Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

Mata Kuliah Praktik Profesional Bidan

Disusun Oleh:

Revi Rahma Yanti. 22222039

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2022-2023
Tingkatan manajemen diibaratkan sebagai segitiga, yang terdiri dari TopManajemen,
Middle Manajemen dan First Line Manajemen.

1. Top Manajemen (Manajemen puncak)


Top manajemen seringkali disebut sebagai manajemen puncak.
Kelompok yang berada pada tingkatan ini disebut dengan top manajer. Top
manajemen terdiri atas kelompok yang berjumlah kecil, mereka berada pada
tingkatan paling atas dari segitiga manajerial. Top manajemen bertanggung
jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi secara umum. Mereka
menetapkan kebijaksanaan operasional dan membimbing hubungan organisasi
dengan lingkungannya. Top Manajemen juga dikenal sebagai manajer pada
tingkat perencanaan strategis, dimana keputusan pada tingkatan ini seringkali
memiliki dampak pada keseluruhan organisasi. Keahlian yang harus dimiliki
para manajer tingkat puncak adalah keahlian konseptual, artinya keahlian
untuk membuat dan merumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkat
manajer di bawahnya. Contoh orang-orang yang berada dalam kelompok ini
seperti kepala puskesmas, direktur RSGM.

2. Middle Manajemen (Manajemen Menengah)


Tingkatan ini sering juga disebut sebagai tingkat kendali manajemen
(management control level), karena tingkatan middle manajemen bertanggung
jawab untuk menjalankan rencana dan memastikan tercapainya tujuan
sehingga dapat juga disebut sebagai tingkat taktis. Selain itu, tugas dari
middle manajemen adalah mengarahkan kegiatan manajer lain, juga
mengarahkan kegiatan-kegiatan yang melaksanakan kebijakan organisasi.
Pada middle manajemen ini dituntut keterampilan human skill/kemampuan
hubungan antarmanusia. Keterampilan human skill yakni kemampuan untuk
bekerja sama dengan orang lain, dengan melakukan komunikasi yang efektif,
memotivasi staf sehingga mampu menerapkan kepemimpinan secara efektif
dan juga dengan komunikasi yang persuasif dan bersahabat akan membuat
karyawan merasa dihargai serta mereka akan bersikap terbuka kepada atasan.
Contoh orang-orang yang berada dalam kelompok ini seperti manajer
regional, kepala divisi..

3. First Line Manajemen (Manajemen Lini Pertama) Kelompok orang yang


berada pada tingkatan first line manajemen merupakan manajer operasional
yang mengawasi operasi-operasi organisasi, serta sebagai supervisor atau
manajer penyedia. Manajer ini terlibat langsung dan mengimplementasikan
rencana-rencana khusus yang dibuat oleh manajer menengah sehingga
tingkatan ini seringkali disebut tingkat kendali operasional (operational
control level). Manajer ini tidak membawahi manajer-manajer lain dan harus
memiliki keahlian teknis yaitu mencakup keahlian prosedur, teknik,
pengetahuan, dan keahlian di bidang khusus. (Arifin., et al, 2016)

A. Rumah Sakit
1. Pengertian Organisasi Manajemen Rumah Sakit
Organisasi secara etimologi berasal dari bahasa latin organizare,
kemudian (inggris) organize yang berarti membentuk suatu kebulatan dari
bagian-bagian yang berkaitan satu sama lainnya. Pengertian organisasi
menurut Dimok (1996:26), "Organisasi adalah perpaduan secara sistematika
dari bagian-bagian yang saling bergantung atau berkaitan untuk membentuk
satu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan
dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan".
Sedangkan pendapat tentang organisasi menurut Hermaya (1996:26),
"Organisasi adalah tempat atau wahana proses kegiatan kumpulan orang-
orang yang bekerja sama mempunyai fungsi dan wewenang untuk
mengerjakan usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan".
Jadi Organisasi rumah sakit adalah suatu organisasi yang di bangun
untuk mempermudah, mempercapat para masyarakat agar lebih efisien jika
ingin pergi ke rumah sakit, sehingga prosedur-prosedur yang ada disana
semakin mudah untuk di lakukan oleh para pasien atau konsumen-konsumen
yang berada di rumah sakit. Serta bukan hanya untuk para pasien saja tapi ini
semua suatu organisasi juga berguna untuk para instasi-instasi yang ada di
dalam rumah sakit tersebut sehingga mereka semua dapat bekerja dengan
lebih mudah, cepat dalam melayani. pasien-pasien yang datang ke rumah sakit
tersebut dan juga mempermudah kerja mereka sendiri
Sedangkan pengertian manajemen Menurut Koontz and Donnel
(1972), "Management is getting thing done through the efforts of other
people" (Manajemen adalah terlaksananya pekerjaan melalui orang-orang
lain).
Menurut G.R. Terry, Manajemen adalah suatu proses atau kerangka
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-
orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Jadi Manajemen rumah sakit adalah koordinasi antara berbagai sumber daya
(unsur manajemen) melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan rumah sakit seperti:
Menyiapkan sumber daya, mengevaluasi efektivitas, mengatur pemakaian
pelayanan, efisiensi, Kualitas.
Manajemen di Rumah Sakit haruslah dilaksanakan seperti "bebek
merenangi kolam," tampak tenang di permukaan dan tetap aktif bergerak di
bawah permukaan (Wilan, 1990). Hal ini perlu dilakukan karena rumah sakit
berhadapan dengan orang khususnya orang sakit sehingga harus tampak
tenang di satu pihak. Di pihak lain, karena kompleksnya masalah yang
dihadapi di rumah sakit, maka para manajernya harus betul-betul aktif
bergerak terus untuk mampu memberi pelayanan yang terbaik.
2. Jenis-Jenis Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang
menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rawat Inap
adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi
dan atau pelayanan kesehatan yang lainnya dengan menginap di rumah sakit.
Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis,
pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayan kesehatan lainnya tanpa menginap
di rumah sakit. Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan daruratan medik
yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah atau menanggulangi resiko
kematian atau cacat.
Jenis dan klasifikasi Rumah Sakit di Indonesia di atur dalam UU No.
40 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada BAB VI pasal 18 sampai dengan
pasal 24. Pada pasal 18 dijelaskan bahwa jenis Rumah Sakit dapat dibagi
berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit di kategorikan
menjadi Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
a. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum adalah jenis rumah sakit yang memberikan
pelayanan kepada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/Per/III/2010 Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah Rumah Sakit yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik, 12
(dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga) belas) sub spesialis. Kriteria,
fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A meliputi :
a. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Pelayanan
Medik Dasar, pelayanan Medik Gigi Mulut, dan Pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak/ Keluarga Berencana
b. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (Tujuh) hari
seminggu dengan kemapuan melakukan resusitasi dan
stabilisasi sesuai dengan standar.
c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan
Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obsteri dan
Ginekologi.
d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan
Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik,
dan Patologi Anatomi.
e. Pelayanan Medik Spesialis lain sekurang kurangnya terdiri dari
Pelayanan Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung.
Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru,
Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan
Kedokteran Forensik.
f. Pelayaan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan
Bedah Mulut, Konservasi,/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti,
Prosthodonti, Pedodonsi, dan Penyakit Mulut
g. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari Pelayanan
Asuhan Keperawatan dan Asuhan Kebidanan.
h. Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah,
Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obsteri dan Ginekologi,
Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan
Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Paru, Orthopedi dan
Gigi Mulut.
i. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan
Rekam Medik.
j. Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari Pelayanan
Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan
Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran,
Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih
Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis
tingkat pelayanan, dibawwah ini akan dijelaskan mengenai tenaga
kesehatan di tipa jenis dan ingkat pelayanan pada Rumah Sakit
Umum tipe A:
a. Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 18 orang dokter
umum dan 4 orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
b. Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing
minimal 6 orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 orang
dokter spesialis sebagai tenaga tetap
c. Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-
masing minmal 3 orang dokter spesialis dengan masing-masing 1
orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap
d. Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing
minimal 3 orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 orang
dokter spesialis sebagai tenaga tetap
e. Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi dan Mulut harus ada
masing-masing minmal 1 orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga
tetap
f. Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing
minimal 2 orang dokter subspesialis dengan masing-masing 1 orang
dokter subspesialis sebagai tenaga tetap
g. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1
dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan
Rumah Sakit
h. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit

Sarana Prasaranan dan peralatan yang ada di Rumah Sakit


Umum kelas A harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
Menteri. Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir di Rumah Sakit
Umum Kelas A harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
undang-undang.
Jumlah tempat tidur di Rumah Sakit Umum tipe A minimal
terdapat 400 buat tempat tidur. Sedangkan dari segi administrasi dan
manajemen di Rumah Sakit Umum kelas A terdiri dari struktur
organisasi dan tata laksana. Struktur organisasi di Rumah sakit Umum
Kelas A paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur
Rumah Sakit, unsur pelayanan medik, unsur keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta
administrasi umum dan keuangan. Sedangkan yang dimaksud dengan
tata laksana meliputi tata laksana organisasi, standar pelayanan,
stanndar operasinal prosedur(SPO), sistem Informasi Mananjemen
Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Contoh : RSUP Dr. M. Djamil Padang dan RS Jiwa Prof. Dr. Hasan
Basri Saanin Datuk Tan Pari Gadut Padang

b. Rumah Sakit Umum Kelas B


Rumah Sakit Umum Kelas B adalah Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (spesialis dasar), 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8
(delapan) spesialis lain dan 2 (dua) sub spesialis dasar. Kriteria,
fasilitas dan Kemampuan Rumah Sakit Kelas B meliputi:
a. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Pelayanan Medik
Dasar, pelayanan Medik Gigi Mulut, dan Pelayanan kesehatan Ibu
dan Anak/ Keluarga Berencana
b. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (Tujuh) hari
seminggu dengan kemapuan melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obsteri dan Ginekologi.
d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan
Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik.
e. Pelayanan Medik Spesialis lain sekurang kurangnya 8 (delapan)
dari 13 (tiga belas) pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung
Tenggorokan, Syaraf. Jantung. Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin.
Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah
Plastik dan Kedokteran Forensik. f. Pelayaan Medik Spesialis Gigi
Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi,/Endodonsi,
Periodonti
g. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari Pelayanan
Asuhan Keperawatan dan Asuhan Kebidanan.
h. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam
Medik.
i. Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari Pelayanan
Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan
Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi,
Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas
Medik dan Penampungan Air Bersih.
Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis
tingkat pelayanan, dibawah ini akan dijelaskan mengenai tenaga
kesehatan di jenis dan tingkat pelayanan pada Rumah Sakit Umum
Kelas B:
a. Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 orang dokter
umum dan 3 orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
b. Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing
minimal 3 orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 orang
dokter spesialis sebagai tenaga tetap
c. Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-
masing minimal 2 orang dokter spesialis dengan masing-masing I
orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap
d. Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing
minimal I orang dokter spesialis setiap pelayan dengan 4 orang
dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda
e. Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi dan Mulut harus ada
masing-masing minmal 1 orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga
tetap
f. Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing
minimal 1 orang dokter subspesialis dengan masing-masing 1 orang
dokter subspesialis sebagai tenaga tetap
g. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1
dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan
Rumah Sakit
h. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit

Sarana Prasarana peralatan yang ada di Rumah Sakit Umum


kelas B harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Menteri.
Peralatan yang dimiliki oleh Rumah sakit kelas B harus memenuhi
standar yang telah di tetapkan oleh Menteri. Peralatan radiologi dan
kedokteran nuklir di Rumah Sakit Umum Kelas B harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
Jumlah tempat tidur di Rumah Sakit Umum kelas B minimal
terdapat 200 buat tempat tidur. Sedangkan dari segi administrasi dan
manajemen di Rumah Sakit Umum kelas A terdiri dari struktur
organisasi dan tata laksana. Struktur organisasi di Rumah sakit
Umum Kelas A paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau
Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medik, unsur keperawatan,
unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan. Sedangkan yang dimaksud
dengan tata laksana meliputi tata laksana organisasi, standar
pelayanan, stanndar operasinal prosedur(SPO), sistem Informasi
Mananjemen Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical
Staff by laws. Contoh: RSK Gigi Dan Mulut Baiturrahmah

c. Rumah Sakit Umum Kelas C


Rumah Sakit Umum Kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 spesialis dasar),4 (empat) spesialis penunjang medik.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan kelas C meliputi :
a. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Pelayanan Medik
Dasar, pelayanan Medik Gigi Mulut, dan Pelayanan kesehatan Ibu
dan Anak/ Keluarga Berencana
b. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (Tujuh) hari
seminggu dengan kemapuan melakukan pemeriksaan kasus-kasus
gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan
standar.
c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obsteri dan Ginekologi.
d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan
Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik.
e. Pelayaan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan
f. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari Pelayanan
Asuhan Keperawatan dan Asuhan Kebidanan.
g. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam
Medik.
h. Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari Pelayanan
Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan
Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi,
Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.
Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis
tingkat pelayanan, dibawah ini akan dijelaskan mengenai tenaga
kesehatan di jenis dan tingkat pelayanan pada Rumah Sakit Umum
Kelas C:
a. Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 orang dokter
umum dan 2 orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
b. Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing
minimal 2 orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 orang
dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
c. Pada setiap Pelayanan Spesialis Penunjang Medik masing-masing
minimal 1 orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 orang
dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
d. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3
dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan
Rumah Sakit
e. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit

Sarana Prasaranan an peralatan yang ada di Rumah Sakit


Umum kelas C harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
Menteri. Peralatan yang dimiliki oleh Rumah sakit kelas C harus
memenuhi standar yang telah di tetapkan oleh Menteri. Peralatan
radiologi dan kedokteran nuklir di Rumah Sakit Umum Kelas C
harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
Jumlah tempat tidur di Rumah Sakit Umum kelas C minimal
terdapat 100 buah tempat tidur. Sedangkan dari segi administrasi
dan manajemen di Rumah Sakit Umum kelas C terdiri dari struktur
organisasi dan tata laksana. Struktur organisasi di Rumah sakit
Umum Kelas C paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau
Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan,
unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan. Sedangkan yang dimaksud
dengan tata laksana meliputi tata laksana organisasi, standar
pelayanan, stanndar operasinal prosedur(SPO), sistem Informasi
Mananjemen Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical
Staff by laws.
Contoh : RS Islam Ibnu Sina, RS Islam Siti Rahmah, RS
Semen Padang Hospital, RS Yos Sudarso, RSIA Cicik. RSIA
Mutiara Bunda, RST TK III Dr. Reksodiwiryo Padang

d. Rumah Sakit Umum Kelas D


Rumah Sakit Umum Kelas D adalah Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2
(spesialis dasar). Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum
Kelas D meliputi :
a. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Pelayanan Medik
Dasar, pelayanan Medik Gigi Mulut, dan Pelayanan kesehatan Ibu dan
Anak/ Keluarga Berencana
b. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat
darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (Tujuh) hari seminggu dengan
kemapuan melakukan pemeriksaan kasus-kasus gawat darurat,
melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4
(empat) jenis pelayanan medik dasar meliputi Pelayanan Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obsteri dan Ginekologi.
d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu Laboratorium dan
Radiologi.
e. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari Pelayanan Asuhan
Keperawatan dan Asuhan Kebidanan.
f. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari High Care Unit, Pelayanan
Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
g. Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari Pelayanan
Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas,
Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar
Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.
Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis tingkat
pelayanan, dibawah ini akan dijelaskan mengenai tenaga kesehatan di
jenis dan tingkat pelayanan pada Rumah Sakit Umum Kelas D:
a. Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 orang dokter
umum dan I orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
b. Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing
minimal 1 orang dokter spesialis dari 2 jenis pelayaanan spesialis dasar
dengan 1 orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.
c. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan Rumah Sakit
d. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit
Sarana Prasarana peralatan yang ada di Rumah Sakit Umum
kelas D harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Menteri.
Peralatan yang dimiliki oleh Rumah sakit kelas D harus memenuhi
standar yang telah di tetapkan oleh Menteri. Peralatan radiologi dan
kedokteran nuklir di Rumah Sakit Umum Kelas D harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
Jumlah tempat tidur di Rumah Sakit Umum kelas B minimal
terdapat 50 buah tempat tidur. Sedangkan dari segi administrasi dan
manajemen di Rumah Sakit Umum kelas A terdiri dari struktur
organisasi dan tata laksana. Struktur organisasi di Rumah sakit Umum
Kelas A paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur
Rumah Sakit, unsur pelayanan medik, unsur keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta
administrasi umum dan keuangan. Sedangkan yang dimaksud dengan
tata laksana meliputi tata laksana organisasi, standar pelayanan stanndar
operasinal prosedur(SPO), sistem Informasi Mananjemen Rumah Sakit
(SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws. Contoh: RS
Aisyah, RS Bhayangkara Padang, RS Selaguri

b. Rumah Sakit Khusus


Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan utama pada suatu bidang dan jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 340/MENKES/Per/III/2010 jenis rumah sakit khusus antara lain Rumah
Sakit ibu dan Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Jiwa, Kusta,
Mata, ketergantungan Obat, Strok, Penyakit Infeksi, bersalin, Gigi dan
Mulut, rehabilitasi medik. Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, ginjal,
kulit dan Kelamin. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan,
Rumah Sakit khusus diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah Sakit Khusus kelas A Rumah Sakit Khusus kelas A adalah
Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan sub spesialis
sesuai kekhususan yang lengkap.
2. Rumah Sakit Khusus kelas B Rumah Sakit Khusus kelas B adalah
rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan sub spesialis
sesuai kekhususan yang terbatas.
3. Rumah Sakit Khusus kelas C Rumah Sakit Khusus kelas C adalah
rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan sub spesialis
sesuai kekhususan yang minimal.

2. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi Rumah sakit


publik dan rumah sakit privat.
a. Rumah Sakit Publik
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh
Pemerintah, Badan hukum yang bersifat nirlaba. Pemerintah disini adalah
pemerintah pusat dan daerah termasuk TNI dan POLRI. Badan Hukum
nirlaba adalah badan hukum yang sisa hasil usahanya tidak dibagikan kepada
pemilik, melainkan digunakan untuk peningkatan pelayanan, antara lain
yayasan, perkumpulan dan Perusahaan Umum.
b. Rumah Sakit Privat
Rumah sakit privat adalah jenis rumah sakit yang dikelola oleh badan
hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.
Rumah sakit privat dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah
memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan. Rumah sakit
pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelanggarakan pendidikan dan
penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran,
pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan yang
lainnya. Dalam penyelanggaraan rumah sakit pendidikan dapat dibentuk
jejaring rumah sakit pendidikan. Ketentuan lebih lanjut mengenai rumah sakit
pendidikan diatur dengan peraturan pemerintah.
B. Puskesmas
1. Pengertian Manajemen Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. UPT tugasnya adalah menyelenggarakan
sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan, sedangkan pembangunan kesehatan
maksudnya adalah penyelenggara upaya kesehatan yang pertanggung jawaban
secara keseluruhan ada di Dinkes dan sebagian ada di Puskesmas Wilayah
Kerja. Wilayah ini dapat berdasarkan kecamatan, penduduk, atau daerah
terpencil.
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes
RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas
merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang pusat pelayanan
kesehatan masyarakat, disebutkan bahwa pusat kesehatan masyarakat yang
selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya (Depkes, 2014).
2. Fungsi Manajemen Puskesmas
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas
selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan
diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.

1. Sebagai Pusat Penggerak Pembangunan Kesehatan


a. Menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah
kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan berwawasan
Kesehatan.
b. Aktif memantau & melaporkan dampak kesehatan dari setiap
penyelenggaraan program pembangunan
c. Mengutamakan pemeliharaan kesh dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
2. Sebagai Pusat pemberdayaan masyarakat
a. Berupaya agar perorangan, TOMA, keluarga dan masy punya
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masy untuk hidup sehat serta menetapkan, menyelenggarakan,
emmantau serta memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh
terpadu di wilayah kerjanya
b. Memberikan bantuan dlm bentuk bimbingan teknis materi,
rujukan Medis dan kesmas → tidak menimbulkan
ketergantungan
3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan pertama.Secara
Menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan melalui pelayanan
kesehatan perorangan dan kesmas.

3. Susunan Organisasi Manajemen Puskesmas


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan.
Kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas yang merupakan
seorang Tenaga Kesehatan dengan kriteria sebagai berikut (Depkes, 2014):
1. Tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi
Manajemen kesehatan masyarakat.
2. Masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun.
3. Telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
Kepala Puskesmas bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di
Puskesmas dan dapat merencanakan dan mengusulkan kebutuhan sumber
daya Puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam hal di
Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil yang tidak tersedia
seorang tenaga kesehatan seperti kriteria diatas, maka Kepala Puskesmas
merupakan tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan paling rendah
diploma tiga (Depkes,2014).
Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas (Depkes, 2014):
a. Kepala Puskesmas
b. Kepala sub bagian tata usaha
c. Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
d. Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium; dan
e. Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
f. Fasilitas pelayanan kesehatan.

4. Model Manajemen Puskesmas


Untuk dapat mewujudkan visi, misi, dan tujuan
Puskesmas,diperlukan model manajemen yang cocok dan efektif untuk
Puskesmas yang bersangkutan. Beberapa model manajemen telah
diperkenalkan pada Puskesmas, yaitu:
1. Pl (Perencanaan) Puskesmas Microplanning Puskesmas
Microplanning adalah penyusunan rencana 5 (lima) tahunan
dengan tahapan tiap-tiap tahun di tingkat Puskesmas untuk
mengembangkan dan membina Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Keluarga Berencana Kesehatan diwilayah kerjanya, berdasarkan masalah
yang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki dalam rangka Meningkatkan
fungsi Puskesmas (Departemen Kesehatan, 1989).
Tujuan umum microplanning adalah meningkatkan cakupan
pelayanan program prioritas yang mempunyai daya ungkit terbesar
terhadap penurunan angka kematian bayi, anak balita dan fertilitas dalam
wilayah kerjanya yang pada gilirannya dapat meningkatkan fungsi
Puskesmas. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
a. Mengembangkan dan membina pos-pos pelayanan terpadu KB-
kesehatan di desa-desa wilayah kerja Puskesmas, sesuai dengan
Kemampuan yang dimiliki dan masalah yang dihadapi sehingga
Dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan
c. Meningkatkan kemampuan staf Puskesmas dalamberlikir secara
analitik dan mendorong untuk berinisiatif, kreatif, dan inovatif.
Ruang Lingkup microplanning adalah kegiatan pokok Puskesmas.
Meliputi 18 kegiatan pokok. Namun demikian, mengingat dalam Pelita IV
prioritas diberikan pada penurunan angka kematian bayi dan anak balita
serta angka fertilitas, maka perencanaan yang dimaksud baru diarahkan
pada 5 (lima) program terpadu KB- Kesehatan, yaitu program Kesehatan
Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Gizi, Imunisasi, dan Penanggulangan
Diare. Kelima program tersebut mempunyai daya ungkit terbesar terhadap
upaya penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka fertilitas.

2. P2 (Penggarakan dan Pelaksanaan) Puskesmas


Tujuan Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) Puskesmas adalah
meningkatkan fungsi Puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga
Puskesmas untuk bekerja sama dalam Tim dan membina kerja sama lintas
program dan lintas sektoral. Komponen Penggerakan Pelaksanaan (P2)
Puskesmas dilakukan melalui Lokakarya Mini Puskesmas yang terdiri dari
4 (empat) komponen meliputi:
a. Penggalangan kerjasama Tim yaitu lokakarya yang dilaksanakan
setahun sekali di Puskesmas, dalam rangka meningkatkan kerja sama
antar petugas Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas,
melalui suatu proses dinamika kelompok yang diikuti dengan analisis
beban kerja masing-masing tenaga yang dikaitkan dengan berbagai
kelemahan penampilan kerja Puskesmas menurut hasil stratifikasi
Puskesmas
b. Penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral yaitu dalam rangka
meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor
terkait melalui suatu pertemuan lintas sektoral setahun sekali. Sebagai
hasil pertemuan adalah kesepakatan rencana kerja sama lintas sektoral
dalam membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
termasuk keterpaduan KB-Kesehatan
c. Rapat kerja Tribulanan Lintas Sektoral, sebagai tindak lanjut
pertemuan penggalangan kerja sama lintas sektoral.dilakukan
pertemuan lintas sektoral setiap 3 (tiga) bulan sekali untukmengkaji
hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral selama 3 (tiga) bulan yang
lalu dan memecahkan masalah yang dihadapi, kemudian disusun
rencana kerjasama lintas sektoral bulan selanjutnya.
d. Lokakarya Bulanan Puskesmas, yaitu pertemuan antar tenaga
Puskesmas pada setiap akhir bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan
rencana kerja bulan yang lalu dan membuat rencana bulan yang akan
datang.
Adapun tujuan Lokakarya Bulanan Puskesmas adalah:
a) Disampaikan hasil rapat dari tingkat kabupaten, kecamatan Dan
lain sebagainya
b) Diketahuinya hasil dan evaluasi kegiatan Puskesmas bulan Lalu
c) Diketahuinya hambatan dan masalah dalam pelaksanaan
Kegiatan bulan lalu
d) Dirumuskannya cara pemecahan masalah
e) Disusunnya rencana kerja harian petugas selama satu bulan Yang
akan datang
f) Diberikannya tambahan pengetahuan baru
g) Disusunnya POA Puskesmas, baik POA tahunan maupun
Bulanan, dan
h) Diketahuinya masalah di Puskesmas berdasarkan hasil
Stratifikasi Puskesmas (Departemen Kesehatan, 1988).
3. P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian):
Stratifikasi Puskesmas Stratifikasi Puskesmas adalah upaya untuk
melakukan penilaian Prestasi kerja Puskesmas dengan mengelompokkan
Puskesmas Dalam 3 strata yaitu Strata Puskesmas dengan prestasi kerja
baik (Strata I). Strata Puskesmas dengan prestasi kerja cukup (Strata II)
dan Strata Puskesmas dengan prestasi kerja kurang (Strata III).
Pengelompokkan ketiga strata tersebut digunakan dalam rangka
pemantauan terhadap tingkat perkembangan fungsi Puskesmas, sehingga
pembinaan dalam rangka peningkatan fungsi Puskesmas dapat
dilaksanakan lebih terarah. Hal ini diharapkan agar dapat menimbulkan
gairah kerja, rasa tanggung jawab dan kreatifitas kerja yang dinamis
melalui pengembangan falsafah mawas diri. Adapun tujuan umum
Stratifikasi Puskesmas adalah mendapatkan gambaran tentang tingkat
fungsi Puskesmas secara berkala dalam rangka pembinaan dan
pengembangannya. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
a. Mendapatkan gambaran secara menyeluruh
b. Perkembangan Puskesmas dalam rangka mawas diri,
c. Mendapatkan masukan untuk perencanaan Puskesmas di masa
Mendatang, dan
d. Mendapatkan informasi tentang masalah dan hambatan Pelaksanaan.
Puskesmas sebagai masukan untuk pembinaannya. Aspek yang
dinilai dalam Stratifikasi Puskesmas meliputi hasil kegiatan pokok
Puskesmas. Proses manajemen, termasuk berbagai komponen penunjang
baik fisik maupun non fisik dan keadaan lingkungan wilayah kerja
Puskesmas yang dapat berpengaruh terhadap penampilan kerja
Puskesmas. Dengan Stratifikasi Puskesmas ada 3 (tiga) area yang perlu
dibina yaitu:
a) Puskesmas sebagai wadah pemberi pelayanan kesehatan
kepadaMasyarakat. Pembinaan ini diarahkan terhadap fasilitas fisik.
Pelaksanaan manajemen, dan kemampuan pegawai,
b) Pelaksanaan program-program sektor kesehatan maupun program
lintas sektoral yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi
tanggung jawab Puskesmas dalam pelaksanaannya maupun sarana
penunjangnya danc) peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan kemampuan
c) Untuk hidup sehat dan produktif
5. Subsistem Manajemen Puskesmas
Dalam upaya menunjang pengembangan program pokok puskesmas.
Puskesmas memiliki enam subsistem manajemen, yaitu (Muninjaya, 2004):
1.Subsistem pelayanan kesehatan
Berupa promosi, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi medis Dan sosial
2. Subsistem manajemen keuangan
a. Jenis anggaran yang digunakan terdiri dari dana rutin (gaji Pegawai)
dan dana operasional/proyek untuk masing-masing Program.
b. Sumber anggaran, sejak otonomi daerah yang ditetapkan berdasarkan
UU No. 22 dan 25 tahun 1999 sumber dana puskesmas sebagian besar
dari APBD kabupaten/kota yang disalurkan melalui dinas kesehatan
kabupaten/kota. Hanya sebagian kecil yang berasal dari APBN.
Puskesmas juga mendapat dana dari sumber-sumber lain yang sah dan
tidak mengikat.
c. Pimpinan puskesmas menunjuk bendahara puskesmas, ada yang
menjadi bendahara proyek (mencatat dan melaporkan dana operasional
kegiatan proyek) dan bendahara rutin (mengurusi gaji pegawai dan
pemasukan keuangan rutin puskesmas).
3. Subsistem manajemen logistik
Setiap program membutuhkan dukungan logistik yang jumlah dan
jenisnya berbeda-beda. Kebutuhan ini disusun dalam Lokakarya Mini
Puskesmas (LKMP). Agar praktis biasanya kebutuhan logistik puskesmas
disediakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan BKKBN (khusus untuk
program KB) dengan dana yang sudah dialokasikan setiap tahun. Pimpinan
puskesmas mempunyai wewenang dan wajib memeriksa administrasi barang
dan obat secara rutin.
4. Subsistem manajemen personalia
a. Untuk meningkatkan motivasi kerja staf, sistem intensif perlu
Diterapkan sesuai dengan ketentuan yang disepakati bersama.Selain
itu pemberian penghargaan oleh pimpinan kepada staf Yang
berprestasi akan membantu meningkatkan motivasi mereka.
b. Untuk manajeman personalia di puskesmas, dokter selaku manajer
puskesmas tidak diberikan wewenang untuk mengangkat staf kecuali
puskesmas menyisihkan dana sendiri. Untuk membayar honor staf.
Akan tetapi dokter berhak mengusulkan kebutuhan staf (jumlah dan
jenis) ke Dinkes kabupaten/kota.
c. Pertemuan antara pimpinan dengan staf sebaiknya diadakanSecara
rutin dalam pertemuan rutin seperti rapat bulanan dan Mingguan.
5. Subsistem pencatatan dan pelaporan
Laporan yang dibuat oleh puskesmas antara lain:
a. Laporan harian (melaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB)
Penyakit tertentu.
b. Laporan mingguan (melaporkan kegiatan penanggulangan penyakit
diare).
c. Laporan bulanan (ada 4 jenis, LBI berisi data kesakitan, LB2 Berisi
data kematian, LB3 berist data program gizi. KIA, KB.Dan P2M. LB4
untuk obat-obatan).

6. Penerapan Manajemen di Puskesmas


Untuk dapat melaksanakan usaha pokok puskesmas secara
efisien,Efektif, produktif, dan berkualitas, pimpinan puskesmas harus
memahami dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen. Penerapan
manajemen
Kesehatan di puskesmas terdiri dari :
1. Micro Planning (MP)
Merupakan perencanaan tingkat puskesmas. Pengembangan
program puskesmas selama 5 tahun disusun dalam MP.
2. Lokakarya Mini Puskesmas (LKMP)
Merupakan bentuk penjabaran MP kedalam paket-paket
Kegiatan program yang dilaksanakan oleh staf, baik secara individu
Maupun berkelompok. LKMP dilaksanakan setiap tahun.
3. Local Area Monitoring (LAM) atau PIAS-PWS (Pemantauan Ibu Dan
Anak Setempat-Pemantauan Wilayah Setempat)
Merupakan sistem pencatatan dan pelaporan untuk pemantauan
penyakit pada ibu dan anak atau untuk penyakit menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi. LAM merupakan penjabaran fungsi
pengawasan dan pengendalian program. LAM yang dijabarkant khusus
untuk memantau kegiatan program KIA disebut dengan PIAS.
Stratifikasi puskesmas merupakan kegiatan evaluasi program yang
dilakukan setiap tahun untuk mengetahui pelaksanaan manajemen
program puskesmas secara menyeluruh. Penilaian. Dilakukan oleh tim
dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Data SP2TP
dimanfaatkan oleh puskesmas untuk penilaian stratifikasi (Muninjaya,
2004).
Supervisi rutin oleh pimpinan puskesmas dan rapat-rapat rutin
untuk koordinasi dan memantau kegiatan program. Supervisi oleh
pimpinan, monitoring, dan evaluasi merupakan penjabaran fungsi
manajemen (pengawasan dan pengendalian) di puskesmas (Muninjaya,
2004).
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan No. 340 tentang Klasifikasi Rumah Sakit


Keputusan Menteri Kesehatan No. 1165 tentang Pola tarif Rumah Sakit Badan
Layanan Umum
Rustiyanto, Ery. 2010. Statistik Rumah Sakit untuk Pengambilan
Sabarguna, Boy S. 2009. Kompetensi Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Sagung Seto
Sabarguna, Boy S. 2009. Manajemen Rumah Sakit (Jilid 1). Jakarta: Sagung Seto
Sabarguna, Boy S. 2009. Manajemen Rumah Sakit (Jilid 2). Jakarta: Sagung Seto
Sabarguna, Boy S. 2009. Manajemen Rumah Sakit (Jilid 3). Jakarta: Sagung Seto
Undang Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Departemen Kesehatan RI, 2004. Manajemen Puskesmas 2004. Penerbit Depkes RI.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2004. Penyelenggaraan Puskesmas Unit Swadana Buku I.
Penerbit Depkes RI. Jakarta.
Depkes RI. 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI, 1992,
Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1. Penerbit Depkes RI, Jakarta.
Herlambang S dan Murwani A. 2012. Manajemen Kesehatan dan
Puskesmas, Yogyakarta: Gosyen Publishing, Munijaya, A. 2004. Manajemen
Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai