Anda di halaman 1dari 67

PROPOSAL LOGMIN II

SIKLUS MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN


ARRAHMAH RSI IBNU SINA PAYAKUMBUH

DISUSUN OLEH
KELOMPOK III

ADENIA RALIKA MERDA LOPA YANA


ANDRIANI CHANDRA RAHMATUL HUSNA
APRIATNA RANDI IRAWAN
BELLA UTAMI SUCI RAHMA LENI
FIFI SELFIANI VIRA RINA
LATIFA SYAHRA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga proposal seminar ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di
harapkan, dimana proposal seminar ini membahas tentang “Manajemen Keperawatan
Di RSI Ibnu Sina Payakumbuh “ dan kiranya logmin ini dapat meningkatkan
pengetahuan kita.
Dengan adanya logmin ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan
minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat
mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu
individu kita.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan lokmin ini masih sangat
minim, sehinga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami
harapkan demi perbaikan lokmin ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan logmin ini.

Bukittinggi, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Tujuan Peulisan .............................................................................................4
C. Manfaat Penulisan..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Manajemen ......................................................................................6
B. Prinsip Manajemen Keperawatan..................................................................7
C. Proses Manajemen Keperawatan ..................................................................7
D. Kepemimpinan...............................................................................................8
E. Ketenagaan ....................................................................................................9
F. Manajemen Pengelolaan Pelayanan ..............................................................10
G. Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)..........................19
H. Konsep Metode Tim.......................................................................................21
I. MAKP Primer................................................................................................27
J. Konsep Dasar Metode Primer........................................................................28
K. Model Pemberian Asuhan Keperawatan Manajemen Kusus.........................29
L. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Modifikasi....................................30
M. PPI .................................................................................................................31
BAB III ANALISIS SITUASIONAL....................................................................
A. Gambaran Situasi RSI Ibnu Sina Simpang Empat Pasaman Barat................33
B. Falsafah Visi Misi dan Moto..........................................................................34
C. Gambaran Situasi Ruang Rawat Inap............................................................36
D. Struktur Organisasi.........................................................................................36
E. Lingkungan ...................................................................................................43
F. BOR................................................................................................................43
G. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan..................................................43
BAB IV HASIL PENGKAJIAN

ii
A. Analisa Data...................................................................................................45
B. Tabel Pengelompokan Masalah.....................................................................51
C. Prioritas Masalah............................................................................................54
D. Perumusan Masalah.......................................................................................57
E. POA................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memilihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluraga, kelompok dan ataupun masyrakat
(Depkes RI, 2009). Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit di
Indonesia menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Rumah sakit sebagai
institusi pelayanan kesehatan merupakan organisasi yang memiliki beragam
tenaga terampil dengan produk utamanya adalah jasa (Soeroso, 2003).
Peningkatan mutu rumah sakit harus ditingkatkan sesuai dengan
perkembangan. Kebutuhan dan tuntutan masyarakat, disertai peningkatan
efesiensi dan produktivitas di bidang manajemen, sesuai dengan standar
Pelayanan Minimal Rumah sakit, standart profesi dan standar operasional
prosedur (Ditjen Bina Pelayanan Medik, 2010).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Mengingat ada
skenario masa depan yang diprediksikan akan terjadi dan harus diantisipasi
dengan baik oleh profesi keperawatan, seperti : masyarakat akan lebih kritis
dalam menilai sesuatu hal sehingga lebih sadar akan hak dan hukum, sistem
pemberian pelayanan kesehatan/ keperawatan yang meluas mulai dari teknologi
yang sederhana sampai pada teknologi yang canggih. Rumah sakit merupakan
sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayananannya
disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Organisasi
Rumah sakit memiliki pemimpin dan staf-staf yang bergerak dibidangnya agar
organisasi di rumah sakit mampu menjalankan pelayanan yang optimal
(Sabarguna, 2008).
Mutu pelayanan keseluruhan merupakan tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselengarakan sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan

1
yang ditetapkan, sehingga menimbulkan kepuasan bagi setiap pasien. (Kemenkes
dalam Muninjaya, 2014). Pelayanan yang bermutu sangat diperlukan karena
merupakan hak setiap pelanggan dan dapat memberi peluang untuk
memenangkan persaingan dengan pemberi layanan kesehatan lainnya. Kualitas
pelayanan dan nilai berdampak langsung terhadap pelanggan. Kepuasan
pelanggan di pengaruhi oleh kualitas pelayanan yang dirasakan (Kuison Cui etal,
2002). Menurut Robert dan Prevest dalam Lupiyoadi (2002), kualitas pelayanan
kesehatan bersifat mutu dimensi.
Departemen Kesehatan mendefinisikan perawat adalah seseorang yang
memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dimana pelayanan tersebut
berbentuk pelayanan biologis, psikologis sosial, spiritual yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan keperawatan diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya
pengertian pasien akan kemampuan melaksanakan kegiatan secara mandiri.
Kegiatan itu dilakukan dalam usaha mencapai peningkatan kesehatan dengan
penekanan pada upaya pelayanan kesehatan yang memungkinkan setiap individu
mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif (Aditama, 2002). Salah satu
upaya yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
adalah meningkatkan sumber daya manusia dan pengelolaan Manajemen
keperawatan (Gillies, 2000).
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang
lain (Gillies, 2000). Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan Keperawatan
kepada pasien. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri
utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif
dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dan rasional
dalam pengambilan keputusan manajemen. Penerapan manajemen keperawatan
memerlukan peran tiap orang yang terlibat didalamnya untuk menyikapi posisi
masing-masing melalui manajemen (Muninjaya, 2004). Fungsi manajemen akan
mengarahkan perawat mancapai sasaran yang akan ditujunya terdapat beberapa

2
elemen utama dalam fungsi manajemen keperawatan diantaranya yaitu Planning,
Organizing, actuating (coordinating dan directing), staffmg, leading, reporting,
controlling dan budgeting (Freeman dan Gilbert (1996) dalam Schlosser (2003).
Berdasarkan hasil kuisioner, observasi dan wawancara pada tanggal 25
februari 2020 di ruangan Arrahmah Rumah Sakit Ibnu Sina Payakumbuh,
didapatkan bahwa jumlah tempat tidur di ruang Arrahmah sebanyak 16 tempat
tidur dengan jumlah ruangan sebanyak 8 ruangan yaitu ruangan VIP (Arrahmah
VIP I dan VIP II ) sebanyak 2 tempat tidur, Kelas I (Arrahmah IA,s/d ID)
sebanyak 8 tempat tidur, kelas II ( Arrahmah II A s/d IIB ) sebanyak 6 Tempat
tidur Dengan 11 orang perawat. Dari 11 orang perawat kami mengambil 9 orang
perawat untuk menjadi responden untuk pengisian kuisioner perawat karena ada
beberapa perawat yang libur sehingga tidak bisa melakukan pengisian kuisioner.
Komunikasi dalam overan ynang dilakukan oleh perawat sudah melakukan
komukasi SBAR namun masih ada yang masih belum terlaksana secara optimal
karena keterbatsan tenaga perawat yang ada. Dari hasil observasi pre konfren
telah dilakukan tetapi masih ada beberapa kekurangan seperti pelaporan kondisi
pasien tidak dilakukan secara lengkap, pelaporan kondisi pasien yang dilakukan
secara cepat, tidak menyebutkan hari dan tanggal, perawat tidak menyebutkan
diagnosa keperawatan pada saat konfren, keluhan pasien tidak disampaikan,
tanda-tanda vital pasien tidak disampaikan , karu tidak menyebutkan pembagian
tugas. Kemudian untuk penerapan kewaspadaan uiversal, terlihat perawat yang
diamati belum maksimal melakukan penerapan kewaspadaan universal dengan
baik misalnya cuci tangan secara five moment. Dari hasil pengamatan singkat
diatas, maka disebarkan kuesioner pada tanggal 25 sampai 27 februaril 2020
untuk menggali masalah yang terjadi pada manajemen pelayanan diruangan
Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh.

3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dengan adanya praktek keperawatan manajemen diruang Arrahmah Rumah
Sakit Islam Payakumbuh diharapkan sistem manajemen rungan Arrahmah
bisa maksimal lebih bagus dalam memberikan manajemen Asuhan
Keperawatan pada Pasien.

2. Tujuan Khusus
Secara individu atau kelompok dalam menunjukkan kemampuan:
a. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan yang ada
diruangan Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh.
b. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen pelayanan
keperawatan yang ada diruangan Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh.
c. Menentukan solusi pemecahan masalah manajemen pelayanan keperawatan
yang ada diruangan Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh.
d. Melakukan implementasi pemecahan masalah manajemen pelayanan
keperawatan yang ada diruangan Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh.
e. Melakukan evaluasi terhadap keefektifan solusi penyelesaian masalah
manajemen pelayanan keperawatan yang ada diruangan Arrahmah RSI
Ibnu Sina Payakumbuh.

C. Manfaat Penulisan
1. Rumah Sakit
Dengan adanya Praktek manajemen diruangan Arrahmah RSI Ibnu Sina
Payakumbuh. diharapkan dapat memperbaiki dan lebih mengoptimalkan
metode manajemen di ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh.
2. Institusi Pendidikan ( STlKes Yarsi Sumbar Bukittinggi)
Diharapkan dapat sebagai acuan untuk menambah pengetahuan dan literatur
bagi Instansi Pendidikan tentang manajemen Rumah Sakit.

4
3. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
yang lebih mendalam dalam terkait dengan manajemen Rumah Sakit.

5
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Definisi Manajemen
Manajemen suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan POAC (Planning,
Organizing, Actuating, Controling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999 di kutip dari Nursalam,
2007).
Manjemen adalah proses ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara eflsien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah di tetapkan sebelumnya. (Swanburg, 2000).
Manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan,
pengorganisasian, pengkordinasian, pengarahan, dan pengawasan untuk
mencapai tujuan institusional yang spesifik dan objektif (Hubber, 2000).
Manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan (pIanning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staying), kepemimpinan
(leading), dan pengendalian (controling) aktivitas -aktifitas upaya keperawatan
atau difisidepartement keperawatan dan dari sub unit departement (Swansburg,
2000).
Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumberdaya dalam
menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metode proses
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien
dengan mengkaitkan pada fungsi manajemen yaitu perencananaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Setiap fungsi ini tidak dapat
dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Implementasi
menerapkan fungsi pengorganisasian dan pengarahan dan evaluasi menerapkan
fungsi pengendalian (keliat, 2000) Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas dan profesional adalah sistem pemberian pelayanan
keperawatan melalui pengembambangan model praktik keperawatan yang ilmiah
yang disebut model praktik keperawatan profesional (MPKP).

6
B. Prinsip Manajemen Keperawatan
1. Perubahan model sistem pemberian asuhan keperawatan
Dalam hal ini di gambarkan tentang tahapan konsep proses manajemen
keperawatan yang meliputi : pengkajian, pengumpulan data, analisa SWOT
dan identifikasi masalah. Model asuhan keperawatan yang bisa dikembangkan
adalah :
a. Tim
b. Primer
c. Fungsional
d. Manajemen kasus
e. Modifikasi tim primer
2. Pengkajian pengumpulan data SWOT dan identifikasi masalah (Nursalam,
2002)
C. Proses Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian
Seseorang manager tidak hanya dituntut mengumpulkan informasi kepada
klien, juga menganalisa institusi rumah sakit, tenaga keperawatan,administrasi
dan keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara
menyeluruh
2. Perencananaa
Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan yang strategis dalam
pencapaian asuhan keperawatan kepada semua klien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenanga
perawat yang dibutuhkan membuat struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan operasional
untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah di tetapkan secara bersama.
3. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan manajemen keperawatn memerlukan kerja orang lain,
maka pada tahap implementasi didalam proses manajemen adalah bagaimana

7
manager dapat memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah
direncanakan dan ditetapkan.
4. Evaluasi
Tahapan akir ini menejer adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilakukan. Tujuan dari evaluasi adalah untuk menilai sejumlah mana staf
mampu melaksanakan peranya sesuai dengan tujuan organiasi yang telah
ditetapkan tentang mengidentifikasi faktor- faktor yang menghambat dan
mendukung dalam melaksanakanya (Nursalam,2002)

D. Kepemimpinan
Gaya kepemimimpinan menurut Likert berdasarkan wewenang kekuasaan yang
dibedakan menjadi:
1. Otoritas exploilalif
Tiga pemimpin yang otoriter,:nempunyai kepercayaan yang rendah terhadap
bawahannya, memotifasi bawahan melalui ancaman dan hukuman, komunikasi
dilakukan dalam satu arah kebawah (top down).
2. Benevalan/ auxthoritatif
Kepercayaan yang diberikan oleh atasannya hanya sampai pada tingkatan
tertentu. Memotifasi bawahan dengan ancaman dan hukuman, komunikasi tidak
selalu membolehkan keatas, memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan
wewenang. Dalam pengambilan keputusan melakukan pengawasan ketat.
3. Consultant”
Kepercayaan pada bawahan cukup besar. Adanya insentif untuk motifasi
bawahan dan kadang-kadang, menggunakan ancaman atau hukuman.
Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat bawahan.
4. Pattisifatif
Kepercayaan sepenuhnya diserahkan kepada bawahan, memanfaatkan ide
bawahan, menggunakan inti untuk motifasi bawahan, komunikasi dua arah dan
menjadikan bawahan bagai kelompok kelja (Likert, 1940).

8
E. Ketenagaan
1. Minimal care
Minimal care waktu bersamaan klien oleh perawat memerlukan waktu 1-2
jam/24 Jam. Adapun klien yang dimaksukkan kedalam kriteria minimal care
adalah klien yang bisa mandiri atau hampir tidak memerlukan bantuan dalam
memenuhi kebutuhan dasar, status psikologi ambang normal, klien untuk
persiapan pemeriksaan diagnostic.
2. Parsial care
Intermediet/parsial waktu bersama klien oleh perawat memerlukan waktu 4
jam/24 jam. Klien yang termasuk kedalam parsial care adalah klien yang
memerlukan bantuan sebagian. Untuk memenuhi kebutuhan dasar, klien post
operasi minor, observasi tanda -tanda vital dilakuan dalam 4 jam dan
gangguan emosional ringan.
3. Total care
Total care waktu bersama klien oleh perawat memerlukan waktu 56 jam/24
jam. Dalam suatu penelitian tentang jumlah tenaga di rumah sakit, di
daptkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam
tergantung pada tingkat ketergantungan klien seperti yang tertera dibawah
ini.
Adapun yang termasuk kedalam kriteria total care yaitu klien yang
memerlukan bantuan sepenuhnya dengan memerlukan 2 oarang atau lebih
untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan tindakan perwat terapi lainnya
(Douglas,l975)
Rumus :

9
Jumlah Klasifikasi pasien
pasien Minimal care Parsial care Total care

pagi siang malam Pagi siang malam pagi siang malam

1 0.17 0.14 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20


2 0.34 0.28 0.14 0.54 0.30 0.20 0.72 0.60 0.40
3 0.51 0.42 0.21 0.81 0.45 0.30 1.08 0.90 0.60

F. Managemen Pengolahan Pelayanan


1. Pre dan post conference
Konfereni merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari konferensi
dilakukan sebelum atau setelah overran dina pagi, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawat pelaksana. Konferensi sebaiknya dilakukan
ditempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar
(T.M.Marelli,et.al 1997)Tujuan conference adalah untuk menganalia masalah -
masalab secara hing dan menjabarkan alternative penjelaan masalah,
mendaptkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi maukan
untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapn diri
dalam pemberian asuhan keperawatan yang merupakan cara yang efektif untuk
menghsilkan perubahan non kognitif (Mcchhie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi
pengulangan asuhan,]cebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan
(T .M.Marelli,et,al, 1 997). Konferensi terdiri dari pre conference dan post
coryference yaitu :
a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shif tersebut dan dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut
hanya satu orang, maka post conferenceditiadakan . isi pre conference

10
adalah rencana tiap perawat (rencana harian ), dan tambahan dari katim dan
PJ tim
(modul MPKP,2006)
Waktu : Setelah operan
Tempat : Meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim dan PJ tim
Kegiatan :
1) ketua tim atau PJ tim membuka acara
2) ketua tim atau tim Pj menayakan rencana harian masing- masing
perawat
3) ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkai
dengan asuhan keperawatan yang diberikan saat itu
a. post pre conference
1) Post ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement
2) Ketua tim atau PJ tim menutup acara
Memberian conference adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan pada
shif berikutnya isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap
perawat dan hal yang penting untuk operan ( tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh ketua atau PJ tim (Modul MPKP, 2006)
Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang
dijumpai.
Syarat -syarat pre dan post conference :
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan
keperawatan dan conference dilakukan sesudah pemberian asuhan
keperawatan.
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit

11
c. Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan
pasien, perencanan tindakan dan data -data yang perlu
ditambahkan.
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala mangan, ketua tim
dan anggota tim. Pada perawat pelakana dalam melaksanakan
konferensi adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi
adalah sebagai berikut
- Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan
pergantian dinas pagia atau sore sesuai dengan jadwal perawat
pelaksana.
a. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya
masing masing
b. Penyampaiaan perkembangan dan maslah klien berdasarkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas
malam.
Hal-hal yang di sampaikan oleh perawat pelaksana meliputi:
a. Utama klien
b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan laborarorium atau diagnostic terbaru
e. Masalah keperawatan
f. Rencana keperawatan hari ini
g. Perubahan keadaan terapi medis
h. Rencana medis
i. Perawat pelaksana mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiet
tentang masalah meliputi :
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti: keterlambatan,
kesalahan pemberian makan, kebisingan pengunjung lain, kehadiran
dokter yang dikonsulkan
2) Ketepatan pemberian infuse

12
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
4) Ketepatan pemberian obat/injeksi
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
6) Ketepatan dokumentasi
a) Menggiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
b) Menggiatkan kembali masing-masing perawat asosiet
2. Timbang Terima (Overan)
Timbang terima adalah suatu cara dalam penyampaikan dan menerima
suatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nusalam, 2002). Tujuan
Overan:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya
c. Tersusunnya recana keija untuk dinas berikutnya.
Langkah-langkah timbang terima (overan):
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shih
2) Dari muse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehenshif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah dan yang
belum dilaksanakan serta hal yang penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.
3) Hal-hal yang bersifat khususnya yang membutuhkan perincian yang
jelas sebaiknya di catatat untuk kemudian di serah terimakan kepada
perawat jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan saat timbang terima adalah :
a) Identifikasi pasien dan diagnose medis
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
d) Intervensi kolaboratif dependenshi

13
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan selanjutnya
seperti operasi, pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya,
persiapan suntuk prosedur lainnya tidak dilaksanakan secara rutin
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasmanya jawab dan melakukan falidasi terhadap hal-hal yang
kumag jelas.
6) Lama timbang terima untuk setiap paien tidak lebih dari lima menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasanan lengkap
dan terperinci.
7) Pelaporan timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
Salah satu metode timbang terima adalah dengan metode SBAR.
Metode SBAR adalah pola atau tekhnik komunikasi yang harus dilakukan
untuk melaporkan atau berkomunikasi dengan teman seprofesi atau antar
profesi ss(intcrdisiplin ilmu) untuk menghindan' ksahhan komunikai yang
bertujuan agar dapat meberikan pelayanan yang baik bagi pasien. Tujuan dari
metode SBAR adalah untuk memastikan komunikasi yang optimal kepda
petugas kesehatan tentang kondisi (Ohio‘s Medicane,2010)
Tekhnik pelaksanaan metode SBAR :

S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada paien )


1. Sebutkan nama pasien ,umur ,tanggal masuk dan hari
rawatan ,serta dokter yang merawat
2. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum
atau yang sudah teratasi! keluhan.
Contoh penerapan rumah sakit :
a. Pemindahan pasien :isi dengan tanggal ,waktu, dari ruang
asal ke
ruangan pemindahan

14
b. Diagnose medis :isi dengan diagnosa medis yang terkahir
yang diputuskan oleh dokter yang merawat .
c. Masalah utama keperawatan saat ini : isi dengan masalah
keperawatan paien yang secara actual pada pasien yang
wajib dilanjutkan diruangan pemindahan yang baru
B : Backhground (info penting yang berhubungan dengan pasien saat ini.
1. jelaskan keluhan utama , intervensi yang telah dilakukan dan respon
pasien dari setiap diagnose keperawatan
2. Sebutkan riwayat alergi , riwayat pembedahan, pemasangan alat
invansif dan obat -obatan
3. Cairan lVFD
4. Jelakan pengetahuan pasien dan keluhan terhadap diagnose medis
A : Assessment ( hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini )
1. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti
tanda vital ,score nyeri , tingkat kesadaran, braden score, status
restrain, resiko jatuh , pivas score , status nutrisi , kemampuan
eliminasi dll.
2. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung
Contoh penerapan rumah sakit
a. Observasi terakhir , GCS : Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi
dengan vital sain dan tingkat kesadaran pasien secara numeric.
Contoh : E4M6V5
b. BAB dan BAK, diet mobilisasi dan alat bantu dengar, isi /
diceklis sesuai keadaan pasien
c. Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus,
jaringan nekrotik, dll ), lokasi dan ukurannya juga dilengkapi
d. Peralatan khusus yang diperlukan : isi misalnya WSD, colar
brace, infuse pump

15
R : Recommendation (rekomendasi intervensi keperawatan yang telah
dan perlu dilanjutkan termasuk discharge planning dan edukasi pasien
dan keluarga Contoh penerapan rumah sakit :
a. Konsultasi, fisioterapi, dll, isi dengan renca konsultasi, rencana
b. Obat, brang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang /
berkas
3. Ronde Keperawatan
a. Pengertian
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer, atau konsulen, kepala ruangan,
perawat asosiated yang perlu juga melibatkan anggota tim (Clement, 2011).
b. Tujuan
1) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan
4) Meningkatkan validasi data masalah klien
5) Menilai kemampuan justificasi
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawata
7) Meningkatkan kemampuan dengan menilai hasil kerja
c. Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
b. Pemberian infonnoonsent kepada klien atau keluarga
2. Langkah kerja
a. penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
menjelaskan dipolcukan pada masalah keperawatan dan rencana

16
tindakan yang akan! telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang
perlu didiskusikan
b. diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut
3. Pemberian justitikasi oleh perawat primer / perawat konsulen kepala
ruangan
4. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
4. Peran
1. Perawat primer dan perawat asosiet
a. Menjelaskan keadaan dan data demograii
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan tindakan selanjutnya
d. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilaksanakan
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambi

2. Peran perawat primer lain atau konsuler


a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Menilai kebenaran dari masalah intervensi keperawatan
d. Mengarahkan dan konveksi
3. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
b. Pemberian infonnoonsent kepada klien atau keluarga
4. Pelaksanaan ronde
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau yang
telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu difusikan.
b. Diskusikan antara anggota tim tentang kasus tersebut.

17
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor/kepala mangan
tentang
masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
5. Pasca ronde
a. Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien
b. Menetapkan tindakan yang perlu dilakukan

H. Konsep Metode Tim


Metode tim merupakan suatu metode asuhan keperawatan dimana seorang
perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan
konsep kooperatif dan kolaboratif (doulas, 1992 ).
Menurut kron & Gray (I987) pclaksana model tim harus berdasarkan konsep
berikutnya:
1. Ketua tim sebagaiperawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
3. Anggota tim harus pentingnya dalam metode tim
4. Peran kepala ruangan pentingnya dalam metode tim Dalam penerapan nya
ada kelebihan dan kekurangannya yaitu (nursalam,2002):
Kelebihan:
1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistic
2. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
3. Mendukung pelaksanaan proses keperawatn
4. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat
tim,
5. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal

18
6. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif
7. Memberi kepuasan pada pasien dan perawat produktif karena keljasama,
komunikasi dan moral
8. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
Kekurangan:
1. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi
dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas
terhambat
2. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung
atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim
3. Akuntabilitas dalam tim kabur
4. Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
5. Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi membingungkan bila
komposisi tim sering berubah
Personil pada metode TIM adalah :
1. Kepala ruangan (karu) Kepala mangan adalah seorang perawat pmfcaiaml
yang diberi wewenang Jawab dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan
di satu ruang rawat. Tugas dari kepala ruangan adalah :
l) Perencanaan
a. Menunjukan perawat primer dan paawal asociet serta tuganya masing-
masing
b. Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya
c. Mengidentifikasi jumlah perawat yang membutuhkan berdasarkan
aktivitas
d. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
e. Mengikuti visite dokter
f. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan:
1) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan

19
2) Membimbing penerapan proses keperawatan
3) Menilai asuhan keperawatan
4) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
5) Memberikan informasi kepada pasien [keluarga yang baru masuk
g. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
h. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
i. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit

1) Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b. Merumuskan tujuan metode penugasan
c. Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat asosiet secara jelas
d. Membuat rencana kendali, kepala mangan membawahi 2 perawat prima
dan perawat membawahi 2 perawat asosiet
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
h. Mendelegasikan tugas saat kepala mangan tidak berada di tempat
kepada perawat primer
i. Mengembakan kemampuan anggota
j. Menyelenggarakan konferensi
2) Pengarahan
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perwat primer
b. Memberikan pujian perawat yang mengadakan tugas dengan baik
c. Memberikan motifasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan klien

20
e. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksankan
tugasnya.
f. Meningkatkan kolaborasi

3) Pengawasan
a. Melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
pcmwat primer mengenai aasuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien
b. Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau
mengawasi kelemahankelemahan yang ada saat ini
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir, mebaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah prosa keperawatan dilakukan
(didolmmentasikan), mendengar laporan dan' perawat primer
c. Evaluasi
1) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
tema keperawatan yang telah disusun bersama
2) Audit keperawatan

2. Ketua Tim
Ketua tim adalah seorang perawat yang bertugas yang mengepalai
sekelompok tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
diruang rawatan bertanggung jawab lansung kepada karu. Tugas dari ketua
tim adalah:
a) Pengkajian : mengumpulkan data kesehatan klien
b) Perencanaan :
Fungsi perencanaan dan ketenagaan :
1. Bersama karu melaksanakan serah terima tugas

21
2. Bersama karu melaksanakan pembagian tugas
3. Menyusun lencana asuhan keperawatan
4. Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
5. Melaksanakan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
6. Mcngoricntasikan klien baru pada lingkungan
c) Implementasi
Fungsi pengorganisasian :
1. Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
2. Membagi pekerjaan susuai tingkat ketergantungan klien
3. Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
4. Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama tim
5. Mengatur waktu istirahat anggota tim
6. Mendelegasikan pross asuhan keperawatan pada anggota tim
7. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
Fungsi pengarahan :
1. Memberikan arahan kepada anggota tim
2. Memberikan bimbingan pada anggota tim
3. Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep
4. Mengawasi pmses pemberian askep
5. Melihat anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
6. Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
7. Melakukan pelaporan dan pedokumemasian

d) Evaluasi
Fungsi pengendalian
1. Mengevaluasi asuhan keperawatan
2. Memberikan umpan balik pada pelaksana
3. Memperhatikan aspek legal dan etik
4. Melaksanakan pelaporan dan pendokumentasian

22
3. Perawat pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang tenaga kesehatan yang bertanggung jawab
dan diberikan wewenang untuk memberikan pelayanan keperawatan pada
instansi kesehatan di tempat atau ruang dia bekerja. Tugas perawat pelaksana
adalah :
l) Melakukan askep pasien
2) Menyiapkan, memelihara, menyimpan alat agar siap pakai
3) Merencanakan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
dan membuat langkah cara pemecahan masalah
4) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
5) Melakukan dinas rotasi sesuai jadwal yang telh dibuat oleh karu
6) Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang instansi,
kesehatan dan lingkungan, peraturan, tata tertib yang berlaku serta
fasilitas yang ada dan penggunaannya
7) Menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan pasien dan
keluarga maupun dengan anggota tim kesehatan lainnya
8) Membantu merujuk pasien kepada petugas kesehatan lain yang
lebih mampu menyelesaikan masalah kesehatan yang dapat
ditanggulangi
9) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Dokter
penanggung jawab Kepala Ruangan
10) Mentaati peraturan yang telah ditetapkan di rumah sakit ditempat
dia bekerja
I. MAKP Primer
Metode penugasan diman satu orang perawat bertanggung jawab penuh
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar dari
rumah sakit. Mendomg praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan keperawatan dan pelaksanan. Metode primer ditandai
dengan adanyaketerkaitan kuat dan mengkoordinasikan pasien dan perawat yang

23
ditugaskan untuk direncanakan. mdakukan dan mengkoordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. (Nursalam. 2017).
Kelebihan:
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akmtabilitas yang tinggi terhadap hasa dan
kemungkinan pengalaman diri.
3. Keuntungan antara lain dapat terhadap pasien, perawat dan dokter
Kelemahan:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pcngalamm dan
pengetahuan
yang memadai dengan kriteria:

Dokter Kepala ruangan Saran rs

Perawat primer

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Diagram: model - metode asuhan keperawatan primery nursing (Marquis & Huston,
1998)
J. Konsep Dasar Metode Primer
1. Adanya tangung jawab dan tanggung gugat
2. Adanya otonomi
3. Ketertiban pasien dan keluarga
T ugas perawat primer:
1. Menerima pasien dan melakukan pengkajian secara komprehensif
2. Membuat tujuan dan perencanaan kepemwam

24
3. Melaksanakan rencana yang sudah di buat selama dinas
4. Mengkonsumsi dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain.
5. Mengevaluasi keberasilan yang dicapai
6. Menerima dan menyesuaiakan rencana
7. Menyiapkan penyumbat! untuk pulang
8. Melakukan rujukan kepada pekerja. sosial, kontak dengan lembaga social
masyarakat
9. Membuat jadwal perjajian klinik
10. Mengadakan kujungan rumah
Peran Kanda Ruangan:
1. Sebagai konsultasi dan pengedalian mutu perawat primer
2. Orientasi dan meremanakan karyawan baru
3. Menyusun jadwal dinas dan memberikan tugas kepada perawat asosiet.
4. Merencanakan pengembangan staf
5. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi
Ketenagaan Metode Primer:
1. Setiap perawat primer adalah”bedside”
2. Bebas kasus pasien 4-6 oarang atau I perawat primer
3. Penugasan ditentukan oleh kepala ruangan .
4. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional sebagai asisten
K. Model Pemberian Asuhan Keperawatan Menejemen Khusus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas.pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap ain
dan tidak ada jaminan bahwa pasien dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu perawat, hal ini
umumnya dilaksanakm untuk perawat privat atas untuk keperawatan khusus
seperti: isolasi, intensive cam (Nursalam, 2002).

25
Kelebihan:
l. Perawat lebih memahami kasus perkara perkasus
2. Sitem evaluasi dari managerial menjadi lebih muda
Kekurangan:
1. Belum dapamya identifikasi perawat penanggung jawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan memenuhi kemampuan dasar yang
sama Kepala ruangan

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien


Diagram: sistem asuhan keperawatan” care method musing” (Marquis & Hustom
l9998:l36)
L. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Modifikasi: Tim Primer
Pada metode MAKP Tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut RatnaS Sudarso (2000) penetapan sistem modal MAKP ini berdasarkan
beberapa alasan:
1. Keperawatan primer tidak digunakan secara primer, kerena sebagai
perawat primer harus mcnpunyai latar belakang pendidikan Sl
keperawatan atau setara
2. Keperawatan Tm tidak digunakan secara murni, kerena penanggung
jawab asuhan perawan pasien terfrakmentasi pada berbaga tim
3. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akun tabilitas asuhan keperawatan

Contoh
Kepala ruangan

26
PPI PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien

Diagram metode primary tim (modifikasi)


M. PPI ( Pencegahan, Penularan infeksi Nasokomial )
1. Dekontaminasi tangan. Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminilisasi
dengan menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan cuci tangan
2. Mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik dengan cara
pengurangan penyuntikan yang kurang diperlakukan, penggunaan jarum steril.
3. Menggunakan masker. Masker sebagai pelindung terhadap penyakit yang
ditularkan oleh udara. Begitupun dengan pasien yang menderita saluran nafas,
mereka harus menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita. sarung
tangan sebaiknya digunakan ketika menycntuh darah, cairan tubuh, feses
maupun urine. Sanmg tangan hams selalu diganti untuk setiap pasiennya.
Setelah membalut luka atau terkena benda kotor, sarung tangan harus segera
diganti. Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian
selama kita melakukan suatu tindakanuntuk mencegah percikan darah, caiarn
tubuh, urine dan feses.
4. Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit. Pembersihan yang mtin
sangat penting untuk menjaga kebersihan Rumah Sakit dari debu, minyak dan
kotoran. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak
menurunkan resiko tajadinya penularan TB. menjaga kebersihan pemprosesan

27
serta fnltcmya untuk mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air
terhadap rumah sakit dengan sarana dan prasarana terbatas dapat
menggunakan panas matahari. Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama
pada perawatan pasien diare untuk mencegah texjadinya infeksi antara pasien.
Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi desinfektan.
5. Memperbaiki ketahanan tubuh
6. Pemisahan pasien (ruang Isolasi ) (Setyawati, 2002)

28
BAB III
ANALISIS SITUASIONAL
A. Gambaran Situasi RSI Ibnu Sina Payakumbuh
Rumah Sakit Ibnu Sina Payakumbuh terletak di jalan Veteran
No.14,Koto Baru,Balai Janggo,Kota Payakumbuh ,Sumatera Barat. Rumah
sakit ini didirikan tanpa melalui studi kelayakan seperti mendirikan suatu
perusahaan layaknya. Dia berdiri didorong oleh faktor emosional masyarakat
yang ingin berbuat sesuatu dalam rangka meningkatkan kualitas ummat baik
fisik maupun rohani sesuai dengan ajaran agama Islam dengan kata lain
rumah sakit ini dapat berfungsi memberikan pelayanan kesehatan, sekaligus
berfungsi pula sebagai media dakwah, mempertahankan dan meningkatkan
aqidah ummatnya.
Berdirinya Rumah Sakit Islam “Ibnu Sina” Yarsi Sumbar Payakumbuh
bertitik tolak daru suatu misi dakwah dalam rangka memperbaiki dan
meningkatkan kondisi masyarakat baik fisik, mental maupun spiritual agar dia
mampu memberdayakan potensi yang dimilikinya secara optimal sesuai
dengan fungsinya sebagai makhluk ciptaan Allah. Pelayanan RSI “Ibnu Sina”
yang telah berdiri semenjak tahun 1969 sangat menimbulkan antusias
masyarakat tidak hanya Bukittinggi, akan tetapi dirasakan oleh hampir
seantero Sumatera Barat termasuk masyarakat Payakumbuh.
Sebagaimana juga dengan berdirinya RSI “Ibnu Sina” di Bukittinggi,
Padang dan Padang Panjang sebelumnya, berdirinya RS ini juga atas desakan
masyarakat daerah setempat yang menginginkan pelayanan kesehatan yang
khas melalui sentuhan-sentuhan Islami. Keinginan masyarakat Payakumbuh
dan sekitarnya untuk mendapatkan pelayanan pada sarana kesehatan ini
semenjak awal berdirinya cukup tinggi dan hal ini ditandai dengan jumlah
kunjungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Sebagaimana juga dengan RS lainnya RSI “Ibnu Sina” Yarsi Sumbar
Payakumbuh melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan melalui kegiatan
prefentif, kuratif, promotif dan rehabilitatif, sekaligus mengintegrasikan

29
pelayanan fisik, mental, sosial dan spritual dengan mempedomani kaidah-
kaidah Islam. RS ini merupakan satu-satunya RS yang dikelola oleh usaha
dalam bentuk Yayasan Keagamaan (Islam) yang murni untuk tujuan sosial
kemasyarakatan (Non Profit Oriented) yang sekaligus juga sebagai mitra dari
unit-unit pelayanan kesehatan pemerintah didaerah ini.
Dari data kunjungan penderita yang dilayani dapat diambil kesimpulan
bahwa penderita tidak hanya berkunjung ke RSI “Ibnu Sina” Yarsi Sumbar
Payakumbuh tidak hanya berasal dari Kodya Payakumbuh saja akan tetapi
juga berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota. Dari dua Daerah Tingkat Dua
(Kodya Payakumbuh & Kab. Lima Puluh Kota) ini dengan jumlah penduduk
yang cukup besar hanya memiliki 3 RS yakni RSUD Payakumbuh, RSUD
Suliki dan RSI “Ibnu Sina” Yarsi Sumbar Payakumbuh.
B. Visi, Misi, Falsafah,Motto, Tujuan, Logo, dan Nilai Rumah Sakit
a. Visi
Mewujudkan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Payakumbuh terakreditasi
Paripurna di Tahun 2020
b. Misi
1. Melaksanakan pelayanan bermutu dan mengutamakan keselamatan
pasien yang terdepan di Payakumbuh dan sekitarnya
2. Melengkapi Sumber Daya, Sarana dan Prasarana
3. Meningkatkan profesionalisme pemberi pelayanan
4. Menjadikan Rumah Sakit mitra terbaik untuk semua pelanggan
5. Menerapkan nilai-nilai Islam dalam memberikan pelayanan di Rumah
Sakit
c. Falsafah
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Payakumbuh adalah sarana dalam pelayanan
sebagai perwujudan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
d. Motto
Kepuasan pelanggan kebahagian kami
e. Tujuan

30
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan
sesuia dengan ajaran Islam serta menurut ketentuan dan perundang-
undangan tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan
f. LOGO

Penjelasan makna logo :


(1) Lingkaran menyerupai bulan sabit adalah Lembaga yang mampu
memberikan pencerahan, penerangan kesejahteraan bagi umat dan
langgeng serta berkembang sepanjang masa.
(2) Tulisan arab Ibnu Sina adalah nama filosofi/ilmuwan besar dan
terkemuka di bidang kesehatan serta bidang ilmu pengetahuan
kemasyarakatan
(3) Warna Hijau adalah melambangkan tingkat ketauhidan/keimanan serta
ketaqwaan yang tinggi pada Allah SWT.
g. Nilai
JADI
J : Jujur dalam segala hal
A : Amanah dalam mengemban tugas
D : Disiplin dalam menjalankan tugas
I : Ikhlas dalam melayani

C. STRUKTUR ORGANISASI

31
D. Gambaran Situasi Ruang Rawat Inap Arrahmah Rumah Sakit Ibnu Sina
Yarsi Payakumbuh
Rumah Sakit Ibnu Sina Yarsi Payakumbuh mempunyai ruang rawat
inap, salah satunya adalah ruang Arrahmah. Ruang Arrahmahh terdiri dari 16
tempat tidur dimangan (VIP : 2 tempat tidur, kelas I : 8 tempat tidur, Kelas II :
6 tempat tidur), dan Ruang Perasat, Ruang Karu, Ruangan dapur, Ruang
Linen Kotor, dan Ruang Pantry.
1. Kapasitas unit ruangan
Tempat tidur yang ada diruangan Arrahmah Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Yarsi Payakumbuh :

32
Ruangan Jumlah Tempat Tidur
VIP 2
KELAS 1 8
KELAS 2 6
Jumlah 16

2. Analisa terhadap Klien


a. Karakteristik
Pasien yang dirawat diruang Arrahmah pada bulan Febuari 2020 memiliki
diagnose medis diantaranya : Dispepsia, PPOK,CKD, DM Tipe 2, DHF,
Demam Virus, Stroke Iskemik dan CHF.
b. Tingkat Ketergantungan
Jumlah klien diruangan Arrahmah pada 26 Febuari 2020 berjumlah 10
orang dengan tingkat ketergantungan :
Kalasifikasi Pasien Jumlah kebutuhan tenaga

Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam


ketergantungan pasien

Minimal care 0 - - -

Persial care 9 x 0.15 =


9 9x0,27 = 2,43 9x0,10 = 0,9
1.35

Total care 1 1x0,36 = 0,36 1x0,30 = 0,30 1x0,20 = 0,20

Jumlah 10 2,79 1,65 1,1

3. Sumber Daya / Kekuatan Kerja


a. Pola Tenaga Ruangan Arrahmah
No. Nama Pendidikan Status Keterangan

33
Kepegawaian
1. Ns. Haryse Profesi Ners Karu
Tetap
Primadana
2. Risna Merita, D3
Tetap
Amd.Kep Keperawatan
3. Lucyana kampau, D3 Katim
Tetap
Amd.Kep Keperawatan
4. Sri Herdina, D3 Katim
Tetap
Amd.Kep Keperawatan
5. Vivi Astria, D3 Perawat
Tetap
Amd.Kep Keperawatan Pelaksana
6. Fitriatul Hayana, Profesi Ners Perawat
Tetap
Amd.Kep Pelaksana
7. Silvia Kurnia, D3 Perawat
Tetap
Amd.Kep Keperawatan Pelaksana
8. Ns. Nichi Profesi Ners Perawat
Tetap
Kesasih,S.Kep Pelaksana
9. Fadilla El Abbasi D3 Perawat
Tetap
Keperawatan Pelaksana
10. Aurina Zalysti, D3 Perawat
Kontrak
Amd.Kep Keperawatan Pelaksana
11. Rona Hampan D3 Perawat
Kontrak
Keperawatan Pelaksana

b. Sarana Prasarana
1) Inventaris Alat-alat Medis
No. Alat-Alat Jumlah Kondisi
1 Sterilitator 1 Baik
2 Tensimeter digital 2 Baik

34
3 Tensimeter biasa 1 Baik
4 Set tv sedang 2 Baik
5 Set tv kecil 1 Baik
6 Tromol kasa 1 Baik
7 Tong spatel 1 Baik
8 Nald polder 1 Baik
9 Bengkok sedang 2 Baik
10 Troli tv 2 Baik
11 Gunting verban 1 Baik
12 Tourniquet 2 Baik
13 Stetoskop dewasa 2 Baik
14 Thermometer 1 Baik
15 Bengkok kecil 1 Baik
16 Timbangan 1 Baik
17 Korentang 1 Baik
18 Bengkok besar 1 Baik
19 Kom Kapas injeksi tutup 1 Baik
20 Kom kasa SOG tutup 2 Baik
21 Kom betadin kecil 1 Baik
22 Gunting lurus 4 Baik
23 Gunting heating 4 Baik
24 Pinset anatomis 4 Baik
25 Klem lurus anatomis 1 Baik
26 Klem bengkok 1 Baik
27 Stetoskop anak 1 Baik
28 Pinset jerugis 3 Baik
29 Asid chek 1 Baik

35
2) Inventaris Alat-alat Non Medis
a) Alat-alat Tenun
No. Alat-Alat Jumlah Kondisi
1. Laken 29 baik
2. Sarung Bantal 29 baik
3 Perlak 29 baik
4 Stik Laken 29 baik
5 Selimut 29 baik

b) Mobilisator
No. Alat-Alat Jumlah Kondisi
1 Toples bulat 5 Baik
2 Toples petak 4 Baik
3 Lemari obat hight alert 1 Baik
4 Cermin 18 Baik
5 Tisu gulung 19 Baik
6 Hp ruangan 1 Baik
7 Bel pasien 1 Baik
8 Pelobang kertas 1 Baik
9 Hekter 1 Baik
10 Tempat plester 1 Baik
11 Alquran 19 Baik
12 Keranjang kecil 2 Baik
13 Gantungan hand rub 19 Baik
14 Kasur busa 30 Baik
15 Bantal 25 Baik
16 Tempat tidur vip 2 Baik
17 Tempat tidur zal 14 Baik
18 Sofa bed 21 Baik

36
20 Kursi tamu 2 Baik
21 Meja bulat 14 Baik
22 Meja makan 27 Baik
23 Dispenser 12 Baik
24 TV 8 Baik
25 AC 8 Baik
26 Lemari pakaian 1 Baik
27 Jam dinding 8 Baik
28 Lemari wastafel 19 Baik
29 Meja rias 7 Baik
30 Kulkas 1 Baik
31 Kursi plastic 10 Baik
32 Lemari pasien 27 Baik
33 Meja porter 1 Baik
34 Telephone 1 Baik
35 Lemari set kerja 1 Baik
36 Meja kerja 1 Baik
37 Lemari arsip 1 Baik
38 Lemari obat 1 Baik
39 Computer 1 Baik
40 Kipas angina 1 Baik
41 Tong sampah kecil 22 Baik
42 Tong sampah besar 20 Baik
43 Keranjang obat 2 Baik
44 Ember mandi pasien 2 Baik
45 Ember besar 2 Baik
46 Com muntah 2 Baik
47 Troli 1 Baik
48 Gayung 2 Baik

37
49 Urinal 15 Baik
50 Pispot 15 Baik
51 Nebulizer 1 Baik

c) ATK (alat Tulis Kantor)


No. Alat-Alat Jumlah
1. Buku Rawatan 1
2. Buku Obat 1
3. Buku pengembalian rontgen 1
4. Buku Visite dokter 1
5. Buku rujukan 1
6. Buku injeksi 1
7. Buku Pemakaian alat khusus 1
8. Buku Rapat 1
9. Buku Inventaris alat medis 1
10. Buku lembur 1
11. Buku cateran ruangan 1
12. Buku rentang kendali 1
13. Buku pasien pulang 1
14. Buku daftar dinas 1

E. Lingkungan
Dari hasil observasi tanggal 24-27 Februari 2020 didapatkan data :
1. Lingkungan fisik
Kondisi lingkungan ruangan Arrahmah cukup baik tidak ada bangunan
yang rusak karena ruangan Arrahmahh merupakan bangunan baru dilantai
2 RSI yarsi Payakumbuh. Setiap ruangan dapat di gunakan sesuai
fungsinya dan sesuai dengan standar akreditasi, di ruang perawat terdapat
meja karu dan kursi, lemari tempat berkas-berkas dan lemari tempat obat

38
pasien sedangkan di ruang rawat inap terdapat tempat tidur pasien, lemari,
meja, pasien, kaca, TV, AC, dispenser, kursi, meja, dan kamar mandi
untuk pasien.
Rumusan masalah : tidak efektifnya pengendalian dan pencegahan infeksi
2. Lingkungan non fisik
Pencahayaan di ruang Arrahmah cukup, sirkulasi udara ada, suhu ruangan
sejuk karena menggunakan AC ruangan,lingkungan aman dan nyaman,
tidak ada aroma yang tidak sedap di WC tetapi terdapat debu-debu di
sekitar jendela diruangan pasien.
Rumusan masalah: tidak efektifnya lingkungan sekitar
F. Kajian Indikator Mutu Ruangan menggunakan rumus BOR
1) BOR (Bed Occupation Rate)
BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya pemanfaatan
tempat tidur di rumah sakit.

/ X 100%

//

Berdasarkan perhitungan BOR di ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina


Payakumbuh pada bulan Febuari 2020 sebanyak 12,5%.

39
BAB IV
HASIL PENGKAJIAN
MASALAH PELAYANAN KEPERAWATAN

Pada tanggal 9 Maret 2020 sampai 11 Maret 2020 telah dilakukan survey awal
dan data melalui kuesioner, observasi, dan wawancara mengenai masalah yang ada di
ruangan rawat Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh yang berhubungan dengan
manajemen keperawatan. Dari 9 kuesiioner yang disebarkan kepada petugas
kesehatan, 8 kuesioner diisi lengkap, dan 1 kuesioner tidak diisi karena responden
tidak hadir. Sedangkan 20 kuesioner yang disebarkan kepada pasien/ dan keluarga
pasien semua kuesioner diisi lengkap.
A. Analisa Data
1. Kuesioner perawat
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Yang Ada Diruangan Arrahmah
Rumah Sakit Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2020
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid laki-laki 1 12,5 12,5 12,5
perempuan 7 87,5 87,5 100,0
Total 8 100,0 100,0

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa dari 8 orang perawat


lebih dari separoh ( 87,5%) perawat berjenis kelamin perempuan, dan sebagian kecil
(12,5%) perawat berjenis kelamin laki - laki.

40
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi pendidikan Responden Yang Ada Diruangan Arrahmah Rumah Sakit Ibnu
Sina Payakumbuh Tahun 2020

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid D3
6 75,0 75,0 75,0
Keperawatan
S1
2 25,0 25,0 100,0
Keperawatan
Total 8 100,0 100,0

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa dari 8 orang perawat lebih
dari separoh (75%) perawat berpendidikan D3 Keperawatan, dan sebagian kecil
(25%) perawat berpendidikan SI Keperawatan.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Status Perkawinan
Di Ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2020

Berdasarkan Valid Cumulative


hasil
Frequency Percent Percent Percent
Valid Menikah 6 75,0 75,0 75,0
belum
2 25,0 25,0 100,0
menikah
Total 8 100,0 100,0
dari separuh perawat sudah menikah yaitu (75%) dan sebagian kecil perawat belum
menikah yaitu (25%).

41
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Lama Kerja
Di Ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2020

lama.kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1- 5 3 37,5 37,5 37,5
6-10 3 37,5 37,5 75,0
>10 2 25,0 25,0 100,0
Total 8 100,0 100,0

Berdasarkan hasil data diatas dari 8 orang perawat dengan lama kerja yaitu
dengan lama kerja 1-5 tahun sama dengan lama kerja 6-10 tahun yaitu 37,5%.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Status Kepegawaian
Di Ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2020

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tetap 8 100,0 100,0 100,0

Berdasarkan hasil data dari 8 orang responden tentang satus kepegawaian


seluruh pegawai (100%) dengan status kepegawaian tetap .
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Dari Fungsi Perencanaan Manajemen Di Ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina
Payakumbuh Tahun 2020

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
baik 8 100 100 100,0
Total 8 100,0 100,0

42
Berdasarkan data diatas dari 8 orang perawat tentang fungsi perencanaan
diketahui bahwan 8 orang dalam kategori baik (100%)
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Dari Fungsi Pengorganisasian Manajemen Di Ruang Arrahmah RSI Ibnu
Sina Payakumbuh Tahun 2020

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cuku
2 25,0 25,0 25,0
p
baik 6 75,0 75,0 100,0
Total 8 100,0 100,0

Berdasarkan data diatas dari 8 orang perawat tentang fungsi


pengorganisasian lebih dari separoh perawat (75%) dalam kategori baik.
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Dari Fungsi Ketenagaan Manajemen Di Ruang Arrahmah
RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2020

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent
Valid cuku
Berdasarkan 2 25,0 25,0 25,0 hasil
p
separoh perawat
(75%) baik 6 75,0 75,0 100,0 dalam
Total 8 100,0 100,0
kategori baik.

43
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Dari Fungsi Pengarahan Manajemen Di Ruang Arrahmah
RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2020

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent
Valid Cuku
1 12,5 12,5 12,5
p
Baik 7 87,5 87,5 87,5
Total 8 100,0 100,0 100
Berdasarkan hasil data diatas dari 8 orang perawat tentang fungsi
pengarahan lebih dari separoh dalam kategori baik (87,5%).
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Dari Fungsi Pengendalian Manajemen Di Ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina
Payakumbuh Tahun 2020

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent
Baik 8 100 100 100,0
Total 8 100,0 100,0

Berdasarkan hasil data diatas dari 8 orang perawat tentang fungsi


pengendalian sebagian besar dalam kategori baik (100%)

44
Diagram 4.1
Distribusi Frekuensi Menggunakan Konsep Metode Tim Dalam
Asuhan Keperawatan Di Ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh
Tahun 2020

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan 8 orang perawat

tentang menggunakan konsep metode tim dalam melakukan asuhan keperawatan di

ruangan diketahui lebih dari setengah (56 %) responden menjawab selalu

menggunakan konsep metode tim dalam melakukan asuhan keperawatan di ruangan,

sedangkan (44 %) dari responden menjawab kadang-kadang menggunakan konsep

metode tim dalam memberikan asuhan keperawatan.

45
Tabel 4.11
Pre-conference Di Ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun
2020

No Aspek Yang Dinilai Skor

1 Ketua Tim membuka acara 1

2 Ketua Tim menanyakan harian 0

3 Ketua Tim memberi masukan dan tindak lanjut 0

4 Ketua Tim memberi reinforcement 0

5 Ketua Tim menutup acara 1

Skor 2

Persentase 40%

Tabel 4.12
Post-conference Di Ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun
2020

No Aspek Yang Dinilai Skor


1 Ketua Tim membuka acara 1
2 Ketua Tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien 0
3 Ketua Tim menanyakan kendala pemberian asuhan 1

46
4 Ketua Tim menanyakan tindak lanjut pada dinas berikutnya 1
5 Ketua Tim memberikan reinforcement 0
6 Ketua Tim menutup acara 1
Total skor 4
Persentase 66 %

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di ruangan Ar-rahmah RSI Ibnu


Sina Payakumbuh didapatkan bahwa dalam pelaksanaan pre-conference dan post-
conference diruangan belum optimal karena terganggu oleh adanya visite dokter yang
tiba-tiba dan tidak terjadwal serta kurangnya jumlah perawat dalam setiap shift dinas.

Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Di Ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina
Payakumbuh Tahun 2020 Kepuasan pasien

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent
Valid sangat puas 8 100,0 100,0 100,0

Berdasarkan hasil data diatas dari 8 orang pasien tentang kepuasan pasien
didapatkan hasil bahwa semua pasien (100%) sangat puas dengan pelayanan
kesehatan di Ruang Arrahmah RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2020

B. Tabel Pengelompokan Masalah


Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
Pre dan post conference belum 5 5 4 3 4 21 1
optimal
Belum optimalnya penggunaan 3 5 5 2 4 19 2
konsep metode tim dalam asuhan

47
keperawatan
Jumlah tenaga perawat yang tidak 3 2 5 3 2 15 3
seimbang dengan beban kerja

Masalah yang diproritaskan adalah masalah dari skor tertinggi yaitu :


1. Pre dan post comferences belum optimal
2. Belum optimalnya penggunaan konsep metode tim dalam Asuhan
Keperawatan
3. Jumlah tenaga perawat yang tidak seimbang dengan beban kerja

Keterangan :
- Magnetude (Mg) : kecendrungan besar dan seringnya masala terjadi
- Saverity (Sv) : besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini
- Manageability (Mn) : berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur
untuk perubahannya
- Nursing consent (Nc) : melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
- Affordability ; kesediaan sumber daya
Rentang skor yang digunakan yaitu 1-5 :
5 = sangat penting
4 = penting
3 = cukup penting
2 = kurang penting
1 = sangat kurang penting

48
49
C. PRIORITAS MASALAH
Masalah S W O T
No
Keperawatan Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
1. Pre dan post  Adanya motivasi  Kurangnya kesadaran  Adanya mahasiswa  Adanya tuntutan dari
comferences belum dan sosialisasi dari dari petugas STIKes Yarsi masyarakat untuk
optimal kepala ruangan  Memakan waktu yang Bukittinggi yang mendapatkan
 Observasi lama pada saat sedang praktek pelayanan yang
 Format SOP telah melakukan pre dan profesi manajemen optimal
tersedia post conference keperawatan
 Tersedianya waktu  Adanya kerja sama
yang cukup yang baik antara
mahasiswa STIKes
Yarsi Bukittinggi
dengan perawat
ruangan
 Adanya motivasi dari
kepala ruangan

2 Belum optimalnya  Adanya motivasi  Kurang penggunaan  Adanya keinginan  Ada tuntutan dari
penggunaan konsep dan sossialisasi dari konsep metode tim petugas dalam keluarga
metode tim dalam kepala ruangan dalam asuhan pembagian tugas  Hari rawatan yang

50
asuhan keperawatan  Format askep sudah keperawatan dalam bentuk TIM bertambah lama
tersedia  Kelalaian dalam  Adanya dukungan  Kerja tidak
 Sudah dilakukannya mendokumentasian dari kepala ruangan terkoordinir dengan
overan per shift asuhan keperawatan  Menggunakan konsep baik
 Tersedia waktu yang metode tim dalam
cukup asuhan keperawatan
3. Jumlah tenaga perawat  Kuesioner  Kurangnya tenaga  Adanya motivasi  Kerja yang tidak
tidak seimbang  Observasi  Tidak optimalnya kepala ruangan optimal
dengan beban kerja asuhan keperawatan  Asuhan keperawatan
tidak tercapai

D. RUMUSAN MASALAH
No Masalah Data
2 Pre dan post conference belum optimal  Dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 24-
28 Februari 2020, didapatkan bahwa 6 orang (65
%) perawat di ruangan marwa, pre dan post
conference yang dilakukan perawat belum
optimal karena perawat tidak melaksanakan pre
dan post conference sesuai dengan teori (pre dan
post conference dilakukan dalam waktu yang

51
sama, yaitu sebelum overan ke ruangan pasien
dan setelah overan perawat langsung pulang
tanpa melakukan post conference, dan setelah
overan langsung melakukan tindakan. ),
sedangkan 3 orang (35 %) perawat sudah
melakukan pre dan post conference dengan
optimal (posst conference dilakukan apabila ada
keraguan dari katim berikutnya).
2. Belum optimalnya penggunaan konsep  Dari hasil kuesioner yang dilakukan tanggal 24-
metode tim dalam pemberian asuhan 28 Februari 2020, penggunaan konsep metode
keperawatan tim dalam memberikan asuhan keperawatan
belum optimal. Sebagian perawat masih jarang
menggunakan konsep metode tim dalam
memberikan asuhan keperawatan
 Berdasarkan hasil observasi didapatkan belum
terlaksananya peran dan tugas yang sesuai
karena masih kurangnya ketenagakerjaan
terutama katim, yang mana seharusnya di setiap
shift harus ada katim dan ruangan Arrahmah
hanya tersedia 1 orang katim.
3 Jumlah tenaga perawat tidak seimbang  Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

52
tanggal 24-28 Februari 2020 didapatkan bahwa 6
orang (55 %) jumlah tenaga perawat tidak
seimbang sehingga ruangan kekurangan tenaga
kerja untuk memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan, dimana jumlah pasien pada tanggal
24 Februari 2020 pada shift pagi sebanyak 13
orang pasien, dengan tingkat ketergantungan
Total care tidak ada, Parsial care 13 orang, dan
Minimal care tidak ada, , dimana berdasarkan
rumus Douglass seharusnya perawat yang shift
pagi sebanyak 5 orang dan yang ditemukan di
lapangan sebanyak 3 orang.

53
D. Planning Of Action (POA)
NO MASALAH TUJUAN URAIAN SASARAN METODE MEDIA DANA WAKTU PJ
KEGIATAN
1 Pre dan post Menganalis Melakukan pre -Seluruh Role play -Seluruh Mahasisw Tgl 2 - merda
comferences belum a masalah dan post petugas petugas a Februari -aya
optimal secara kritis conerences setiap -Mahasiswa dan - ratna
dan shift dinas dengan mahasiswa -ani
menjabarka melibatkan - randi
n cara mahasiswa
penyelesaia
n
masalahnya
2 Belum optimalnya Untuk Setiap pelayanan Seluruh Role play Seluruh Mahasisw Tgl 2 -Husna
penggunaan konsep memperjela kesehatan supaya petugas dan Petugas a Februari -fifi
metode tim dalam s tugas dan menggunakan mahasiswa Desminasi dan 2020 - vira
Asuhan peran serta metode konsep ilmu mahasiswa - tipa
Keperawatan meningkatk tim -bella
an kerja - suci
sama tim

54
BAB VI

EVALUASI DAN IMPLEMENTASI

Setelah dilakukan analisa dan observasi di ruang rawat inap ArRahmah Rumah Sakit

Ibnu Sina Payakumbuh oleh mahasiswa program studi Profesi Ners STIKes Yarsi Bukittinggi

yang diawali dengan obseravsi serta pembagian kuesioner yang ke 2 sampai 9 Maret 2020

kepada perawat dan pasien diruang rawat inap Ar Rahmah sehingga masalah yang

terindentifikasi adalah pre dan post conference belum optimal, belum optimalnya penggunaan

konsep metode tim dalam asuhan keperawatan serta sarana dan prasarana yang belum

memadai.

Penggunaan konsep metode tim dan komunikasi dalam overan sudah diketahui oleh

perawat di ruang rawat inap Ar Rahmah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Payakumbuh akan

tetapi belum terlaksana dengan maksimal,begitu juga dengan pelaksanaan pre dan post

conference.

Pre dan post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum melaksanakan

pada pasien dan setelah melaksanakan asuhan keperawatan. Perawat ruang rawat inap Ar

Rahmah sudah melakukan pre dan post conference dengan baik namun belum optimal. Hal

ini disebabkan oleh kesibukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien sehingga belum bisa melaksanakan pre dan post conference sebagaimana mestinya.

Metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat

professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada kelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Penerapan

metode tim sudah dilakukan dengan baik diruang Ar-rahmah. Namun terdapat beberapa

hambatan yang menyebabakan perawat belum menerapkan metode tersebut dengan

maksimal. Hal ini disebabkan oleh faktor ketidakseimbangan jumlah perawat dengan jumlah

55
pasien yang ada ,sehingga metode tim dan pre post converence belum bisa dilaksanakan

dengan efisien.

A. Implementasi kegiatan

Untuk mengatasi masalah tentang pre dan post conference, penggunaan konsep metode

tim belum optimal dalam asuhan keperawatan, maka kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Pada tanggal 2-7 Maret 2020 mahasiswa telah melakukan role play atau bermain

peran sebagai karu, katim,dan perawat pelaksana sudah melakukan dengan baik.

2. Pada tanggal 2 Maret 2020 mahasiswa telah melakukan desiminasi ilmu kepada

petugas. Dalam pelaksanaan desiminasi ilmu kepada petugas ruangan rawat inap Ar

Rahmah RSI Ibnu Sina Yarsi Payakumbuh mahasiswa telah melakukan transfer ilmu

mengenai pre post comference dan metode tim.

3. Membuat inovasi ruangan berupa map status pasien sesuai dengan dokter, papan

informasi tim a dan tim b untuk mempermudah petugas dalam melakukan pekerjaan

dan dalam mencari status pasien pada saat dokter visite

B. Analisa Pencapaian Hasil

NO Masalah Kendala

1 Pre dan post conference Man - Kurang nya motivasi untuk

belum optimal melakukan pre dan post

konfrence

- Jumlah tenaga yang sedikit

dan pasien yang banyak

sehingga petugas hanya

terfokus pada tindakan ke

pasien

56
- Membudayakan Metode pre

dan post setiap pergantian

shift dinas

Metode Tidak ada kendala

Money Tidak ada kendala

Material Tidak ada kendala

Market Tidak ada kendala

2 Belum optimalnya Man - Jumlah petugas yang ada

penggunaan konsep tidak sesuai dengan beban

metode tim dalam asuhan kerja

keperawatan - Tingkat ketergantungan

pasien yang tinggi

Metode - Membudayakan metode

konsep tim setiap pergantian

shift dinas

Money Tidak ada kendala

Material Tidak ada kendala

Market Tidak ada kendala

57
C. Target Pencapaian

Target pencapaian yang diharapkan untuk semua permasalahan tentu semaksimal mungkin

(100%), akan tetapi terdapat beberapa kendala yang menyebabkan target tersebut belum

mampu tercapai maksimal yaitu :

No Masalah Target Yang Kendala

pencapaian tercapai

1 Pre dan post 80% 70% Man - Jumlah tenaga yang

conference yang sedikit dan pasien

belum oprtimal yang banyak sehingga

hanya terfokus pada

tindakan ke pasien

- Kurang nya motivasi

untuk melakukan pre

dan post confrence

Metode - Metode pre dan post

conference sudah

digunakan namun

belum maksimal

Money Tidak ada kendala

Material Tidak ada kendala

Market Tidak ada kendala

58
2 Belum optimalnya 80% 60% Man - Jumlah petugas yang

penggunaan konsep ada tidak sesuia

metode tim dalam dengan beban kerja

asuhan keperawatan - Tingkat

ketergantungan pasien

yang tinggi

Metode - Membudayakan

metode konsep tim

setiap pergantian shift

dinas

Money Tidak ada kendala

Material Tidak ada kendala

Market Tidak ada kendala

59
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Metode tim merupakan suatu metode asuhan keperawatan dimana seorang perawat

professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan atau kesehatan dengan

berdasarkan konsep kooperatif dan kolaboratif. Dalam metode tim ada beberapa personil

yang berperan didalamnya yaitu, kepala ruangan berperan sebagai seorang perawat

professional yang di beri tanggung jawab untuk mengelola kegiatan pelayanan

keperawatan di satu ruangan rawat, ketua tim berperan sebagai seorang perawat yang

bertugas mengepalai sekelompok tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan di ruangan rawatan, dan perawat pelaksana berperan sebagai seorang tenaga

kesehatan yang bertanggung jawab dan diberikan wewenang untuk memberikan asuhan

keperawatan pada pasien di ruang rawatan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan di ruang rawat inap Ar-

rahmah RSI Ibnu Sina Yarsi Payakumbuh yang dimulai dari tanggal 27 februari 2020

didapatkan masalah keperawatan yang berdasarkan prioritas yaitu konsep metode tim atau

pembagian tugas yang belum optimal dan belum jelas serta pre conference yang belum

optimal.

Sehubungan dengan itu maka dirumuskan pemecahan masalah berupa desiminasi

ilmu tentang penggunaan konsep metode tim serta pelaksanaan pre conference yang baik.

Penilaian format untuk pelaksanaan konsep metode tim dengan cara pembagian

tugas perawat sudah dilaksanakan meskipun belum 100% maksimal, dan pelaksanaan pre

conference mulai dilaksanakan dengan baik.

60
B. SARAN

1. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Payakumbuh

Diharapkan selalu menginformasikan dan melakukan evaluasi tentang

pelaksanaan konsep metode tim dengan cara pembagian tugas perawat sesuai dengan

tanggung jawab masing-masing serta pelaksanaan preconference yang lebih baik.

2. Instalasi Ruang Rawat Inap Ar-rahmah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina

Payakumbuh

Diharapkan ruangan Ar-rahmah bisa melaksanakan pre-conference dan

metode tim yang lebih baik.

3. Kepala Ruangan

Diharapkan kepala ruangan selalu memberikan motivasi dan semangat,

pengarahan kepada anggotanya agar dapat membiasakan konsep metode tim dengan

cara pembagian tugas sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.

61
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sajumi. (2000). Manajemen keperawatan, aplikasi dan praktek keperwatan

profesional. Edisi 2, Salemba Medika. Jakarta.

Case A, Wallis A (2011) Efektifitas comunication : Principle of nursing practice E.

Nursing standar. 25, 32, 35-37. Date Of Acepance: February 2011.

Daunglas. (1975). Manajemen mutu pelayanan kesehatan, teori, strategi dan aplikasi,

Vol. 1. Erlangga University Pres. Surabaya.

Depkes, 2010. Undang-undang kesehatan pasal 23. Tentang prokdutifitas kerja yang

optimal. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dewi Musdiah (2010). Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Perpasien Terhadap

Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di Rsud Raden Mataher.

Erwin (2014). Komunikasi Efektif Di Situasi Emergenci Struktur, Komunikasi Di

Emergenci Untuk Keselamatan Pasien, Seminar Internasional Emergenci Cardiac

Nursing Inisial Nursing Assessment.

Grend & Messy. (1999). Manajemen sumber daya manusia. Bumi aksara. Jakarta.

Gilsites. (1986). Manajemen keperawatan dan aplikasi. Salemba Medika. Jakarta.

Gunung Agung Tim Penyusunan, (2008). Buku Pegangan Pratikum Semester V. DIII

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta.

International Labour Office (ILO), 1989. Pencegahan kecelakaan (Seri manajemen No.

132). Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.

Lestari Sukma Rini. (1990). Pelayanan Sdm Rumah Sakit. Pusat Kajian Ekonomi

Kesehatan UI Depok.

Modul Policy & Prosedure SbarComunication Of Interprofesioner Communication Sbar

http/// www.azhha.org/patien-safety/documents sbartoolkit-ooo. PdF

62
Nursalam M. Nurs. (2011). Manajemen keperawatan :Aplikasi Dalam praktek

manajemen keperawatan profesional. Salemba Medika. Jakarta.

Peraturan Mentri Kesehatan Republic Indonesia Nomor 169/MENKES/PER/VIII/2011.

Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Puslibag IKM FK UGM dan Program S2 Hiperkes UGM 2000. Kumpulan Makalah

Khusus K3 Rumah Sakit. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran.

Roger. (2000). Perilaku Organisasi, Konse, Kontrol, Versi Dan Aplikasi. Jakarta.

Sharp Health Care (2007). Communication using the SBAR Model Desember, 2007.

63

Anda mungkin juga menyukai