Disusun Oleh :
Kelompok 4
Ana Isabel Correia (2281A0473)
Alista (2281A0474)
Abelita Da Conceicao Belo (2281A0480)
Iria SOARES Sarmento (2281A0475)
Celestina F. R. Pereira (2281A0471)
Upi Damayanti (2281A0479)
Wa Ode Rohmayangsa (2281A0476)
Hasmianti (2281A0477)
Syahriati (2281A0478)
Irmawati (2281A0466)
Geovania Da Costa Silva Bossa (2281A0470)
Topik Bahasan
1. Kehamilan Dalam Penjara
2. LGBT
3. Ibu Pengganti (Surrogate Mother)
4. Pekerja Seks Komersial
5. Pemilihan Jenis Kelamin Anak
1. Kehamilan Dalam Penjara
Kehamilan dalam penjara
Di Indonesia, data terkait perempuan hamil di penjara masih terbatas.
Data nasional menunjukan jumlah perempuan yang dipenjara pada
meningkat dari 1.800 pada tahun 2000 menjadi 11.465 pada tahun
2017. Pada tahun 2016 dari 464 lembaga pemasyarakatan dan
penahanan di Indonesia, hanya 10 yang khusus diperuntukkan bagi
perempuan.
Meski hukum di Indonesia telah mangatur hak-hak dasar bagi
perempuan di lembaga pemasyarakatan, perlu dikaji ulang apakah
hak-hak tersebut telah terpenuhi seutuhnya, atau justru sebaliknya.
Keterbatasan sumber daya dan kondisi overcrowded sering
mengakibatkan ketubuhan perempuan di lembaga penahanan tidak
terpenuhi.
Masalah Pelayanan Kesehatan
Bagi Ibu Hamil Dalam Penjara
Sebagian lapas belum memiliki poliklinik lapas sendiri, sehingga
ketersediaan tenaga kesehatan dan obat-obatan juga masih
bergabung bersama klinik lapas yang lain.
Pembinaan kondisi ibu hamil masih berfokus ke hilir, yaitu hanya
diberikan jika narapidana membutuhkan, misalnya sakit, dan
atau terdapat gangguan dengan kehamilannya.
Warga binaan perempuan(WBP) hamil hanya diberi vitamin
penambah darah saja.
Poliklinik lapas tidak mengelola anggaran maupun obat. Obat-
obatan sudah disediahkan oleh bagian umum.
Dampak
3 Faktor lingkungan dan Masuknya budaya-budaya yang berasal dari luar negeri juga dianggap
pergaulan menjadi penyebab seseorang untuk ikut menjadi bagian LGBT.
Kesehatan Perilaku seks homo dan lesbian lebih beresiko terjangkit virus HIV/AIDS dan penyakit
menular seksual.
Sosial Perilaku gay dan lesbian tidak akan bisa menghasilkan keturunan. Jika perilaku
tersebut dilegalkan maka di masa yang akan datang akan terjadi kepunahan manusia.
Keamanan Dalam komunitas LGBT sering terjadi tindak kekerasan seksual dan pembunuhan
karena pelaku LGBT yang mudah berganti pasangan, kecenderungan pemaksaan
kehendak dominan terhadap pasangan sejenis, kesenangan yang membabibuta, atau
kekecewaan berat yang berujung pembunuhan terhadap pasangan sejenisnya.
Solusi
Peran keluarga dan pendidikan seksual
Dalam upaya pencegahan penularan perilaku LGBT,
ketahanan keluarga, keharmonisan ditengah keluarga,
pola asuh yang tepat, dan pemberian pendidikan yang
baik menjadi penting.
Selain itu pengajaran dari orang tua dan lingkungan
terdekat akan bagaimana pendidikan seks untuk
menumbuhkan rasa tanggungjawab diri atas nilai seks
biologis, gender dan orientasi gender menjadi penting
untuk diberikan kepada anak dan remaja.
3. Ibu Penganti (Surrogate Mother)
Ibu pengganti atau surrogate mother adalah sebutan yang ditujukan
kepada perempuan yang memijamkan rahimnya guna membantu
pasangan suami istri memperoleh keturunan.
Terdapat 2 jenis utama surrogate :
Surrogate gestasional (juga dikenal sebagai surogasi penuh atau
inang), kehamilan terjadi akibat pemindahan atau transfer embrio
yang dengan program IVF sehingga anak yang dilahirkan tidak
terkait secara genetik dengan sang inang atau “ ibu pengganti “.
Surrogate tradisional (juga dikenal sebagai surogasi parsial, genetik,
atau langsung). Ibu pengganti dijadikan dijadikan hamil secara alami
ataupun artifisial (buatan). Tetapi anak yang dilahirkan memiliki
keterkaitan genetik dengannya.
Siapa Saja Yang Membutuhkan Ibu Pengganti
Perempuan yang telah menjalani prosedur pengangkatan
rahim karena alasan medis.
Kondisi medis tertentu yang bisa membahayakan mama
dan bayi jika perempuan itu mengandung.
Kehamilan atau melahirkan sebelumnya mengalami
komplikasih dan membahayakan keselamatan mama dan
bayi.
Kegagalan proses implantasi IVF berulang.
Keguguran berulang yang tidak bisa tertangani.
Hukum Surrogate Di Indonesia
Praktik surrogate dilarang di indonesia. Larangan tersebut termuat dalam
peraturan umum mengenai “bayi tabung” pada pasal 16 UU no.23 tahun 1992
tetang kesehatan dan keputusan menteri kesehatan no.27/per/II/1999 tentang
penyelenggaraan teknologi reproduksi buatan.
Dari keduan peraturan tersebut dapat disimpulkan kalau praktik “ibu penganti”
dilarang pelaksanaannya di indonesia, dan dipertegas dengan adanya sanksi
pidana bagi yang mempraktikkannya (pasal 82 UU no. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan).
Selain itu, undang-undang no.36 tahun 2009 tentang kesehatang pada pasal 27
menyebutkan, upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya boleh dilakukan
pasangan suami istri sah. Hasil pembuahan sperma dan sel telur dari suami
istri bersabgkutan hanya boleh ditanamkan pada rahim sang istri dengan
prosedur yang dilakukan tenaga medis dan fasilitas memadai.
Masalah Etika Terkait Surrogate
Sejauh mana masyarakat peduli tentang eksploitas, komodifikasi,
dan/paksaan ketika wanita dibayar untuk hamil dan melahirkan bayi, terutama
dalam kasus di mana terdapat perbedaan kekayaan dan kekuasaan yang
besar anatara orang tua yang dimaksud dan ibu pengganti.
Sejauh mana masyarakat dibenarkan untuk mengizinkan wanita membuat
kontrak tentang penggunaan tubuhnya.
Apakah arti menjadiseorang ibu?
a. Apa hubungan antara ibu genetik, ibu gestasional, dan ibu sosial?
b. Apakah mungkin secara sosial atau hukum mengandung dalam beberapa
mode keibuan atau pengakuan beberapa ibu?
Perlukah seorang anak yang dilahirkan melalui surogasi memiliki hak untuk
mengetahui identitas setiap atau semua orang yang terlibat dalam konsepsi
dan kelahiran anak tersebut?.
4. Pekerja Seks Komersial
PSK : Definisi Dan Tipe
Wanita tuna susila merepresentasikan pandangan bahwa hanya perempuanlah yang
menyediakan jasa pelayanan seks, wanita yang tidak bermoral dan melanggar norma-
norma sosial masyarakat.
Pekerja seks komersial menyiratkan bahwa hanya penjualan jasa seksual dapat
dilakukan oleh perempuan/laki-laki sebagai bentuk pekerjaan untuk mendapatkan
penghasilan.
Tipe pelacuran di indonesia :
a. Tipe tradisional (umum): pelacuran yang sebagian besar dilakukan di wilayah
lokalisasi yang dilakukan oleh perempuan untuk tujuan mendapatkan uang
umumnya berasal dari keluarga miskin, memiliki tingkat pendidikan rendah.
b. Tipe non-tradisional : dilakukan oleh mereka yang berlatar belakang sosial ekonomi
menengah ke atas dan pendidikan tinggi di kota-kota besar. Selain motif ekonomi,
menjadi pekerja seks untuk tujuan petualangan dan eksperimen.
c. Cyber prostitution : pengelola menawarkan jasa pelayanan seks komersial melalui
sebuah website, termasuk yang melibatkan para artis.
Faktor Penyebab Pelacuran
Supply Merujuk pada faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi
PSK.
Faktor individual terkait dengan aspek psiko-sosial pendidikan
Faktor relasional terkait dengan pengaruh lingkungan pertemanan,
kegagalan hubungan perkawinan/percintaan, atau konflik dengan
keluarga.
Faktor strutural terkait dengan tekanan ekonomi dan dukungan budaya
yang mentolirer pelacuran.
Demand Terkait dengan permintaan terhadap jasa pelayanan seksual, baik yang
terkait dengan pengguna jasa pelacuran maupun pengadaan jasa
pelayanan seks komersial.