Disusun Oleh:
Puji syukur saya penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga dap
at menyelesaikan penyusunan makalah individu yang berjudul “INTELEGENSI
EMOSIONAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN ”. Penyusunan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Praktik Profesional Bidan di STIKes ME
RCUBAKTIJAYA Padang.
Dalam Penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada tekn
is penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik d
an saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah i
ni.
Dalam penyusunan makalah ini saya penyusun menyampaikan ucapan terima kasih ya
ng sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehin
gga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salovey dan Mayer (1990) membagi kemampuan dan keterampilan kecerdasan emosi
onal ini ke dalam empat area, yaitu kemampuan untuk merasakan emosi individu itu s
endiri dan juga orang lain secara akurat, kemampuan untuk menggunakan emosi terse
but dalam memfasilitasi proses berpikir, kemampuan untuk memahami emosi, dan ke
mampuan untuk mengatur emosi sehingga dapat mencapai tujuan tertentu. Konsep ke
cerdasan emosional juga dikemukakan oleh Goleman (1995) yang mengatakan bahwa
kecerdasan emosional merupakan sekumpulan dari kemampuan dan kompetensi seseo
rang yang terdiri dari elemen motivasi, kesadaran diri, regulasi diri, empati, dan juga
kemampuan untuk memiliki hubungan yang baik. Dalam perkembangannya, Bar-On
(2004) menjabarkan faktor-faktor utama kecerdasan emosional sebagai sekumpulan d
ari kemampuan, kompetensi, dan keterampilan nonkognitif yang mempengaruhi keber
hasilan seseorang dalam menghadapi tuntutan dan tekanan dari lingkungannya.
Berdasarkan hasil penelitian Hunter (2005) dikatakan bahwa seorang bidan dapat men
gatur emosinya dalam menghadapi tuntutan pekerjaan yaitu dengan affective neutralit
y, yaitu membuat dirinya berada dalam kondisi tidak ada emosi sama sekali untuk me
nghindari emosi-emosi negatif atau affective aware yaitu mengungkapkan emosi dan
perasaannya pada sesama. Namun, pada praktiknya, kebanyakan bidan lebih banyak
menggunakan cara affective neutrality dalam konteks pekerjaannya sehingga mempen
garuhi kesejahteraan emosionalnya. Dari hasil penelitian Hunter dan Deery (2005) seo
rang bidan cenderung menghiraukan perasaannya dan lebih berfokus pada pekerjaann
ya saja. Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka keadaan semacam ini akan mem
bentuk seorang bidan menjadi seorang yang bersikap “dingin”, kurang hangat, dan tid
ak mendahulukan kesejahteraan atau pun keselamatan pasiennya. Selain itu, kesejahte
raan fisik dan psikologis bidan itu sendiri pun tidak akan terjaga dengan baik karena ti
dak adanya reward timbal balik yang berkontribusi terhadap pekerjaannya. Ketua pen
gurus Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Gunarmi Hadi dalam “Keputusan Menteri” (200
7) memaparkan bahwa seorang bidan yang baik adalah apa yang disebut dengan “bida
n delima” yaitu bidan yang memiliki karakteristik bersahabat, rasa peduli yang tinggi,
memberikan kasih sayang, kehangatan sehingga pasien yakin berada di tangan yang te
pat, mengerti apa yang dirasakan oleh pasien, mampu memperoleh rasa percaya dari p
asien, sabar mendengarkan segala permasalahan pasien, senang berbicara dengan pasi
en, memberi pendapat sesuai profesi namun juga menghargai keputusan pasien, simpa
ti, memberikan solusi terbaik, memiliki pikiran positif, murah senyum, dan memberik
an sentuhan personal.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana intelegensi emosional dalam praktek kebidanan.
C. Tujuan
Mampu menjelaskan dan mengetahuai bagaimana intelegensi emosional
dalam praktek kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN
B. KECERDASAN EMOSIONAL
Gellomen mengungkapkan 5 kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman
pada individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari adalah :
Mengenali emosi diri
Mengelola emosi
Memotivasi diri
Mengenali emosi orang lain
Membina hubungan dengan orang lain
Kemampuan mengenal emosi diri sendri adalah kemampuan menyadari perasaan diri
sendiri pada saat perasaan itu muncul dari saat kesaat sehingga mampu memahami dirinya
dan mampu membuat keputusan yang bijaksana sehingga tidak diperbudak oleh emosinya;
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan menyelaraskan (emosi) dengan
lingkungannya sehingga dapat memelihara harmoni kehidupan individunya dengan
lingkungan orang lain;
Kemampuan mengenal emosi orang lain yaitu kemampuan memahami emosi orang
lain serta mampu mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain yang
dimaksud;
Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan mendorong dan mengarahkan
segala daya upaya dirinya bagi pencapaian tujuan, keinginan dan cita-citanya;
Kemampuan mengembangkan hubungan adalah kemampuan mengelola emosi orang
lain atau emosi diri yang timbul akibat rangsangan dari luar dirinya.
D. Praktik Kebidanan
Kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam bentuk asuhan
kebidanan Kopetensi bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh bidan yang meliputi
pengetahuan , keterampilan dan sikap untuk memberikan peyalanan kebidanan.
E. Budaya Kebidanan
Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia, yang
diperoleh dengan cara belajar dalam kehidupan masyaraka. Sedangkan budaya adalah
norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari dan dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Kompetensi
budaya secara umum dianggap sebagai proses pengambangan kesadaran budaya,
pengetahuan budaya, keterampilan budaya, pertemuan budaya dan hasrat budaya.
F. Perilaku Dan Aspek Budaya Yang Mempengaruhi Pelayanan Kebidanan
- HEALTH BELIEVE adalah tradisi-tradisi yang diberikan secara turun temurun
dalam contohnya dalam pemberian makanan pada bayi didaerah nusa tenggara
barat ada pemberian nasi papah atau di jawa tengah dengan tradisi nasi pinang;
- LIFE STYLE adalah gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan, contohnya
gaya hidup kawin cerai atau gaya hidup perokok;
- HEALTH SEEKING BEHAVIOR salah satu bentuk perilaku social budaya yang
mempercayai apabila seseorang sakit tidak perlu ke pelayanan kesehatan tetapi
cukup dengan membeli obat warung atau mendatangi dukun.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Makalah ini diharapkan menjadi sumber materi yang dapat menambah ilmu bagi para
pembaca, penyusum sangat mengharapkan saran yang bermanfaat dan dapat membantu p
embuatan makalah selanjutnya serta penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari semp
urna maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA