DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
Puji Hartati NIM: R220412012
Ria Irma Safitri NIM : R220412014
Romiatiningsih NIM : R220412015
Rusmianah NIM : R220412016
Rusyda Nur Atika NIM : R220412017
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………..…..………. 1
A. Latar Belakang………………………………………….……...……..... 1
B. Tujuan………………………………………………………………… 2
C. Manfaat ………………………………………………………..……..... 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….
……… 3
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………. 21
A. Kesimpulan……………………………………………………….………… 21
B. Saran …………………………………………………………...…………… 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pelayanan kesehatan adalah suatu tatanan yang
menghimpun berbagai upaya bangsa indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam UUD
45. (Djoko Wiyono, 1997:310) Sesuai dengan definisi Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui
sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan
dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas,
memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan
akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan
tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam
konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan,
tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas
pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi
dan asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan,
termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan
lainnya (IBI, 2007). penyelenggaraan praktek kebidanan, yaitu bidan
praktik mandiri. Bidan praktik mandiri mempunyai tanggung jawab besar
karena harus mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan.
Dalam hal ini Bidan Praktek Mandiri menjadi pekerja yang bebas
mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya
terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik. (Sofyan, dkk.2006)
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung
jawab praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang
bertujuan meningkatkan kesehatan.
Dalam memberikan praktek pelayanan kebidanan perlu kita
lakukan pendekatan diantaranya pendekatan melalui agama, kesenian
tradisi, paguyuban serta dengan cara-cara lainnya. Hal tersebut bertujuan
untuk memudahkan masyarakat menerima bahwa pelayanan atau
informasi yang diberikan petugas bukanlah sesuatu yang tabu. Dalam
memberikan pelayanan kebidanan seorang bidan tebih bersifat Promotif
dan Preventif bukan bersifat Kuratif, serta mampu menggerakkan Peran
Serta Masyarakat dalam upaya sesuai dengan prinsip-prinsip PHC.
Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup
berkaitan dengan tugas, peran serta tanggungjawabnya dalam
menggerakkan PSM khususnya berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.
B. Tujuan
1. Mengetahui tanggung jawab bidan dalam berbagai tatanan pelayanan
kesehatan
2. Mengetahui peran dan tanggung jawab bidan dalam lingkup praktis
pelayanan kesehatan
3. Mengetahui peran legislasi bidan dalam pelayanan kesehatan
C. Manfaat
PEMBAHASAN
c. Pelayanan Rujukan
Pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke
sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan rujukan yang
dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara
horisintal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya.
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi rujukan keterlibatan klien dan keluarga
2. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu
hamil dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan
3. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga
4. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu
dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan
dengan melibatkan klien dan keluarga
5. Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan
melibatkan keluarga
6. Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu
dan kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan
melibatkan
1). Episiotomy
a. pelayanan Kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak
balita dan anak prasekolah
- IMD
- Pemotongan dan perawatan tali pusat
- pemberian imunisasi B0
Pembahasan:
Ketentuan sanksi ini diatur dalam Pasal 82 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan.
Sanksi yang dikenal dalam UU Tenaga Kesehatan adalah sanksi administrative,
yakni sanksi ini dijatuhkan jika bidan yang bersangkutan dalam menjalankan
praktiknya tidak sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Dengan kata lain,
jika memang memberikan obat atau suntikan bukanlah kompetensi yang
dimilikinya, maka sanksi yang berlaku padanya adalah sanksi administrative
bukan sanksi pidana. Akan tetapi, apabila ternyata pertolongan persalinan itu
merupakan suatu kelalaian berat yang menyebakan penerima pelayanan kesehatan
menderita luka berat, maka bidan yang bersangkutan dapat dipidana dengan
pidana penjara paling lama tiga tahun. Sedangkan jika kelalaian berat itu
mengakibatkan kematian, bidan tersebut dipidana dengan pidana paling lama 5
tahun (lihat Pasal 84 UU Tenaga Kesehatan).
Tetapi dalam hal pemberian obat terhadap bayi dan balita sakit bidan tidak
memiliki wewenang dan tidak memiliki kompetensi sehingga disini dapat terjadi
konflik jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat, terutama dalam pedoman
MTBS dan MTBM obat yang sering digunakan adalah antibiotic. Antibiotic
sendiri jika diberikan tidak sesuai usia dan sesuai dosis maka akan berakibat
sebaliknya yaitu dapat melemahkan system kekebalan tubuh bayi dan b alita
tersebut.
H. Lingkup Praktis
1. Asuhan mandiri pada anak perempuan, remaja putri, dan wanita dewasa
sebelum, selama kehamilan dan selanjutnya.
2. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawab sendiri dan merawat BBL
3. Pengawasan pada kesehatan masyarakat di Posyandu (tindak pencegahan),
penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan Pada Ibu, keluarga dan masyarakat.
4. Konsultasi dan rujukan.
5. Pelaksanaan pertolongan kegawatdaruratan Primer dan sekunder pada saat
tidak ada pertolongan medis.
I. Legislasi
Legislasi adalah proses pembuatan UU atau penyempurnaan perangkat
hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan
kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan) dan lisensi (pengaturan
penyelenggaraan kewenangan).
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap
pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut meliputi :
1. Menjamin kualitas pelayanan
2. Memberikan kewenangan
3. Menjamin perlindungan meningkatkan profesionalisme
4. Meningkatkan profisionalisme
SIB (Surat Izin Bidan) adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan oleh
DEPKES yang menyatakan bahwa bidan berhak menjalankan pekerjaan
kebidanan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni .2018. tanggung Jawab Bidan dalam Menangani Pasien non Kebidanan
dikaitkan dengan manajemen terpadu balita sakit dan manjemen terpadu bayi
muda. Vol 10. No.2 ISSN 1979-4940/issn-e 2477-0124 https://ojs.uniska-
bjm.ac.id/index.php/aldli/article/view/1365/1150
Diva, Hari (2017) Pemenkes Nomor 28 tahun 2017 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik bidan Dalam
https://mediskripta.com/2017/08/10/pemenkes-nomor-28-tahun-2017-tentang-
izin-dan-penyelanggaraan-praktik-bidan/.
Muchtar, 2016, Etika Profesi dan HUkum Kesehatan, Yogyakarta: Pustaka Baru
Press,2016, hal.11
Rita Yulifah, dkk, 2014. Konsep Kebidanan, Jakarta : Penerbit salemba Medika.
Uswatun. (2015). Peran dan fungsi Bidan Mandiri Rujukan dan Kolaborasi dalam
http://uswatun25.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/12/16/peran-fungsi-bidan-
mandiri-rujukan-dan-kolaborasi/