Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH PROFESIONALISME DALAM KEBIDANAN


“PENGKAJIAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM
BERBAGAI TATANAN PELAYANAN KESEHATAN”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3


KELAS D1
PRODI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG

Asnia Ida Nuraini Roihatun Janah


Desi Irawati Juwita Bunga H Sari Bulan
Dewi Krista Khoerotunisa Sukmawati
Eny Rahmawati Laras Pujiawati Toifatul Jannah
Euis Saadah H Latibes Juliana S Toti Lumban G
Ezra Markus Lilis Karlina Vita Febriyanti
Febri Dianata Melida Sihotang Wulan Purnamasari
Fenny Puji A Norahys Yeti Henrawati
Flora Melva S Nur Angriani H Yuliana Napan
Hasnaedar Nur Siti Mahmud
Heppy Mayantika Nurfadhilah

STIKes BHAKTI PERTIWI INDONESIA


Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul: “Pengkajian Tanggung Jawab Bidan Dalam Berbagai
Tatanan Pelayanan Kesehatan”.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima saran guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Jakarta, 06 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Pengkajian tanggung jawab bidan dalam tatanan pelayanan
kesehatan…………….…………………........................................................2
2.2 Lingkup Praktik............................................................................................14
2.3 Lisensi...........................................................................................................16
BAB III PENUTUP................................................................................................17
3.1 Kesimpulan...................................................................................................17
3.2 Saran.............................................................................................................17
Daftar Pustaka.........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga kesehatan merupakan salah satu sumber daya kesehatan yang
menunjang kualitas pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan berupaya
melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya berdasarkan standar dan
etika profesi dengan pertimbangan moral dan nilai-nilai agama.
Kesehatan merupakan kebutuhn pokok setiap manusia, karena kesehatan
merupakan modal utama manusia dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Hak dalam memperoleh pemeliharaan kesehatan ibu dan anak akan
melibatkan tenaga kesehatan khususnya bidan, karena pelayanan kebidanan
erat hubungannya dengan kesehatan wanita, sejak remaja, masa calon
pengantin, masa kehamilan, persalinan, nifas hingga menopause serta
memantau tumbuh kembang balita serta anak sekolah.
Begitu pentingnya pentingnya peran bidan dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi manusia khususnya seorang wanita, oleh karena itu untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang baik maka pada makalah ini akan
membahas pengkajian tanggung jawab bidan dalam tatanan pelayanan
kesehatan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memahami pengkajian
tanggung jawab bidan dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Tanggung jawab apa saja yang diberikan seorang bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanggung jawab bidan dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan


Sebagai tenaga professional, bidan memikul tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan
tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang
dilakukannya.
1. Tanggung Jawab Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan tenaga kesehatan
ditetapkan di dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan
kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik
bidan diatur didalam peraturan atau kepuasan menteri kesehatan.
Kegiatan praktik bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus
dapat mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemempuan
profesionalnya. Oleh karena itu bidan harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan mengikuti pelatihan, pendidikan
berkelanutan, seminar, serta pertemuan ilmiah lainnya.
3. Tanggung jawab terhadap penyimpanan catatan kebidanan
Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatan dalam bentuk
catatan tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang dilayaninya dapat
dipertanggungjawabkan bila terjadi gugatan. Catatan yang dilakukan bidan
dapat digunakan sebagai bahan laporan untuk disampaikan kepada
atasannya.
4. Tanggung jawab terhadap keluarga yang dilayani
Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kepada ibu dan anak yang
meminta pertolongan kepadanya. Ibu dan anak merupakan baglan darl
keluarga. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat kegiatannya dengan
keluarga.tanggung Jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu dan anak,
tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga.

Macam-macam jenis pelayanan kesehatan


a. Pelayanan kesehatan masyarakat primer
Pelayanan kesehatan primer adalah pelayanan peningkatan dan
pencegahan tanpa mengabaikan pengobatan dan pemulihan dengan
sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat. Pelayanan kesehatan
perorangan primer (PKPP) adalah pelayanan kesehatan dimana terjadi
kontak pertama secara perorangan sebagai proses awal pelayanan
kesehatan. Sarana utama PKPP terdiri dari: Puskesmas, Klinik pratama,
Praktek dokter/dokter gigi, Praktek perawathome care, Praktek Bidan
(Praktik Mandiri Bidan/PMB): Praktek fisioterapiS, Pengobatan
tradisional, alternatif dan komplementer yang secara ilmiah telah
terbukti keamanan dan khasiatnya: Sarana pelayanan bergerak
(ambulatory). Sarana Penunjang PKPP terdiri dari: Unitfarmasi
puskesmas; Laboratorlum klinik: Radiologi: Apotek; Toko obat; dan
Optik.
b. Pelayanan kesehatan perorangan sekunder (PKPS)
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder (PKPS) adalah pelayanan
kesehatan spesialistik yang menerima rujukan dari pelayanan kesehatan
perorangan primer, yang meliputi rujukan kasus, spesimen, dan ilmu
pengetahuan serta dapat merujuk kembali ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang merujuk.
Upaya kesehatan sekunder adalah upaya kesehatan rujukan
lanjutan,yang terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan sekunder dan
pelayanan kesehatan masyarakat sekunder. Sarana utama PKPS terdirl
dari: Rumah Sakit setara kelas C dan D milik Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Masyarakat, dan Swasta;
 Praktek Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis;
 Praktek Perawat Spesialis (home care);
 Klinik Utama.
 Sarana penunjang PKPS terdiri dari:
 Instalasi farmasi rumah sakit;
 Laboratorium klinik;
 Radiologi;
 Apotek;
 Rehabilitasi medik;
 Optik.
c. Pelayanan kesehatan perorangan Tersier (PKPT)
Pelayanan kesehatan perorangan tersier menerima rujukan
subspesialistik dari pelayanan kesehatan di bawahnya, dan dapat
merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk. Upaya
kesehatan tersier adalah upaya kesehatan rujukan unggulan yang terdiri
dari pelayanan kesehatan perorangan tersier dan pelayanan kesehatan
masyarakat tersier.
Sarana utama PKPT terdiri dari:
1) Rumah Sakit minimal setara kelas B milik Pemerintah
Daerah,Pemerintah Daerah kabupaten/Kota, Masyarakat, dan
Swasta;
2) Praktek Dokter Sub-Spesialis/Dokter Gigi Sub-Spesialis;
3) Klinik Utama Sub-Spesialis.
Sarana penunjang PKPT terdiri dari:
1) Instalasi farmasi rumah sakit;
2) Laboratorium klinik;
3) Radiologi:
4) Apotek;
5) Rehabilitasi medik;
6) Optik
No Layanan Kesehatan Layanan Kesehatan
Layanan Kesehatan Tersier
Primer Sekunder
1 Pelayanan kebidanan Penapisan (scrining) awal Penaplsan (scriningl awal
esensial kasus & stabilisasi kasus & stabillsasi
normal→otonomi,
mandiri, dan
pendelegasian
2 Promotif dan preventif Kolaborasi penanganan Kolaborasi penanganan
komplikasi dan komplikasi dan
kegawatdaruratan matemal kegawatdaruratan matemal
neonatal (TIM Ponek) neonatal Kompleks
(TIMPonek)
3 Deteksl dini rest Asuhan lanjut pasca Asuhan lanjut pasca tindakan
maternal dan neonatal tindakan medic pada kasus medic pada kasus komplikasi
komplikasi maternal neonatal yang
maternalneonatal kompleks (interprofesional
(interprofesional healt care) healt care)
4 PPGDON (slabilisasi
prarujukan dan rujukan)
5 Kebidanan Komunitas
Pembina Posyandu dan
6
UKBM
Kolaborasi TIM Poned
7
(interprofesional)
d. Peran dan fungsi Bidan di Fasilitas Pelayanan dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Tugas pelayanan Mandiri/ Primer:


Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab bidan
sesuai kewenangannya meliputi:
 Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
yang diberikan.
 Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan mellbatkan
mereka sebagai klien.
 Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal
 Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan
dengan melibatkan klien/keluarga.
 Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
 Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien/keluarga.
 Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan KB.
 Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan nifas.
Peran Bidan dalam pelayanan Kesehatan berupa pelayanan yang bersifat
Promotif (Promosi) dan Preventif (pencegahan). Ruang lingkup kegiatan
Promotif (promosi kesehatan) dan preventif kesehatan dalam pelayanan
kebidanan adalah sebagai berikut:
 Pada bayi
 Pada balita
 Pada masa remaja
 Masa hamil
 Masa Nifas
 Ibu menyusui
 PUS/WUS
 Klimakterium dan Menopouse
2. Layanan Kebidanan sekunder/kolaborasl
Layanan kebidanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh
bidan sebagal anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan
atau sebagal salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan
kesehatan.
3. Layanan Kebidanan Tersier/rujukan
Layanan kebidanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan
dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan
rujukan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/fasilitas pelayanan
kesehatan lain secara horisontal maupun vertikal atau ke profesi
kesehatan lainnya. Layanan kebldanan yang tepat akan meningkatkan
keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
e. Kewenangan bidan dalam praktik kebidanan
Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan
oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.Adapun wewenang bidan
dalam praktik kebidanan diatur dalam permenkes no 28 tahun 2017,
diantaranya:
 Pelayanan kesehatan ibu
Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
 Konseling pada masa sebelum hamil;
 Antenatal pada kehamilan normal;
 persalinan normal;
 lbu nifas normal;
 Ibu menyusui; dan
 Konseling pada masa antara dua kehamilan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
Bidan berwenang melakukan:
 Episiotomi;
 Pertolongan persalinan normal;
 Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan ll;
 Penyajiannya enanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan;
 Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
 Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
 Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif;
 Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum:
 Penyuluhan dan konseling;
 bimbingan pada kelompok ibu hamil;dan
 pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
 Pelayanan kesehatan anak
Pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak
balita, dan anak prasekolah. Bidan berwenang melakukan Pelayanan
neonatal esensial, Penanganan kegawatdaruratan yang dilanjutkan
dengan perujukan, pemantauan tumbuh kembang bayi anak balita,
anak prasekolah, serta konseling dan penyuluhan.
 Pelayanan neonatal esensial yaitu:
 IMD
 Pemotongan dan perawatan tali pusat
 Pemberian suntik Vit K1,
 Pemberian imunisasi HB0,
 Pemeriksaan fisik BBL,
 Pemantauan tanda bahaya,
 Pemberian tanda identitas diri
 Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalamkondisi stabil
dan tepat waktu ke Fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mampu.
 Penanganan kegawatdaruratan yaitu:
 Penanganan awal asfiksia BBL, melalui pembersihan jalan nafas,
ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung.
 Penanganan awal hipotermia pada BBL dengan BBLR melalui
atau fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh bayi dengan
metode kangguru.
 Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alcohol
atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan
kering.
 Membersihkan dan pemberian salep mata pada BBL dengan
infeksi gonorea (GO)
 Pemantauan tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
meliputi: Penimbangan BB, pengukuran lingkar kepala, pengukuran
TB/PB, stimulasi deteksi dini, dan intervensidini penyimpangan
tumbuh kembang balita dengan menggunakan kuesioner praskrining
perkembangan (KPSP).
 Konseling dan penyuluhan, meliputi pemberian komunikasi,
informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan keluarga tentang perawatan
bayi baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir,
pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi keimbang. PHBS, dan tumbuh
kembang.
f. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
dijelaskan pada pasal 21 yaitu bidan berwenang memberikan:
 Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana.
 Pelayanan kontrasepsi oral kondom, suntikan.
g. Pengaturan Peran Bidan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan
Beberapa produk hukum yang berkaitan dengan peran bidan dalam
pelaksanaan Permenkes No 53 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Neonatal pada Bayi Baru Lahir yaitu:
 UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1).
 Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 62 Ayat
(1).
 Undang-undangNo 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 2
ayat (1),
 Kepmenkes No.369/Menkes SK/II/2007 Tentang Standar Profesl
Bidan,
 Kepmenkes No.938/Menkes SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan,
 Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
Pasal 17 ayat (1).
 Permenkes No 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
Pasal 11 ayat.

h. Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Yang Mempengaruhi Peran


Bidan Dalam Memberikan Pelayanan Neonatal Pada Bayi Baru Lahir
 Faktor pendukung yang mempengaruhi pelayanan kesehatan.
Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 menerangkan bahwa:"Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
serta fasilitas pelayanan umum yang layak". Adanya sarana
prasarana dalam hal inl puskesmas, pustu (puskesmas pembatu).
serta pelaksanaan posyadu tersebut menjadi suatu kemudahan bagi
masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya terutama pelayanan
kesehatan neonatal bayi baru lahir.
Puskesmas mempunyai tanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat,yang
keduanya apabila dilihat dari sistem Kesehatan Nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama,sesuai dengan pasal 7 huruf
cPeraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2004 tentang pusat
kesehatan masyarakat bahwa dalam menyelenggarakan fungsinya
puskesmas berwewenang untuk
menyelenggarakan kesehatan yang berorientasi pada individu
keluarga, kelompok dan masyarakat.
 Faktor Penghambat
Faktor penghambat adalah Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan.
Sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (2) UU No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan yaitu: Sumber daya di bidang kesehatan adalah
segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, kesediaan farmasi
dan alat-alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan
teknologi yang dimanfaatkan untuk meyelenggarakan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan/atau Masyarakat.
Kurangnya tenaga kesehatan bidan dimana penyebaran bidan belum
merata pada setiap desa, karena masih ada bidan yang bertugas di
dua desa sekaligus sehingga bayi baru lahir tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan dengan optimal.
Kurangnya tingkat pengetahuan bidan, karena bidan yang
bertugas masih kurang berpengalaman sehingga keterampilan/skill
yang dimiliki masih rendah bidan dalam menjalankan praktik harus
sesuai dengan kewenangan yang didasarkan pada kompetensi yang
dimilikinya (lihat Pasal 62 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan). Menurut
penjelasan Pasal 62 ayal (1) huruf c UU Tenaga Kesehatan,yang
dimaksud dengan "kewenangan berdasarkan kompetensi" adalah
kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan secara mandiri
sesuai dengan lingkup dan tingkat kompelensinya, antara lainuntuk
bidan adalah ia memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan
kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak,dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Jika bidan tdak
melaksanakan ketentuan dalam Pasal 62 ayat (1) UU Tenaga
Kesehatan,ia dikenai sanksi administratif.
Ketentuan sanksi ini diatur dalam Pasal 82 ayat (1)UU Tenaga
Kesehatan. Sanksi yang dikenal dalam UU Tenaga Kesehatan adalah
sanksi administratif,yakni sanksi ini dijatuhkan jika bidan yang
bersangkutan dalam menjalankan praktiknya tidak sesuai dengan
kompelensi yang dimilikinya. Dengan kata lain, jika memang
memberikan obat atau suntikan bukanlah kompetensi yang
dimilikinya, maka sanksi yang berlaku padanya adalah sanksi
administratif bukan sanksi pidana. Akan tetapi, apabila ternyata
pertolongan persalinan itu merupakan suatu kelalaian berat yang
menyebabkan penerima pelayanan kesehatan menderita luka berat,
maka bidan yang bersangkutan dapat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun. Sedangkan jika kelalaian berat itu
mengakibatkan kematian,bidan tersebut dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun (lihat Pasal 84 UU Tenaga
Kesehatan).
Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan atau perawat
dilakukan di luar kewenangannya karena mendapat pelimpahan
wewenang. Hal ini disebut dalam Pasal 65 ayat (1) UU Tenaga
Kesehatan yang berbunyi bahwa dalam melakukan pelayanan
kesehatan, Tenaga Kesehatan dapat menerima pelimpahan tindakan
medis dari tenaga medis. Adapun yang dimaksud dengan tenaga
medis dalam Pasal 11 ayat (2) UU Tenaga Kesehatan adalah
dokter,dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
Kemudian yang dimaksud tenaga kesehatan yang disebut dalam
penjelasan pasal di atas antara lain adalah bidan dan perawat.
Bentuk dari pelanggaran ini bermacam-macam.Seperti
pemberian pelayanan yang tidak sesuai dengan kewenangan bidan
yang telah diatur dalam Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Sanksi yang
diberikan kepada bidan bisa berupa pencabutan ijin praktek bidan,
pencabutan SIPB sementara, atau bisa juga berupa denda.Selain itu
bidan juga bisa mendapat sanksi hukuman penjara jika melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.Apabila
seorang bidan melakukan pelanggaran kode etik maka penyelesaian
atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI.
Sedangkan apabila seorang bidan melakukan pelanggaran yuridis
dan dihadapkan ke muka pengadilan. Maka IBI melalui MPA dan
MPEB wajib melakukan penilaian apakah bidan tersebut telah benar-
benar melakukan kesalahan.
Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau
kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaian
bidan,dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan
standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan
hukum kepada bidan tersebut dalam menghadapl tuntutan atau
gugatan di pengadilan.
 Kewenangan Bidan Dalam Pemberian Obat Pada Bayl
Progam pemerintah dalam Permenkes No. 28 tahun 2017 tentang
penyelenggaraan praktik kebidanan memang memperbolehkan bidan
dalam menangani bayi dan balita sakit sesuai dengan pedoman
MTBM dan MTBS karena hal tersebut dapat sangat membantu
dalam mengurangi angka kematian bayi dan balita.
Tetapi dalam hal pemberian obat terhadap bayi dan balita sakit
bidan tidak memiliki wewenang dan tidak memlliki kompetensi
sehingga disini dapat terjadi konflik jika terjadi kesalahan dalam
pemberian obat,terutama dalam pedoman MTBS dan MTBM obat
yang sering di gunakan adalah antibiotik.Antibiotik sendiri jika di
berikan tidak sesuai usia dan sesuai dosis maka akan berakibat
sebaliknya yaitu dapat melemahkan system kekebalan tubuh manusia
yang akan mengakibatkan lebih mudah penyakit masuk kedalam
tubuh bayi dan balita tersebut.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian bahwa yang berkompetensi dibidang
obat adalah profesi farmasi.Tetapi dalam keadaan tertentu seperti
kegawatdaruratan dan tidak adanya tenaga kesehatan lain didaerah
tempat bidan tersebut praktek (tidak adanya tenaga kesehatan lain
didaerah tersebut dinyatakan dengan keterangan dari Dinas
Kesehatan setempat).
Bidan boleh melakukan penanganan atau pemberian obat
terhadap bayi dan balita tetapl sesuai dengan panduan MTBS dan
MTBM dan sesual dengan batasan-batasan penyakit yang sudah
ditentukan. Penyakit yang dapat ditangani oleh bidan sesual dengan
MTBS dan MTBM adalah diare, demam, masalah telinga, status gizi,
dan anemia,dengan catatan masih dalam klasifikasi rendah dan
sedang, jika sudah pada tahap klasifikasi yang berat maka pasien
tersebut harus segera dirujuk.
Permenkes No.28 tahun 2017 tentang penyelenggaraan praktik
kebidanan kedudukannya berada lebih tinggi dari Peraturan
Pemerintah No. 51 Nomor Tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, hal ini dapat menjadi suatu payung hukum bagi seorang
bidan dalam menangani pasien yaitu balita dan bayi dalam
pemberian obat sesuai dengan buku panduan MTBS dan MTBM dan
sesuai dengan batasan kompetensi pengetahuan bidan tentang obat.
Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (6) Pasal ini mempertegas bahwa
petugas kesehatan wajib melakukan upaya kesehatan termasuk dalam
pelayanan gawat darurat yang terjadi baik dalam pelayanan sehari-
hari maupun dalam keadaan bencana. Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009 terdiri dari 22 bab dan 205 pasal 27, tenaga kesehatan
berhak mendapatkan perlindungan hukum.

2.3 Lingkup Praktis


Ruang lingkup praktik kebidanan adalah batasan dari kewenangan bidan
dalam menjalankan praktik yang berkaitan dengan upaya pelayanan
kebidanan dan jenis pelayanan kebidanan. Ruang lingkup kebidanan secara
umum diartikan sebagai luas area praktik pada suatu profesi.
Ruang Lingkup Praktek Kebidanan Lingkup praktek kebidanan meliputi
asuhan mandiri/otonomi pada anak-anak perempuan, remaja putri dan
wanita dewasa sebelum, selama kehamilan dan selanjutnya. Bidan
memberikan pengawasan, asuhan serta nasehat bagi wanita selama hamil,
bersalin dan nifas. Asuhan kebidanan termasuk pengawasan pelayanan
kesehatan masyarakat di posyandu (tindakan dan pencegahan). Penyuluhan
dan pendidikan kesehatan pada ibu, keluarga dan masyarakat termasuk
Persiapan menjadi orang tua, menentukan KB, deteksi dini kondisi
abnormal pada bayi dan ibu, usaha memperoleh pendampingan khusus bila
diperlukan (konsultasi atau rujukan), pelaksanaan pertolongan
kegawatdaruratan primer dan sekunder.

Sasaran/Klien Pelayanan Kebidanan:


 Bayi dan balita.
 Anak-anak usia sekolah.
 Remaja putri.
 PUS terutama ibu dan WUS.
 Wanita klimakterium/menopause.
 Meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative

Secara khusus ruang lingkup praktik kebidanan digunakan untuk


menentukan batasan yang bisa dilakukan seorang bidan

Ruang lingkup praktik Bidan menurut ICM dan IBI yaitu:

 Asuhan mandiri pada anak perempuan, remaja putri, dan wanita dewasa
sebelum,selama kehamilan dan selanjutnya.
 Bidan menolong persalinan atas tanggungjawab sendiri dan merawat
BBL
 Pengawasan pada kesehatan masyarakat diPosyandu (tindak
pencegahan), penyuluhan dan pendidikan Kesehatan pada Ibu, Keluarga
dan Masyarakat.
 Konsultasi dan rujukan
 Pelaksanaan pertolongan kegawatdaruratan Primer dan sekunder pada
saat tidak ada pertolongan medis.
2.4 Legislasi
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hokum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi
(pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan) dan lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenngan).
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut
meliputi:
 Menjamin kualitas pelayanan
 Memberikan kewenangan
 Menjamin perlindugan hokum
 Meningkatkan profesionaisme
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sebagai tenaga professional, bidan memikul tanggung jawab dalam


melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan
tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang
dilakukannya. Tanggung Jawab Terhadap Peraturan Perundang-Undangan,
Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi, Tanggung jawab
terhadap penyimpanan catatan kebidanan, Tanggung jawab terhadap
keluarga yang dilayani.

Ruang lingkup praktik kebidanan adalah batasan dari kewenangan bidan


dalam menjalankan praktik yang berkaitan dengan upaya pelayanan
kebidanan dan jenis pelayanan kebidanan. Ruang lingkup kebidanan secara
umum diartikan sebagai luas area praktik pada suatu profesi.
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hokum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi
(pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan) dan lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenngan).

3.2 SARAN

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon di
berikan sarannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan
kita dalam memahami materi tentang tanggung jawab bidan dalam berbagai
tatanan pelayanan kesehatan.

Daftar Pustaka

Agustin, St. 2022. Konsep Dasar Kebidanan. [Internet] diambil dari


https://penerbitlitnus.co.id (Diakses tanggal 06 April 2023)

Argaheni, Niken Bayu. 2021. Konsep Dasar Kebidanan. Jakrta: Yayasan Kita
Menulis

Septiyan, Ian. 2022. Hand Out Tanggung Jawab Bidan Dalam Tatanan
Pelayanan Kesehatan. [Internet] Diambil dari: https://www.scribd.com
(Diakses tanggal 06 April 2023)

Anda mungkin juga menyukai