Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN RUMAH SAKIT

Disusun Oleh Kelompok 1

Doni Irwansah 0317010008

Sari Yudistira 03170100013

Ira Wandani 03170100019

Mata Kuliah : Dasar Perumahsakitan

Dosen Mata Kuliah : Ibu Nina, SKM. M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

PRORAM STUDI DIII ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

JAKARTA 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan hidayahnya kelompok 1
masih diberi kesempatan unuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada Ibu Nina, SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah “Dasar Perumahsakitan” dan
juga kepada teman teman semua yang memberikan dukungan serta informasi, sehingga
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Dengan makalah ini, penulis berharap pengetahuan mengenai ilmu ManajemenRumah


Sakit, maka kita sebagai calon sarjana administrasi rumah sakit yang bisa saja sebagai kepala
rumah sakit nantinya, dapat mengatur semua kegiatan dan program-program Rumah Sakit
dengan lebih terprogram, terencana dan terpadu, serta berdampak baik terhadappelayanan
kesehatan masyarakat.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah
ini. Dan kami berharap semoga dengan selesainya penulisan makalah ini dapat memberikan
Informasi dan pengetahuan bagi para pembaca, aamiin.

Penulis,

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN
2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban untuk


melayani pasien dengan fasilitas yang lengkap serta pelayanan yang cepat dan tepat.
Untuk mencapai hal tersebut manajemen rumah sakit harus dilaksanakan dengan
benar (Rhesavani, 2013). Seiring dengan perkembangan zaman, manajemen rumah
sakit yang pada mulanya murni bersifat sosial berkembang menjadi bersifat sosio-
ekonomis.
Salah satu upaya pelayanan kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
adalah dengan menciptakan pelayanan yang cepat, tepat, dan akurat, baik dalam
pelayanan medis maupun nonmedis. Peran rekam medis dalam peningkatan mutu
pelayanan ini yaitu dengan memberikan pelayanan yang cepat, pengolahan data yang
tepat, dan akan diperoleh keluaran informasi yang akurat, relevan, serta tepat waktu.
Hal tersebut akan terwujud apabila data yang dimasukkan lengkap dan benar.
Pelayanan RS kemudian bergeser karena kemajuan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu kedokteran, peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat.
Pelayanan kesehatandi RS saat ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan), tetapi
juga bersifat pemulihan(rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui
upaya promosi kesehatan(promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian,
sasaran pelayanan kesehatan RS bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga
berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatiannya
memang pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari
keluarga. Atas dasar sikap seperti itu pelayanan kesehatan diRS merupakan pelayanan
kesehatan yang paripurna (komperhensif dan holistik). Untuk menciptakan sebuah
rumah sakit yang baik dan bermutu tinggi, maka diperlukan manajemen rumah
sakit yang terprogram, terarah dan terpadu.

2. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan manajemen dan manajemen rumah sakit?
 Bagaimana penerapan manajemen rumah sakit?
 Apa fungsi perencanaan manajemen rumah sakit?
 Apa fungsi penggerakan dan pelaksanaan manajemen rumah sakit?
 Bagaimana rekam medis dan kesehatan di rumah sakit?

3. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana jalannya manajemen di Rumah Sakit, Fungsi
manajemen rumah sakit, apa saja yang harus di tingkatkan dalam pelayanan
manajemen rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Manajemen Rumah Sakit

Manajemen rumah sakit adalah Sistem Persediaan Rumah Sakit yang


mengelola Info pasien, info staf, toko dan obat-obatan, penagihan dan pembuatan
laporan. aplikasi yang kompleks ini berkomunikasi dengan server database back end
dan mengelola semua informasi yang berkaitan dengan logistik Rumah Sakit.

Rumah sakit perlu menerapkan sistem manajemen yang berorientasi pada


kepuasan pelanggan. Untuk itu rumah sakit di Indonesia harus menciptakan kinerja
yang unggul. Kinerja yang unggul atau Performance Excellence merupakan salah satu
faktor utama yang harus diupayakan oleh setiap organisasi untuk memenangkan
persaingan global, begitu juga oleh perusahaan penyedia jasa pelayanan kesehatan.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh para pengelola rumah sakit untuk
menciptakan kinerja yang unggul diantaranya melalui pemberian pelayanan yang
bagus serta tindakan medis yang akurat dan mekanisme pengelolaan mutu
tentunya.Salah satu strategi yang dilakukan oleh pengelola rumah sakit swasta dalam
mempertahankan atau meningkatkan jumlah konsumen adalah pelayanan. Tuntutan
untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan nyaman semakin meningkat,
sesuai dengan meningkatnya kesadaran arti hidup sehat. Keadaan ini dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat yang perlu
mendapat perhatian dari pengelola rumah sakit.

Manajemen didefinisikan sebagai suatu tindakan mengelola orang dan


pekerjaan mereka, untuk mendapatkan tujuan umum dengan menggunakan sumber
daya organisasi. Manajemen membuat lingkungan di bawah di mana manajer dan
bawahannya bisa bekerja bersama untuk mendapatkan tujuan kelompok. Manajemen
merupakan sekelompok orang yang menggunakan kemampuan dan bakat mereka
dalam menjalankan keutuhan sistem dari organisasi.

MARY PARKER FOLLET mendefinisikan menejemen sebagai suatu seni


dalam menyelesaikan pekerjaan dengan melalui orang lain. Definisi ini diartikan
bahwa para menejer dalam mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain
untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan, yang berarti tidak
dilakukan sendiri, atau dapat dikiaskan sebagai berikut "manajer adalah satu orang
tetapi mempunyai seribu tangan dan kaki".

Pada dasarnya apabila dibuat suatu batasan atau definisi tentang manajemen,
maka dapat dikemukakan sebagai berikut "Bekerja dengan orang-orang untuk
menentukan, menginterprestasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan
(leading) dan pengawasan (controlling)".

Menurut FAYOL H, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,


pengkoordinasian dan pengontrolan merupakan unsur-unsur menejemen. Sedangkan
alat menejemen untuk mencapai tujuan adalah yang disebut sebagai enam M yaitu
man, money, materials,machine, methode dan markets yang diterjernahkan bebas
sebagai manusia, uang, bahan, mesin, metode, dan pemasaran (Koontz, 1988).

Jika menyebut manajemen kesehatan, sebenarnya terdapat dua pengertian di


dalamnya yaitu pengertian menejemen di satu pihak dan pengertian kesehatan di
pihak lain. Yang dimaksud dengan menejemen kesehatan ialah menejemen yang
diterapkan pada pelayanan kesehatan demi terciptanya keadaan sehat (Azwar, 1996).

2. Fungsi Manajemen di Rumah Sakit

Secara ilmiah, seluruh kegiatan manajemen dapat dilihat secara fungsional


(sisi manajemen dan sisi administrasi) yang melahirkan pengaturan secara fungsional
dalam proses administrasi. Proses berarti serangkaian tahap kegiatan mulai dari
menentukan sasaran sampai berakhirnya sasaran/tercapainya tujuan.

 Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu proses yang sistematik berupa pengambilan
keputusan tentang pemilihan sasaran, tujuan, strategi, kebijakan, bentuk program,
pelaksanaan program dan penilaian keberhasilan. Perencanaan berarti pengambilan
keputusan menyangkut pemilihan di antara berbagai alternatif dengan
memperhitungkan perubahan apa yang terjadi (forecasting of chase). Tanggung jawab
perencanaan tidak dapat dipisahkan sama sekali daripada penyelenggaraan
manajemen (management performance), baik perencanaan pada tongkat pimpinan
atas (top managers plan), tingkat pimpinan menengah (middle managers plan)
maupun pada perencanaan pimpinan tingkat bawah (bottom managers plan).

 Pengorganisasian (Organizing).
Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan kegiatan yang diwadahkan
dalam unit kerja (organisasi), untuk melaksanakan kegiatan yang direncakan.
Pengorganissian menetapkan struktur organisasi, hubungan antara pemimpin dan
bawahan, hubungan antar unit, penugasan, pelimpahan wewenang untuk
melaksanakan pekerjaan, menentukan koordinasi, kewenangan dan hubungan
informasi baik horizontal maupun vertikal dalam struktur organisasi.

Struktur organisasi bukan suatu tujuan, tetapi suatu alat dalam menyelesaikan
tujuan organisasi. Struktur ini harus sesuai dengan tugas yang menggambarkan
pembatasan-pembatasan atau persetujuan-persetujuan yang telah diletakkan pimpinan
terhadap seseorang yang bekerja dalam organisasi itu.

 Pengelolaan Sumber Daya Manusia (Staffing).


Staffing adalah proses pengelolaan sumber daya manusia yang bertujuan
untuk pengembangan dan pemberdayaan serta meningkatkan kemampuan,
produktifitas, dan kntribusi anggota organisasi. Staffing berkaitan dengan penyusunan
pegawai sesuai dengan jabatan yang ditetapkan dalam struktur organisasi.
Pengelolaan ini merupakan aktifitas berantai yang dimulai dari perencanaan SDM
sampai pengembangan organisasi pekerja. Untuk keperluan ini dengan sendirinya
memerlukan pesyaratan penentuan tenaga kerja untuk suatu jabatan, inventarisasi,
penilaian dan pemilihan calon untuk pengisian jabatan tersebut. Disamping itu juga
perlu dipertimbangkan tentang gaji, latihan dan pengembangannya, baik bagi calon
pegawai maupun pegawai tetap lainnya agar dapat menyelesaikan pekerjaannya
dengan cara efektif.

 Pembinaan kerja (Directing).


Merupakan tugas yang terus menerus di dalam pengambilan keputusan, yang
berwujud suatu perintah khusus/umum dan instruksi-instruksi, dan bertindak sebagai
pemimpin dalam suatu organisasi

 Pengkoordinasian (Coordinating).
Merupakan kewajiban yang penting untuk menghubungkan berbagai kegiatan
daripada pekerjaan.

 Pelaporan (Reporting).
Pelaporan adalah usaha untuk selalu mengetahui apa yang sedang dilakukan,
untuk keperluan pimpinan dan anggota organisasi maupun kelompok yang lain,
melalui system pencatatan, komunikasi informasi, penelitian dan supervisi.

 Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan
pekerjaan sedapat mungkin sesuai dengan rencana (“Seeing that the operating resulte
conform as nearly as possible to the plan”). Hal ini menyangkut penentuan standar,
artinya memperbandingkan antara kenyataan dengan standard dan bila perlu
mengadakan koreksi/pembetulan apabila pelaksanaan pekerjaannya meyimpang
daripada rencana.

 Penganggaran (Budgeting)
Budgeting adalah usaha perencanaan anggaran, pengembangan sumber,
penghitungan , pengelolaan, dan pengawasan pembiayaan.

 Penilaian (Evaluating)
Penilaian adalah kegiatan sistematis dan terencana untuk mengukur, menilai,
dan klasifikasi pelaksanaan dan keberhasilan program. Penilaian harus dikembangkan
bersama perencanaan suatu program. Pengukuran pada kegiatan evaluasi dilakukan
pada komponen Input-Proses-Output.

3. PENERAPAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT

Dalam penerapannya, manajemen di rumah sakit dapat dilihat dari :


A. fungsi perencanaan rumah sakit dan
B. fungsi pergerakan dan pelaksanaan rumah sakit.

A. FUNGSI PERENCANAAN RUMAH SAKIT

Perencanaan merupakan proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk


mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan
taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan suatu organisasi.
Ada dua alasan mengapa perencanaan diperlukan yaitu untuk mencapai
“Protective bennefits” yaitu merupakan hasil dari pengurangan kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan dan “Positive benefit” yaitu untuk
peningkatan pencapaian tujuan organisasi.
Fungsi perencanaan di bidang kesehatan adalah proses untuk merumuskan
masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya
yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan merupakan fungsi yang penting karena akan menentukan fungsi-


fungsi manajemen yang lainnya dan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Perencanaan manajerial akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa
yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan
terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Manfaat Perencanaan Rumah Sakit

Melalui perencanaan program di rumah sakit akan dapat diketahui:

 Tujuan program di rumah sakit dan bagaimana cara mencapainya.


 Jenis dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
 Struktur organisasi rumah sakit yang dibutuhkan.
 Jumlah dan jenis kualifikasi staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya.
 Sejauh mana efektifitas kepemimpinan di rumah sakit.
 Komunikasi serta bentuk dan standar pengawasan yang perlu dikembangkan oleh
manajer dan perlu dilaksanakan.

Keuntungan perencanaan rumah sakit yang baik:

• Aktifitas di rumah sakit lebih terarah untuk mencapai tujuan.


• Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
• Alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
• Memberikan landasan pokok fungsi manajemen lainnya yaitu fungsi pengawasan.

Kerugian perencanaan rumah sakit:

o Keterbatasan dalam ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan
datang.
o Memerlukan biaya yang cukup besar.
o Hambatan psikologis.
o Menghambat timbulnya inisiatif.
o Terhambatnya tindakan yang perlu diambil.

Langkah-Langkah Perencanaan Rumah Sakit

1. Analisis Situasi
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data atau fakta. Analisis situasi ini
melibatkan beberapa aspek ilmu yaitu :
 Epidemiologi (distribusi penyakit dan determinannya) yakni kelompok penduduk
sasaran(who) yang menderita kejadian tersebut, dimana, kapan masalah tersebut
terjadi. Misalnya data jenis penyakit yang dapat dicegah dari imunisasi.
 Antropologi (aspek budaya dan perilaku sehat, sakit masyarakat).
 Demografi (angka-angka vital statistik). Misalnya berdasarkan kelompok umur,
jumlah kelahiran dan kematian, jumlah AKI dan sebagainya.
 Statistik (mengolah dan mempresentasikan data).
 Ekonomi (pembiayaan kesehatan) meliputi pendapatan, tingkat pendidikan, norma
sosial,dan sistem kepercayaan masyarakat.
 Geografis yaitu meliputi semua informasi karakteristik wilayah yang dapat
mempengaruhi masalah tersebut.
 Organisasi pelayanan meliputi motivasi kerja staf dan kader, keterampilan, persediaan
vaksin dan sebagainya.

Jenis informasi yang diperlukan untuk perencanaan adalah :


- Penyakit dan kejadian sakit di wilayah kerja.
- Data kependudukan.
- Jenis dan organisasi pelayanan kesehatan yang tersedia.
- Keadaan lingkungan dan aspek geografisnya.
- Sarana dan sumber daya penunjang.

Pengumpulan data dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, yaitu:
• Mendengarkan keluhan masyarakat di lapangan.
• Membahas masalah-masalah kesehatan dengan tokoh-tokoh formal dan informal
masyarakat.
• Membahas masalah-masalah bersama petugas lapangan kesehatan.
• Membaca laporan kegiatan program kesehatan.
• Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, laporan khusus, hasil suatu survei,
juklak program, laporan tahunan.
Masalah kesehatan tersebut meliputi:
• Masalah penyakit (medis), intervensi medis yaitu diagnosa penyakit, pengobatan dan
tindak lanjut.
• Masalah kesehatan masyarakat (Public health), surveilen, analisis epidemiologi,
intervensi yaitu promosi kesehatan, perlindungan spesifik atau imunisasi dan deteksi
dini.

2. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya


Masalah dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu masalah tentang penyakit, masalah
manajemen pelayanan kesehatan (masalah program), dan masalah perilaku, sikap dan
pengetahuan masyarakat. Prioritas masalah secara praktis dapat ditetapkan berdasarkan
pengalaman staf, dana, dan mudah tidaknya maslah dipecahkan. Prioritas masalah dijadikan
dasar untuk menentukan tujuan.
Contoh masalah tentang penyakit antara lain KIA/ KB, tingginya prevalensi anemia pada
remaja putri dan wanita hamil, partus kasep, kematian ibu bersakin, BBLR, kematian
neonatal dan perinatal (misalnya akibat tetanus neonatorum, ISPA, diare), infertility, mioma,
Ca. Cervix, Ca. Mammae serta masalah komplikasi pemakaian IUD.
Contoh masalah program adalah sebagai berikut:
• Masalah input, jumlah staf kurang, keterampilan dan motivasi kerja rendah, peralatan
kurang memadai, jenis obat yang tersedia tidak sesuai.
• Masalah proses, terkait dengan fungsi manajemen (POAC) yaitu kurang jelas tujuan
program, kurang jelas rumusan masalah program (Planning), pembagian tugas tidak
jelas (Organizing), kepemimpinan kurang (Actuating), pengawasan atau supervisi
lemah (Controlling).
Contoh masalah manajemen pelayanan kesehatan antara lain tingginya jumlah anak yang
menderita diare, air minum yang terkontaminasi air limbah, kebutuhan masyarakat akan
penyuluhan kesehatan, banyaknya tumpukan sampah di sepanjang jalan umum, pemilikan
jamban keluarga yang masih rendah, kurangnya persediaan oralit di Posyandu dan
tervatasnya jumlah staf yang mampu melakukan deteksi dini diare. Yang menjadi prioritas
atau masalah utama adalah tingginya jumlah anak yang menderita diare.
Kriteria penetapan prioritas masalah kesehatan:
• Apakah masalah tersebut menimpa sebagian besar penduduk?
• Apakah masalah tersebut potensial sebagai penyebab tingginya kematian bayi?
• Apakah masalah tersebut mempengaruhi kesehatan dan kematian anak balita?
• Apakah masalah tersebut mengganggu kondisi kesehatan dan mengakibatkan
kematian ibu hamil?
• Apakah masalah kesehatan tersebut bersifat kronis, mnimbulkan kecatatan, dan
mengganggu produktifitas kerja masyarakat di suatu wilayah?
• Apakah masalah tersebut mengakibatkan kepanikan masyarakat secara luas?
Kriteria berdasarkan fisibilitas di lapangan:
• Apakah daerah itu mudah dicapai?
• Bagaimana partisipasi masyarakat setempat?
• Berapa cakupan kegiatan program yang telah mampu dicapai selama ini?
• Apakah masalah kesehatan tersebut adalah salah satu prioritas program kesehatan
nasional?
• Apakah masalah kesehatan tsb. dapat dipecahkan dengan potensi yg. Ada?

3. Penentuan tujuan program


Kriteria penentuan tujuan program:
• Tujuan adalah hasil yang diinginkan (tolok ukur keberhasilan kegiatan).
• Tujuan harus sesuai dengan masalah, bisa dicapai, bisa diukur, bisa dilihat hasilnya.
• Tujuan penting untuk membuat perencanaan dan mengevaluasi hasilnya.
• Target operasional berhubungan dengan waktu.
• Tetapkan kegiatan program untuk mencapai tujuan.
• Tetapkan masalah dan faktor-faktor penghambat sebelum tujuan dan target
operasional ditetapkan.
Contoh: Untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan antenatal care ibu-ibu hamil,
dirumuskan tujuan pelayanan “meningkatnya cakupan K1 (kunjungan ibu hamil yang
pertama) dari 80% menjadi 100%, dan K4 60% menjadi 80%”. Perlu didistribusikan
bidan di setiap desa. Perlu penyediaan kit bidan lengkap.

4. Mengkaji hambatan dan kelemahan program


Sebelum menentukan tolak ukur, perlu dipelajari hambatan-hambatan program
kesehatan yang pernah dialami atau diperkirakan baik yang bersumber dari masyarakat,
lingkungan, Puskesmas maupun dari sektor lainnya.
Hambatan program dalam manajemen rumah sakit antara lain:
• Hambatan pada sumber daya yaitu meliputi motivasi yang rendah pada staf pelaksana,
partisipasi masyarakat yang rendah, peralatan tidak lengkap, informasi tidak valid,
dana yang kurang dan yang waktu kurang.
• Hambatan pada lingkungan yaitu meliputi geografis (jalan rusak), iklim, tingkat
pendidikan rendah, sikap dan budaya masyarakat (mitos, tabu, salah persepsi) serta
perilaku masyarakat yang kurang partisipatif.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah membuat daftar hambatan dan
kendala program kemudaian mengeliminasi, memodifikasi, serta mengurangi yang tidak
bisa dilakukan dan menyesuaikannya dengan tujuan operasional kegiatan program.

5. Membuat rencana kerja operasional


Dengan Rencana Kerja Operasional (RKO) akan memudahkan pimpinan
mengetahui sumber daya yang dibutuhkan dan sebagai alat pemantau. Pembahasan
rencana kerja operasional meliputi:
• Mengapa kegiatan ini penting dilaksanakan?
• Apa yang akan dicapai?
• Bagaimana cara mengerjakannya?
• Siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaran kegiatannya?
• Sumber daya pendukung?
• Dimana kegiatan akan dilaksanakan?
• Kapan kegiatan ini akan dikerjakan?

B. FUNGSI PENGGERAKAN DAN PELAKSANAAN (ACCTUATING) DI


RUMAH SAKIT

RS adalah sebuah organisasi yang sangat kompleks. Manajemennya hampir


sama dengan manajemen sebuah hotel. Yang membedakan hanya pengunjungnya.
Pengunjung RS adalah orang yang sedang sakit dan keluarganya.Mereka pada
umumnya mempunyai beban sosial-psikologi akibat penyakit yang diderita oleh salah
seorang dari anggota keluarganya.
Kompleksitas fungsi actuating di sebuah RS dipengaruhi oleh dua aspek yaitu:
o Sifat pelayanan kesehatan yang ientasi kepada konsumen penerima jasa
pelayanan (customer service). Hasil perawatan pasien sebagai customer RS
ada tiga kemungkinan yaitu sembug sempurna, cacat (squalae), atau mati.
Apapun kemungkinan hasilnya, kualitas pelayananharus diarahkan untuk
kepuasan pasien (customer satisfaction) dan keluarganya.
o Pelaksanaan fungsi actuating cukup kompleks karena tenaga yang bekerja di
RS terdiri dari berbagai jenis profesi.

Kompleksitas ketenagaan dan jenis profesi yang dimiliki oleh RS, menuntut
dikembangkannya kepemimpinan partisipatif. Model kepemimpinan manajerial
seperti ini akan menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan mutu pelayanan RS
(quality of services) karena pelayanan kesehatan di RS hampir semuanya saling
terkait satu sama lain. Atas dasar ini, pelayanan di RS harus mengembangkan sistem
jaringan kerja internal (networking) yang solid dan menunjang satu sama lain.

Semua staf RS harus memahami visi dan misi pengembangan RS serta


kebijakan operasional pimpinan. Untuk menjaga otonomi profesi dari masing-masing
SMF, kualitas pelayanan di RS harus disesuaikan dengan standar profesi yang harus
ditetapkan oleh setiap perkumpulan dokter ahli (ikatan profesi). Stanndar profesi
dikenal denga medical of conduct dan medical ethic juga harus selalu diperhatikan
oleh semua staf SMF dalam rangka menjaga mutu pelayanan RS (quality of care).

Sehubungan dengan kompleksitas sistem ketenagaan dan misi yang harus


diemban oleh RS, penerapan fungsi actuating di RS akan sangat tergantung dari
empat faktor. Faktor pertama adalah kepemimpinan direktur RS; kedua adalah
koordinasi yang dikembangkan oleh masing-masing Wakil Direktur dengan kepala
SMF dan kepala instalasinya; ketiga adalah komitmen dan profesionalisme tenaga
medis dan non medis di RS (dokter, perawat, dan tenaga penunjang lainnya), dan
keempat adalah pemahaman pengguna jasa pelayanan RS (pasien dan keluarganya)
akan jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di RS.

4. REKAM MEDIS DAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT


Dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran terutama di rumah sakit maupun
praktik pribadi, peranan pencatatan Rekam Medik sangat penting dan sagat melekat pada
pelayanaan. RM adalah orang ketiga dalam pelayanan kesehatan. Catatan demikian akan
berguna untuk merekam dan mengingatkan dokter engan keadaan, hasilpemeriksaan dan
pengobatan yang telah diberikan bila pasien daang kembali untuk berobat ulang setelah
beberapa hari, bulan bahkan tahu.
Untuk mendukung peningkatan mutu dan peranan RM dalam pelayanan
kesehatan, IDI juga menerbitkan Fatwa IDI tentang RM, dalam SK No. 315/PB/A.4/88,
yang menekankan bahwa praktek profesi kedokteran harus meaksanakan RM, tidak saja
untuk dokter yang bekerja di rumah sakit tetapi juga bagi dokter yang praktik pribadi.
Sebelum RM populer seperti sekarang kalangan kesehatan dulunya menggunakan
istilah status pasien tetapi belakangan ini orang lebih cenderung menngunakan istilah
Rekam Medis sebagai terjemahan dari medical record. RM adalah kumpulan keterangan
tentang identitas, hasilanamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayan
kesehatan atas pasien dar waktu ke waktu. Catatan ini berupa tulisan maupun gambar, dan
belakangan ini dapat pula berupa rekaman elektronik seperti komputer, mikrofilm dan
rekaman suara.
Dalam PERMENKES No. 749a/MenKes/XII/89 tentang RM disebut pengertian
RM adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan.
Di rumah sakit terdapat 2 jenis RM, yaitu:
• RM untuk pasien rawat jalan
• RM untuk pasien rawat inap
Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat RM mempunyai informasi
pasien antara lain:
• Identitas dan formulir perizinan
• Riwaya penyakit
• Laporan pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan laboratorium.
• Diagnosa atau diagnosis banding
• Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang
berwenang.
Untuk pasien rawat inap, sama seperti sebelumnya hanya denagan tambahan:
• Persetujuan tindakan medik
• Catatan konsultasi
• Catatan perawat da tenaga kesehatan lainnya
• Catatan observasi klinik dan pengobatan
• Resume akhir dan evaluasi pengobatan
Untuk di rumah sakit biasanya yang terpenting pelu diperhatikan untuk pasien rawat inap,
yaitupenmbuatan resume akhir. Yang isinya antara lain menjelaskan :
• Anamnesis
• Hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rongent dan lain – lain.
• Pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksnakan.
• Keadaan pasien waktu keluar
• Anjuran pengobatan dan perawatan.
Tujuan pembuatan resume ini antara lain:
• Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi serta bahan
yang berguna bagi dikter pad awaktu menerima pasien untuk dirawat kembali.
• Bahan penilai staf medik rumah sakit
• Untuk memenuhi permintaan dari badan – badan resmi tentang perawatan seorang
pasien.
• Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter ang mengirim, dan dokter
konsultan
Secara umum kegunaan RM adalah:
• Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenga kesehatan lainnya yang ikut andil
dalam pelayanan kesehatan.
• Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan
kepada pasien
• Sebagai bukti tertulis segala pelayanan, perkembnagna penyakit dan pengobatan
selama pasien berkunjung atau dirawat di rumah sakit.
• Sebagai dasar analisis, study, evaluasi terhadap mutupelayanan yang di beriakn
kepada pasien
• Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga
kesehatan lainnya
• Menyedikan data – data khusus yang sangat berguna untuk penelitian dan pendidikan
• Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien
• Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan
Dalam pelaksanaan kegunaan RM di atas maka staf medik dan tenaga kesehatan
lainnya dituntut untuk mengisi RM scara cepat, akurat, dan mudah dibaca. Tanpa adanya
informasi medik yang dicatat dengan baik oleh kalangan medik maupun paramedik, maka
kegunaan seperti yang di kemukakan sebelumnya tidak akan tercapai.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pihak-pihak yang berperan dalam manajemen rumah sakit adalah dokter,
dokter umum dan spesialis, dokter gigi, perawat, farmasis, fisioterapis tekhnisi dan
lain-lain yang bekerja di rumah sakit tersebut.
Untuk mencapai organisasi rumah sakit yang baik diperlukan penerapan
manajemen yang baik pula.

2. Saran
Masing-masing profesi yang bekerja di rumah sakit sebaiknya mengetahui
bagaimana suatu fungsi manajemen yang baik agar dapat menjalankan profesinya
tersebut sekaligus menjaga jalannya fungsi rumah sakit yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Suhadi. 2009. “Manajemen Rumah Sakit”,


http://clubpenakita.blogspot.co.id/2009/06/manajemen-rumah-sakit_12.html
di akses pada 13 Oktober 2017 pukul 13.53

Darmawansyah, Septiyan. “Manajemen Rumah Sakit”,


https://www.academia.edu/12006424/Manajemen_Rumah_Sakit
di akses pada 13 Oktober 2017 pukul 14.17

Cinta, dr. 2010, “Manajemen Rumah Sakit”,


https://somelus.wordpress.com/2010/02/14/manajemen-rumah-sakit/
di akses pada 13 Oktober 2017 pukul 15.00

Anda mungkin juga menyukai