Disusun Oleh :
3B Kebidanan
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas waktu dan kesempatan yang diberikan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
sampaikan terima kasih untuk sebesar – besar nya untuk yang terlibat secara langsung yaitu
Ibu Dr. Marni Br Karo, SST. M. Kes selaku Dosen dari Mata Kuliah Asuhan Kebidanan V
(Komunitas) maupun pihak tidak langsung dalam penyusunan makalah ini yang berjudul
“ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PRAKTISI BIDAN DI KOMUNITAS”
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini bisa dikatakan masih jauh dari kata
sempurna untuk itu kami menerima kritik dan saran yang membangun agar kedepannya kami
bisa lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pelayanan kebidanan merupakan salah satu upaya kesehatan yang diberikan
oleh tenaga kebidanan yang telah terdaftar dan terlisensi sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk dapat melakukan praktik kebidanan. Pelayanan kebidanan diberikan pada
wanita sepanjang masa reproduksinya yang meliputi masa pra kehamilan, kehamilan,
persalinan, nifas; bayi baru lahir; dan anak usia di bawah lima tahun(balita). Hal
tersebut mendasari keyakinan bahwa bidan merupakan mitra perempuan sepanjang
masa reproduksinya. Sebagai pelaksana pelayanan kebidanan, bidan merupakan tenaga
kesehatan yang strategis dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Angka kematian
tersebut sebagian besar terjadi di wilayah terpencil. Salah (Penelitian, Keahlian, Ri,
Gatot, & Senayan, 2016)
Hingga tahun 2014, Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) mencatat
terdapat sebanyak 280.263 bidan yang mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR).
Jumlah tersebut terbanyak kedua setelah tenaga keperawatan yang sejumlah 281.111
orang (Kementerian Kesehatan, 2015). Data terbaru MTKI per November 2015, ada
sebanyak 353.003 bidan yang telah diregistrasi. Bahkan jumlah tersebut merupakan
jumlah terbanyak jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kesehatan lainnya (666.069)
(Wawancara dengan Pengurus Pusat IBI, 2016). Dalam kenyataannya, terdapat
berbagai masalah kesehatan terkait dengan profesi bidan. Seperti pelayanan kebidanan
belum dirasakan oleh semua penduduk Indonesia. Hal ini dikarenakan profesi bidan
yang belum berkembang dari segi kompetensi dan pendidikan, akses yang menyulitkan
untuk mendapatkan pelayanan kebidanan, masih adanya budaya pertolongan persalinan
oleh paraji, dan kebijakan pemerintah yang tidak mendorong semangat penempatan
bidan di desa (Wawancara dengan Pengurus Pusat IBI, 2016). (Penelitian et al., 2016)
Seorang bidan harus melakukan tindakan dalam praktik kebidanan secara etis
serta harus memiliki etika kebidanan yang sesuai dengan nilai-nilai keyakinan filosofi
profesi dan masya- rakat. Selain itu bidan juga berperan memberi- kan pelayanan yang
maksimal dan profesional, memberika pelayanan yang aman dan nyaman. Disinilah
kita harus memastikan bahwa semua peNolong persalinan mempunyai pengetahuan,
ketrampilan dan alat untuk memberikan perto- longan yang aman dan bersih. Adanya
1
etika pe- layanan bisa memberikan kepedulian, kewajib- an dan tanggung jawab moral
yang dimiliki oleh bidan tentang hidup dan makna kesehatan se- lama daur kehidupan.
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat dunia, juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia, juga
mempengaruhi munculnya masalaha atau penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan
teknologi atau ilmu pengetahuan yang menilbulkan konflik terhadap nilai. Arus
kesejgatan ini tidak dapat dibendung. Pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan.
Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juag dalam praktek
kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti Bidan yang berkerja di RS,
RB atau Institusi Kesehatan lainnya, Bidan Praktek Mandiri mempunyai tanggung
jawab yang lebih besar karena harus mempertanggung jawabkan sendiri apa yang
dilakukan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas
mengontrol dirinya sendiri. Situasi inni akan besar sekali pengaruhnya terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpanngan etik.
2
BAB II
PEMABAHASAN
2.1 STANDAR PRAKTEK KEBIDANAN
Menurut penelitian MARIYANI, DEASY (2011) .Untuk mewujudkan pelayanan
kebidanan yang berkualitas diperlukan adanya standar sebagai acuan bagi bidan dalam
memberikan asuhan kepada klien di setiap tingkat fasilitas pelayanan kesehatan. Dasar
hukum yang dipakai dalam pelaksanaan standar pelayanan kebidanan pada pelayanan
antenatal oleh bidan adalah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
: 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Bidan dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
Berikut adalah standar pelayanan kebidanan :
1 Standar I: Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan
langkah: pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosis,
perencanaan, evaluasi, dan dokumentasi. (Soepardana, Suryani, Hajjah. 2016.
Hal 108-111)
Definisi operasional:
a. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan
medis
b. Format manajemen kebidanan terdiri dai format pengumpulan data,
rencana format pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan.
2 Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis
dan bersinambungan. Data yang diperoleh citatat dan dinalisis.
Definisi operasional:
a. Ada format pengumpulan data
b. Pengumpulan data dilakukan secara sistematis terfocus, yang meliputi
data:
1) Demografi identitas klien
2) Riwayat penyakit terdahulu
3) Riwayat kesehatan reprodukdi
3
c. Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi Analisis data
d. Data dikumpulkan dari:
1) Klien /pasien, keluarga, dan sumber lain
2) Tenaga kesehatan
3) Individu dalam lingkungan terdekat
e. Data diperoleh dengan cara:
1) Wawancara
2) Observasi
3) Pemeriksaan fisik
4) Pemeriksaan penunjang
3 Standar III : Diagnosis Kebidanan
Diagnosis kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah
dikumpulkan.
Definisi operasional
a. Diagnosis kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi
klien atau suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan
sesuai dengan wewenang bidan dan kebutuhan klien
b. Diagnosis kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas, sistematis
mengarah pada asuhan kebidanan yang diperilaku oleh klien
4 Standar IV : Rencana Asuahan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosis kebidanan
Definisi operasional:
a. Ada format rencana asuhan kebidanan
b. Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosis, rencana
tindakan dan evaluasi
5 Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan
keadaan klien, tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Definisi operasional:
a. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi
b. Format tindakan kbidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi
c. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
perkembangan klien
4
d. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan
wewenang bidan atau tugas kolaboras
e. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik
kebidanan, etika kebidanan, serta mempertimbangkan hak klien untuk
merasa aman dan nyaman
f. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia
6 Standar VI : Partisipasi klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama/partisipasi klien dan keluarga dalam
rangka peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan
Definisi operasional:
a. Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang
1) Status kesehatan saat ini
2) Rencana tindakan yang akan dilaksanakan
3) Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan
4) Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan
b. Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan
tindakan/kegiatan
7 Standar VII : Pengawasan
Pemantauan/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus
untuk mengetahui perkembangan klien
Definisi operasional
a. Ngawasan adanya format pengawasan klien
b. Pengawasan dilkasanakan terus-menerus secara sistematis untuk
mengetahui keadaan perkembangan
c. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah
disediakan
8 Standar VIII: Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus-menerus seiring dengan tindakan
kebidanan yang diberikan dan evaluasi dan rencana yang telah dirumuskan.
Definisi perasional:
a. Evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan kebidanan bagi klien,
sesuai dengan standar ukur yang telah ditatapkan
b. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan
c. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan
5
9 Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan kebidanan yang diberikan
Definisi operasional:
a. Dokumentasi dilaksanakan untuk setiap langkah manajemen kebidanan
b. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur, sistematis, jelas, dan ada yang
bertanggun dari pelag jawab
c. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanan asuhan kebidanan
6
a. Terdapat pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan
mekanisme kerja di unit pelayanan tersebut yang disahkan oleh
pimpinan
b. Terdapat standar pelayanan yang mengacu pada pedoman
standar alat, standar ruangan, standar ruangan, standar
ketenagaan yang telah disahkan oleh pimpinan
c. Terdapat prosedur tetap untuk setiap jenis kegiatan atau tindakan
kebidanan yang disahkan oleh pimpinan
d. Terdapat rencanan atau program kerja di setiap institusi
pengelolaan yang mengacu pada institusi induk
e. Terdapat bukti tertulis penyelenggaraan pertemuan berkala
secara teratur, dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen rapat.
f. Terdapat naskah kerja sama, program praktik dari institusi yang
menggunakan lahan praktik program, pengajaran klinik, dan
penilaian klinik.
g. Terdapat bukti administrasi yang meliputi buku registrasi.
3. Standar III : Staf dan Pimpinan
Pengelolaan pelayanan kebidanan mempunyai program pengelolaan
sumber daya manusia (SDM), agar pelayanan kebidanan berjalan efektif
dan efisien.
Defini operasional
a. Terdapat program kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan
b. Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian
c. Terdapat jadwal dinas yang menggambarkan kemampuan setiap
tenaga per unit yang menduduki tanggung jawab dan
kemampuan yang dimiliki oleh bidan.
d. Terdapat seorang bidan pengganti dengan peran dan fungsi yang
jelas dan kualifikasi minila selaku kepala rungan berhalangan
bertugas.
e. Terdapat data personel yang bertugas di ruangan tersebut.
4. Standar IV : Fasilitas dan Peralatan
Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian tujuan
pelayanan kebidanan sesuai dengan beban tugasnya dan fungsi institusi
pelayanan.
7
Definisi operasional
a. Tersedia peralatan yang sesuai dengan standar dan terdapat
mekanisme keterlibatan bidang dala perencanaan dan
pengembangan sarana dan prasarana
b. Terdapat buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah
barang dan kualitas barang
c. Terdapat pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat
tertentu
d. Terdapat prosedur permintaan dan penghapusan alat
5. Standar V : Kebijakan dan Prosedur
Pengelolaan pelayanan memiliki kebijakan dalam penyelenggaraan
pelayanan dan pembinaan personel menuju pelayanan berkualitas.
Definisi operasional
a. Terdapat kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan
standar pelayanan yang disahkan oleh pimpinan
b. Terdapat prosedur personalia, penerimaan pegawai kontrak
kerja, hak dan kewajiban personalia.
c. Terdapat prosedur pengajuan cuti personal, istirahat, sakit, dll.
d. Terdapat prosedur pembinaan personel
6. Standar VI : Pengembangan staf dan program pendidikan
Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki program pengembangan saf
dan perencanaan pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Definisi operasional
a. Terdapat program pembinaan staf dan program pendidikan
secara berkesinambungan
b. Terdapat program pelatihan dan orientasi bagi tenaga bidan atau
personal baru dan lama agar dapat beradapatasi dengan
pekerjaan.
c. Terdapat data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi
hasil pelatihan.
7. Standar VII : Standar asuhan
Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan atau
manajemen kebidanan yang yang ditetapkan sebagai pedoman dalam
memberi pelayanan kepada klien.
8
Definisi operasional
a. Terdapat standar manajemen kebidanan (SMK) sabagai
pedoman dalam memberi pelayanan kebidanan.
b. Terdapat format manajemen kebidanan yang tercantum dalam
catatan medik
c. Terdapat pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien
d. Terdapat diagnosa kebidanan
e. Terdapat rencanan asuhan kebidanan
f. Terdapat dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan
g. Terdapat evaluasi dalam memberi asuhan kebidanan
h. Terdapat dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan
9
1991 sebagai pedoman dalam perilaku. Kode Etik Bidan Indonesia mengandung
beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah tujuan dan bab.
Secara umum kode Etik tersebut berisi 7 Bab. Ketujuh bab tersebut dan dibedakan atas
tujuh bagian yaitu : (Pengurus Pusat IBI 2010, Hal. 6-10 )
1 Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
2 Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
3 Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir )
4 Kewajiban bidan terhadap profesinya (3butir)
5 Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
6 Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
7 Penutup (1 butir)
BAB I
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT
10
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentinga
klien , menghotmati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA
BAB III
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA
KESEHATAN LAINNYA
BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA
11
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjungjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantisa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
BAB V
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI
BAB VI
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH, NUSA,
BANGSA DAN TANAH AIR
BAB VII
PENUTUP
12
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa
mengahayati dan mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.
13
g. Bidan berkewajiban atas diri mereka sebagai manusia brmoral
termasuk tugas untuk menghormati diri sendiri dan menjaga
nama baik
2 Praktik kebidanan
a. Bidan memberi asuhan kepada ibu dan keluarga yang mengasuh
anak, disertai sikap menghormati keberagaman budaya dan
berupaya untuk menghilangkan praktik yang berbahaya
b. Bidan memberi harapan nyata suatu persaliann terhadap ibu di
masyarakat, dengan maksud, minial tidaka ada ibu yang
menderita akibat kondepsi atau persalinan
c. Bidan harus menerapkan pengetahuan profesi untuk menjamin
persalianan
d. Bidan merespons kebutuhan psikologis, fisik, emosi, dan
spiritual ibu yang mencari pelayanan kesehatan, apapun
kondisinya
e. Bidan bertindak sebagai role model (panutan) dalam promosi
kesehatan untuk ibu sepanjang siklus hidupnya, keluaraga, dan
profesi kesehatan lain
f. Bidan secara aktif meningkatkan kemampuan intelektual dan
profesi sepanjang karir bidan dan memadukan peningktatan
tersebut ke dalam praktik mereka
3 Kewajiban profesi bidan :
a. Bidan menjamin kerahasiaan informasi klien dan bertindak
bijaksana dalam menyebarkan informasi tersebut.
b. Bidan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka
berdasarkan hasil asuhan bagi ibu.
c. Bidan diperkenankan untuk menolak berpartisipasi dalam
kegiatan yang bertentangan dengan moral akan tetapi, bidan
perlu menumbuhkan kesadaran individu untuk tidak
mengabaikan pelayanan kesehatan esensial bagi ibu.
d. Bidan memahami akibat buruk pelanggaran etika dan hak asasi
manusia (HAM) bagi kesehtan ibu dan anak dan mengindaari
pelanggaran ini.
14
e. Bidan berpartisipasi dalam pembangunan dan pelaksaan
kesehatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan keluarga
yang mengasuh anak.
4 Peningkatan pengetahuan dan praktik kebidanan:
a. Bidan menjamin bahwa peningkatan pengetahuan kebidanan
dilandasi oleh aktivitas yang melindungi hak wnita sebagai
manusia.
b. Bidan mengembangkan dan berbagi pengetahuan melalui
berbagai proses seperti pee review dan penelitian.
c. Bidan berpartisipasi dalam pendidikan formal mahasiswa
kebidanan dan bidan
15
Tujuan registrasi praktik kebidanan adalah :
1) Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat.
2) Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian
kasus mal praktik.
3) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Aplikasi proses registrasi dalam praktik kebidanan adalah sebagai berikut, bidan
yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi
kepada kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna
memperoleh SIB (Surat Izin Bidan) selambat-selambatnya satu bulan setelah menerima
ijazah bidan. (Purwoastuti, Endang. 2015. Hal. 98)
16
2.5 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS
Peran dan tanggung jawab bidan di komunitas meliputi kemampuan menila
tradisi, budaya, nilai-nilai dan norma hukum di masyarakat. Dengan memiliki
kemampuan tersebut bidan akan mempunyai kemampuan dalam memberikan
penyuluhan dan pelayanan kepada individu, keluarga dan masyarakat mampu bertindak
secara profesional, yaitu mampu memisahkan ilai-nilai masyarakat dengan nilai – nilai
atau keyakinan pribadi, bersikap tidak menghakimi, tidak membeda-bedakan, dan
menjalankan standar prosedur kepada semua orang yang diberikan pelayanan.
Tanggung jawab bidan di komunitas meliputi beberapa hal berikut : (Yulifah, Rita.
2009. Hal. 7-8)
Menurut hasil penelitian dari (Sumiati, Fristikawati, & Susiarno, 2018)
memperlihatkan bahwa ketentuan mengenai tenaga kesehatan berdasarkan atribusi
Pasal 21 ayat (3) UU Kesehatan seharusnya diatur didalam Undang‐Undang. Bidan
sebagai salah satu tenaga kesehatan berdasarkan ketentuan tentang tenaga kesehatan
yang ada saat ini telah memperoleh perlindungan hukum secara represif maupun
preventif. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa Bidan tidak memiliki
kedudukan hukum yang setara dengan profesinya, antara batas kewenangan dengan
tanggung jawab yang dimiliki oleh Bidan. Sehingga berdasarkan hasil penelitian perlu
adanya ketentuan dan kepastian hukum untuk tenaga kesehatan berupa Undang‐
Undang berikut dengan peraturan pelaksana lainnya yang sesuai. Serta perlu adanya
Undang‐Undang Kebidanan dan penyesuaian terhadap peraturan pelaksana pengelola
yang mengatur tentang Bidan khususnya tentang standar profesi/kompetensi dalam
mejalankan kewenangan dalam melaksanakan tugas profesinya.
a. Menjaga pengetahuannya tetap up to date , berusaha secara terus-
menerus mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemahiran.
b. Mengenalli batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadi, dan tidak
berupaya untuk bekerja melampui wewenangnya dalam memberikan
pelayanan klinik.
c. Menerima tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta
konsekuensi dari suatu keputusan.ekuensi dari suatu keputusan.
d. Berberkomunikasi dan bekerja sama dengan para pekerja kesehatan
profesional lainnya (perawat, dokter, dan lain-lain) dengan rasa hormat
dan bermartabat
17
e. Memelihara kerja sama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit
pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal
f. Melakukan pemantauan mutu yang mencakup penilaian sejawat,
pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus-kasus, dan audit
maternal perinatal (AMP)
g. Bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk meningkatkan akses
dan mutu asuhan kesehatan
h. Menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan status perempuan serta
kondisi hidup mereka dan menghilangkan praktik kultur yang terbukti
merugikan perempuan. Gambaran masyarakat Indonesia dengan
penduduk yang hidup dalam lingkungan bersih, berperilau hidup sehat,
mampu mengjangkkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
merupakan impian bagi kita semua.
18
2.6 PERAN DAN FUNGSI BIDAN DALAM ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
Peran, fungsi, tugas/tanggung jawab, dan kompetensi bidan dirumuskan sesuai
dengan wewenang yang diberikan pemerintah kepada bidan dalam melaksanakan
tugasnya. Asuhan mendasar kebidanan komunitas mencakup pencegahan, deteksi dini
untuk rujukan, asuhan kegawatdaruratan, maternal dan neonatal, pertolongan pertama
pada penyakit, pengobatan ringan, asuhan pada kondisi kronik, dan pendidikan
kesehatan. Untuk menangani hal tersebut maka bidan perlu melaksanakan kegiatan
seseuai dengan kewenangannya dalam menjalankan praktik mandiri. Bidan mempunyai
peran, fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan asuhan
kebidanan komunitas. (Dwi Wahyuni, Elly. 2018. Hal. 14-18)
1 Peran Bidan Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan
kesehatan (promosi kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan
pendekatan siklus kehidupan, melakukan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di
komunitas serta melakukan rujukan kebidanan bila mana ada kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan demikian, bidan
dituntut harus kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan. Dalam
upaya pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan reproduksi
ibu dan anak, maka bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti (IBI, 2005).
a. Peran sebagai Pelaksana Bidan sebagai pelaksana memberikan
pelayanan kebidanan kepada wanita dalam siklus kehidupannya
yaitu asuhan ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neoantus,
bayi anak dan balita, remaja, masa antara, keluarga berencana
dan lansia. Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga kategori
tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas
ketergantungan.
1) Tugas Mandiri Tugas mandiri bidan meliputi hal – hal
berikut ini.
a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan yang diberikan.
19
b) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak
remaja dan dengan melibatkan mereka sebagai
klien. Membuat rencana tindak lanjut
tindakan/layanan bersama klien.
c) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama
kehamilan normal.
d) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam
masa persalinan dengan melibatkan klien /
keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam
masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia
subur yang membutuhkan pelayanan keluarga
berencana.
h) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan
gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam
masa klimakterium serta menopause.
i) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita
dengan melibatkan keluarga dan pelaporan
asuhan.
2) Tugas Kolaborasi Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama)
bidan, yaitu:
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
c) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko
tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
20
d) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan risiko tinggi serta keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
nifas dengan risiko tinggi serta pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien
dan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien
dan keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan
risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
1) Tugas ketergantungan Tugas-tugas ketergantungan
(merujuk) bidan, yaitu:
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga.
b) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi
dan rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko
tinggi serta kegawatdaruratan.
c) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi
serta rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan
keluarga.
d) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi
dan rujukan pada ibu dalam masa nifas yang
21
disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan
dengan melibatkan klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan
yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita
dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan
yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan klien/keluarga.
b. Peran sebagai Pengelola Sebagai pengelola bidan memiliki 2
tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan
tugas partisipasi dalam tim.
1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah
kerjanya.
2) Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim
untuk melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui
dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain
yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
c. Peran sebagai Pendidik Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas
yaitu:
1) Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
2) Melatih dan membimbing kader.
d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator Bidan melakukan investigasi
atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok, yaitu:
1) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan
dilakukan.
2) Menyusun rencana kerja pelatihan.
3) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
4) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
5) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
6) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.
22
2 Fungsi Bidan Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai
dengan peranannya. Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan
di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai berikut.
a. Fungsi Pelaksana Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-
hal sebagai berikut.
1) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu,
keluarga, serta masyarakat (khususnya kaum remaja) pada
masa praperkawinan.
2) Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan
normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan
kehamilan dengan risiko tinggi.
3) Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis
tertentu.
4) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan
risiko tinggi
5) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas
6) Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
7) Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan
prasekolah
8) Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan
wewenangnya.
9) Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus
gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa
klimakterium internal dan menopause sesuai dengan
wewenangnya.
23
2) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di
lingkungan unit kerjanya.
3) Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan
antarsektor yang terkait dengan pelayanan kebidanan.
5) Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan
kebidanan.
24
a. Konsep dan sasaran kebidanan komunitas
b. Masalah kebidanan komunitas
c. Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga , kelompok dan
masyarakat
d. Strategi pelayanan kebidanan komunitas
e. Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas
f. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam
keluarga serta masyarakat
g. Factor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak
h. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.
2 Pengetahuan tambahan
a. Kepemimpinan
b. Pemasaran sosial
c. Peran serta masyarakat (PSM)
d. Audit maternal perinatal (AMP)
e. Perilaku kesehatan masyarakat
f. Program pemerintah yang terakhir dengan kesehatan ibu dan anak
(safe motherbood dan Gerakan Sayang Ibu)
g. Paradigma sehat tahun 2010
3 Keterampilan dasar
a. melakukan pengelolahan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi
balita, dan kb dimasyarakat.
b. Mengindetifikasi status kesehatan ibu dan anak
c. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan pondok bersalin
desa (polides)
d. Mengelola polides
e. Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan laktasi ,
bayi , balita
f. Melakukan pergerakan dan pembinaan peran serta masyrakat untuk
mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak
g. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4 Keterampilan tambahan
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS
25
b. Melakukan pelatihan dan pembinaan dukun bayi
c. Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan
kewenagannya.
d. Menggunakan teknologi kebidanan tepat guna .
26
kerjasama lintas sektor merupakan kerjasama yang melibatkan
institusi/departemen lain, misalnya Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), DLL.
4. Dalam pelayanan komunitas diperlukan pendekatan terhadap pemuka
atau pejabat masyarakat untuk mendapat dukungan, sehingga dapat
menentukan kebijakan nasional atau regional. Pendekatan terhadap
pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi sampai dengan
tingkat desa dengan tujuan yang akan dicapai adalah adanya
kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan. Dan
pendekatan yang lebih menekankan pada proses dilaksanakan
masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan
sendiri sesuai kemampuan, misalnya kader dan dukun
5. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (asuhan
kehamilan,
6. persalinan, nifas, bayi, balita, KB, serta pengayonan medis kontrasepsi)
7. Menggerakan dan membina peran serta masyarakat
8. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader dan dukun
bayi
9. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan
10. Membina kerjasama lintas program dan lintas sektoral dan LSM
11. Melakukan rujukan medis
12. Medeteksi secara dini adanya efek samping kontrasepsi serta adanya
penyakitpenyakit lainnya
27
Kehadiran bidan saat pelaksanaan Posyandu berdampak baik terhadap
pencapaian pemanfaatan Posyandu. Ukuran keberhasilan bidan di komunitas
adalah lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi
kebutuhan kesehatan, sehingga semakin tinggi partisipasi masyarakat
menguntungkan bagi bidan akan kegiatan promosi kesehatan, dan sebagainya
(Mubarak dan Chayatin, 2009). Penelitian
28
2.10 BIDAN PRAKTIK SWASTA
Bidan selain bertugas di puskesmas atau di Rumah Sakit, sesuai dengan
kewenangannya bidan serta peraturan yang ada dapat juga melakukan praktik secara
mandiri. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Bidan Praktik Swasta (BPS). Apakah yang
dimaksud dengan BPS itu, yaitu suatu institusi pelayanan kesehatan secara mandiri
yang memberikan asuhan dalam lingkup praktik kebidanan.
Menurut Permenkes no 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan, BPS disebut juga dengan Praktik Mandiri Bidan (PMB) adalah tempat
pelaksanaan rangakaian kegiatan pelayaan kebidanan yang dilakukan oleh bidan secara
perseorangan, dengan memenuhi persyaratan yang berlaku antara lain kepemilikan
STRB (Surat Tanda Registrasi Bidan), SIPB (Surat Izin Praktik Bidan), serta sarana
dan prasarana yang memadai dan administrasi lainnya.
Praktik Mandiri Bidan (PMB) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di
bidang kesehatan dasar meliputi serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang bertugas mempunyai tanggung jawab
yang besar karena harus mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan. PMB
selain berfungsi sebagai tempat pelayanan masayarakat terutama ibu dan anak,
hendaknya pula dapat berfungsi sebagai tempat pemberdayaan masyarakat yang juga
berperan ikut serta dalam kegiatan peran serta masyarakat, misalnya pada:
a. Kegiatan posyandu
Melakukan kegiatan posyandu bekerjasama dengan masyarakat dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan ibu dan anak serta KB.
b. Membina posyandu
Bidan bertanggung jawab atas kegiatan posyandu di wilayah kerjanya. Kegiatannya
berupa turut memantau keberlangsungan kegiatan posyandu, pembagian tugas di antara
kader, menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan posyandu,
serta mengadakan pertemuan dengan warga.
c. Membina kader
Sebagai pelaksana kegiatan posyandu maka Kader kesehatan harus di bina dengan
melakukan pelatihan – pelatihan diantaranya melatih cara penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan, lingkar tangan dan lingkar kepala, pencatatan pada buku
register, pencatatan hasil pemeriksaan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) dan pemberian
Pengganti Makanan Tambahan (PMT).
29
d. Membina posbindu
Selain kegiatan posyandu bidan juga turut serta melaksanakan kegiatan posbindu (pos
pembinaan terpadu). Pelayanan ini sasarannya untuk kelompok masyarakat sehat,
berisiko, dan penyandang Penyakit Tidak Menular (PTM) atau usia di atas 15 tahun,
seperti diabetes mellitus (DM), kanker, penyakit jantung, penyakit paru. Posbindu juga
merupakan salah satu bentuk UKBM.
Sumber : Dwi Wahyuni, Elly. 2018. Bahan Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 19-20
2.11 KASUS
Rabu, 14 Agustus 2019 Klinik aditama medika 2 di grebek polisi karna
melakukan praktik aborsi. Dinas kesehatan bekasi menelusuri obat-obatan di klinik
tersebut. ‘Kliniknya sendiri juga tidak terdaftar dikata (DINKES), jadi memang kita
tidak tahu dari mana obat-obatan itu, “ujar kepala dinas kesehatan kabupaten bekasi ,
Sri Enny Mynarti ‘enny mengatakan sejumlah obat-obatan anastesi di temukan polisi
saat pengenggeledahan klinik aditama medika 2 ‘obat anastesi sama obatnya
golongannya engga say abaca kemaren. Obatnya itu ampulnya tidak telalu terlihat jelas
“ Ujar Sri. Sri menyebut izin klinik aditama medika 2 kedaluwarsa. Pemilik , al,
memiliki izin untuk klinik dengan nama lain dengan nama lain di tempat yang lain
namun kemudian pemilik memindahkan tempat praktek ke lokasi dengan nama lain . “
kalau klinik itu punya izinya di tempat lain”. Taman raya (tambun) , namanya pakai
aditama medika. Tapi dia sendiri memindahkan klinik itu kekampung siluman ini
(klinik aditama medika 2) sudah di support supaya baik-baik perizinannya tapi yang
bersangkutan pernah datang ke puskesmas, Cuma berkasnya tidak lengkap “harusnya
berkasnya lengkap dan harus ada IMBnya , harus ada surat izin praktiknya tetapi ini
tidak lengkap” ujar sri. Sri mengaku baru mengetahui adanya praktik aborsi di klinik
Aditama medika 2 dari pihak kepolisian . sri menyebut perawat hingga bidannya tidak
memiliki izin peraktik ‘ Ngga ada semua . sudah saya kasih peringatan, jadi semuanya
belom ada surat izin praktik ujar sri. Kasus ini terungkap setelah polisi mendapatkan
informasi adanya praktik aborsi di klinik pratama tersebut tim buser polsek tambun
kemudian melakukan penyelidikan hingga dilakukan penggerebekan Kelima pelaku
yang diamankan adalah AL (50thn) selaku pemilik klinik, MPN (25thn) selaku pekerja
30
di klinik, serta perempuan berinisial HM (25thn) dan pasangnnya , WS (40thn), yang
meminta aborsi di tempat serta Y ( 33tahun) perantara HM dan klinik Aditama Medika.
Dalam kasus di atas ada beberapa pelanggaran yang di berikan kepada pelaku tersebut
.
1. Peraturaan Menteri Kesehatan republic Indonesia nomer HK
02.02./MENKES/149/2010Tentang izin dan pelanggaran praktik bidan ( klinik
aditama )
2. Permenkes RI nomer 1464 / Menkes / SK/X/2010 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGRAAN PRAKTIK BIDAN (klinik aditama)
3. MPN (25tahun) mendapatkan Pasal 299 yaitu diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun
4. Y (33tahun) dan WS (40THN ) mendapatkan pasal 346 yaitu diancam dengan
pidana penjara paling lama 4 tahun
5. HM (25THN) medapatkan pasal 347 diancam dengan pidana penjara paling lama 12
tahun
31
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Seorang bidan harus melakukan tindakan dalam praktik kebidanan secara etis
serta harus memiliki etika kebidanan yang sesuai dengan nilai-nilai keyakinan filosofi
profesi dan masya- rakat. Selain itu bidan juga berperan memberi- kan pelayanan yang
maksimal dan profesional, memberika pelayanan yang aman dan nyaman. Disinilah
kita harus memastikan bahwa semua peNolong persalinan mempunyai pengetahuan,
ketrampilan dan alat untuk memberikan perto- longan yang aman dan bersih. Adanya
etika pe- layanan bisa memberikan kepedulian, kewajib- an dan tanggung jawab moral
yang dimiliki oleh bidan tentang hidup dan makna kesehatan se- lama daur kehidupan.
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat dunia, juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia, juga
mempengaruhi munculnya masalaha atau penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan
teknologi atau ilmu pengetahuan yang menilbulkan konflik terhadap nilai. Arus
kesejgatan ini tidak dapat dibendung. Pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan.
Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juag dalam praktek
kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti Bidan yang berkerja di RS,
RB atau Institusi Kesehatan lainnya, Bidan Praktek Mandiri mempunyai tanggung
jawab yang lebih besar karena harus mempertanggung jawabkan sendiri apa yang
dilakukan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas
mengontrol dirinya sendiri. Situasi inni akan besar sekali pengaruhnya terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpanngan etik.
3.2 SARAN
Jika makalah ini masih jauh dalam kata sempurna harap dimaklumi, karna kami
masih dalam tahap proses belajar. Tapi kami tetap menerima kritik dan saran agar
kedepannya kami akan menjadi lebih baik lagi.
31
DAFTAR PUSTAKA
Sumiati, B., Fristikawati, Y., & Susiarno, H. (2018). Tanggungjawab Bidan Terkait
Kegagalan Dalam Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Ditinjau Dari Segi
Hukum Perdata. Soepra, 3(2), 162. https://doi.org/10.24167/shk.v3i2.778
Suryani Soepardin, Hajjah 2016. Etika kebidanan dan hukum kesehatan , Jakarta: EGC
Soepardana, suryani, hajjah.2016. Konsep kebidanan . Jakarta : EGC.
32