DI SUSUN OLEH :
Kelompok IV
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Rumah sakit merupakan satu lembaga penyedia layanan kesehatan.
Sebagai penyedia layanan kesehatan rumah sakit menyediakan perawatan
secara menyeluruh untuk dapat memenuhi kebutuhan pengobatan serta
berfokus pada tujuan yang yang secara luas terdiri dari manajemen kesehatan
masyarakat, koordinasi perawatan dapat meningkatkan keterlibatan pasien,
serta melakukan implementasi perawatan berbasis bukti . (Guy David, 2018).
Sesuai dengan undang-undang menyebutkan bahwa setiap rumah sakit harus
memiliki suatu organisasi yang efektif, efisen dan akuntabel dan setiap rumah
sakit juga harus menyelenggarakan tata kelola rumah sakit dan tata kelola
klinis yang baik (Republik Indonesia, 2009).
Salah satu capaian dari keberhasilan penyelenggaraan pelayanan di
rumah Sakit adalah meningkatkan jasa kesehatan, kualitas pelayanan, dan
kepuasan pasien. Dan salah satu prinsip etik yang dapat meningkatkan
kepuasan pasien adalah akuntabilitas. Dalam keperawatan sendiri
akuntabilitas merupakan standar yang pasti terhadap tindakan seorang
profesional yang bisa dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali . Sehingga dengan menerapkan prinsip akuntabilitas dapat segala
aktivitas ataupun layanan dapat dipertanggung jawabkan. (Ardiansyah, 2022).
Sehingga dengan adanya akuntabilitas dapat mencapai keberhasilan dari
program manajemen rumah sakit.
Dalam tatanan rumah sakit, perawat juga memilik tanggung jawab
terhadap tugas, dimana perawat harus memlihara mutu pelayanan serta
kejujuran professional setiap menerapkan pengetahuan dan ketrampilan.
Selain itu perawat juga bertanggung jawab untuk tidak menggunakan setiap
ilmu dan pengetahuan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusian (Komite Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Prof. H.B Sa'Anin ,
2020). Maka dengan tanggung jawab yang dimiliki dapat memberikan mutu
pelayanan lebih meningkat.
Tanggung jawab merupakan hal penting yang mendasari kepuasan dari
masyarakat. Salah satu prinsip utama untuk mewujudkan organisasi yang baik
adalah akuntabilitas. Dalam hal ini akuntabilitas adalah salah satu sistem yang
sudah ada sejak zaman Mesopotamia yang dimana saat itu dikenal dengan
adanya hukum dimana seorang pimpinan wajib mempertanggungjawabkan
segala tindakannya kepada pihak yang memberi wewenang (Rakhmat, 2018).
Akuntabilitas juga disebut sebagai tanggung jawab yang bersifat objektif dan
subjektif, dimana responsibilitas objektif berasal dari adanya pengendalian
dari luar yang mendorong untuk bekerja sampai dengan tujuan bisa tercapai
secara efisien dan efektif dan selanjutnya responsibilitas subjektif yang
berasal dari sifat subjektif individu (Sri Ayu Andayani, 2020).
Dalam profesi keperawatan Perawat harus memiliki tanggung jawab
terhadap setiap tindakan yang dilakukan. Dalam keperawatan akuntabilitas
merupakan bagian penting sebagai suatu standar yang pasti bahwa tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali (Samosir, 2020). Di salah satu rumah sakit yang ada di Jambi yang
jadi pusat analisis dari kelompok sampai saat ini telah menerapkan prinsip
akuntabilitas sebagai tata kelola perusahaan. Dengan adanya akuntabilitas
dalam pengelolaan rumah sakit dapat meningkatkan tanggung jawab dan
dapat meningkatkan kualitas dari tata kelola rumah sakit.
Sehingga, berdasarkan uraian diatas, maka kelompok tertarik untuk
mengangkat topik yang berjudul Penerapan Accountability ditatanan rumah
sakit dari aspek manajemen dan praktik klinik/ institusi pendidikan.
1.2. Tujuan
1.
1.1.
1.
1.1.
1.2.1. Tujuan Umum
Untujk Menganalisis penerapan Accountability ditatanan rumah
sakit dari aspek manajemen dan praktik klinik/ institusi pendidikan.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa penatalaksanaan penerapan Accountability
ditatanan rumah sakit dari aspek manajemen dan praktik klinik/
institusi pendidikan.
b. Menganalisa pengaruh penerapan Accountability ditatanan
rumah sakit dari aspek manajemen dan praktik klinik/ institusi
pendidikan.
c. Menganalisa manfaat penerapan Accountability ditatanan rumah
sakit dari aspek manajemen dan praktik klinik/ institusi
pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Definisi Akuntabilitas
BAB III
HASIL ANALISIS PENERAPAN ACCOUNTABILITY DITATANAN RS
DARI ASPEK MANAJEMEN DAN
PRAKTIK KLINIK
3.1. Analisa Data
RSX Jambi telah mengadopsi dan secara konsisten melaksanakan prinsip-
prinsip tata kelola perusahaan yang diterapkan secara universal, yaitu
transparansi, akuntabilitas, Responsibiliti, keadilan dan Indenpendensi.
Penerapan prinsip-prinsip ini terus ditingkatkan untuk membangun kesadaran
yang lebih baik di antara manajemen dan staf kami tentang pentingnya
implementasi prinsip-prinsip tersebut dalam meningkatkan kualitas tata kelola
perusahaan dan dalam mengawal keberlanjutan bisnis kami.
Gambaran Umum RS X di Jambi yaitu satu dari sekian Layanan Kesehatan
milik XHG, dinaungi oleh PT X Tbk. dan tercatat kedalam Rumah Sakit Kelas
B. dengan Nomor Surat Keputusan Direksi PT XIH TBK Nomor 002/DIR-
XIH/HC/X/2021 tentang Kode Etik Perseroan. RS X ini berlokasi di Jl.
Soekarno Hatta Paal Merah Jambi Selatan-Kota Jambi. Dalam perkembangan
selanjutnya, ekspektasi pemenuhan kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan di
kota jambi semakin meningkat. Oleh karena itu, pihak corporate PT. X Tbk
menyambut hal tersebut dengan rencana peningkatan dan perluasan Rumah sakit
dengan penambahan poli rawata jalan dan penabahan ruang rawat inap.
Jumlah : 320
a. Transparansi
Penerapan prinsip transparansi di dalam Perseroan merupakan
bagian dari komitmen kami untuk memastikan bahwa para pemangku
kepentingan memiliki akses yang memadai terhadap informasi tentang
kegiatan dan laporan Perseroan. Tersedia dalam Bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia serta dalam bentuk cetak dan elektronik, kami telah
menunjuk Sekretaris Perusahaan untuk bertanggung jawab atas
pengungkapan informasi Perseroan yang tepat waktu dan akurat.
Salah satu upaya RSX di jambi dalam menerapkan prinsip-prinsip
good corporate governance, terutama dalam hal transparansi yakni dengan
mengadakan RAP (Rencana Anggaran Perusahaan) dan LPJ (Laporan Pert
anggung Jawaban) untuk merancang program dan evaluasi kinerja tahunan
RS X membuat rencana anggaran perusahaan setiap tahunnya, jadi dalam
satu tahun RSX mengetahui perencanaannya, pengeluarannya, anggaran k
euangannya. Sedangkan LPJ nya laporan pertanggung jawaban, dalam sat
u tahun itu apa yang perusahaan kerjakan dari rencana kerja perusahaan sa
tu tahun itu. Dengan demikian dapat dilihat yang sudah terealisasi dan bel
um terealisasi. diketahui bahwa upaya penerapan prinsipprinsip transparan
si dilakukan melalui RAP (Rencana Anggaran Perusahaan) dan LPJ (Lapo
ran Pertanggung Jawaban) dimana pada rapat-rapat tersebut dirancang pro
gram dan evaluasi kinerja tahunan RSX. Selain itu, bentuk transparansi ya
ng lain berupa penyediaan laporan keuangan. Hal ini diperlukan karena la
poran keuangan merupakan salah satu sarana yang dipergunakan rumah sa
kit untuk menjaga terlaksananya transparansi. Transparansi keuangannya
sudah transparan, kalau laporan keuangannya sudah sesuai dengan standa
r akuntansi keuangan (SAK). Publikasi, hanya untuk jajarana manajemen
dan dilaporkan ke Head Office. Laporan keuangan menjadi alat bantu untu
k mengungkapkan transaksi perusahaan beserta kinerjanya kepada stakeho
lders. Untuk itu, laporan keuangan yang disusun harus sesuai denagan stan
dar akuntansi keuangan (SAK). dan pengendali Corporate Governance: tr
ansparansi untuk laporan keuangannya telah muncul tiap tahun. Laporan k
euangan perusahaan dilaporkan ke publik oleh Corporate di Head Office
menggunakan sistem HOPE.
Selain dari tranparansi RAP dan LPJ, RSX juga sangat transparans
i terkait pengadaan alat, penataan data, kualitas layanan dokter dan karyaw
an, dan juga pengalokasian dana. Berdasarkan data diatas, bahwa setiap h
ari selasa diadakan rapat manajemen yang membahas mengenai masalah i
ntern maupun ekstern rumah sakit. Dan setiap rapat memiliki MOM atau n
otelen yang akan mencatat jalannya rapat hingga hasil dari rapat tersebut.
Catatan notulen tersebut akan didokumentasikan sebagai acuan rumah saki
t kedepannya.
b. Akuntabilitas
Kami memastikan pelaksanaan prinsip akuntabilitas melalui 3
tingkatan tata kelola, yaitu melalui penyelenggaraan rapat rutin, Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dilakukan setiap tahun, serta
review dan evaluasi yang dilakukan setiap triwulan. Pada rapat rutin
tersebut, Direksi menyampaikan laporan keuangan dan operasional,
anggaran operasional sebelum memasuki tahun buku mendatang dan
penilaian kinerja, kepada Dewan Komisaris. Kemudian pada RUPS,
Direksi akan melaporkan kepada pemegang saham tentang pencapaian
keuangan dan operasional pada tahun buku. Meskipun demikian, setiap
kuartal, kami melakukan tinjauan dan evaluasi terhadap efektivitas sistem
dan hasil kinerja.
Dari segi akuntabilitas, penerapan good corporate governance, dap
at dilihat pada struktur organisasi RSX. Manajemen RSX telah memiliki b
agian-bagian dari struktur organisasi yang jelas serta pembagian tugas dan
fungsi yang memudahkan kegiatan operasional rumah sakit dalam pelayan
an kesehatan. Dari setiap pelayanan medis di RSX jambi , dilayani oleh st
af/tenaga ahli sesuai di bidangnya masing-masing. Berdasarkan pengamat
an RSX jambi menempatkan karyawannya sesuai pada bidangnya masin
g-masing, sehingga sesuai job description masing-masing karyawan. Maka,
dengan kesesuaian fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban rumah s
akit akan mengakibatkan pengelolaan rumah sakit terlaksana secara efisie
n
Hospital information system (HIS) atau lebih dikenal dengan
sistem informasi rumah sakit (SIRS), merupakan salah satu contoh
aplikasi ti yang dapat diterapkan pada sektor kesehatan. Sirs berfungsi
sebagai penghubung (integrator) antar unit-unit layanan rumah sakit
(misal : pendaftaran, data medis pasien, data obat) pada satu atau beberapa
rumah sakit. Bertujuan untuk lebih meningkatkan kualitas layanan
kesehatan, yang dilihat dari segi kecepatan, efektifitas dan efisiensi. Direk
si membangun manajemen sistem informasi rumah sakit (SIRS) yang efek
tif dengan mengikut sertakan karyawan dalam pelatihan-pelatihan. Berdas
arkan pengamatan. Diketahui bahwa tugas pelayanan ataupun manajemen
rumah sakit harus ditangani oleh tenaga profesional. Untuk itu diperlukan
adanya pelatihan pegawai sesuai dengan kebutuhan. Setiap penyelenggara
an sistem baru di rsx direktur mendorong bagian sumberdaya untuk meng
dakan jadwal peratihan secara bertahap sehingga seluruh karyawan terpap
ar dan dilakukan pencatatan absensi peserta yang sudah mengikuti pelatiha
n dan disertai dengan rolepay.
c. Responsibilitas
Adapun komitmen regulasi kami dan penerapan sistem manajemen
risiko, RSX Jambi secara konsisten mematuhi semua prosedur dan
peraturan, baik klinis maupun non klinis yang diperlukan untuk
memberikan layanan kesehatan yang berkualitas. Kepatuhan terhadap
peraturan tersebut juga ditinjau dan ditingkatkan untuk memenuhi
komitmen keberlanjutan bisnis kami.
RSX Jambi memiliki sistem informasi rumah sakit (SIRS).
Hospital Information System (HIS) atau lebih dikenal dengan Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS), merupakan salah satu contoh aplikasi TI
yang dapat diterapkan pada sektor kesehatan. SIRS berfungsi sebagai
penghubung (integrator) antar unit-unit layanan rumah sakit (misal :
pendaftaran, data medis pasien, data obat) pada satu atau beberapa rumah
sakit. Bertujuan untuk lebih meningkatkan kualitas layanan kesehatan,
yang dilihat dari segi kecepatan, efektifitas dan efisiensi.
d. Keadilan
Memberikan hak yang sama dan adil kepada pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya dan melindungi mereka sesuai dengan
hukum dan peraturan yang berlaku dalam koridor prinsip keadilan. Dan
untuk karyawan reward yang diberikan pada adalah dengan kinerja yang
baik berdasarkan penilaian Perfoman Apresial setiap enam bulan yaitu
pada peningkatan premi/insentifnya dan Reward terhadap staf yang
berprestasi berdasarkan penilaian oleh Human capital. Tetapi pada
karyawan dengan kinerja yang kurang baik berdasarkan hasil performan
apresial, tidak mengalami penigkatan premi/ insentifnya dan juga
dilakukan peringatan langsung. Selain itu keadilan yang diterapkan RSX
Jambi. keadilan yang diterapkan RSX jambi. Pada kebutuhan pasien,
seperti kemampuan pasien yang tidak mampu dalam membayar tarif
pengobatan. dan sistem pembayaran cicilan dengan surat perjanjian
piutang. Dan meyediakan pemotongan harga bagi pasien yang tidak
mampu. dan Selain itu RS X jambi juga menyiapkan Link Feadback
(SOFAS) yang dikirimkan ke no WA pasien secara otomatis untuk
menyampaikan keluhan atau feedback selama proses pengobatan, Disetiap
area pelayanan tersedia no WA dan Barcode jika ada keluhan pasien yang
ingin segera disampaikan. Berdasarkan data yang ditarik dari SOFAS
93% pasien-pasien langsung mengisi link feedback yang dikirim melalui
WA yang telah dilayani oleh RSX jambi sebagian besar merasakan
kenyamanan pelayanan dari sataf RSX jambi . Biaya/tarif pengobatanpun
masih standar, maksudnya bila dibandingkan dengan rumah sakit lainnya
biayanya tidak berbeda jauh. Penerapan SAYA SIAP #Dengan Hati oleh
RSX Jambi yaitu, dimana setiap karyawan membudayakan Sigap,
Informatif, Apresiasi dan Peduli selain itu RSX jambi juga menerapkan
5S yaitu : Budaya Kerja 5S : Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke pentin
g bagi kenyamanan pasien.
e. Independensi
Prinsip independensi sangat penting dalam memastikan bahwa
semua anggota manajemen puncak dan eksekutif tidak memiliki konflik
kepentingan dan membawa objektivitas pada proses pengambilan
keputusan. Sebagai bagian dari komitmen independensi, kami telah
menunjuk Komisaris Independen untuk duduk di dewan manajemen dan
Pihak Independen di Komite Audit. Independency yaitu Perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tid
ak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Ruma
h Sakit sejauh ini mengelola perusahaan secara profesional, bila terjadi ko
nflik dalam perusahaan maka seluruh pihak ikut mencari solusinya dan hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi para petinggi untuk membuat suatu k
eputusan. Rumah Sakit tidak menyertakan keterlibatan keluarga dari pemil
ik perusahaan untuk membuat suatu keputusan.. Kemudian konflik interna
l yang terjadi dalam perusahaan tidak menjadi halangan dalam membuat s
uatu keputusan. Independency adalah suatu keadaan dimana perusahaan di
kelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau te
kanan dari pihak manapun yang tidak sesuai hukum yang berlaku dan prin
sip-prinsip korporasi yang sehat (Nur'ainy, et al., 2013).
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pembahasan
Rumah sakit X Jambi sebagai suatu organisasi yang memberikan layanan
kesehatan memiliki kewajiban atas segala keputusan dan kebijakan yang di
ambilnya. Keputusan dan kebijakan ini harus dapat di pertangggung jawabkan
sehingga dalam pelayanan organisasi dapat di jalankan dengan efektif, hal ini
sesuai dengan teori mengenai akuntabilitas yang merupakan suatu keadaan atau
kondisi yang dapat dipertanggung jawabkan (Purba dan Amrul, 2018).
Akuntability harus di terapkan dalam menjalankan suatu organisasi. Dalam
prinsipnya akuntabilitas berorientasi pada hasil, dimana membutuhkan adanya
laporan, dan konsekuensi untuk memperbaiki kinerja. Akuntabilitas sendiri yaitu
kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga
pengelolaan rumah sakit terlaksana secara efektif. Setiap bagian telah
melaksanakan tugasnya dengan baik karena koordinasi yang baik pula, serta
peranan seorang pemimpin yang besar, yakni direktur. Dalam memutuskan
sebuah kebijakan di RS X Jambi, setiap kepala bagian akan diajak berdiskusi
untuk mendengarkan saran dan pendapatnya masing-masing. Dengan kejelasan
fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban rumah sakit akan mengakibatkan
pengelolaan rumah sakit terlaksana secara efisien (Kinerja et al., 2020).
Good Corporate Governanance telah diterapkan di RS X Jambi sejak tahun 2
021. Menurut jurnal penelitian tahun 2020, konsep good corporate governance
baru populer di Asia dan berkembang sejak tahun 1990-an. Tata kelola yang baik
(Good Governance) bagi rumah sakit merupakan langkah awal yang dapat
dilakukan untuk dapat mengikuti aturan yang berubah dan akan selalu berubah.
Tata kelola yang baik dapat membuat seluruh stakeholder rumah sakit merasakan
keadilan (fairness), transparansi (transparency), kemandirian (independency),
akuntabilitas (accountability) dan pertanggungjawaban (responsibility). Hasil
penelitian pada jurnal penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip good
governance berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Dengan penerapan
Good Governance berupa accountability public yang menyediakan informasi
yang dapat dipercaya akan mampu meningkatkan pencapaian visi misi yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam organisasi. Keakuntabilitasan Rumah Sakit dapat
dilihat pada struktur organisasi RS X Jambi, dimana di RS ini telah memiliki
bagian-bagian dari struktur organisasi yang jelas serta pembagian tugas dan
fungsi yang memudahkan kegiatan operasional rumah sakit dalam pelayanan
kesehatan (Kinerja et al., 2020). Dengan demikian prinsip Good Governance yang
dianut pada RS X Jambi telah sesuai dan terbukti pada jurnal penelitian ini.
Penerapan good corporate governance sangat diperlukan dalam perusahaan.
Implementasi good coorporate governance dapat berjalan dengan baik apabila
didukung oleh para pelaku organisasi yang memiliki komitmen dan integritas
untuk mewujudkannya. Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Zaeni dan
Sawarjuwono, akuntabilitas juga mengharuskan adanya pengawasan yang efektif
dengan dibentuknya internal audit dan komite audit serta adanya pengawasan
yang berasal dari luar melalui audit eksternal (Mochammd Zaeni, 2019), hal
inipun dilakukan pada RS X Jambi. Dengan adanya pengawasan ini, keselamatan
pasien dapat terwujud, yang merupakan salah satu akuntabilitas RS. Hal ini
diperkuat dalam jurnal penelitian yang menyatakan tujuan keselamatan pasien di
rumah sakit diantaranya terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
dan meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
(Siagian, 2020).
Akuntabity di RS X Jambi, terlihat juga dengan sudah di terapkannya sistem
informasi rumah sakit, dimana setiap layanan dapat terintegrasi dan layanan pun
lebih transparan dan bisa di pertanggangung jawabkan untuk kelengkapan dan
keakuratan data. Akuntability di RS.X tergambar juga dari adanya kebijakan,
program, alur, SPO yang sudah tetapkan sehingga setiap pelayanan yang
diberikan kepada pasien dan keluarga selalu berdasarkan aturan – aturan yang
telah di terapkan. Dalam penelitian tahun 2022 oleh Wiraya dan Haryati, Standar
Operasional Prosedur (SOP) merupakan pedoman atau acuan untuk melaksanakan
tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja rumah sakit yang
berdasarkan indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata
kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP untuk menciptakan komitmen mengenai
satuan unit kerja rumah sakit untuk mewujudkan good governance. SOP
digunakan untuk mengukur kinerja organisasi yang berkaitan dengan ketepatan
program dan waktu. Selain itu SOP digunakan untuk menilai kinerja organisasi
salah satunya akuntabilitas kinerja rumah sakit di Indonesia. Penerapan SOP
dalam setiap tindakan perawat merupakan salah satu upaya untuk menjaga
keselamatan pasien, meningkatkan pelayanan dan menghindari tuntutan
malpraktik. Karena itu seharusnya setiap satuan unit kerja pelayanan publik
rumah sakit memiliki SOP sebagai acuan dalam bertindak. Melalui penerapan
SOP ini akuntabilitas kinerja rumah sakit dapat dievaluasi dan terukur (Mastia
Wiraya, 2022).
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. (2021). PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP PERAWAT DALAM
PEMENUHAN KEWAJIBAN BERDASARKAN KODE ETIK KEPERAWATAN. Jurnal de
FactoVolume 8 No. 1, 1-16.
Guy David, P. A.-M. (2018). The economics of patient-centered care. Journal of Health
Economics, 50-77.
Heru. (2012). Penerapan Balanced Scorecard sebgaai tolak ukur pengukuran kinerja pada
badan usaha membentuk rumah sakit (Studi Kasus pada RSD Mardi Waluyo). Sekola
Tinggi Ilmu Ekomoni Kusuma Negara.
International Council of Nurses. (2021). The ICN Code of Ethics for Nurses. Geneva
Switzerland.
Jørghild Karlotte Jensen, R. S. (2019). Hospital nurses' professional accountability while using
the National Early Warning Score: A qualitative study with a hermeneutic design.
Journal Of Clinical Nursing, 4389-4399.
Komite Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Prof. H.B Sa'Anin . (2020). Buku Standar Kode Etik
Keperawatan. Padang.
Sri Ayu Andayani, B. S. (2020). Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum
Daerah Salewangang Di Kabupaten Maros. Kajian Ilmiah Mahasiswa Adminstrasi
Publik, 1-13.
Wahyuni, S. (2021). Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan. Cirebon: CV. Rumah Pustaka.
Zolkefli, Y. (2021). Greater accountability in nursing handover . Belitung Nursing Journal, 1-2.