Anda di halaman 1dari 15

BAHAN AJAR

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN KASUS KOMPLEKSBAGI


MAHASISWA SARJANA KEBIDANAN
“KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN KASUS KOMPLEKS”

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2022
VISI MISI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BANYUWANGI

VISI
Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi di bidang Kesehatan yang menghasilkan tenaga
kesehatanberdaya saing global berlandaskan pada keimanan dan ketaqwaan pada tahun 2025.

MISI
1. Menyelenggarakan proses pendidikan akademik, profesi, dan vokasi yang berdaya
saingglobal serta berorientasi pada pengembangan hardskill dan softskill;
2. Melaksanakan penelitian di bidang kesehatan yang sesuai dengan perkembangan
ilmupengetahuan serta berorientasi kepada kebutuhanmasyarakat;
3. Mengembangkan aktivitas pengabdian masyarakat yang berkontribusi
dalam pembangunan kesehatan dengan mengacu kepada hasil penelitian dan kearifan
lokal;
4. Menciptakan lulusan yang memiliki kemandirian, keimanan, dan ketaqwaan;
5. Mengembangkan kerja sama institusional dalam negeri dan luar negeri sebagai
upayaoptimalisasi kegiatan Tridarma;
6. Mengembangkan jiwa kewirausahaan dan wawasan kebangsaan kepada seluruh
civitasacademica.
VISI MISI
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI
BIDAN

VISI
Menjadi Program Studi Sarjana Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan yang berdaya
saing global, dengan keunggulan pada Kebidanan Komplementer, dan mengedepankan
aspekspiritual pada tahun 2025.

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan sarjana yang unggul pada kebidanan komplementer
dengan mengedepankan aspek spiritual;
2. Menyelenggarakan pendidikan profesi yang unggul pada kebidanan komplementer
dengan mengedepankan aspek spiritual;
3. Menyelenggarakan penelitian yang unggul pada kebidanan komplementer dengan
mengedepankan aspek spiritual;
4. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang unggul pada kebidanan
komplementer dengan mengedepankan aspek spiritual;
5. Menyelenggarakan kerja sama dengan berbagai lembaga dalam negeri maupun luar
negeri dalam mewujudkan Tridarma Perguruan Tinggi.
ASUHAN KEBIDANAN KASUS KOMPLEKS
PERTEMUAN I

A. Deskripsi Singkat
Materi ini memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar asuhan kebidanan pada
kasuskompleks.
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalisis tentang konsep dasar asuhan
kebidanan kasus kompleks

C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian kasus kompleks
• Asuhan kebidanan menurut Undang-Undang Kebidanan No. 4 Tahun 2019
adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan
dan tindakan yang dilakukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan ruang
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
• Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks adalah asuhan kebidanan yang diberikan
kepada perempuan dengan kebutuhan khusus, rentan, atau mengalami
masalah/kasus kompleks pada aspek fisik, psikologi, emosional, sosial
budaya, spiritual, ekonomi, dan lingkungan pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, dan sepanjang daur kehidupan reproduksi.
• Dalam Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan dijelaskan bahwa Bidan memberikan asuhan kebidanan yang bersifat
holistik, humanistik berdasarkan evidence based dengan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan, dan memperhatikan aspek fisik, psikologi,
emosional, sosial budaya, spiritual, ekonomi, dan lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan, meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai kewenangannya dalam Permenkes
No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
2. Ruang lingkup asuhan kebidanan kasus kompleks
1) Asuhan pada perempuan dengan etnis/suku dan akses serta status kesehatan
terburuk di Indonesia
2) Asuhan pada perempuan migran dan pengungsi
3) Asuhan pada kelompok berkebutuhan khusus – remaja
4) Asuhan pada perempuan penyandang disabilitas (tuna rungu, tuna wicara,
tunanetra)
5) Asuhan pada perempuan dengan penyakit mental yang parah (gangguan
bipolar,skizofrenia, gangguan ambang kepribadian)
6) Asuhan pada perempuan dengan kecanduan alkohol, drug, dan substance use
7) Asuhan pada kelompok kebutuhan khusus – perempuan dari daerah pedesaan
dandaerah terpencil
8) Asuhan pada perempuan dengan peran ganda, single mom, pekerja (pabrik,
pembantu rumah tangga)
9) Asuhan pada perempuan dengan status sosial dan ekonomi yang rendah
10) Asuhan pada perempuan dengan kekerasan fisik dan seksual (intimate
partnerviolence/ IPV)
11) Asuhan pada perempuan korban perdagangan manusia (women victims of
trafficking)
12) Asuhan pada perempuan sebagai pekerja seks komersial
13) Asuhan pada perempuan dengan HIV/AIDS

3. Prinsip asuhan berpusat pada perempuan (women centered care)


Fokus asuhan harus memenuhi kebutuhan ibu dan bayinya. Setiap ibu dapat
bernegosiasi dan melibatkan pasangan, keluarga, dan/atau teman terdekatnya.
Asuhan harus disesuaikan dengan kebutuhan khusus yang mungkin dimiliki
perempuan. Hak Perempuan (ICM. 2017. Core Document. International Definition
of The Midwife):
• Hak untuk dapatkan layanan persalinan dari bidan yang terampil dan kompeten
• Hak Bayi untuk memiliki Ibu yang sehat dan teredukasi baik
• Hak untuk dihormati sebagai manusia
• Hak atas keselamatan tubuhnya
• Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi
• Hak untuk mendapatkan informasi kesehatan terkini
• Hak untuk berpartisipasi aktif dalam pembuatan keputusan atas layanan
kesehatanyang diterima dan menawarkan informed consent
• Hak untuk kerahasiaan
• Hak untuk memilih tempat dimana dia akan bersalin

4. Peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kasus kompleks


Peran bidan dalam kasus kompleks adalah integral yaitu secara keseluruhan / tidak
dapat dipisah-pisahkan dan unik yaitu khusus / berbeda dari yang lain. Peran Bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan kasus kompleks juga sesuai dengan profil
Bidanyaitu:
a. Care Provider: Bidan berperan sebagai pemberi asuhan kebidanan yang
komprehensif di sepanjang siklus kehidupan meliuti masa remaja, pranikah,
prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, anak
prasekolah, pre menopause, kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana dengan melibatkan keluarga dan masyarakat pada kondisi normal
sesuai standar dan kode etik profesi pada tatanan pelayanan kesehatan.
b. Communicator: Bidan mampu mengomunikasikan kebijakan, advokasi,
dan menyampaikan pemikiran atau karya inovasi yang bermanfaat bagi
pengembangan profesi bidan serta menjadi agen pembantu dalam pelayanan
kesehatan
c. Decision Maker: Bidan berperan sebagai pengambil keputusan yang
independen dalam menjalankan pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran
logis, kritis, sistematis, kreatif, dan strategis dalam peningkatan kesehatan
ibu dan anak, kesehatan reproduksi perempuan dan pelayanan kontrasepsi
d. Community Leader: Bidan berperan sebagai penggerak dan pemberdaya
masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi
dankeluarga berencana dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang
tersedia
e. Manager: Bidan berperan sebagai pengelola layanan kesehatan ibu dan
anak, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana dengan memanfaatkan
IPTEKS serta memperhatikan potensi sosial budaya dan sumber daya
secara efektif dan efisien
5. Prinsip pengambilan keputusan klinis pada kasus kompleks
Pengambilan keputusan klinis adalah kegiatan pemecahan masalah yang berfokus
pada penentuan masalah klien dan memilih penatalaksanaan yang tepat. Prinsip
pengambilan keputusan klinis pada kasus kompleks mengacu pada manajemen
asuhan kebidanan dengan 7 langkah Varney, sesuai dengan keterampilan klinis
Bidan dalam Kepmenkes 320 Tahun 2020:
a. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas,
b. Melakukan identifikasi kasus yang bermasalah,
c. Melakukan skrining terhadap masalah dan gangguan,
d. Melakukan edukasi dan konseling berbasis budaya dan etikolegal terkait
hasilskrining,
e. Melakukan kolaborasi dengan profesi terkait masalah yang dihadapi,
f. Melakukan prosedur tatalaksana awal kasus,
g. Melakukan rujukan pada kasus,
h. Melakukan dukungan terhadap perempuan dan keluarganya dalam setiap
memberikan pelayanan kebidanan.
Faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan klinis Bidan adalah:
a. Kolaborasi antar profesi kesehatan;
b. Sumber pengetahuan Bidan yang didapat;
c. Peran organisasi profesi;
d. Bidan sebagai manusia seutuhnya yang dipengaruhi oleh:
1) sikap terhadapkonsep fisiologi kebidanan,
2) sikap terhadap asuhan berpusat pada perempuan dan peran perempuan dalam
mengambil keputusan,
3) sikap dalam berkolaborasi,
4) pengalaman dan intuisi, dan
5) keadaan pribadi;
e. Perempuan sebagai manusia seutuhnya.

6. Pengkajian asuhan kebidanan dengan kebutuhan kompleks


Berdasarkan Kepmenkes No. 320 Tahun 2019, pengkajian adalah pengumpulan
semua data yang akurat, relevan, dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi pasien/klien secara holistik meliputi biopsikososio, spritual, dan
kultural. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesis: biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan, dan latar belakang sosial budaya) dan data
objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis, dan pemeriksaan penunjang).

7. Kolaborasi interprofesional penanganan kasus kompleks


Menurut WHO tahun 2010, kolaborasi interprofesional yaitu berbagai jenis
tenaga kesehatan dari latar belakang professional berbeda, bekerjasama dengan
pasien, keluarga, pemberi pelayanan, dan komunitas untuk memberikan asuhan
kesehatan berkualitas tinggi. Kolaborasi interprofesional dalam asuhan kebidanan
kasus kompleks dilakukan antar tenaga kesehatan lain dan bekerja sama dengan
pasien, keluarga, pemberi layanan (rumah sakit, puskesmas, PMB, dan
lainnya), dan komunitas (kader, kepala desa, dan lainnya).
Sumber: WHO, 2010

Manfaat praktik kolaborasi interprofesional:


a. Meningkatkan kemudahan dan koordinasi pelayanan kesehatan;
b. Meningkatkan penggunaan dengan tepat sumber – sumber spesialis klinik, hasil
kesehatan klien dengan kebutuhan/masalah khusus/kompleks, keamanan, dan
asuhan pasien;
c. Meningkatkan komunikasi antara tenaga kesehatan serta membangun pelayanan
yang aman dan baik berpusat pada klien;
d. Menurunkan jumlah komplikasi pasien, lama hari rawat, ketegangan, dan
konflik antar tenaga kesehatan, berhenti dan keluarnya tenaga kesehatan, rawat
inap, rata- rata kesalahan pengambilan keputusan klinik, rata-rata kematian, dan
pembiayaan kesehatan.

8. Rujukan pada kasus kompleks


• Penanganan kasus kompleks menyesuaikan dengan karakteristik kasus /
masalah yang dialami oleh perempuan. Setiap kasus/masalah memiliki
karakteristik khusus yang dapat memiliki persamaan dan perbedaan
penanganan/manajemen asuhan. Pengambilan keputusan klinis, kolaborasi, dan
rujukan merupakan prinsip penanganan pada asuhan kebidanan kasus kompleks.
Analisis langkah Bidan dalam penanganan kasus kompleks dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Langkah
No Kasus / Masalah Kolaborasi Konsultasi Rujuk*
1 Perempuan dengan etnis/suku dan akses
serta status kesehatan terburuk di √ - √
Indonesia
2 Perempuan migran dan pengungsi √ - √
3 Kelompok berkebutuhan khusus – remaja √ √ √
4 Perempuan penyandang disabilitas (tuna
√ √ √
rungu, tuna wicara, tuna netra)
5 Perempuan dengan penyakit mental yang
parah (gangguan bipolar, skizofrenia, √ √ √
gangguan ambang kepribadian)
6 Perempuan dengan kecanduan alkohol,
√ √ √
drug, dan substance use
7 Kelompok kebutuhan khusus –
perempuan dari daerah pedesaan dan √ - √
daerah terpencil
8 Perempuan dengan peran ganda, single
mom, pekerja (pabrik, pembantu rumah √ - √
tangga)
9 Perempuan dengan status sosial dan
√ - √
ekonomi yang rendah
10 Perempuan dengan kekerasan fisik dan √ √ √
seksual (intimate partner violence/ IPV)
11 Perempuan korban perdagangan manusia
√ √ √
(women victims of trafficking)
12 Perempuan sebagai pekerja seks
√ √ √
komersial
13 Perempuan dengan HIV/AIDS √ √ √
*) Jika terjadi kegawatdaruratan, maka rujuk.
• Sistem rujukan adalah sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas
masalah yang timbul, baik secara vertikal dan horizontal ke fasilitas pelayanan
yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan, dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Sistem rujukan pelayanan
kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan
kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan seluruh fasilitas kesehatan.
• Jenis rujukan
1) Rujukan medis yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas
satu kasus yang timbul secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menanganinya secara rasional. Jenis rujukan medis
antara lain: a) Transfer of patient: konsultasi penderita untuk keperluan
diagnostik, pengobatan, tindakan operatif, dan lain-lain. b) Transfer of
specimen: pengiriman bahan (specimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap. c) Transfer of knowledge/personal: pengiriman tenaga
yang lebih kompeten atau ahli untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan
setempat.
2) Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan
atau spesimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah
rujukan yang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya preventif dan
promotif. Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana, dan operasional.
Contoh: a) Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan,
misalnya pengiriman dokter ahli terutama dokter ahli bedah, kebidanan dan
kandungan, penyakit dalam, dan dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU
Kabupaten. b) Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum
ada dokter ahli dalam jangka waktu tertentu. c) Pengiriman tenaga
kesehatan dari puskesmas, RSU Kabupaten ke RS Provinsi. d) Alih
pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan
pengoperasian peralatan.
3) Rujukan Manajemen: a) Pengiriman informasi, b) Obat, biaya, tenaga,
dan peralatan, c) Permintaan bantuan (survei epidemiologi, mengatasi
wabah/KLB)
• Model Konseptual Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat di Indonesia:
Sistem rujukan yang berlangsung secara umum di sebagian besar negara
termasuk di Indonesia memiliki tiga (3) tingkat layanan rujukan, yaitu berupa
layanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. Pelayanan kesehatan pada
layanan kesehatan primer bertujuan untuk menangani masalah kesehatan yang
dihadapi oleh sebagian besar penduduk yang telah melalui rujukan oleh
gatekeeper/layanan kesehatan dasar di bawahnya. Model konseptual dari sistem
rujukan kesehatan masyarakat tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Bagan Model Konseptual Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
(UNFPA, 2004 dalam The Health Referral Sistem in Indonesia)

Rumah Sakit
Tersier

Rumah Sakit
Sekunder

Rumah Sakit
Primer

Gatekeeper
Layanan
Keshatan Dasar

Keluarga/individu

D. Sumber Pustaka
1. Keputusan Menteri Kesehatan No. 320 Tahun 2020 Tentang Standar Profesi Bidan
2. Undang-Undang Kebidanan No. 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan
3. ICM. 2017. Core Document. International Definition of The Midwife
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan
5. Reeves, S., Pelone, F., Harrison, R., Goldman, J., & Zwarenstein, M. (2017).
Interprofessional collaboration to improve professional practice and healthcare
outcomes. The Cochrane database of systematic reviews, 6(6), CD000072.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD000072.pub3
6. Daemers, D., van Limbeek, E., Wijnen, H., Nieuwenhuijze, M. J., & de Vries, R. G.
(2017). Factors influencing the clinical decision-making of midwives: a qualitative
study. BMC pregnancy and childbirth, 17(1), 345. https://doi.org/10.1186/s12884-
017-1511-5
7. WHO. 2010. Frame work for action on Interprofesional: Education and
collaborative practice. Ganewa Swiss
8. Keputusan Menteri Kesehatan No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 Tentang Standar
Asuhan Kebidanan
9. Australian Nursing and Midwifery Council. 2007. A national framework for the
development of decision-making tools for nursing and midwifery practice. Nurshing
and Midwifery Board of Australia.
10. UNFPA, 2004 dalam The Health Referral Sistem in Indonesia
11. Chalmers, B et al. 2001. WHO Principles of Perinatal Care: The Essential
Antenatal, Perinatal, and Postpartum Care Course. Birth

E. Tugas
Ceritakan dalam bentuk tulisan kasus kompleks yang pernah Saudari tangani!

Anda mungkin juga menyukai