Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PELAYANAN KEBIDANAN DALAM SISTEM


PELAYANAN KESEHATAN
“ATURAN KEBIDANAN SAAT INI”
DOSEN :NURLIAH, S.SiT., MM

OLEH :
NAMA : MAULIZA DEWI
NIM : 2115302091

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DARUSSALAM
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
saya panjatkan puji dan puja syukur atas kehadhirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas yang berjudul tentang “ATURAN KEBIDANAN SAAT INI”.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal mungkin dengan bantuan
arahan dari dosen pegampu mata kuliah. Terlepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah saya. Akhir kata saya
berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembacanya.

Lhokseumawe,9 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................

Daftar Isi ...............................................................................................................

Bab I Pendahuluan ................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................


1.1 Tujuan .......................................................................................................
1.2 Manfaat .....................................................................................................

Bab II Tinjauan Pustaka .......................................................................................

2.1 Pengertian praktik mandiri .......................................................................

2.2 Tanggung Jawab Bidan dalam Melakukan Tindakan Pertolongan Letak


Sungsang yang Menyebabkan Kematian Bayi Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 1464 Tahun 2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan dan Standar Profesi Bidan.................................................

2.3Implementasi Tanggung Jawab Hukum Bagi Bidan Praktik Mandiri atas


Tindakan Bidan Dalam Melakukan Pertolongan Persalinan Letak Sungsang
.......................................................................................................................4

Bab III Penutup .....................................................................................................

1.1 Kesimpulan ...............................................................................................


2.3 Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Tenaga Kesehatan memiliki peran penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan


kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara social dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam UUD Republik Indonesia Tahun
1945. Tenaga kesehatan harus mempunyai kualifikasi minimum, dan dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dilakukan sesuai dengan bidang keahlian dan
kemampuan yang dimiliki, serta wajib memiliki izin dari pemerintah bagi tenaga
kesehatan tertentu.

Pemerintah saat ini memprioritaskan penurunan angka kematian ibu


sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah
Nasional 2014-2019. Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
kesehatan terutama diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga
kesehatan. Dengan kebijakan ini diharapkan fasilitas pelayanan kesehatan makin dekat
dan makin mudah terjangkau masyarakat. Demikian pula cakupan dan kualitas
pelayanan kesehatan reproduksi (Depkes, 2014:26). Dalam menyediakan upaya
pelayanan kesehatan yang lebih luas, merata dan bermutu pada setiap anggota
masyarakat dibutuhkan pengelolaan fasilitas sarana kesehatan, peralatan, sumber daya
manusia yang berkesinambungan baik di tingkat puskesmas maupun di tingkat rumah
sakit umum daerah dan rumah sakit umum tingkat provinsi (Indradjaja, Dasmiredja,
Sutarjo, 1993:65).

Bidan telah diakui sebagai sebuah profesi tenaga kesehatan di Indonesia yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan selanjutnya
disebut (UU Tenaga Kesehatan) sehingga untuk dapat dikatakan sebagai seorang yang
bekerja profesional, maka bidan harus memahami sejauh mana peran dan fungsinya
sebagai seorang tenaga kesehatan (Muchtar, 2015:32-33). Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X Tahun 2010 tentang Izin dan Praktik
Bidan selanjutnya disebut (Permenkes Izin dan Praktik Bidan), dalam menjalankan
praktik bidan berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, kesehatan anak,
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. IBI melakukan upaya dengan
mempertahankan dan menjaga mutu profesionalisme guna memberi perlindungan bagi
masyarakat sebagai penerima jasa dan bidan sendiri sebagai pemberi jasa pelayanan.
Disamping itu IBI juga menilai kepatuhan setiap bidan terhadap kode etik profesi dan
kesanggupan melakukan praktik mandiri (Mustika Sofyan, et.al, 2006:260-261).

Bidan selaku profesi yang mengemban amanah akan kesehatan ibu dan anak,
mempunyai kedudukan yang bermutu profesional dalam peningkatan pelayanan
kesehatan. Namun demikian peran dan fungsi organisasi profesi bidan belum mampu
mengontrol yang baik dalam praktik pelayanan kebidanan.

1.2 Tujuan

Agar mengetahui Tanggung jawab bidan praktik mandiri dalam melakukan tindakan
darurat persalinan.

1.3Manfaat

Untuk mengetahui tanggung jawab yang harus dilakukan seorang bidan di praktik
bidan mandiri nya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bidan Praktek Mandiri


Bidan Praktek Mandiri (BPM) merupakan bentuk pelayanan
kesehatan di bidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh nidan kepada pasien
(individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya. Bidan yang yang menjalankan praktek harus memiliki
Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek pada
saran kesehatan atau program. (Imamah, 2012) Bidan Praktek Mandiri
memiliki berbagai persyaratan khusus untuk menjalankan prakteknya,
seperti tempat atau ruangan praktek, peralatan, obatobatan. Namun pada
kenyataannya BPM sekarang kurang memperhatikan dan memenuhi
kelengkapan praktek serta kebutuhan kliennya. Di samping peralatan yang
kurang lengkaptindakan dalam memberikan pelayanan kurang ramah dan
bersahabat dengan klien. Sehingga masyarakat berasumsi bahwa
pelayanan kesehatan bidan praktek mandiri tersebut kurang memuaskan.
(Rhiea,2011). Menurut Permenkes nomor 28 tahun 2017 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan, Bidan memiliki kewenangan untuk
meberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
2.2Tanggung Jawab Bidan dalam Melakukan Tindakan Pertolongan
Letak Sungsang yang Menyebabkan Kematian Bayi Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1464 Tahun 2010 Tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan dan Standar Profesi Bidan
a.Tanggung jawab moral
Tanggung jawab ini timbul apabila bidan dalam melaksanakan praktik
mandiri telah melanggar norma-norma yang ada didalam masyarakat
sehingga bertentangan dengan sumpah yang telah diucapkan pada saat
bidan lulus dari pendidikan untuk dapat memberikan asuhan kebidanan
kepada masyarakat. b.Tanggung jawab Etis
Tanggung jawab ini berlaku dalam melaksanakan tugasnya yaitu
melakukan prakek mandiri telah mengabaikan tugas yang diberikan untuk
melakukan pelayanan kepada masyarakat atau menyimpang dari kode etik.
c.Tanggung Jawab Secara Hukum
Tanggung jawab hukum perdata Dalam hal ini terdapat adanya
perjajian antara bidan dengan pasien untuk membantu persalinan yang
tentunya diharapkan berjalan dengan baik, namun kenyataannya bidan
tidak memenuhi perjanjian tersebut. Dengan terjadinya wanprestasi tentu
saja akan menimbulkan kerugian bagi pasien, oleh karena itu pasien
berhak untuk menuntut ganti rugi. Hak pasien untuk mendapatkan ganti
rugi atas suatu wanprestasi, di samping didasarkan pada ketentuan hukum
perikatan juga didasarkan juga pada ketentuan hukum kesehatan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 58 Undang-undang No. 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan yang menentukan bahwa: “Setiap orang berhak
menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan
kesehatan yang diterimanya”.
2.3Implementasi Tanggung Jawab Hukum Bagi Bidan Praktik
Mandiri atas Tindakan Bidan Dalam Melakukan Pertolongan
Persalinan Letak Sungsang
Bidan bertanggungjawab secara mutlak terhadap tindakan yang
dilakukan maupun keputusan yang dibuat dalam memberikan jasa
pelayanan kebidanan. Namun perbuatan bidan dalam menjalankan praktik
seringkali masih terjadi kesalahan dan kelalaian sehingga mengakibatkan
kerugian pada diri pasien dan perbuatan bidan tersebut seringkali disebut
dengan tindakan bidan malpraktik. Salah satu solusi untuk penyelesainnya
dilakukan oleh IBI, dimana IBI memberikan sanksi sesuai dengan
peraturan-peraturan yang ada di IBI.
Sedangkan penyelesaian kasus malpraktik yang termasuk dalam
kategori malpraktik perdata dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu cara
litigasi (melalui proses peradilan) dan cara nonlitigasi (diluar proses
peradilan).apabbila dipilih cara litigasi atau melalui proses peradilan, maka
pasien atau penggugat dappat mengajukan gugatannya dipengadilan negeri
di wilayah kejadian. Apaila dipilih cara non litigasi atau diuar proses
peradilan, maka kedua belak pihak, yaitu pasien dan bidan berupaya untuk
mencari kesepakatan tentang penyelesaian sengketa. Dalam proses ini
diupayakan mencari cara penyelesaian yang cenderung berdasarkan
pemahaman kepentingan kedua pihak. Apabila, perbuatan bidan tersebut
termasuk dalam kategori malpraktik pidana, maka kasus tersebut harus
diselesaikan melalui jalur litigasi. karena dengan hukum perdata yang
bertujuan untuk mencari perdamaian antara kedua pihak yang bersengketa
atau dalam hal ini tenaga kesehatan dengan pasiennya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan aturan untuk bidan yang akan menjalankan praktik mandiri
dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan harus menempuh pendidikan
minimal Diploma III (DIII) kebidanan. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal
2 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Pelenggaraan Praktik Bindan. Bentuk pelayanan kebidanan
harus berpedoman pada standar pelayanan kebidanan yang dikeluarkan oleh
pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.

3.2Saran

Semoga dengan adanya aturan ini yang sudah diberlakukan hendaknya


Pemerintah mendukung adanya praktik kebidanan dan memajukan sistem dan
aturan- aturan bagi para bidan yang ingin memajukan praktik mandiri di setiap
desa ataupun wilayah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ari, K. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Google Scholar
2. Astuti, E.W., Tajmiati, A., Suryani, E. (2016). Konsep Kebidanan Dan
Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Google Scholar
3. Algra, N.E., (et al), Kamus Istilah Hukum, Fockema Andrea, Diterjemahkan
oleh Saleh Adiwinata, Binacipta, Bandung, 1983
4. Alexandra Indriyanti Dewi, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book
Publisher, Yogyakarta, 2008

Anda mungkin juga menyukai