Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PROFESIONALISME KEBIDANAN DALAM KASUS KOMPLEKS”

Disusun oleh:

Kelompok 1
Chindy Erliani
Elena Diana
Indah Azma Sari
Listiawati
Maysah Naziroh
Putri Nuraini

Dosen Pengampuh:
Elvira Harmia, M.Keb

PRODI SI KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

       Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil


hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Bangkinang, April 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pelayanan publik atau penyelenggaraan merupakan
institusi penyelenggaraan Negara, lembaga, independen yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Pemerintah sebagai actor utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik
harus memiliki kualitas pelayanan publik yang benar-benar berkualitas bagi
masyarakat. Kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dimana
tercipta hubungan yang dinamis antara pengguna maupun pemberi layanan.
Pelayanan publik berkaitan dengan kemampuan, daya tanggap, ketepatan
waktu dan sarana prasarana yang tersedia. Baik buruknya kualitas layanan
bukan berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa/layanan
melainkan berdasarkan pada persepsi konsumen dan aturan atau ketentuan
tentang kualitas pelayanan.

Banyaknya permasalahan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak,


menjadi perhatian penting pemerintah sehingga pemerintah mengupayakan
fasilitas kesehatan. Dalam Peraturann Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatab
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profesionalisme kebidanan dalam kasus kompleks?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui profesionalisme kebidanan dalam kasus kompleks
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi profesionalisme
Definisi profesionalisme adalah sebuah kata benda yang berarti ciri
khas kemahiran dari seorang yang profesional (the expertness
characteristic of a profesional person). Dengan katagori sebagai berikut:
state (status), skillfulness (kemahiran), expertness; expertise (pengalaman;
keahlian), profesionalism (profesionalisme).
Pengertian profesionalisme secara konseptual hanya dapat diterapkan
pada jabatan tertentu misalnya rekayasawan, yang memenuhi sejumlah
kriteria. Menurut Martin dan Schinzinger (dalam Dipohusodo 1996) yang
memberikan pandangan tentang profesionalisme, bahwa kriteria umum
rekayasawan yang profesional adalah:
1. Mencapai standar prestasi dalam pendidikan, kemampuan atau
kreativitas bekerja, dalam bidang rekayasa.
2. Bersedia menerima tanggung jawab moral terhadap masyarakat,
konsumen pelanggan, sejawat, atasan maupun bawahan sebagai
kewajiban profesionalnya.
Profesionalisme adalah keandalan dalam melaksanakan tugas
sehingga terleksana dengan mutu yang tinggi, waktu yang tepat, cermat
dan dengan prosedur yang mudah di fahami dan diikuti.
Orang yang profesional merupakan orang – orang yang diandalkan
dan dipercaya karena mereka ahli, trampil , punya ilmu pengetahuan ,
bertanggung jawab,tekun penuh disiplin dan serius dalam menjalankan
tugas pekerjaan nya.

B. Aspek-Aspek Profesionalisme
Aspek Profesionalisme, bahwa setiap tenaga kerja memiliki
kemampuan dan ketrampilan kerja atau kejuruan dalam bidang tertentu,
dengan kemampuan dan ketrampilan itu dia dapat mengabdikan dirinya
dalam lapangan kerja tertentu dan menciptakan hasil yang baik secara
optimal.
Adapun beberapa aspek diantaranya
1. Aspek Potensial
Aspek potensial yaitu mempunyai potensi herediter yang
bersifat dinamis yang terus berkembang dan dapat
dikembangkan.
2. Aspek Profesional/ Vokasional
Aspek tersebut yaitu memiliki kemampuan dan ketrampilan
kerja atau kejujuran dalam bidang tertentu dengan kemampuan
dan ketrampilan yang dapat mengabdikan dirinya dalam bekerja
dan menciptakan hasil secara optimal
3. Aspek Fungsional
Aspek fungsional yaitu melaksanakan pekerjaannya secara
tepat guna dengan bekerja sesuai tugas fungsinya
4. Aspek Operasional
Aspek operasional yaitu mendayagunakan kemampuan dan
ketrampilannya dalam proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan
kerja yang ditekuni
5. Aspek Produktivitas
Aspek produktivitas yaitu memiliki motif berptestasi,
berusaha agar berhasil dan memberikan hasil yang baik secara
kuantitas dan kualitas.

C. Karakteristik Dan Ciri-Ciri Profesionalisme


Karakteristik profesional mengacu pada kualitas yang dicontohkan
seseorang dalam lingkungan profesi. Profesionalisme mencakup standar
perilaku dan kemampuan seseorang untuk mewujudkan nilai-nilai institusi
dan melakukan apa yang diharapkan pemilik dari mereka.
Dalam lingkup Karakteristik profesional diantaranya :
1. Profesionalime menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil
sehingga dituntut untuk selalu mencari peningkatan mutu.
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja
yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.
3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan.
4. Profesional memerlukan integritas tinggi yang tidak
tergoyahkan oleh keadaan terpaksa atau godaan iman.
5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan pikiran dan
perbuatan sehingga terjaga efektifitas kerja yang tinggi.

D. Dimensi Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu pandangan yang dicerminkan oleh
dedikasi seseorang dalam menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang
dimiliki. Sikap ini berkaitan dengan keteguhan tekad individu untuk tetap
melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan instrinsik berkurang. Dimensi
profesionalisme memiliki sikap dan nilai-nilai yang dimunculkan oleh para
profesional dalam menjalani aktivitas dan tanggung jawab profesinya
diantaranya :
1. Pengabdian Pada Profesi
Profesionalisme adalah suatu pandangan yang dicerminkan
oleh dedikasi seseorang dalam menggunakan pengetahuan dan
kecakapan yang dimiliki. Sikap ini berkaitan dengan keteguhan
tekad individu untuk tetap melaksanakan pekerjaaan meskipun
imbalan intrinsik berkurang. Sikap pada dimensi ini merupakan
ekspresi diri total terhadap pekerjaannya
2. Kewajiban Sosial
Dimensi ini menjelaskan manfaat yang diperoleh, baik oleh
masyarakat dengan adanya suatu pekerjaan maupun bagi yang
professional.
3. Kemandirian
Dimensi inimenyatakan bahwa profesional harus mampu
membuat keputusan sendiri tanpa tekanan pihak pain. Rasa
kemandirian berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik
menurut pekerja yang bersangkutan dalam kondisi khusus.
4. Keyakinan Tetrhadap Profesi
Keyakinan bahwa yang paling berhak dalam menilai kinerja
profesional adalah bukan pihak yang tidak mempunyai kompetensi
dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
5. Hubungan Dengan Sesama Profesi
Profesionalitas mensyaratkan adanya ikatan profesi baik dalam
organisasi formal maupun kelompok kolega informal sebagai
sumber utama ide utama pekerjaan . Melalui ikatan profesi ini para
profesional membangun kesadaran terhadap profesinya

E. Indikator Profesionslisme Bidan


Indikator profesionalisme adalah kemampuan, kualitas, sarana,
prasarana, jumlah sumber daya manusia dan teknologi informasi. indikator
profesionalisme bidan di Indonesia yaitu kode etik profesi, tanggung
jawab, melakukan kolaborasi dan rujukan yang tepat, pendidikan
berkelanjutan, kompetensi dan advokasi.
1. Kode etik profesi
Adalah norma- norma yang harus di indahkan oleh setiap profesi
dalam melaksanakan tugas profesi nya dan hidup di masyarakat.
Adalah merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai nilai
internal dan eksternal sebagai pernyataan komprehensif suatu profesi
yang memberikan tuntutan anggotanya dalam pengabdian profesi.

Kode Etik Profesi Bidan


a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam tugas pengbdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dsn
memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
berpedoman pada peran tugan dan tanggung jawab sesuai
dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien, menghormati nilai
nilai yang berlaku di masyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat
dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaaan tugasnya, dengan mendorong
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajad
kesehatannya secara optimal.
2. Tanggung jawab
Bidan bertugas; mengembangkan pelayanan dasar kesehatan
diwilayah kerja. b. Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi
dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui
dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada
di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya. Dan beberapa tanggung
jawab bidan lainnya yaitu :
a. Tanggung jawab bidan terhadap tugasnya
b. Tanggung jawab dalam praktek kebidanan
c. Tanggung jawab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan
lainnya
d. Tanggung jawab bidan terhadap pemerintah
e. Tanggung jawab bidan terhadap profesi lain
f. Tanggung jawab dalam praktek kebidanan.
3. Melakukan Kolaborasi dan Rujukan yang Tepat
Dalam kebidanan kolaborasi interprofesional sangat penting untuk
keselamatan pasien. Karena kegagalan kolaborasi dan komunikasi
juga akan mengakibatkan angka kematian pada ibu dan bayi.
Pelayanan kebidanan kolaborasi adalah pelayanan yang dilakukan
oleh bidan sebagi anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara
bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari suatu proseskegiatan
pelayanan kesehatan.
Tujuan pelayanan kolaborasi, Tujuan pelayanan ini adalah berbagi
otoritas dalam pemberian pelayanan berkualitas sesuai ruang lingkup
masing-masing. Elemen dalam melakukan kolaborasi antara lain harus
melibatkan tenaga ahli dengan keahlian yang berbeda, yang dapat
bekerjasama secara timbal balik dengan baik, anggota kelompok harus
bersikap tegas dan mau bekerjasama, kelompok harus memberi
pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi pandangan
dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.
4. Pendidikan Berkelanjutan
pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan
pelayanan dan standar yang telah di tentukan melalui pendidikan
formal dan nonformal. Tujuan pendidikan berkelanjutan bidan yaitu
pemenuhan standar berupa organisasi profesi bidan telah menentukan
standar kemampuan bidan yang harus dikuasai melalui pendidikan
berkelanjutan.
5. Berkompeten
Kompetensi dibagi menjadi dua yaitu kompetensi inti atau dasar
yaitu kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan,
kompetensi tambahan atau lanjutan yaitu pengembangan dari
pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk mendukung tugas bidan
dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan masyarakat yang sngat dinamis
serta perkembangan IPTEK. Kompetensi merupakan bagian dari
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang diperlukan bidan dalam
melakukan pelayanan kebidanan.
6. Advokasi
Melakukan advokasi terhadap pengambilan keputusan dari
kategoriprogram Atau pun sektor yang terkait dengan kesehatan
maternal dan neonatal. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-
upaya agar pembuat keputusan atau penentu kebijakan mencapai suatu
kebijakan tersebut.

F. Standar Profesi Bidan


Keputusan Menteri Kesehatan Republic Indonesia NOMOR
HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan:

1. Etik Legal dan Keselamatan Pasien


2. Komunikasi Efektif
3. Pengembangan Diri dan Profesionalitas
4. Keterampilan Klinis dalam Praktik
5. Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan Kebidanan (BBL, Bayi Balita
dan Anak Prasekolah, Remaja, Masa Sebelum Hamil, Masa
Kehamilan, Masa Persalinan, Masa Pasca Keguguran, Masa Nifas,
Masa Antara, Masa Klimakterium, Pelayanan KB, Kespro dan
Seksualitas Perempuan, dan KDP)
6. Promosi Kesehatan dan Konseling
7. Manajemen dan Kepemimpinan

Praktik Profesional Kebidanan dan Manajemen Asuhan terdiri atas :

1) Asuhan Kebidanan Fisiologis


2) Asuhan Kebidanan kolaborasi kasus-kasus patologi dan komplikasi
maternal neonatal serta rujukan
3) Penanganan awal kegawat daruratan maternal dan neonatal
4) Keterampilan kebidanan dasar praktik
5) Praktik (BHD) Bantuan Hidup Dasar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan institusi
penyelenggaraan Negara, lembaga, independen yang dibentuk berdasarkan
Undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain
yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pemerintah
sebagai aktor utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik harus
memiliki kualitas pelayanan publik yang benar-benar berkualitas bagi
masyarakat.

B. Saran
Diharapkan bidan dan calon bidan mengetahui dan memahmi
profesionalisme kebidanan dalam kasus kompleks sehingga bidan dan
calon bidan dapat memberikan pelayanan asuhan kebidanan yang
berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Sylvi Wafda Nur. 2019. Asuhan Kebidanan kasus kompleks maternal dan
neonatal. Yogyakarta : Pustaka baru

Bidan Praktik Mandiri Kecamatan Tembalang. Prosedur Seminar Nasinonal


Unimus. 2, 107–112

Supratti., & Ashriady. (2016). Pendokumentasian Standar Asuhan Keperawatan di


Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Indonesia. Jurnal Kesehatan

Yongky, dkk. 2012. Draft Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.
Padang: Rumah kayu Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai