......................................................................................................... 27
Bab V. Kesimpulan dan Saran.......................................................................................... 30
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 31
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia tidak

dapat hidup sendiri, antara individu satu dengan individu lainnya saling membutuhkan

dan saling berinteraksi. Maka dari itu, manusia disebut dengan makhluk sosial.

Makhluk sosial yang berinteraksi, berkembang mulai dari kelompok kecil hingga

kelompok besar.

Hidup secara berkelompok bukanlah hal yang mudah karena dalam sebuah

kelompok itu anggotanya memiliki karakter masing-masing. Agar pada kelompok

tercipta kondisi yang harmonis, tiap anggotanya harus saling menghargai dan

menghormati.

Tanpa disadari, dalam sebuah kelompok sudah terbentuk sebuah organisasi. Agar

dalam kelompok dapat berjalan dengan baik maka diperlukan untuk menata

kelompoknya. Yang pastinya dibutuhkan adalah seseorang yang berjiwa pemimpin.

Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok &

lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik

& sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan

agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang memiliki jiwa pemimpin yakni ia

ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin, lalu dibekali dengan persiapan, pendidikan

serta didorong oleh kemauan sendiri. Bisa juga karena sejak lahir
5

ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan

pengalaman.

Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting dalam sebuah pelayanan

kesehatan (rumah sakit) sebagai salah satu penetu keberhasilan pencapaian visi, misi

dan tujuan. Maka dari itu tantangan dalam pengembangan strategi pelayanan yang jelas

terutama terletak pada pelayanan disatu sisi dan bergantung pada kepemimpinan.

(porter 1996: dalam sunarsih, 2001). Secara struktural, pimpinan rumah sakit adalah

penentu kebijakan tertinggi dalam operasional suatu rumah sakit. Dalam pelaksanaan

tugasnya tersebut, pimpinan rumah sakit dibantu oleh kepala-kepala bagian dan bidang

yang ada dalam rumah sakit.

Tenaga profesional kesehatan dalam suatu rumah sakit termasuk didalamnya

tenaga keperawatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Pelayanan kesehatan yang berkualitas hanya dapat diwujudkan dengan pemberian

layanan kesehatan yang profesional, demikian juga dengan pemberian asuhan

keperawatan harus dilaksanakan dengan praktik keperawatan yang professional, salah

satu model pelayanan kesehatan yang professional yaitu dengan menerapkan model

asuhan keperawatan profesional.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh siang taringan (2009) menemukan bahwa

kinerja perawat pelaksana di rumahn sakit umumkaban jahe belum mampu

memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada pasien, disebabkan oleh

rendahnya motivasi kerja perawat sebagaipegawai ionstitusi pemerintahan dan

kurangnya perawat terhadap status pekerjaan sebagai fungsi pelayanan kesehatan.


6

Menurut mathias dan jackson (2001), kinerja dari individu tenaga kerja

dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kemampuan tenaga kerja, motivasi kerja,

dukungan yang diterima( kepemimpinan), keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan

dan hubungan mereka dengan organisasi kinerja pada dasarnya adalah apa yang

dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.

B. Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan pemberdayaan dalam kepemimpinan klinis dengan

memahami esensi pemberdayaan dalam kepemimpinan.

C. Manfaat

Mahasiswa dapat menerapkan pemberdayaan dalam kepemimpinan klinis dengan

memahami esensi pemberdayaan dalam kepemimpinan.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Beberapa ahli manajemen mengemukan pengertian manajemen dari sudut pandang yang

berbeda, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan

Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan melalui orang lain. Definisi ini

berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai

tujuan organisasi. Ricky

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai

sasaran (goals) secara efektif dan efesien.

Pemberdayaan (empowerment) “membagi kekuasaan (power sharing) atau

mendelegasikan kekuasaan dan wewenang kepada bawahan di dalam organisasi”

Pemberdayaan “adalah wewenang untuk membuat keputusan dalam kegiatan

operasional individual tanpa harus memperoleh persetujuan dari siapapun”

B. Esensi Kepemimpinan

Esensi kepemimpinan diharapkan dapat menambah wawasan tentang kepemimpinan

yang ideal dan dapat mendorong masyarakat untuk turut dalam upaya menghadirkan

sosok pemimpin yang mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat.

Beberapa esensi kepemimpinan.

1. Pengaruh
8

Esensi pertama dari kepemimpinan adalah pengaruh. Seorang pemimpin

seharusnya dapat membawa pengaruh yang positif bagi mereka yang

dipimpinnya. Sebuah organisasi atau pemerintahan akan dapat berjalan dengan

maksimal dan baik, menuju penggenapan visi, memerlukan pengaruh positif

yang kuat dari seorang pemimpin. Pengaruh positif yang kuat ini akan

menciptakan atmosfir yang kondusif bagi pertumbuhan dan kemajuan.Dalam hal

pemerintahan adalah mustahil mencapai pemerintahan yang bersih dan

berwibawa yang membawa kesejahteraan dalam masyarakat jika tidak ada

pengaruh positif yang kuat dari seorang pemimpin.

Pemimpin membawa pengaruh dalam segala segi kehidupan. Pengaruh

yang pemimpin ibarat air kehidupan bagi mereka yang dipimpinnya. Pengaruh

positif yang kuat ini lahir dari integritas. Pemimpin yang berintegritas akan

sangat kuat “cengkeraman” pengaruhnya bagi organisasi atau pemerintahan yang

dipimpinnya. Integritasnya itu adalah suara kehidupannya yang ia gemakan bagi

mereka yang dipimpinnya. Dari integritas inilah lahir keteladanan dan

wibawa. Seperti yang Sun Tzu nyatakan, “Pemimpin memimpin dengan teladan

bukan dengan kekerasan”. Pemerintahan yang bersih dan berwibawa lahir dari

pemimpin yang berintegritas, memancarkan teldan yang baik sehingga pengaruh

positifnya sangat kuat melingkupi seluruh jajaran pemerintahan yang ia pimpin

dan bahkan sampai kepada hati seluruh lapisan masyarakat di mana ia

memimpin.

2. Pemberdayaan
9

Esensi kedua dari kepemimpinan adalah pemberdayaan. Pemimpin yang

baik adalah pemipin yang akan mampu menggali seluruh potensi yang ada dalam

organisasi atau pemerintahan yang ia pimpin. Pemimpin akan memberdayakan

segala potensi yang ada demi kemajuan dan kesejahteraan bersama. Diperlukan

ketajaman dan kejelian dalam melihat segala potensi yang dimiliki yang ada

dalam wilayah kepemimpinannya. Pemberdayaan inilah yang pada akhirnya

akan mampu menjawab segala kebutuhan mereka yang dipimpinnya.

Kepentingan diri sendiri akan terkubur di sini demi kepentingan yang lebih besar

yaitu kepentingan mereka yang ia pimpin.

Maxwell dengan sangat baik mengungkapkan hal ini, “The best leaders are

humble enough to realize their victories depend upon their people”, (Para

pemimpin yang terbaik cukup rendah hati untuk menyadari bahwa kemenangan-

kemenangan mereka bergantung pada orang-orang yang dipimpinnya). Di sini

terungkap prinsip pemberdayaan. Pemimpin yang baik akan dengan senang hati

mengakui bahwa kemajuan-kemajuan yang diperoleh adalah dari orang-orang

yang ia pimpin. Organisasi atau pemerintahan yang ia pimpin dapat maju

dikarenakan memberdayakan semua sumber-sumber daya yang ada terutama

sumber-sumber daya manusia, bukan justru memanfaatkan mereka yang ia

pimpin demi keuntungan pribadi.

3. Pelayanan/Pengabdian

Esensi ketiga dari kepemimpinan adalah pelayanan. Pemimpin yang baik

adalah mereka yang justru melayani bukan dengan tujuan untuk dilayani, yang

memimpin dari hati seorang “hamba” yang penuh pengabdian bukan dari hati
10

seorang “boss” yang penuh dengan kesewenangan. Pelayanan dan

kepemimpinan sepertinya adalah dua hal yang sangat bertolak belakang.

Bagaimana mungkin melayani tapi juga memimpin. Bukankah pemimpin itu

justru adalah harus dihormati, dilayani, disanjung.Pemimpin yang besar adalah

pemimpin yang memiliki jiwa besar untuk bersedia merendahkan diri melayani

mereka yang ia pimpin dengan penuh pengabdian. Fokusnya hanyalah

bagaimana mensejahterakan, mengantarkan segala kebaikan bagi mereka yang ia

pimpin. Jiwa pelayanan atau pengabdian ini akan mengibarkan seorang

pemimpin menjadi pemimpin yang besar dan bermartabat.

C. Manfaat Penerapan Pemberdayaan

Pemberdayaan memicu dan menciptakan motivasi yang kuat dari bawahan,

karena berhubungan langsung dengan pemenuhan kebutuhan tingkat tinggi dari

bawahan (aktualisasi diri, penghargaan diri, kebutuhan pertumbuhan). Pemberdayaan

secara aktual meningkatkan jumlah total dari kekuasaan yang ada di organisasi,

sehingga organisasi menjadi kuat. Pemimpin dapat memperoleh manfaat dari tambahan

kemampuan partisipasi bawahan yang bisa diperoleh organisasi (seperti: pemimpin

dapat berkonsentrasi pada pencapaian visi organisasi, pemimpin tidak perlu selalu

mengawasi).

D. Prinsip - Prinsip Manajemen Keperawatan

Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan untuk

memberikan perawatan kepada pasien. Swanburg (2000) menyatakan bahwa prinsip-

prinsip manajemen keperaawatan sebagai berikut:


11

1. Manajemen keperawatan adalah perencanaan.

2. Manajemen keperawatan adalahpenggunaan waktu yang efektif.

3. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan.

4. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer

keperawatan.

5. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan social.

6. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian.

7. Manajemen keperawatan adalah suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial, disiplin

dan bidang studi.

8. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga, dan

lembaga dimana organisasi berfungsi.

9. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan.

10. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin.

11. Manajemen keperawatan memotivasi.

12. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif.

13. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.

E. Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan

Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat didalamnya untuk menyikapi

posisi masing-masing sehingga diperlukan funsi-fungsi yang jelas mengenai

manajemen (Suarli dan bahtiar, 2009). fungsi manajemen pertama sekali diidentifikasi

oleh Henri Fayol (1925) yaitu perencanaan, organisasi, perintah, koordinasi, dan

pengendalian. Lurher Gulick (1937) memperluas fungsi manajemen fayol menjadi


12

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), personalia (staffing),

pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan

pembiayaan (budgeting) yang disingkat menjadi POSDCORB. Akhirnya, fungsi

manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses manajemen yang terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian,, ketenagaan, pengarahan, pengawasan(marquis dan

Huston, 2010). fungsi manajemen menurut G.R. Terry adalah planning, organizing,

actuating, dan controling, sedangkan menurut S.P. Siagian fungsi manajemen terdiri

dari planning, organizing, motivating, dan controlling (Suarli dan Bahtiar, 2009).

F. Perncanaan Kegiatan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap

Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah

koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses

manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan

(Huber, 2000).

Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang

diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan

datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,

1992).

Suarli dan Bachtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan suatu keputusan

dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana

yang kan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentuyang dapat ditinjau dari proses,

fungsi dan keputusan. Perencanaan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan

pekerjaan secara akurat dan efektif (Swanburg,2000). perencanaan yang adekuat dan
13

efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus

mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek serta melakukan

perubahan (marquis dan Huston,2010). Suarli dan bahtiar (2009) menyatakan bahwa

perencanaan sangat penting karena mengurangi ketik pastian dimasa yang akan datang,

memusatkan perhatian pada setiap unit yang terlibat, membuat kegiatan yang lebih

ekonomis, memungkinkan dilakukannya pengawasan.

Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala

ruangan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan, perencanaan

membantu unutk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang

mereka inginkan. Perencanaan kegiatan keperawatan diruang rawat inap akan memberi

petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan

pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien.perencanaan diruang rawat inap

melibatkan seluruh personilmulai dari perawat pelaksana, ketua tim dan kepela ruang.

Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen pelayanan kesehatan akan

gagal.(Marquis Dan Huston,2010).

G. Pengorganisasian Keperawatan Di Ruang Rawat Inap

Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian adalah

langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,

menetapkan tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan

kepala staf ndalam rangka mencapai tujuan (muninjaya, 2004).

Huber(2000) menmyatakan bahwa pengorganisasian adalah memobilisasi

sumber daya manusia dan material dari lembaga unutk mencapai tujuan organisasi,
14

dapat juga untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain.

Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis merupakan

wadah kegiatan kelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis

merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sietematis

mencapai tujuan tertentu (Suarli & Bahtiar, 2009). manfaat pengorganisasian untuk

penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang diharuskan dilakukan untuk mencapai

tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan/kelompok, dan

mengatur mekanisme kerja antara masing-masing anggota kelompok untuk hubungan

dan koordinasi (Huber,2000). Marquis Dan Huston(2010) menyatakan bahwa pada

pengorganisasian hubungan ditetapkan, prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan,

dan tugas diberikan. Prinsip-prinsip organisasi saling ketergantukan dan dinamis.

Kepala ruangan dapat menciptakan lingkungan yang merangsang dalam praktik

keperawatan.

Prinsip-prinsip pengorganisasian menurut swanburg(2000) adalah :1 prinsip

rantai komando menyatakan bahwa untuk memuaskan anggota efektif secara ekonomi

dan berhasil dalam mencapai tujuan. Komunikasi cenderung kebawah dan satu arah.

Pada organisasi keperawatan, rantaiu komando ini datar dengan garis menejer dan staf

teknis serta admistrasi yang mendukung peraawat pelaksana. 2 prinsip kesatuan

komando menyatakan bahwa seorang perawat pelaksana mempunyai satu pimpinan

dan satu rencana keperawatan primer dan manajemen kasus mendukung prinsip-prinsip

kesatuan komando ini. 3 prinsip rentang kontrol, prinsip ini menyatakan bahwa setiap

perawat harus dapat mengawasi secara efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi.

Pada prinsip ini, makin kurang pengawasan yang diperlukan untuk perawat. Perawat
15

harus memiliki lebih banyak pengawasan untuk menghindari terjadinya kesalahan.

Kepala ruangan harus lebih banyak megkoordinasikan. 4 prinsip spesialisasi,

menyatakan bahwa setiap orang harus menampilkan satu fungsi kepemimpinan

tunggal, sehingga ada defisi kerja atau pembagian tugas yang membentuk departemen.

H. Ketenagaan Keperawatan Diruang Rawat Inap

Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen

keperawatan. Swarburg(2000). menyatakan bahwa pengaturan staf keperawatan

merupakan proses yang teratur, sitematis, rasional ditetapkan untuk menentukan

jumlah dan jenis personil keperawatan yang dibutuhkan untuk memberi asuhan

keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya. Manajemen bertanggungjawab

dalam mengatur sistem keperawatan secara keseluruhan (Gillies,2000).

Ketenagaan adalah kegiatan manajemen keperawatan untuk merekrut,

memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu unutk

mencapai tujuan organisasi (Marquis Dan Huston,2010). ketenagaan juga memastikan

cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional,

terampil, dan kompeten.kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat

diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan.

Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi

kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk menghindari kekurangan dan

kelebihan personalia saat ada fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur

ketenagaan dan penjadwalan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf.
16

Kebijakan dan penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan

atau kontrak kerja.

Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara berkala untuk

menentukan apakah ,memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus terus

dilakukan agar dapat menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif

(Marquis Dan Huston,2010).

I. Pengarahan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap

Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manager berusaha memotivasi,

membina komunikasi, menangani konflik, kerjasama, dan negosiasi (Marquis Dan

Huston,2010). pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan

menyesauikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai

tujuan (Huber, 2000). pengarahan yang efektif akanmmeningkatkan dukungan perawat

untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan Swarburg(2000).

motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan

dengan komunikasi dengan kepemimpinan (Huber, 2006).

J. Pengendalian Keperawatan Diruang Rawat Inap

Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang

terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan

(Swanburg,2000). pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses,


17

dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Huber,2006) selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang

telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antar standar

dan kinerja (Marquis Dan Huston,2010).

Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya lebih efisien dan staf

dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program (muninjaya,2004). prinsip

pengawasan yang harus diperhatikan manajemen keperawatan dalam menjalankan

fungsi pengendalian (muninjaya,2004) adalah 1 pengawasan yang dilakukan harus

dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur. 2 pengawasan merupakan kegiatan

penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. 3 standar untuk kerja harus

dijalankan kepada semuan staf.


18

K. Pembahasan Jurnal

1. Jurnal Indonesia 1
Judul Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan
Kepuasan Perawat Di Rumah Sakit Swasta Di Demak
Peneliti Maryanto*), Tri Ismu Pujiyanto **), Singgih Setyono***)
Tahun 2013
Latar Belakang Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja perawat merupakan sasaran
penting dalam manajemen sumber daya manusia. Kepuasan kerja
karyawan banyak dipengaruhi sikap pimpinan dalam
kepemimpinannya.
Tujuan Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan gaya
kepemimpinan kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat di Rumah
Sakit Swasta di Demak.
Metode Metode penelitian adalah jenis penelitian ini adalah analitik korelasional
dengan desain cross sectional, teknik sampling yang digunakan pada
penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 43
responden.
Hasil Penelitian Uji statistik yang digunakan adalah chi square dengan taraf signifikan
5%. Hasil penelitian adalah menunjukkan ada hubungan yang signifikan
gaya kepemimpinan kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat
dengan p - value 0,005.
Pembahasan Hasil penelitian) menjelaskan bahwa secara simultan (serempak) gaya
kepemimpinan otokratis, gaya kepemimpinan demokratis dan gaya
kepemimpinan liberal berpengaruh positif terhadap motivasi kerja
karyawan.

2. Jurnal Indonesia 2
Judul Analisis Pengaruh Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Fungsi
Manajerial Kepala Ruang Terhadap Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Swasta Di Semarang
Peneliti Tri Haryanti*Tri Ismu Pujianto** Ni Nyoman Adinatha
Tahun 2013
Latar Belakang Rumah Sakit Swasta di Semarang fungsi manajerial kepala ruang belum
sepenuhnya dilaksanakan, terutama fungsi pengarahan, pengawasan dan
19

pengendalian belum dilakukan dengan baik. Hal yang berkaitan dengan


pelaksanaan pengawasan kepala ruang misalnya pada format
pengawasan melalui supervisi langsung seperti mengobservasi kegiatan
asuhan keperawatan yang dilaksanakan perawat pelaksana, maupun
supervisi tidak langsung dengan pemeriksaan dokumentasi yang ada
terkait dengan aktivitas perawat pelaksana seperti catatan dokumentasi
belum dilaksanakan dengan baik. Dari pengalaman peneliti dilapangan
menemukan belum adanya persamaan persepsi dari perawat disetiap
ruangan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan meskipun
sudah tersedia format asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh rumah
sakit, ditunjukan oleh pendokumentasian asuhan keperawatan yang
tidak diisi atau tidak lengkap.
Tujuan Menganalisis hubungan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi
manajerial kepala ruang dan pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Swasta di Semarang
Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian study cross-sectional. Populasi dalam penelitian
adalah para perawat pelaksana di ruang rawat inap Ruang Anggrek,
Ruang Cempaka, Ruang Dahlia dan Ruang Flamboyan dengan jumlah
responden 57 responden yang dilaksanakan pada bulan Agustus -
Desember 2012. Kriteria Inklusi adalah perawat pelaksana yang
bersedia menjadi responden, pendidikan minimal DIII Keperawatan,
bekerja di RS Swasta di Semarang minimal 2 tahun dan sudah karyawan
tetap, bertugas disalah satu ruang Anggrek, Cempaka, Dahlia dan
Flamboyan. Kriteria Eksklusi adalah perawat yang tugas belajar, yang
menjabat struktural, sedang cuti, dan sedang magang / orientasi. Teknik
sampling dalam penelitian ini adalah Proportionate Stratified Random
Sampling. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan salah satu uji statistic chi-squares yaitu digunakan untuk
mengukur variabel pada tingkat ordinal dan nominal. Pada penelitian ini
persepsi perawat pelaksana tentang fungsi manajerial kepala ruang
menggunakan skala ordinal dan pendokumentasian asuhan keperawatan
dengan skala nominal.
Hasil Penelitian Ada hubungan antara persepsi perawat pelaksana tentang fungsi
manajerial kepala ruang terhadap pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan di ruang rawat inap RS Panti Wilasa Citarum
Semarang (p=0.027).
Pembahasan Bahwa persepsi perawat pelaksana tentang fungsi manajerial kepala
ruang mereka pelaksanaan mempengaruhi pendokumentasian asuhan
20

keperawatan di ruang rawat inap RS Panti Wilasa Citarum Semarang.


Hal ini berkaitan dengan interprestasi mereka tentang apa yang
dirasakan perawat pelaksana terhadap manajerial kepala ruang mereka.
Persepsi dari perawat pelaksana yang berbeda-beda dimana ada nilai
yang baik, tidak baik dan kurang baik saling mendukung karena
penafsiran kesan indera tiap orang berbeda beda.

3. Jurnal Indonesia 3
Judul Pengaruh Kepemimpinan yang Berintegrasi Terhadap Kinerja Perawat
Peneliti Sri Temu
Tahun 2018
Latar Belakang Peranan pemimpin dalam rangka meningkatkan kualitas suatu lembaga
sangat besar pengaruhnya. Wujud kepemilikan integritas diri itu muncul
dalam bentuk kinerja atau hasil kerja baik. Integritas berperan
mengarahkan kompetensi untuk menghasilkan kinerja baik dan
berkualitas.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
kepemimpinan yang berintegritas terhadap kinerja perawat.
Metode Penelitian menggunakan metode Library Research, melalui wawancara
kepada perawat di ruangan rawat inap di RSJD dr Amino
Gondohutomo. Sampel dalam penelitian ini adalah kepala ruang rawat
inap dengan kepemimpinan terintergrasi yang berjumlah I5 kepala
ruang.
Hasil Penelitian Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemimpin di ruang rawat inap
masih kurang konsisten dalam contoh kedisiplinan, kurang memahami
kesulitan stafnya, pemimpin masih banyak berorientasi pada tugas saja,
kurang berkomunikasi yang membangun saat menegur dan membina
staf yang melakukan pelanggaran, cenderung permisif saat staf beberapa
kali melakukan pelanggaran. Kepala ruang rawat inap diharapkan
mampu melakukan supervisi secara berkala untuk meningkatkan kinerja
perawat dalam pelayanan.
Pembahasan Kepala ruang sebagai ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit harus mempunyai kemampuan melakukan
supervisi untuk mengelola asuhan keperawatan sehingga meningkatkan
kinerja perawat dalam pelayanan. Supervisi yang dilakukan kepala
ruang berperan untuk mempertahankan segala kegiatan yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan sesuai standar. Kepemimpinanyang
baik akan menghasilkan pengikut yang cerdas yang akan berdampak
21

bagi kinerja kepemimpinan dan pada akhimnya membawa dampak bagi


peningkatan kinerja organisasi.

4. Jurnal Internasional 1
Judul Linking Nurses' Clinical Leadership to Patient Care Quality: The Role
of Transformational Leadership and Workplace Empowerment
Peneliti Sheila Boamah I
Tahun 2018
Latar Belakang Dalam melakukan upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien
membutuhkan kepemimpinan keperawatan yang kuat, terdapat
penelitian empiris yang telah memeriksa mekanisme dimana
kepemimpinan mempengaruhi hasil keselamatan pasien.
Tujuan Untuk menguji sampel dan mengetahui hubungan antara kepemimpinan
transformasional, pemberdayaan struktural, perawat staf kepemimpinan
klinis dan peningkatan keselamatan pasien.
Metode Survei cross-sectional yang dilakukan dengan sampel yang dipilih
secara acak dari 378 perawat terdaftar yang bekerja di perawatan pasien
langsung di rumah sakit perawatan akut di Ontario, Kanada.
Hasil Penelitian Terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan perawat
dengan peningkatan upaya keselamatan pasien melalui pemberdayaan
struktural dan staf perawat kepemimpinan klinis.
Pembahasan Studi ini menyoroti pentingnya kepemimpinan tran sformasional dalam
menciptakan lingkungan praktik yang memberdayakan yang
menumbuhkan perawatan berkualitas tinggi. Temuan menunjukkan
bahwa pemahaman yang lebih lengkap tentang apa yang mendorong
pasien yang diinginkan.

5. Jurnal Internasional 3
Judul Relationship between leadership styles of nurses managers and nurses
job statisfaction in jimma university specialized hospital
Peneliti Nebiat Negussie and Asresash Demissie
Tahun 2013
Latar belakang Gaya kepemimpinan manajer perawat berperan penting dalam kepuasan
kerja perawat. Namun, ada literatur terbatas di bidang yang terkait
dengan gaya kepemimpinan manajer perawat. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan manajer
22

perawat dan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Khusus


Universitas Jimma
Tujuan Untuk mendeskripsikan persepsi staf perawat terkait dengan gaya
kepemimpinan yang diadopsi oleh manajer perawat mereka, identifikasi
gaya kepemimpinan mana yang memastikan keputusan, literatur
empiris menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan manajer perawat
secara signifikan mempengaruhi kepuasan staf. Namun, beberapa studi
menyelidiki bagaimana staf perawat merasakan gaya kepemimpinan
manajer perawat mereka, dan bagaimana dampaknya terhadap
kepuasan kerja perawat staf kerja pada staf perawat dan jelaskan prilaku
yang harus diubah oleh manajer perawat.
Metode Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Khusus Universitas Jimma dari
bulan Januari sampai Juni 2012 dan menggunakan desain korelasi non
eksperimental. Semua perawat non-supervisor penuh waktu dengan
pengalaman lebih dari satu tahun dalam profesi keperawatan
berpartisipasi dalam penelitian ini. Kuesioner Kepemimpinan
Multifaktor dan Kuesioner Kepuasan Minnesota digunakan untuk
mengumpulkan data. Data dimasukkan dan dianalisis menggunakan
software statistik SPSS versi 16.0. Hasilnya dianalisis melalui statistik
deskriptif diikuti dengan penerapan statistik inferensial pada
variabel. Tingkat signifikansi dipertimbangkan ketika p <0,05
Hasil Penelitian Sebanyak 175 eksemplar kuesioner dikembalikan dari 186 eksemplar
yang dibagikan kepada responden. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perawat lebih menyukai gaya kepemimpinan transformasional
daripada gaya kepemimpinan transaksional dan memiliki tingkat
intrinsik sedang (M = 2.72, SD = 0.71) tetapi tingkat kepuasan kerja
ekstrinsik rendah (M = 1.83, SD = 0.68). Selanjutnya, dari
kepemimpinan transaksional, hanya hadiah kontingen yang ditemukan
signifikan secara statis dan berkorelasi dengan kepuasan kerja
ekstrinsik (B = 0,45, p <0,01) dan intrinsik (B = 0,32, p <0,05)
sedangkan kelima dimensi gaya kepemimpinan transformasional adalah
signifikan secara statistik dan berkorelasi dengan kepuasan kerja
intrinsik dan ekstrinsik
Kesimpulan perawat cenderung lebih puas dengan gaya kepemimpinan
transformasional daripada gaya kepemimpinan transaksional. Oleh
karena itu, manajer perawat sebaiknya menggunakan gaya
kepemimpinan transformasional agar dapat meningkatkan kepuasan
kerja perawat
23

Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang bekerja di Rumah


Sakit Khusus Universitas Jimma selama penelitian dapat membedakan
antara gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan
transaksional. Selanjutnya, staf perawat lebih menyukai gaya
kepemimpinan transformasional daripada gaya kepemimpinan
transaksional. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan di Amerika Serikat oleh Yordania dan yang dilakukan di
China Hospitals. Temuan penting lainnya yang muncul dalam hasil
penelitian ini adalah perawat menganggap Contingent Reward sebagai
ciri khas kepemimpinan transformasional. Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa perawat memandang hadiah kontingen sebagai
fitur gaya kepemimpinan transformasional. Menurut Bass dan Avolio,
penghargaan kontingen melibatkan pemimpin yang memberikan
bawahan apa yang mereka inginkan sebagai imbalan atas dukungan
mereka dan menjelaskan apa yang dapat diterima bawahan jika kinerja
memenuhi standar yang ditentukan. Penelitian Bass yang dilakukan
pada tahun 1985 pada manajer industri menunjukkan bahwa reward
kontingen merupakan salah satu ciri gaya kepemimpinan transaksional
sedangkan perawat menganggapnya sebagai salah satu ciri gaya
kepemimpinan transformasional. Medley dan Larochellemenjelaskan
perbedaan utama antara perawat dan pemimpin industri yang terlibat
dalam imbalan kontingen yang menekankan bahwa dalam keperawatan
tidak biasa bagi seorang individu untuk menerima pengakuan khusus
atau diberi penghargaan nyata atas kinerja yang luar biasa.
24

BAB III

FENOMENA PELAYANAN KEPERAWATAN

Era globalisasi dan era informasi yang akhir ini mulai masuk ke Indonesia telah

membuat tuntutan baru disegala sektor dalam negara kita. Tidak terkecuali dalam sektor

pelayanan kesehatan, era globalisasi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang

harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini. Hal tersebut telah membuat dunia

keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas

pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Namun memang kita tidak bisa

menutup mata akan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh keperawatan di Indonesia,

diantaranya adalah keterbatasan SDM yang menguasai bidang keperawatan dan teknologi

informasi sevara terpadu, masih minim nya infrastruktur untuk menerapkan sistem informasi

di dunia pelayanan, dan masih rendahnya minat para perawat dibidang teknologi informasi

keperawatan.

Pelayanan yang bersifat medis khususnya dipelayanan keperawatan mengalami

perkembangan teknologi informasi yang sangat membantu dalam proses keperawatan

dimulai dari pemasukan data secara digital kedalam komputer yang dapat memudahkan

pengkajian selanjutnya, intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yang sudah ditegakkan

sebelumnya, hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat setelah klien menerima

asuhan keperawatan, dan semua proses tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA, NIC,

dan NOC yang sebelumnya telah dimasukan ke dalam database program aplikasi yang

digunakan. Namun ada hal yang perlu kembali dipahami oleh semua telknologi yang

berkembang pesat ini hanyalah sebuah alat bantu tidak ada gunanya tanpa intelektualitas dari
25

penggunanya dalam hal ini adalah perawat dengan segala pengetahuannya tentang ilmu

keperawatan.

Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan teknologi

komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang

menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio, dan optik) dalam

menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula didefinisikan

sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan

atau computer.

Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan

teknologi informasi dalam meberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan

kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara pesawat dan pasien, atau antara

beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan

aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.

Telenurisng is defines as the practice of nursing over distance using

telecommunications technology 9national council of state boards of nursing).

Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan

pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit

untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai

peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth).


26

Manfaat Telenursing :

Telenursing dapat mempengaruhi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS,

peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas merata.

Beberapa Keuntungan Telenursing :

1. Efektif dan edisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan kurang dapat mengurangi

kunjungan kepelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, RS dan

nursing home).

2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkuan pelayanan

keperawatan tanpa batas geografis.

3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS.

4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya dan

meningkatkan pemanfaatan teknologi.

5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning)

dan perkembangabn riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing

dapat pula digunakan dalam pembelajaran dikampus, video conference, pembelajaran

online dan multimedia distance learning. Keterampilan klinik keperawatan dapat

dipelajari dan dipraktekan melalui model simulasi lewat secara interaktif.


27

BAB IV

PEMBAHASAN

Tuntutan masyarakat terhadap kwalitas keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena

yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan perlu mendapat

prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau mengembangkan

ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat dan menjadi tenaga perawat

yang profesional. Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling

berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh

karena itu, inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktik keperawatan, ilmu keperawatan

dan kehidupan keprifesionalitas merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam

proses profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap suatu

yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk

mengembangkan dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan.

Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan

keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahan dalam aspek

keperawatan yaitu penataan pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan

keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk

perkembangan keparwatan. Pelayanan keperawatan kesehatan pada rumah sakit merupakan

suatu pelayanan yang sangat penting dan berorientasi pada tujuan yang berfokus pada

penerapan asuhan keperawatan yang berkualitas, sehingga dapat memberikan suatu

pelayanan yang berkualitas kepada pasien yang menggunakan jasa. Kemampuan

memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesaca profesional sesuai standar keperawatan


28

sangat tergantung pada bagaimana kinerja perawat rumah sakit dalam menerapkan standar

asuhan keperawatan di rumah sakit.

Fungsi tenaga perawat

Tenaga keperawatan diharapkan mampu melaksanakan fungsi pada pasien yang dirawat

sebagai berikut:

a. Menentukan kebutuhan kesehatan pasien dan mendorong pasien untuk berperan serta

di dalam memenuhi kebutuhan kesehatan nya.

b. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan perorangan, kesehatan

lingkungan, kesehatan mental, gizi, kesehatan ibu dan anak, pencegahan penyakit dan

kecelakaan.

c. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang meliputi perawatan darurat.

d. Melakukan rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi dan

menerima rujukan dari organisasi kesehatan lainnya.

e. Melakukan pencatatan pelaporan asuhan keperawatan.

Tugas perawat sebagai penjabaran dari fungsi maka tugas tenaga keperawatan adalah:

a. Memelihara kebersihandan kerapihan di dalam ruangan

b. Menerima pasien baru

c. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawtan

d. Mempersiapkan pasien keluar

e. Membimbing dan mengawasi pekarya kesehatan dan pekarya rumah tangga

f. Mengatur tugas jaga

g. Mengelola peralatan medik dan keperawatan, bahan habis pakai dan obat

h. Mengelola admnistrasi
29

Indikator yang dijadikan alat ukur yaitu memiliki motivasi, memiliki minat untuk

melanjutkan pendidikan formal minimal D3 Keperawatan. Aktif dalam kegiatan-kegiatan

ilmiah, wajah cerah, senyum dan bersahabat, berjalan tegak, cepat dan pandangan kedepan

dan dapat memanfaatkan teknologi.

Kualitas atau mutu pelayanan kperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan,

kemudahan dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga

pelayanan keperawatan bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam

keseluruhan sistem suatu rumah sakit. Pelayanan rumah sakit setidaknya terbagi menjadi dua

bagian besar yaitu pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non medis.

Beberapa hal yang terkait dengan isu dalam penerapan teknologi dalam bidang

kesehatan dalam merawat pasien adalah:

1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan

tetap terjaga.

2. Pasien yang mendapatakan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan

potensial risiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet

atau telepon) dan keuntungannya.

3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol

dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) melalui email

4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan peraturan dan

penyalahgunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.


30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan adanya perkembangan informasi seperti sekarang ini, pelayanan yang

bersifat non-medis sekalipun semakin terbantu dalam menyediakan sebuah bentuk

pelayanan keperawatan yang semakin efisien dan efektif.

Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya

penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam

bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan

pasien, atau antara perawat dan perawat. Sehingga memudahkan dalam berkoordinasi

dengan tim keperawatan dalam menjalankan asuhan keperawatan ataupun

berkonsultasi dengan tenaga medis lain.

B. Saran

Kemajuan teknologi dapat digunakan sebagai bahan untuk memajukan

pelayanan keperawatan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan. Diharapkan seluruh perawat dapat meingkatkan kemampuannya dibidang

teknologi pelayanan keperawatan yang sesuai dengan tren dan issue terkini di

lapangan.
31

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, 2000, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Jakarta, Universitas Indonesia.

Birch, P. 2001. Kepemimpinan, Dasar-Dasar dan Pengembangannya, Erlangga, Jakarta.

Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004


tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Gillies, D. A. (2000). Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan dan Sistem. Edisi


Kedua. Philadelphia: W. B. Saunders.

Huber, D. (2000). Leadership and Nursing Care Management. Second Edition.


Philadelphia: W. B. Saunders Company.

Kelly & Heidental. (2004). Essential of Nursing Leadership and Management. New York:
Thomson Delmar Learning.

Maramis, W. (2006). Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga


University Press.

Marquis, B. L. & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan:


Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat, Jakarta: EGC.

Maryanto, Tri Ismu Pujianto, Singgih Setyono. “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala
Ruang dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Swasta di Demak”. Jurnal
Manajemen Keperawatan. Volume 1, No.2, November 2013; 146-153.

Mathis L. Robert dan Jackson H. Jhon. 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Buku Kedua.

Muninjaya A. A. G. (2004). Manajemen Kesehatan. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Nurachmad E., 2001. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Jakarta:


http://www.pdpersi.co.id
32

Suarli & Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan, Dengan Pendekatan Praktis. Jakarta:
Erlangga.

Sunarsih. “Kepemimpinan Transformasional Dalam Era Perubahan Organisasi”. Jurnal


Managemen dan Bisnis. Volume 5, No.2, Desember 2001: 106-116.

Suyanto. (2009). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit.


Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Swanburg, R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk


Perawat Klinis. Jakarta: EGC.

Tri Haryanti, Tri Ismu Pujianto, Ini Nyoman Adinatha. “Analisis Pengaruh Persepsi
Perawat Pelaksana Tentang Fungsi Manajerial Kepala Ruangan Terhadap
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Swasta
di Semarang. Jurnal Managemen Keperawatan. 2013.

Anda mungkin juga menyukai