DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
1. FEBI FADHILAH CAHYANI
2. ANISA RAHMADINI
3. RINDI APRILIA
4. I GUSTI PUTU YUDI PRADANA
5. TRICIA KIKI ANGGRAINI
6. RANJANI OKTARIA
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat hidayah dan
karunia-Nya, sehingga penyusunan kasus yang berjudul “Laporan Manajemen
Keperawatan” dapat kami selesaikan. Penyelesaian laporan kasus ini juga
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak.
Semoga Allah berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan dan semoga laporan ini dapat dijadikan pedoman untuk pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan masukan serta saran-saran
yang membangun guna perbaikan selanjutnya, semoga allah swt senantiasa
melindungi kita semua. Aamiin .
Penyusun,
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................. 65
B. Saran ....................................................................................................... 65
C. Kesan ...................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan perorangan secara paripurna (komprehensif) yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Menurut World Health
Organization (WHO) rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu
organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan yang
paripurna (komprehensif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan
pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (WHO,
2020). Rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan yang paripurna
(komprehensif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat
pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (WHO, 2020).
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dengan tujuan untuk memelihara kesehatan masyarakat seoptimal
mungkin. Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan
senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun
keluarganya, Kemenkes, RI (2020). Agar tujuan tersebut tercapai maka
diperlukan cara pengelolaan pelayanan keperawatan yang mengikuti prinsif-
prinsif manajemen.
Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai visi
dan misi rumah sakit tidak terlepas dari proses manajemen. Manajemen
merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan organisasi. Dalam organisasi keperawatan, pelaksanaan
manajemen dikenal sebagai manajemen keperawatan (Ritonga, 2019).
1
Perkembangan praktik keperawatan ditentukan oleh teknik manajemen
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat harus mempunyai
pengetahuan, teori yang mantap yang mendasari keterampilan manajerial.
Terkait dengan pentingnya pemberian asuhan keperawatan yang profesional
dengan pendekatan manajerial yang mantap, perawat harus menunjukan
pengetahuan, kemampuan, keterampilan yang berkembang terus menerus.
Manajemen keperawatan adalah suatu pelayanan profesional, dimana tim
keperawatan dikelola dengan pendekatan fungsi-fungsi manajemen, dimulai
dari planning, organizing, actualing, controlling, sehingga dapat dihasilakn
asuhan keperawatan yang berdaya guna dan berhasil guna. Perawat
profesional dituntut harus mampu mengelola asuhan keperawatan secara
mandiri sehingga kemampuan, pengetahuan, dan teknik manajemen
pelayanan harus dikuasai terlebih dahulu, sebelum terjun kelapangan dalam
rangka praktik keperawatan profesional (Nursalam, 2015).
Manajemen keperawatan memilki beberapa fungsi dalam penerapannya.
Diantaranya adalah fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerak (actuating), pengendalian (controlling), dan penilaian
(evaluating) (Bakri, 2017).
Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efekti, aman bagi pasien
dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperaatan serta
aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen
yang baik (Arwani, 2016).
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral pelayanan keperawatan,
asuhan keperawatan yang bermutu hanya dapat dicapai dengan pengelolaan
asuhan keperawatan yang profesional. Model pemberian asuhan keperawatan
merupakan salah satu pendekatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan
profesional yang menjamin terwujudnya kesinambungan dalam pembrian
asuhan keperawatan dan akuntabilitas (Nursalam, 2015).
2
Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit
diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk
pasien dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar
individu. Ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional yaitu memiliki
otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountability),
menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik
profesi, dan mempunyai aspek legal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Memahami Dan Mampu Menerapkan Konsep Teori Dalam
Aplikasi Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan Dalam Pelaksanaan
Manajemen Asuhan Keperawatan Dan Manajemen Pelayanan
Keperawatan di Ruang Rawat Inap Syaraf dan Jantung RSUD Dr. A.
DADI TJOKRODIPO .
2. Tujuan Khusus
Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa
diharapkan mampu untuk :
4
Jantung RSUD Dr.A. DADI TJOKRODIPO.
C. Manfaat
1. Bagi rumah sakit
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan sesuai
standar profesional melalui pengelolaan manajemen keperawatan sesuai
peran dan fungsi manajemen di ruangan Siger.
2. Bagi institusi pendidikan
Manfaat kajian situasi manajemen keperawatan ini bagi institusi adalah
diharapkan hasil pembelajaran ini dapat menambah perkembangan ilmu
pengetahuan dalam lingkup manajemen keperawatan terutama yang
berkaitan dengan pelakanaan fungsi-fungsi manajerial ruangan Siger.
3. Bagi mahasiswa
Manfaat kajian situasi manajemen keperawatan ini bagi mahasiswa adalah
sebagai referensi bagi mahasiswa khususnya di ranah manajemen
keperawatan
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian
Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka
diartikan secara singkat sebagai proses penyelesaian pekerjaan melalui
tangan orang lain. Manajemen di definisikan sebagai proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melaluiupaya staf keperawatanuntuk memberikan
asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Gillies, 2015).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan, dan bantuan
terhadap para pasien. Pekerjaan keperawatan harus diatur dengan
sedemikian rupa sehingga tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat
tercapai dengan memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien,
perawat menerapkan manajemen keperawatan dalam bentuk manajemen
asuhan keperawatan (Mugianti, S, 2016).
Manajemen asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan
yang menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti:
perencanaan, pengorganisasian, implementasi, pengendalian dan evaluasi
manajemen asuhan keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses
keperawatan dan hal ini melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat
dalam melaksanakan tugasnya harus menggunakan proses keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan pasien. Proses keperawatan
merupakan proses pemecahan masalah yang menekankan pada
pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai dengan
dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu:
6
a. Pengkajian
Langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan
perawat untuk menganamnesa atau mendata pasien secara
komprehensif baik pengalaman, masalalu, pengetahuan yang
dimiliki, perasaan dan harapan kesehatan.
b. Diagnosis
Merupakan tahap pengambilan keputusan profesional dengan
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil
dapat berupa rumusan diagnosis keperawatan, yaitu respon
biopsikososial, spiritual terhadap masalah kesehatan actual maupun
potensial
c. Perencanaan
Dibuat setelah perawat mampu memformulasikan diagnosis
keperawatan. Perawat memilih metode khusus dan memilih
sekumpulan tindakan alternative untuk mempertahankan
kesejahteraan yang optimal
d. Implementasi
Merupakan langkah dalam proses keperawatan yang digunakan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
direncanakan untuk menunjang tujuan pengobatan medis dan
memenuhi tujuan rencana keperawatan. Implementasi rencana
asuhan keperawatan mengarahkan, menolong, mengobservasi dan
mendidik semua personil keperawatan yang terlibat dalam asuhan.
e. Evaluasi
Pertimbangan sistematis dan standar dari tujuan yang dipilih.
Evaluasi yang efektif hanya dapat dibuat jika tujuan identifikasi
sebelumnya cukup realistis serta dapat dicapai oleh perawat, pasien,
dan keluarga. Kelima langkah proses keperawatan dilakukan secara
terus-menerus oleh perawat melalui metode penguasaan yang
7
ditetapkan oleh para manajer keperawatan sebelumnya. Para
manajer keperawatan terlibat dalam proses manajerial yang
melibatkan berbagai fungsi manajemen dalam rangka
mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya. Hal ini dilakukan
agar mampu memberikan asuhan keperawatan yang memadai sesuai
dengan kode etik dan standar praktik keperawatan.
a. Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (2012) fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan.
Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen
lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan
kapan akan dilakukan
8
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
tersebut.
1) Tujuan Perencanaan
a) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran
dan tujuan
b) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih
efektif
c) Membantu dalam koping dengan situasi kritis
d) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena
perencanaan berdasarkan masa lalu dan akan datang
f) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
g) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2) Tahap Dalam Perencanaan
a) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau
fakta.
c) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
d) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai
e) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program
f) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
3) Jenis Perencanaan
a) Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan
dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan
pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan
pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu
untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang
9
diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat
dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan
untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka,
termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan
divisi keperawatan.
b) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan
prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu
pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang
bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja
dan juga standar untuk mengevaluasi perawatan pasien. Di
dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu
rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah
rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam
kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standar
prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali
pakai terdiri dari program dan proyek.
4) Manfaat Perencanaan
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan
b) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan
c) Memudahkan koordinasi
d) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
e) Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah
dipahami
g) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
h) Menghemat waktu dan dana
10
5) Keuntungan Perencanaan
a) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif
b) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
c) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
d) Memodifikasi gaya manajemen
e) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
6) Kelemahan Perencanaan
a) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
b) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
c) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
d) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
e) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang
dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan
alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil,
finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Muninjaya, 2011).
1) Manfaat Pengorganisasian
a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
c) Pendelegasian wewenang
d) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
11
2) Langkah-langkah Pengorganisasian
a) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan
b) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
c) Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan-satuan
kegiatan yang praktis
d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan
e) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
f) Mendelegasikan wewenang
c. Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang
teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk
menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam
situasi tertentu (Swanburg, 2014). Proses pengaturan staff bersifat
kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol
termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff,
rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan
(SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien,
karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga
perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf
dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
d. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan
untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk
tujuan perusahaan yang nyata. Kepemimpinan merupakan faktor
penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam
Swanburg (2014), kepemimpinan adalah suatu proses yang
12
mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya
menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2014),
menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan
memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk
kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan
pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus
mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak
membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan
organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka
mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi. Menurut Lewin
dalam Swanburg (2014), terdapat beberapa macam gaya
kepemimpinan yaitu:
1) Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih
cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada
memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung
menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali
apatis dan menghilangkan inisiatif.
2) Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses
pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan
menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja
kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.
3) Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh,
dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin
tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan
menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan
produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
13
4) Controlling (Pengendalian/Evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling)
merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang
memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya.
Pengawasan diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan
kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif
dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2012).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan
hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting
dalam upaya mencapai tujuan organisasi
3) Standar unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmen terhadap kegiatan program
4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk
meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk
mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki
kinerja
5) Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem kontrol yang baik:
a) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
b) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c) Harus memandang ke depan
d) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
e) Harus objektif
14
f) Harus fleksibel
g) Harus menunjukkan pola organisasi
h) Harus ekonomis
i) Harus mudah dimengerti
j) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji
pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:
1) Analisa tugas: Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan
prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan,
catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan
secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam
keperawatan.
2) Kontrol kualitas: Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran
kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan
dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat:
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar
4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan
B. Peran Dan Uraian Tugas
1. Peran Kepala Ruangan
a. TugasPokok
Melaksanakan wewenang dan tanggung jawab dalam mengelola
kegiatan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan di ruang.
Uraian tugas :
1) Melakukan fungsi planning (p1) meliputi :
15
- Menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan
diruangan Siger
- Merencanakan jumlah dan kategori tenaga keperawatan dan
tenaga lainnya yang dibutuhkan di ruangan Siger
- Merencanakan jumlah dan jenis peralatan dan obat-obatan
yang dibutuhkan
- Merencanakan pengembangan tenaga keperawatan atau
tenaga lainnya yang dibutuhkan
- Merencanakan capaian mutu pelayanan kesehatan dan
keperawatan
- Merencanakan metode pelayanan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan kondisi ruang Siger
- Merencanakan pengembangan pelayanan kesehatan dan
keperawatan di ruang Siger
2) Melaksanakan fungsi organizing (p2) meliputi:
- Koordinasi dengan supervisor keperawatan, ketua tim dan
pelaksanaan keperawatan
- Mengidentifikasi masalah yang terjadi di ruang S iger cara
penyelesaiannya dan melaporkan ke supervisor keperawatan
3) Melaksanakan fungsi aktuating (p3) meliputi :
- Mengatur dan mengkondisikan seluruh kegiatan pelayanan
di ruangan melalui kerjasama dengan petugas lain yang
bertugas di ruang Siger
- Menyusun jadwal atau daftar dinas tenaga keperawatan dan
tenaga lain sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit
- Melaksanakan orientasi dengan tenaga keperawatan baru
atau tenaga lain yang akan bekerja di ruang Siger
- Memberikan orientasi kepada mahasiswa keperawatan atau
profesi lain yang menggunakan ruang Siger sebagai lahan
pratik
16
- Bertanggung jawab dalam melaksanakan orientasi kepada
pasien atau keluarga meliputi
- Penjelasan dan peraturan rumah sakit
- Tata tertib ruang perawat dan fasilitas yang ada, cara
penggunaan fasilitas rutin sehari-hari
- Mengadakan pertemuan berkala atau sewaktu-waktu dengan
staf keperawatan dan petugas lain yang bertugas di ruang
Siger
- Menghadiri pertemuan sesuai dengan agenda rumah sakit
atau bidang keperawatan
- Memberikan kesempatan atau izin kepada staf keperawatan
untuk mengikuti kegiatan ilmiah/penataran/melanjutkan
pendidikan dengan koordinasi supervisior/kepala
instalasi/kepala bidang keperawatan
- Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan atau kebijakan
rumah sakit
- Mengatur dan koordinasi pemeliharaan alat agar selalu dalam
keadaan siap pakai
- Mengendalikan system pencatatan, pelaporan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar
- Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara dalam
kebersihan ruang Siger
- Berkoordinasi dengan ka.instalasi, supervisor dan dokter/
case manajer dalam bertugas
- Membahas dan mencarikan solusi terkait keluhan pasien
terhadap pelayanan
- Sebagai fasilitator bimbingan siswa atau mahasiswa dan
magang yang menggunakan ruang Siger sebagai lahan
praktik
17
- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan metode pemberian
asuhan keperawatan melalui kegiatan timbang terima pre
conference, BST (bed site teaching) , ronde,siang klinik,
supervise, dan post conference
- Bertanggung jawab terhadap pelaporan keuangan dan
billings atau koordinasi
- Mengawasi, dan mengendalikan menilai pendayagunaan
tenaga keperawatan, peralatan, obat-obatan dan penunjang
- Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan dan
penunjang yang berada dibawah tanggung jawabnya
- Mengawasi mahasiswa untuk memperoleh pengalaman
belajar sesuai dengan tujuan program bimbingan yang telah
ditentukan
2. Peran Ketua Tim
a. Tugas Pokok
Melaksanakan wewenang dan ditugaskan untuk mengatur
sekelompok tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada sekelompok pasien di ruangan
1) Uraian Tugas:
a) Melaksanakan fungsi planning (PI), meliputi :
- Menyusun rencana asuhan keperawatan dan sesuai
kegiatan timnya
- Menetapkan kebutuhan tenaga keperawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai timnya
- Merencanakan program bimbingan siswa atau
mahasiswa institusi keperawatan
- Merencanakan program edukasi pasien
b) Melaksanakan fungsi organization (P2)
- Koordinasi dengan kepala ruangan dan koordinator
dalam melakukan asuhan keperawatan
18
- Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya, cara penyelesaiannya dan
melaporkan dan melaporkan ke coordinator dan kepala
ruangan
- Mengidentifikasi perencanaan yang akan dilakukan ke
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
c) Melaksanakan fungsi actuating (P3), meliputi :
- Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan
- Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
siswa/mahasiswa institusi keperawatan
d) Memberikan orientasi kepada pasien/keluarga meliputi:
- Penjelasan dan peraturan rumah sakit
- Tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada, cara
penggunaan fasilitas serta kegiatan rutin sehari-hari
- Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan
sesuai dengan kebutuhan.
- Mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu dalam
keadaan siap
- Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan
keperawatan
- Melakukan serah terima pasien, alat dan obat-obatan
pada saat perggantian dinas
- Melaksanakan asuhan keperawatan PK III
e) Melaksanakan fungsi controlling (P4), meliputi :
- Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan
keperawatan yang telah ditentukan sesuai timnya.
- Mengawasi pelaksanaan edukasi pasien
- Mengawasi, mengendalikan pendayagunaan tenaga
keperawatan, peralatan dan obat-obatan
19
- Melaksanakan supervisi pelaksanaan keperawatn di
timnya
- Mengawasi dan menilai siswa/mahasiswa untuk
memperoleh pengalaman belajar.
3. Peran Perawat Pelaksana
a. Tugas pokok
Seorang tenaga keperawatan profesional yang diberi
wewenang dan ditugaskan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
pada sekelompok pasien di ruang perawatan.
1) Uraian Tugas
- Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungan
- Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang
berlaku
- Memelihara alat keperawatan dan medis agar selalu dalam
keadaan siap pakai
- Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan
diagnosa keperawatan
- Menyusun rencana keperawatan bersama katim
- Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai
kewenangan klinik
- Melaksanakan evaluasi : tindakan keperawatan sesuai
kewenangan klinik
- Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan
tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi tersebut,
sesuai kewenangan klinik
- Bekerjasama dengan anggota tim, antar tim dan tim
kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan
- Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara
bergilir sesuai jadwal dinas
20
- Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala
ruang rawat
- Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang
keperawatan antara lain. Melalui pertemuan ilmiah dan
penataran atas izin / persatuan atasan.
- Melaksanakan system pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan yang tepat dan benar sesuai standar asuhan
keperawatan
- Melaksanakan serah terima kepada petugas pengganti secara
lisan maupun tertulis, pada saat perggantian dinas
- Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarga sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien
- Membimbing mahasiswa yang praktek di ruangan
21
1. Komponen analisis SWOT
Empat aspek dasar analisis SWOT, yaitu:
a. Strength (Kekuatan)
Kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program
pada saat ini. Faktor kekuatan organisasi mencakup satuan-satuan
yang di dalamnya terdapat unsur kompetisi khusus dalam organisasi
yang berdampak pada keunggulan komparatif. Kekuatan merupakan
atribut yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan tertinggi.
Contoh kekuatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang
kompeten, mutu layanan yang prospek pengembangan keunggulan
kompetitif, dll.
b. Weakness (Kelemahan)
Adalah situasi dan kondisi yang merupakan kelemahan dari
organisasi atau program saat ini.
c. Opportunity (Peluang)
Adalah situasi atau kondisi yang merupakan diluar organisasi
dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
d. Threat (Ancaman)
Aspek ancaman berisi tentang situasi yang berasal luar
organisasi dan dapat memberikan dampak negatif bagi keberlanjutan
organisasi dimasa depan. Contoh situasi politik dan ekonomi yang
tidak menentu, adanya pandemi Covid-19, biaya pelayanan
kesehatan yang mahal, teknologi medis yang tidak hemat dalam segi
pembiayaan, meningkatnya permintaan pasien, persaingan yang
sangat ketat baik harga maupun layanan, citra publik yang negatif,
dll. Rangkuti (2016), menyebutkan bahwa dalam proses
penganalisisannya berkembang selain 4 aspek menjadi beberapa sub
komponen yang jumlahnya tergantung pada kondisi organisasi.
Masing-masing sub komponen merupakan pengembangan dari
masing-masing komponen. Contoh: pada komponen strength dapat
dikembangkan lagi menjadi 12 sub
22
komponen, komponen weakness dapat dikelompokkan lagi menjadi
8 sub komponen dan seterusnya
2. Matriks SWOT
Menurut (David & Fred, 2015) menjelaskan bahwa matriks SWOT
merupakan alat untuk mencocokkan sehingga membantu perusahaan
meningkatkan 4 jenis strategi yang berupa strategi SO (Strength-
Opportunities), strategi WO (Weakness-Opportunities), strategi ST
(Strength-Threats), dan strategi WT (Weakness-Threats).
a. Strategi SO (Strength-Opportunities)
Menurut (David & Fredd, 2015) strategi tersebut memakai kekuatan
internal suatu organisasi dalam mencapai kesuksesan melalui
opportunities yang terdapat di organisasi. Organisasi akan melakukan
strategi WO, ST, dan WT dalam menggapai kondisi dimana
perusahaan akan menggunakan strategi SO. Ketika suatu organisasi
atau perusahaan terdapat ancaman yang banyak, perusahaan berusaha
menghindari hal tersebut sehingga dapat melalui peluang dengan baik.
b. Strategi WO (Weakness-Opportunities)
Strategi tersebut dimanfaatkan sebagai strategi mengatasi kelemahan
perusahaan dimana berasal dari internal melalui mendapatkan
keuntungan peluang eksternal. Biasanya ketika ada peluang besar,
terdapat hal yang menghalangi perusahaan untuk menggunakan
peluang tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan internal
yang dimiliki perusahaan (David & Fredd, 2015).
c. Strategi ST (Strength-Threats)
Strength sebagai kekuatan atau pendorong sebuah perusahaan dalam
mengurangi ancaman dari luar perusahaan. Keadaan tersebut tidak
menyatakan perusahaan yang memiliki strength akan secara terus
menerus mengalami ancaman dari lingkungan eksternal (David &
Fredd, 2015).
23
d. Strategi WT
Menurut (David & Fredd, 2015) strategi ini adalah metode defensif
yang bertujuan dalam menghindari kelemahan internal perusahaan
dan menghindari ancaman luar perusahaan. Ketika perusahaan
mengalami beragam ancaman serta kelemahan yang berada pada
kondisi yang sangat bahaya. Perusahaan yang melalui hal tersebut
mungkin harus bertahan dengan melakukan merger, pailit, atau
memilih likuidasi.
e. Tujuan SWOT
Berdasarkan penelitian (Ferrel & Harline, 2015) kegunaan analisis
SWOT yaitu agar dapat meraih informasi melalui analisis kondisi
internal (kekuatan dan kelemahan) dan kondisi eksternal (peluang dan
ancaman) suatu perusahaan. Analisis tersebut menyatakan suatu
informasi dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya dan
memberi perkiraan adanya permasalahan yang akan dilalui, atau
dihindari demi meraih apa yang diimpikan. Selain itu, tujuan adanya
analisis SWOT pada suatu organisasi yaitu demi meluruskan faktor-
faktor internal serta eksternal organisasi dimana telah teranalisa.
Ketika terjadi kesalahan, maka perusahaan tersebut harus mengetahui
kelemahan yang dihadapi supaya organisasi tersebut berjalan lancar,
kelemahan menjadi kekuatan, dan organisasi tahu cara menangani
ancaman menjadi peluang.
24
BAB III
MANAJEMEN PELAYANAN
A. Pengkajian Data
1. Profil/gambaran Umum Rumah Sakit
a. Sejarah Singkat Rumah Sakit
Perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang sangan fundamental
menuntut perlunya system perencanaan pembangunan yang komprehensif dan
mengarah kepada perwujudan transparansi, akuntabilitas, demokratisasi, dan
partisipasi masyarakat yang pada akhirnya dapat menjamin pemanfaatan dan
pengelokasian sumber dana pembangunan yang semakin terbatas menjadu lebih
efisien dan efektif berkelanjutan.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung
adalah rumah sakit milik Pemerintah Kota Bandar Lampung yang terletak
di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan izin operasional penyelenggaraan Rumah
Sakit yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Nomor
445.2.20.09.2011 yang berlaku selama 5 tahun terhitung tanggal 21 Januari 2011
s/d 1 Januari 2016. Tanggal 23 Februari 2011 diterbitkan SK Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.03/05/I/564/11 tentang Penetapan Kelas Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. A. DadiTjokrodipo Kota Bandar Lampung dengan Tipe
C.
Kemudian, berdasarkan SK Wali kota Bandar Lampung Nomor 36/09/HK/2011
tanggal 20 Januari 2011 tentang Pemberian Nama Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Bandar Lampung, nama RSUD Kota Bandar Lampung berubah
menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. A. DadiTjokrodipo Kota Bandar
Lampung.
25
c. Misi rumah sakit
26
g. Jenis-Jenis Pelayanan Rumah Sakit
1) Ruang Instalasi Bedah Central
2) Ruang Instalasi Forensik
3) Ruang Instalasi Rawat Jalan
a) Poli klinik Penyakit Dalam
b) Poli klinik Kebidanan
c) Poli klinik Ortopedi
d) Poli klinik Kulit & Kelamin
e) Poli klinik THT
f) Poli klinik Gigi & Mulut
g) Poli klinik Jantung
h) Poli klinik Anak
i) Poli klinik Tumbuh Kembang Anak
j) Poli klinik Paru
k) Poli klinik Syaraf
l) Poli klinik Ongkologi
m) Konsule gizi
27
4) Ruang Instalasi Rawat Inap
5) Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
6) Ruang Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
7) Ruang Instalasi Radiologi
8) Ruang Instalasi Farmasi
9) Ruang Instalasi Patologi Anatomi (PA)
10) Ruang Instalasi Gizi
11) Ruang Instalasi Limbah
12) Ruang Instalasi Kebersihan dan Keindahan/Sanitasi
13) Ruang Instalasi Pemeliharaan Sarana(IPS)
14) Ruang Ambulans
15) Ruang Instalasi Diklat
B. PLANNING
“menjadi ruang perawatan yang cepat, tepat, nyaman dan bermutu dalam
pelayanan”
28
C. ORGANIZING
1. Struktur organisasi
Terdapat struktur organisasi di ruang siger sebagai berikut :
Kepala instalasi
Dr. Ana Fitria Luthfiyati, H
Kepala ruangan
Eko Margono, S.Kep., Ners
Administrasi
Marisa
a. Kepala ruangan
Melaksanakan wewenang dan tanggung jawab dalam mengelola kegiatan pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan di ruang.
29
b. Administrasi
Melakukan pengurusan administrasi serta berkas pasien dan melakukan
pengeklaiman.
c. Ketua TIM
d. Perawat pelaksana
Diruang siger terdapat pembentukan kelompok kerja yaitu dengan metode TIM , dibagi
menjadi beberapa tim dan tiga shift (pagi, sore, malam).
Diruang siger terdapat evaluasi kerja atau penilaian karyawan dengan bentuk penilaian
berupa form penilaian perbulan.
a. Tenaga perawat
Jumlah tenaga keperawatan tingkat pendidikan di Ruang Rawat Inap siger
(jantung dan syaraf) Rumah Sakit Umum Daerah dr. A. DadiTjokrodipo adalah
sebagai berikut :
Status
Kepegawaian
Masa Pelatihan yang pernah
No Nama JK Pendidikan Jabatan
Kerja diikuti
PNS TKS
30
preceptorship, In House
Eko Margono, 11
1 L Ners 2 9 Karu Training Code Blue,
S. Kep. Ners thn
APAR, PPI dan EWS
Ns. Endah In House Training Code
11
2 Susilawati, P Ners Katim I Blue, APAR, PPI dan EWS
thn
S.Kep
In House Training Code
Ns. Asyani,
3 P Ners Katim II 7 thn Blue, APAR, PPI dan EWS
S.Kep
Rika Aryadi, In House Training Code
4 L D3 Kep Pelaksana 9 thn
Amd.Kep Blue, APAR, PPI dan EWS
Ummi
In House Training Code
5 Fadhilah, Amd. P D3 Kep Pelaksana
Blue, APAR, PPI dan EWS
Kep
Hariyanto, In House Training Code
7 L D3 Kep Pelaksana
Amd. Kep Blue, APAR, PPI dan EWS
Hariyanto, In House Training Code
8 L D3 Kep Pelaksana
Amd.Kep Blue, APAR, PPI dan EWS
Kusumawati,A In House Training Code
9 p D3 Kep Pelaksana
md. Kep Blue, APAR, PPI dan EWS
Ns. Fitri
In House Training Code
10 Mayasari, p Ners Pelaksana
Blue, APAR, PPI dan EWS
S.Kep
Anan Pratama, In House Training Code
11 L D3 Kep Pelaksana
Amd.kep Blue, APAR, PPI dan EWS
12 muhajir rhido L D3 Kep Pelaksana -
2) Tenaga Medis
Tenaga Medis di ruangan Rawat Inap Jantung dan Syaraf (SIGER) terdiri dari :
No Kualifikasi Jumlah
1 Dokter Jantung 2 Orang
2 Dokter Syaraf 2 Orang
2. PARTIAL CARE
Perawatan intermediet (Partial care): memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam
31
C. TOTAL CARE
– Perawatan maksimal atau Total care memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam
KONSEP PENGHITUNGAN KETENAGAAN
jumlah KLASIFIKASI
pasien Minimal care PASIEN
Parsial care Total care
Ruang perawatan siger (jantung dan syaraf) dengan jumlah pasien yang dirawat 12 pasien dengan
rincian :
32
• 10 pasien dengan inimal care
• 1 pasien dengan partial care
• 1 pasien dengan total care
Maka jumlah tenaga perawat yg dibutuhkan untuk Jaga pagi adalah :
• 10 x 0,17 = 1,7
• 1 x 0,27 = 0,27
• 1 x 0,36 = 0,36
Jumlah 2,33 ( 2 orang )
Jadi jumlah tenaga perawat yg dibutuhkan untuk dinas Pagi adalah 2 orang.
Pengaturan tenaga kerja di unit Rawat Inap Jantung dan Syaraf (siger) berdasarkan shift.
Tenaga kerja di Unit Rawat Inap Jantung dan Syaraf (siger) saat ini berjumlah 12 orang.
Yang memegang tanggung jawab sebagai berikut:
5) Kepala Ruangan : 1 Orang
6) Ketua Tim : 2 Orang
7) Adminsitrasi : 1 Orang
8) Perawat Pelaksana : 8 Orang
Tenaga Kerja di Unit Rawat Inap Jantung dan Syaraf (siger), bekerja dengan jadwal
sebagai berikut :
1) Kepala Ruangan : Senin – Sabtu dimulai Pukul 08.00-14.00
2) Ketua Tim : Senin – Sabtu dimulai Pukul 08.00-14.00
3) Administrasi : Senin – Sabtu dimulai Pukul 08.00-14.00
4) Perawat Pelaksana : Bekerja sesuai dengan shift yang sudah dijadwalkan
A. Deskripsi Ruangan
Ruang Rawat Inap Jantung dan Syaraf (siger) terletak digedung depan lantai 4 dengan
33
rincian sebagai berikut :
1. Ruangan Dokter
Ruangan ini berguna sebagai tempat dokter dan perawat menuliskan asuhan dan
terapi yang diberikan.Sebagai tempat pemberian edukasi kepada keluarga pasien
yang dirawat.Juga terdapat lemari besar sebagai tempat penyimpanan stok obat,
alkes, BHP.
2. Ruang kamar pasien
Sebagai ruangan perawatan pasien yang terdiri dari 19 bed , siger 1 terdapat 5 bed
pasien, siger 2 terdapat 5 bed pasien, siger 3 terdapat 4 bed pasien, dan siger 4
teridir dari 5 bed pasien
3. Ruang karu dan perawat
Sebagai ruangan kepala ruangan, tempat istirahat perawat, ruang solat,
dansekaligus ruang rapat ruangan dan penyimpanan Laken.
4. Nurse Station
Sebagai tempat perawat untuk melakukan penulisan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
5. Ruang Gudang
Tempat penyimpanan alat-alat medis dan Arsip
B. Standar Fasilitas
Standar Fasilitas yang tersedia di Ruang Perawatan Rawat Inap Jantung dan Syaraf
(siger), sebagai berikut:
No Fasilitas Ketersediaan
1 Bed pasien 19 Unit
2 Tiang infus 19 Unit
3 bed cabinet 19 Unit
4 kursi 19 Unit
5 AC 2 PK 8 Unit
2. M3 (METHOD)
5) Discharge Planning
Seluruh perawat di Ruang Rawat Inap Jantung dan Syaraf (siger) memahami tentang
discharge planning. Pemberian edukasi selama discharge planning sudah dilakukan
pada saat pasien masuk Rumah Sakit (MRS) sampai pasien keluar Rumah Sakit
(KRS). Discharge planning dilaksanakan dengan lisan dan tertulis dengan
munggunakanbahasa Indonesia dan bahasa Daerah (Jawa) serta menggunakan
brosur/ leaflet.
ANALISA SITUASI
No. ANALISIS SWOT
1. A. Internal faktor
Strength
2. B. Eksternal faktor
opportunity
1. Adanya kerjasama yang baik antar perawat dalam rangka peningkatan
pelayanan pasien
2. Adanya SOP dan sarana yang mendukung
38
Treathened
1. Adanya tuntutan dari klien untuk mendapatkan perawatan yang lebih
professional
2. Adanya rumah sakit lain yang berada dikota Bandar lampung yang
memiliki pelayanan yang sama serta sistem pelayanan asuransi
kesehatan (BPJS) berjenjang.
39
No. Identifikasi Masalah Penyebab
1. Pemenuhan alat diruang siger masih belum tensi meter digital, pulse oxymetri yang
terpenuhi karena masih terdapat alat yang mengalami kerusakan
rusak
2. Tidak adanya poster budaya 5 S (Senyum, Sebagian kurang menerapkan budaya 5S
Sapa, Salam, Sopan, Santun) (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun)
Prioritas masalah
1. Pemenuhan alat diruang siger masih belum terpenuhi karena masih terdapat alat yang rusak
2. Tidak adanya poster budaya 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun)
40
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kajian situasional yang telah kami lakukan didapatkan beberapa
masalah berupa Pemenuhan alat diruang siger masih belum terpenuhi karena masih terdapat
alat yang rusak dan tidak adanya poster budaya 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun).
Dari beberapa masalah yang ditemukan, maka telah direncanakan penyelesaian masalah
yang dilakukan berdasarkan POA (Planning Of Action) yang telah disepakati. Berdasarkan
hasil diskusi tersebut maka disepakati untuk melakukan kegiatan secara bersama- sama
untuk mengatasi masalah yang telah ditemukan,
Kegiatan yang telah dilakukan di Ruang Keperawatan siger (jantung dan syaraf) RSUD.
Dr.A DadiTjokrodipo Bandar lampung dibahas berikut ini :
1. Pemenuhan alat diruang siger masih belum terpenuhi karena masih terdapat alat yang
rusak
a. Masalah
Tensi meter digital, pulse oxymetri yang mengalami kerusakan
b. Tujuan
Menunjang pemeriksaan terhadap pasien
c. Kegiatan
melakukan pengadaan alat ( tensi meter digital, pulse oxymetri)
e. Pembahasan
Pengadaan alat yaitu guna menunjang pemeriksaan yang akan dilakukan seperti
pengukuran tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah (SPO2) agar tidak memakan
waktu lebih lama dalam melakukan pemeriksaan.
Dari ruangan siger didapatkan alat yang rusak (tensi meterdigital, pulse oxymetri)
c. Kegiatan
melakukan pengadaan poster budaya 5 S diruangan siger
d. Hasil
Masih daam proses pembuatan poster budaya 5S (Senyum,Sapa,Salam,Sopan,Santun).
42
e. Pembahasan
Budaya 5S (Senyum,Sapa,Salam,Sopan,Santun) merupakan suatu hal yang penting
dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan dengan menghormati dan menghargai satu
sama lain serta mempererat persatuan dan kesatuan agar terjalin kedamaian hidup
tentram.
Dari ruangan siger didapatkan belum adanya poster budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam,
Sopan, Santun) Dan beberapa belum menerapkan budaya 5S.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pemenuhan alat diruang siger masih belum terpenuhi karena masih terdapat alat
yang rusak
A. Terdapat alat yang rusak (tensi meter digital, pulse oxymetri)
B. Dilakukannya pengadaan alat ( tensi meter digital,pulse oxymetri)
C. Menunjang dilakukannya pemeriksaan terhadap pasien
B. SARAN
1. Bagi perawat ruangan
a. Dapat melakukan pemeriksaan terhadap pasien
b. Diharapkan dapat menerapkan budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan,
Santun) dalam pelayanan keperawatan
44