Anda di halaman 1dari 24

Komunikasi Dengan Perempuan

Disabilitas
Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam membentuk hubungan
antar individu dan kontak sosial.
Melalui proses komunikasi seseorang belajar mengenal lingkungan
sekitar dan komunikasi merupakan alat untuk bertukar informasi dalam
kontak sosial. Dalam proses komunikasi ini tidak hanya bagi manusia normal
saja tetapi bisa juga bagi penyandang disabilitas dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, ada saja
hambatan atau kendala dalam komunikasi pada perempuan penyandang
disabilitas.

Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik mental


intelektual atau sensorik dalam jangka waktu yang lama didalam berinteraksi
dengan lingkungan dan sikap. Sehingga masyarakat tersebut menemui
hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif
berdasarkan kesamaan hak yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 19
tahun 2011 tentang pengesahan hak-hak penyandang disabilitas.
Cara Komunikasi dengan Perempuan Disabilitas

Caranya yaitu dengan melakukan percakapan yang


ramah dan nada yang rendah, berbicara secara
langsung kepada penyandang disabilitas intelektual
tanpa menggunakan perantara, dan perbanyak
gestur yang bersahabat dan senyuman.
Penyandang disabilitas intelektual juga sama
halnya dengan manusia lain.
Proses komunikasi tidak hanya bagi manusia normal saja akan tetapi bisa juga bagi penyandang
disabilitas dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Memang
terdapat beberapa hambatan atau kendala dalam komunikasi pada perempuan disabilitas yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor :

Kurangnya keterbukaan

Kurangnya kemampuan
komunikasi Mempunyai persepsi
menunjukkan kesetaraan diri yang negatif
Secara umum, penyandang disabilitas melihat ada
empat persoalan paling penting disekitar tempat
tinggalnya, yaitu
* harga kebutuhan pokok yang mahal (tidak
terjangkau),
* susahnya mencari pekerjaan,
* masalah kesehatan
* serta masalah pendidikan.
Adapun perlakuan bidan dan tenaga kesehatan lainnya dalam melayani perempuan disabilitas yaitu :

Memberikan sikap yang 01 02 Memberikan kenyamanan


lebih positif dan dalam pelayanan tanpa
konseling terhadap membandingkan
karakteristik mental
atau perilaku tertentu

O
Tidak meremehkan
potensi kualitas hidup 03
mereka yang
berpotensi memiliki
hambatan
Macam macam Difabel menurut UU no 8 tahun 2016 terbagi atas :

1. Disabilitas Fisik adalah adanya keterbatasan dalam bergerak seperti


amputasi dan lumpuh
2. Disabilitas intelektual adalah adanya keterbatasan dalam berfikir
contohnya down syndrome
3. Disabilitas mental adalah keterbatasan dalam fungsi fikir,emosi dan
perilaku conthnya gangguan kepribadian,bipolar,hiperaktif dan autis
4.Disabilitas sensorik adalah keterbatasan dalam fungsi panca indera
contohnya tuna rungu,tuna wicara,tuna netra
5.Disabilitas ganda atau multi adalah seseorang yang mempunyai dua
atau lebih ragam disabilitas,antaralain runguwicara dan netra-tuli.
Masalah Kesehatan Maternal
1.Anemia
anemia terjadi ketika jumlah sel darah merah berada dibawah normal. Ibu hamil dengan anemia
biasanya akan merasa lelah dan lemah.

2. Kondisi kesehatan mental


Beberapa ibu hamil mengalami depresi selama atau setelah kehamilan. Meliputi :
•Suasana hati yang rendah atau sedih
•Kehilangan minat pada aktivitas yang menyenagkan
•Perubahan nafsu makan, tidur, dan energi
•Masalah dalam berpikir, konsentrasi, membuat keputusan
•Perasaan tidak berharga, malu, bersalah
•Pikiran bahwa hidup ini tidak layak dijalani

3. Prelampsia
Ciri khas komplikasi kehamilan ini merupakan tekanan darah tinggui dan kerusakan organ tertentu yang seringkali ginjal.
Preklamsia biasanya dimulai setelah 20 minggu kehamilan.

4. Diabetes
Ibu hamil rentan mengidap diabetes gestasional yang biasana hilang setelah melahirkan. Hal ini perlu ,melakukan diet
untuk mengelola penyakit selama kehamilan.

5. Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dengan baik sebelum dan selama kehamilan medmbuat ibu dan bayi mengalami
masalah kesehatan seperti komlikasi.
Masalah emosi selama persalinan dan prapersalinan akan
mempengaruhi kondisi kejiwaan, fungsi sehari-hari, performa
kerja, hubungan perkawinan ibu dan perkembangan bayi.
Penemuan riset menunjukkan bahwa apabila ibu mempunyai gejala
depresi atau kegelisahan selama kehamilannya, mereka akan
beresiko jauh lebih tinggi nmengalami depresi pascapersalinan
dan bayi mereka menunjukkan lebih banyak kesulitan dalam
pengaturan dan kontrol emosi dan perilaku. Depresi pasca
persalinan dapat memengaruhi kemampuan ibu dalam merawat
bayinya dan berdampak pada kesehatan fisik, perkembangan
kognitif serta perkembangan emosi dan perilaku bayi. Pasangan
ibu yang mengalami depresi juga beresiko lebih tinggi menderita
gangguan emosional. Dengan demikian, memelihara kesehatan
jiwa ibu mulai dari periode prapersalinan hingga pascapersalinan
adalah sangat penting.
Pelayanan yang harus didapatkan bagi penyandang
disabilitas
1. pelayanan kesehatan ibu dan anak
2. Pelayanan keluarga berencana
3. Pelayanan kesehatan seksual
4. Pencegahan penanganan penyakit tidak menular
(kanker payudara dan kanker serviks)
5. Pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut
6. pencegahan dan penanganan IMS , termasuk
HIV AIDS
7. Pelayanan kesehatan seksual
Pelayanan Kesehatan ibu dan anak

Pelayanan Kesehatan Reproduksi sebelum hamil WUS dan catin

Promotif :
KIE sesuai tahap perkembangan dan kebutuhan masing masing
disabilitas
Persiapan pranika
Keadilan dan kesetaraan gender

Preventif:
Persiapan fisik, gizi, status imunisasi tetanus, kespro
Konseling perencanaan kehamilan dan KB
Pelayana kesehatan masa hamil terbagi 2 yaitu: antenatal terpadu dan pencegahan dan
penanganan keguguran

Promotif :
a. Tanda Bahaya Kehamilan, persalinan, KB , Manajemen Laktasi
b. Dukungan dan pendampingan keluarga (kehamilan selamat)
c. Pengenalan dan pemanfaatan buku KIA
d. Kelas ibu hamil
- Stimulasi janin dalam kehamilan
- Skrinig kelainan kongenital

Preventif
Pemberian makanan tambahan ibu hamil KEK
Konseling kesehatan ibu dan anak
 Persalinan

Promotif
1. Peningkatan pemahaman penyandang disabilitas dan keluarga : persalinan, nifas , dan
manajemen laktasi
2. Kongseling

Preventif
1. Persalinan sesuai keadaan klinis klien
2. Konseling kesehatan ibu dan anak
3. Mengenali tanda awal persalinan

Tatalaksana
1. Pelayanan sesuai standar APN
2. Persalinan normal : keadaan ibu dan bayi tidak ada komplikasi/ masalah
3. Pendampingan keluarga
2. Keluarga berencana
Pelayanan disesuaikan dengan kondisi penyandang disabilitas
Konseling metode kontrasepsi bagi penyandang disabilitas/ pendamping (keluarga)
Hak untuk menerima atau menolak penggunaan kontrasepsi

3. Kesehatan seksual
Komunikasi informasi dan edukasi (KIE) kesehatan reproduksi (kesehatan seksual)
dan menopause
Peningkatan kesehatan lansia (pemeriksaan status gizi, TTV , Lab sederhana)
Skrining faktor resiko pemberian makanan tambahan (PMT) dan pengelolaanya.
4. Pencegahan dan penanganan penyakit tidak menular (kanker payudara dan
kanker serviks

• Edukasi
-Kanker payudara dan kanker serviks
-Deteksi dini kanker payudar dan kanker serviks
• Dukungan psikologis dan konseling

5. Kesehatan Reproduksi Usia lanjut


- Penyandang disabilitas beresiko mendapat tindak kekerasan dan pelecehan seksual
dan dapat beresiko terinfeksi IMS, HIV/ AIDS
- Pengetahuan: kesehatan organ reproduksi, menstruasi
- Edukasi: perilaku seksual beresiko tinggi Infeksi Menular Seksual(IMS)
6. Pencegahan dan penanganan IMS
• Edukasi organ reproduksi (kebersihan organ reproduksi)
• Pengetahuan penyakit IMS, HIV/AIDS
• Konseling pada individu beresiko tinggi IMS
• Penyediaan dan akses alat pencegahan (kondom, spuit steril)
• Rujukan

7. Kekerasan seksual
• Masalah kesehatan reproduksi fisik dan psikologis
• Penyandang disabilitas beresiko tinggi mengalami kekerasan seksual bagi
penyandang disabilitas ”tidak berdaya”
• KIE Pencegahan kekerasan seksual dan perlindungan diri penyandang disabilitas
SEKIAN
TERIMA KASIH
TEKNOVOKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat: Vol. 1, No.2, Mei 2023
P-ISSN : 2985-6787 (Media Cetak)
E-ISSN : 2985-6779 (Media Online)
http://journal.unm.ac.id/index.php/TEKNOVOKASI

Literasi Digital Bagi Perempuan Penyandang Disabilitas di Kota Makassar


1
Rahmatul Furqan*, 2Sartika Sari Wardanhi, 3Anugrayani Bustamin
1,2 Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin
3Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Email: rahmatul.furqan@unhas.ac.id1, sartikasariwardanhi@unhas.ac.id2, anugrayani@unhas.ac.id3
*Corresponding author: rahmatul.furqan@unhas.ac.id

ABSTRAK
Received : 3 Apr 2023
Accepted : 8 Mei 2023 Kegiatan pelatihan ini melibatkan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI)
Published : 12 Mei 2023 Makassar sebagai mitra. Perempuan penyandang disabilitas selama ini menjadi kelompok
marjinal dan sering menerima perlakuan diskriminatif. Perkembangan teknologi sejatinya
menjanjikan peluang bagi partisipasi perempuan penyandang disabilitas yang lebih baik,
sesuai dengan hak dan kewajibannya di mata hukum. Namun, masih rendahnya
penguasaan teknologi dan literasi digital menjadikan mereka justru semakin rentan
mendapatkan perlakuan yang diskriminatif dan sebaliknya justru kerap menghadapi
berbagai tantangan dan ancaman ketika berinteraksi menggunakan perangkat digital. Tak
sedikit perempuan penyandang disabilitas yang menjadi korban kejahatan di dunia maya.
Permasalahan ini pula yang kini dialami oleh sebagian besar anggota HWDI Makassar
selaku mitra. Untuk itu, kegiatan pengabdian ini menginisiasi training of trainer (TOT)
alias pelatihan bagi fasilitator terkait literasi digital dasar untuk penyandang disabilitas.
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk membangun kapasitas individu anggota HWDI
Makassar, khususnya mereka yang memiliki latar belakang sosial ekonomi rendah dan
selama ini terpinggirkan secara digital. Kegiatan pelatihan dilakukan selama dua hari
dengan diisi oleh sejumlah materi yang berkaitan dengan pengenalan perangkat digital
dasar, penggunaan fitur aksesibilitas, pencegahan berita palsu dan kejahatan di media
online. Metode pelatihan pun dilakukan dengan tiga pendekatan utama yakni, metode
ceramah/ tanya jawab, tutorial, dan demonstrasi. Secara umum, hasil pelatihan literasi
digital bagi perempuan penyandang disabilitas di Kota Makassar ini telah meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, dan motivasi para perempuan penyandang disabilitas di Kota
Makassar. Ini tercermin dari indikator kesesuaian antara perencanaan dengan
pelaksanaan, kehadiran peserta, dan dari hasil wawancara dengan peserta.
Kata Kunci: Disabilitas, Literasi, Digital, Perempuan, Pelatihan

ABTRACT
This training involved the Indonesian Association of Women with Disabilities (HWDI)
Makassar as a partner. Women with disabilities have been a marginalized group and
have often been discriminated against. Advances in technology actually provide
opportunities to increase the participation of women with disabilities as citizens whose
rights and obligations are guaranteed by law. However, mastery of technology and digital
literacy which is still low actually reinforces the discrimination experienced by them and
even presents various challenges and threats. Not a few women with disabilities who
become victims of cybercrimes. This problem is also being experienced by most members
of HWDI Makassar as partners. For this reason, this community service activity-initiated
training of trainers (TOT), alias training for facilitators regarding basic digital literacy
for persons with disabilities. The main objective of this activity is to build the capacity of
individual HWDI Makassar members with low socioeconomic backgrounds who have
been marginalized digitally. Training activities will be carried out for two days with
materials related to basic digital device recognition, use of accessibility features,
prevention of fake news and crime in online media. There are three main approaches to
the training method, namely, the lecture/question-and-answer method, tutorials, and
demonstrations. In general, the results of digital literacy training for women with
disabilities in Makassar City have increased the knowledge, skills and motivation of
women with disabilities in Makassar City. This is reflected in indicators of conformity
between planning and implementation, attendance of participants, and results of
interviews with participants.
Keywords: Disability, Digital, Literacy, Woman, Training

This is an open access article under the CC BY-SA license

http://journal.unm.ac.id/index.php/TEKNOVOKASI Rahmatul Furqan; Hal. 70


TEKNOVOKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat: Vol. 1, No.2, Mei 2023
P-ISSN : 2985-6787 (Media Cetak)
E-ISSN : 2985-6779 (Media Online)
http://journal.unm.ac.id/index.php/TEKNOVOKASI

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan signifikan pada
kehidupan masyarakat. Teknologi digital telah digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi,
pendidikan, kesehatan, dan aspek sosial lainnya. Masyarakat kini semakin cepat dalam mengakses informasi dan
membangun ruang komunikasi "imajiner" sekali pun (Devito & Joseph, 2008). Indonesia sendiri tercatat sebagai
salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia (Santoso & Agus, 2013). Pemerintah pun
saat ini sedang mencanangkan agenda besar yakni transformasi teknologi.
Namun, penting untuk disadari bahwa teknologi internet sendiri bagaikan dua sisi pada mata uang logam.
Ada pun dua sisi internet tersebut dapat ditinjau dari 2 (dua) aspek, yakni positif dan negatif. Dikatakan aspek
positif berarti internet mampu memberikan kebaikan dan keuntungan tertentu bagi khalayak. Sementara itu,
internet ternyata juga memiliki potensi untuk dapat menghadirkan dampak negatif yang bisa menyababkan
keburukan dan kerugian bagi penggunanya (Iriantara & Yosal, 2009). Dampak negatif itu nyata bisa terlihat dari
berbagai fenomena yang terjadi belakangan ini seperti, semakin maraknya peredaran berita palsu atau hoax,
cyberbullying atau perudungan secara online, penipuan, dan berbagai kasus kriminalitas lainnya yang menghantui
jagat maya.
Berdasarkan pada aspek positif dan negatif tersebut, maka pengguna internet harus memiliki kapabilitas
dalam menghadapi "gempuran" informasi yang seolah terbit secepat kedipan mata (Kraidy, 2008). Masyarakat
perlu memiliki penguasaan literasi digital yang baik agar dapat mengoptimalkan dampak positif dari perangkat
digital dan bisa terhindari dari serentetan dampak negatifnya (Santoso & Agus, 2013). Sebagaimana disampaikan
oleh ilmuan komunikasi Marshal McLuhan bahwa pertumbuhan media (implikasi teknologi) seiring dengan
pertumbuhan masyararakat, maka jika media bertambah dengan cepat maka harus diimbangi dengan melek
media/literasi media (European Commission, 2009).
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital, perlu diiringi oleh pemberdayaan masyarakat
yang menempatkan mereka sebagai bagian dari solusi. Sementara, literasi media sendiri dapat didefinisikan
sebagai adanya pemahaman, kemampuan melakukan analisa, mengakses dan memproduksi pesan komunikasi
massa (Santoso & Agus, 2013). Selain itu, konsep literasi media juga masih terikat dengan berbagai konsep lain,
seperti: konsep pendidikan media, pemikiran kritis dan aktivitas memproses informasi sehingga menjadikannya
lebih kompleks daripada konsep literasi pada umumnya.
Sementara itu, tantangan dalam agenda transformasi digital di Indonesia sendiri muncul akibat masih
adanya kesenjangan yang tinggi prihal literasi digital (Santoso & Agus, 2013). Masih banyak masyarakat
Indonesia yang belum benar-benar memahami penggunaan perangkat digital dan akhirnya terkena dampak negatif
dari kemajuan teknologi. Ini umumnya terjadi atau dialami oleh kelompok marjinal atau terpinggirkan (Iriantara
& Yosal, 2009). Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa salah satu kelompok marjinal yang memiliki literasi
digital rendah ialah kelompok penyandang disabilitas, terkhusus perempuan penyandang disabilitas (Lin, Yang,
& Zhang, 2018). Sudah sejak lama mereka mendapatkan perlakuan diskriminatif di berbagai lini kehidupan dan
diskriminasi yang sama pun kerap mereka dapatkan di dunia maya (Kaye, Yeager & Reed, 2008). Keterbatasan
yang mereka miliki menghambat partisipasi penuh mereka di dunia digital dan sebaliknya menempatkan mereka
pada psosisi yang sangat rawan sebagai korban kejahatan di dunia maya (Goggin, Ellis & Hawkins, 2019).
Kondisi ini tercermin dari pengalaman yang diceritakan oleh hampir seluruh anggota Himpunan Wanita
Disabilitas Indonesia (HWDI) Kota Makassar. Pada wawancara awal yang kami lakukan, terngungkap bahwa
mereka belum memiliki liteasi digital yang memadai. Alhasil, sebagian besar mengaku pernah menjadi korban
penyebaran berita palsu, penipuan di dunia maya, bahkan kekerasan seksual secara online. Semua dilatarbelakangi
kurangnya pengetahuan mereka tentang cara memilah berita yang asli di dunia maya dan rendahnya pemahaman
tentang etika berkomunikasi di media sosial, hingga belum memahami strategi menganulir ancaman kejahatan di
dunia maya.
Merujuk pada latar belakangnya, sebagian besar anggota Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia
(HWDI) Kota Makassar memang memiliki pendidikan yang rendah. Banyak diantara mereka yang dipaksa
keadaan untuk berhenti mengenyam pendidikan akibat disabilitas yang mereka alami. Ini pun berdampak pada
kualitas hidup mereka yang rata-rata berada pada level perekonomian menengah kebawah. Sebagian besar anggota
HWDI Makassar juga masih hidup bergantung pada sanak keluarga alias belum dapat hidup mandiri. Sejatinya,
kemajuan teknologi bisa mereka manfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Melalui
literasi digital yang baik, sejatinya mereka bisa lebih berdaya baik secara ekonomi maupun sosial. Sayangnya,
belum banyak program pemberdayaan literasi digital yang menyasar kelompok perempuan dengan disabilitas
pada HWDI Makassar.
Kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat memberi dampak signifikan untuk meningkatkan partisipasi
anggota HWDI Kota Makassar dalam pemanfaatan media digital. Dengan pemanfaatan teknologi digital yang

Literasi Digital bagi Perempuan Penyandang Disabilitas… Hal. 71


TEKNOVOKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat: Vol. 1, No.2, Mei 2023
P-ISSN : 2985-6787 (Media Cetak)
E-ISSN : 2985-6779 (Media Online)
http://journal.unm.ac.id/index.php/TEKNOVOKASI

lebih baik, diyakini mampu membantu peserta kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik dari aspek
ekonomi maupun sosial. Sehingga, hak-hak mereka sebagai warga negara yang diatur dalam konstitusi dapat
terpenuhi dan terwujudnya lingkungan sosial yang setara dan inklusif. Adapun tujuan yang diharapkan dari
kegiatan pengabdian ini adalah sebagai berikut.
1. Tersedianya materi pelatihan digital bagi perempuan penyandang disabilitas yang sesuai dan aksesibel.
2. Mitra sebagai peserta memiliki pemahaman tentang topik kunci terkait dengan literasi digital
diantaranya:
a. Memahami cara penggunaan perangkat digital yang benar dan aman, terkhusus pemanfaatan
assistive technology untuk membantu penggunaan perangkat digital bagi penyandang disabilitas
tertentu
b. Memahami etika berkomunikasi di dunia maya dan UU ITE
c. Memahami strategi menganulir berita palsu atau hoax
d. Memahami strategi menganulir kejahatan online
e. Memahami strategi mengoptimalkan perangkat digital untuk pemberdayaan dan peningkatan
kualitas hidup
3. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri anggota HWDI Kota Makassar dalam memanfaatkan
teknologi digital
4. Adanya kemampuan anggota HWDI Kota Makassar untuk memberikan pelatihan literasi digital bagi
rekan sejawat

Gambar 1. Foto bersama tim pengabdian Unhas dengan anggota HWDI

2. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan pelatihan literasi digital bagi perempuan penyandang disabilitas merupakan solusi yang
strategis untuk mengatasi berbagai permasalahan yang tengah mereka hadapi saat ini. Namun, diperlukan strategi
sosialisasi yang efektif untuk melaksanakannya. Setiap individu memiliki karakteristik pribadi yang berbeda
dalam menerima aspek pembelajaran melalui sosialisasi dalam masyarakat. Kemampuan tiap individu dalam
menyampaikan aspek pembelajaran secara menyeluruh atau sebagian akan berbeda-beda secara personal.
Terutama mengingat jenis disabilitas yang dimiliki oleh masing-masing anggota peserta berbeda sehingga perlu
menjadi perhatian dalam menyusun metode pelaksanaan kegiatan.
Salah satu cara untuk melakukan sosialisasi adalah dengan menggunakan strategi kooperatif. Dalam
strategi kooperatif, terdapat kerjasama antara individu untuk mencapai tujuan bersama. Sosialisasi dengan strategi
kooperatif melibatkan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan para peserta belajar satu sama lain atau
antar kelompok dengan adanya struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif. Di lokasi mitra, diharapkan
terjadi kerjasama antara anggota HWDI Makassar dan tim pengajar melalui proses sosialisasi.
Dalam praktiknya, langkah-langkah dalam melaksanakan strategi sosialisasi kooperatif dapat dijelaskan secara
operasional sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah menyusun program sosialisasi secara komprehensif.
2. Langkah kedua adalah merancang lembar observasi untuk mengobservasi kegiatan sosialisasi.
3. Langkah ketiga adalah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada mitra baik secara individu
maupun kelompok agar memahami materi sosialisasi yang diberikan.

Literasi Digital bagi Perempuan Penyandang Disabilitas… Hal. 72


TEKNOVOKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat: Vol. 1, No.2, Mei 2023
P-ISSN : 2985-6787 (Media Cetak)
E-ISSN : 2985-6779 (Media Online)
http://journal.unm.ac.id/index.php/TEKNOVOKASI

4. Langkah keempat adalah memberikan kesempatan kepada peserta untuk mendemonstrasikan atau
mempraktikkan materi pelatihan.
Partisipasi mitra dalam hal ini HWDI Kota Makassar akan terlihat pada keseluruhan tahapan kegiatan. Mereka
akan melakukan penjaringan peserta yang akan mengikuti pelatihan dan membantu kelancaran pada semua
tahapan kegiatan. Adapun, tahapan teknis pelaksanaan kegiatan ini adapat diuraikan sebagai berikut:
2.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan pelatihan yang dilakukan meliputi:
a. Survey
b. Pemantapan dan penentuan lokasi dan sasaran
c. Penyusunan bahan/materi pelatihan, yang meliputi: makalah, diktat dan praktik latihan kompetensi digital.
Media pembelajaran dirancang dengan mengedepankan aspek interaktifitas dan inklusifitas.
d. Pembuatan media pembelajaran yang meliputi: prototype/ bahan praktik. Media pembelajaran dirancang
dengan mengedepankan aspek interaktifitas dan inklusifitas. Pembelajaran diupayakan agar dapat
berlangsung secara menyenangkan dan tidak membosankan, serta dipastikan dapat mendorong keaktifan
dari seluruh peserta diskusi. Diantaranya media pembelajaran menggunakan papan tulis, sticky note, dan
perangkat digital.
2.2 Metode Pelatihan
Kegiatan pelatihan literasi digital yang akan dilakukan ini akan memperhatikan protokol kesehatan
serta prinsip inklusifitas. Dalam pelaksanaan kegiatan, juru Bahasa isyarat juga akan dilibatkan untuk memastikan
peserta dengan disabilitas tertentu bisa memahami/ mengikuti dengan baik jalannya pelatihan. Adapun kegiatan
pelatihan akan menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
a. Ceramah dan Tanya Jawab
Metode ceramah dan tanya jawab digunakan sebagai pengantar awal atas materi pelatihan.
Pelaksanaannya bersifat satu arah dari pelatih kepada penerima manfaat. Selanjutnya, dibuka sesi tanya
jawab untuk memberi peluang interaktif dan memberi kesempatan bertanya dari para peserta.
b. Tutorial
Metode Tutorial digunakan untuk membuka kesempatan berdiskusi dengan kelompok kecil. Kelas
pelatihan dibagi menjadi kelompok kecil sekitar empat orang. Kemudian, mereka mendiskusikan lebih
lanjut materi pelatihan yang telah disampaikan sementara pelatih ikut mengawasi jalannya diskusi.
c. Demonstrasi
Metode ini dilaksanakan agar penerima manfaat lebih mudah memahami cara penggunaan media digital
yang baik dan benar. Kami meminta para peserta untuk melakukan simulasi penggunaan perangkat digital.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Realisasi Penyelesaian Masalah
Sebelum rangkaian kegiatan literasi digital untuk anggota HWDI Makassar dimulai, Ketua Tim
Pengabdian Program Kemitraan Masyarakat bersama dengan Ketua HWDI Makassar membuka acara. Kegiatan
pelatihan ini bertempat di tempat makan Plazgoz, Makassar, pada tanggal 10 Maret 2023.

Literasi Digital bagi Perempuan Penyandang Disabilitas… Hal. 73


TEKNOVOKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat: Vol. 1, No.2, Mei 2023
P-ISSN : 2985-6787 (Media Cetak)
E-ISSN : 2985-6779 (Media Online)
http://journal.unm.ac.id/index.php/TEKNOVOKASI

Gambar 2. Pembukaan Kegiatan oleh Ketua PKM, juru bahasa isyarat mendampingi sepanjang kegiatan

Kegiatan dilaksanakan dalam 2 (dua) hari dengan durasi pelatihan adalah ±3 (tiga) jam per hari, terdiri dari:
- 30 menit pembukaan acara
- 90 menit untuk pelatihan
- 60 menit untuk sesi tanya jawab

Pelatihan sendiri diisi oleh tiga pemateri yang memiliki keahlian spesifik masing-masing di bidang
literasi digital. Dalam pelatihan, prinsip inklusifitas dan aksesibilitas juga menjadi perhatian utama. Mulai dari
pemilihan lokasi yang aksesibel untuk semua peserta dengan ragam disabilitas, hingga penggunaan juru bahasa
isyarat untuk membantu peserta tuli dan tuna wicara menyimak isi materi.
Adapun pembagian materi dari sosialisasi literasi digital ini sebagai berikut :
- Sesi 1 untuk materi dasar-dasar perangkat digital untuk memperkenalkan ragam perangkat digital dan
cara penggunaannya, termasuk keamanan dalam menggunakan perangkat digital dengan baik
- Sesi 2 untuk materi Cyberbullying dan UU ITE. Materi ini fokus mengupas prihal etika dalam
berselancar didunia maya. Termasuk untuk memaksimalkan dampak positif dari internet dan menghinari
dampak negatifnya.
- Sesi 3 untuk materi pencegahan Hoax atau berita palsu dan cara mengakses informasi yang terpercaya
dari dunia maya. Pada sesi ini, peserta dituntun untuk mengklasifikasikan berbagai jenis informasi yang
kerap beredar di dunia maya serta memahami ciri-ciri berita palsu.
- Sesi 4 untuk materi menjadi penyuluh literasi digital yang baik. Sehingga, peserta yang mengikuti sesi
ini bisa memiliki kecakapan untuk menyampaikan kembali materi yang telah mereka terima kepada
orang-orang terdekatnya, termasuk anggota HWDI lainnya yang belum berpartisipasi sebagai peserta
pada kegiatan pengabdian kali ini.

Gambar 3. Sesi Penyampaian Materi

3.2 Partisipasi Mitra


Dalam kegiatan ini, HWDI selaku mitra pelaksanaan PKM berpartisipasi dalam:
(1) Mengajak para anggota HWDI turut ikut serta dalam kegiatan pengabdian.

Literasi Digital bagi Perempuan Penyandang Disabilitas… Hal. 74


TEKNOVOKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat: Vol. 1, No.2, Mei 2023
P-ISSN : 2985-6787 (Media Cetak)
E-ISSN : 2985-6779 (Media Online)
http://journal.unm.ac.id/index.php/TEKNOVOKASI

(2) Membantu sosialisasi kepada anggota HWDI lainnya tentang kegiatan pengabdian.
(3) Pengurus HWDI membantu mendampingi kegiatan sampai akhir agar dapat berjalan dengan baik.
(4) Mengkoordinasi keberlanjutan pelatihan serupa yang akan diinisiasi secara mandiri oleh HWDI usai
mengikuti sesi TOR

3.3 Hasil yang Dicapai


Kegiatan ini diikuti oleh 20 orang anggota HWDI Kota Makassar. Perencanaan dan pelatihan dilakukan
dengan tetap mengacu pada target luaran dan timeline waktu yang telah ditetapkan. Koordinasi menjadi kunci
utama keberhasilan perencanaan dan pelatihan, baik koordinasi dengan sesama dosen anggota PKM maupun
dengan pihak HWDI selaku mitra.
Secara umum, hasil pelaksanaan kegiatan pelatihan literasi digital bagi perempuan penyandang
disabilitas di Kota Makassar ini dapat dikatakan memuaskan dan berhasil sesuai rencana. Hal ini tercermin dari
indikator kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan, kedatangan peserta dalam setiap pertemuan, dan
dari hasil pengisian angket oleh peserta. Semua materi yang direncanakan dalam proposal dapat tersampaikan
tepat waktu sesuai rencana. Jumlah peserta yang hadir pada kegiatan ini berjumlah 20 peserta. Berdasarkan hasil
pengisian angket evaluasi, hasil dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini adalah berkembangnya pemahaman dan
wawasan peserta terkait dengan era digital yang terus berkembang saat ini. Selain itu, peserta memiliki
pemahaman dan kemampuan dalam memilah informasi dari internet serta menangkal dan menyikapi berita hoax.
Pelatihan ini mampu menumbuhkan minat dan keterampilan peserta dalam mengkampanyekan penggunaan media
internet untuk meningkatkan produktifitas dan kreatifitas kalangan perempuan penyandang disabilitas.

Gambar 4. Peserta Pelatihan

3.4 Faktor Pendukung


Secara umum antusiasme dan komitmen anggota HWDI Kota Makassar dalam mengikuti pelatihan ini
sudah sangat baik. Pelatihan yang dirancang berjalan selama dua hari dapat diikuti oleh para peserta secara
maksimal dan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Adanya dukungan dari tim yang terlibat, termasuk dari pihak
pengurus HWDI yang menyambut baik rencana pelaksanaan kegiatan ini sehingga berbagai tantangan dan kendala
teknis di lapangan bisa cepat teratasi dengan baik.
Selama berlangsungnya proses pelatihan juga peserta terlibat secara aktif. Materi yang disampaikan
dirasa sesuai dengan kebutuhan anggota penerima manfaat selama ini. Ketersediaan ruangan pelatihan yang
nyaman dan aksesibel juga mendukung jalannya pelatihan dan membuat peserta bisa benar-benar fokus menyimak
materi. Terlebih ruangan pelatihan dilengkapi pendingin udara dan sirkulasi udara yang baik juga cukup luas
sehingga memudahkan mobilitas peserta.

3.5 Faktor Penghambat


Tantangan utama adalah menentukan waktu pelaksanaan pelatihan dikarenakan adanya kesibukan baik
dari dosen sebagai pemateri maupun dari kegiatan pengurus dan anggota HWDI sendiri. Terutama dikarenakan
perempuan anggota HWDI juga disibukkan dengan urusan domestik sehingga mereka perlu menyiasati waktu
untuk bisa hadir mengikuti pelatihan. Beberapa peserta akhirnya ada yang datang terlambat karena harus
menyelesaikan urusan pribadi terlebih dahulu. Selain itu, faktor ketersediaan tempat pelatihan yang aksesibel di
Kota Makassar masih terbatas sehingga butuh waktu untuk mencari tempat yang paling sesuai dan aksesibel.
Namun, segala kendala dan penghambat itu akhirnya bisa teratasi dengan adanya koordinasi yang baik.

Literasi Digital bagi Perempuan Penyandang Disabilitas… Hal. 75


TEKNOVOKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat: Vol. 1, No.2, Mei 2023
P-ISSN : 2985-6787 (Media Cetak)
E-ISSN : 2985-6779 (Media Online)
http://journal.unm.ac.id/index.php/TEKNOVOKASI

Gambar 5. Sesi Tanya Jawab dengan Peserta

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Secara umum, hasil pelaksanaan kegiatan pelatihan literasi digital bagi perempuan penyandang
disabilitas di Kota Makassar ini dapat dikatakan memuaskan dan berhasil sesuai rencana. Hal ini tercermin dari
indikator kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan, kehadiran peserta, dan dari hasil wawancara dengan
peserta. Kegiatan ini juga telah mampu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan motivasi para perempuan
penyandang disabilitas di Kota Makassar dalam hal literasi digital. Sarannya, kegiatan serupa harus dilakukan
secara berkelanjutan mengikuti perkembangan teknologi digital. Peran dari pemerintah dan pihak terkait pun harus
lebih proaktif.

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rektor Universitas Hasanuddin atas dana hibah universitas
melalui Program PPMU-PK-M yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Program Kemitraan Masyarakat,
juga atas arahan dan pembinaanya selama proses kegiatan Pengabdian Masyarakat berlangsung. Demikian pula
ucapan terima kasih disampaikan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Unhas
serta HWDI Kota Makassar yang telah ikut memfasilitasi kegiatan PKM hingga selesai.

REFERENSI
[1] Chadwick, D., & Wesson, C. (2016). Digital inclusion and disability. In J. Attrill-Smith, C. Fullwood, M.
Keep, D. Kuss, & G. D. Long, Applied cyberpsychology (pp. 1-23). Palgrave Macmillan.
[2] Devito, J. A. (2008). Essentials of human communication (6th ed.). Pearson.
[3] European Commission. (2009). Study on assessment criteria for media literacy levels. Brussels.
[4] Goggin, G., Ellis, K., & Hawkins, W. (2019). Disability at the centre of digital inclusion: Assessing a new
moment in technology and rights. Communication Research and Practice, 5(3), 290-303.
[5] Howe, N., & Strauss, W. (2000). Millennials rising: The next great generation. Vintage Books.
[6] Iriantara, Y. (2009). Literasi media: Apa, mengapa, bagaimana. Simbiosa Rekatama Media.
[7] Kaye, H. S., Yeager, P., & Reed, M. (2008). Disparities in usage of assistive technology among people with
disabilities. Assistive Technology, 20(4), 194-203.
[8] Kraidy, M. M. (2008). The Internet as a mass communication medium. Journalism & Mass Communication
Quarterly, 85(1), 5-6.
[9] Lin, Z., Yang, L., & Zhang, Z. A. (2018). To include, or not to include, that is the question: Disability digital
inclusion and exclusion in China. New Media & Society, 20(12), 4436-4452.
[10] McQuail, D. (2010). Mass communication theories (6th ed.). Sage.
[11] Santoso, A. (2013). Media literacy siswa sekolah menengah atas yang menuju sekolah nasional bertaraf
internasional dalam penggunaan media internet: Studi deskriptif tentang media literacy siswa SMA yang
menuju SNBI dalam penggunaan media internet pada SMA Al-Hikmah Surabaya. Universitas Airlangga.

Literasi Digital bagi Perempuan Penyandang Disabilitas… Hal. 76

Anda mungkin juga menyukai