Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MAGANG MAHASISWA

PROGRAM LANSIA PUSKESMAS ULAK KARANG PADANG


KOTA PADANG TAHUN 2021

Oleh :
ANANDA
1710104048

Dosen Pembimbing :
Nurul Prihastita Rizyana (Pembimbing Akademik)
Gustitia Lusiana (Pembimbing Lapangan)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

(Lansia), yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia

60 tahun ke atas. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Indonesia tahun

2013, lansia dikatergorikan menjadi dua, yaitu Pralansia (45-59 tahun) dan Lansia

(60 tahun atau lebih) (Depkes, 2013).

Salah satu dampak keberhasilan pembangunan kesehatan ialah penurunan

angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup

penduduk Indonesia. Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah

penduduk lansia terbanyak di dunia. Menurut Kemenkes (2019) menyebutkan

bahwa Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta

jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019,

dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa

(15,77%). Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi lansia ini, pemerintah

berusaha merumuskan berbagai kebijakan untuk usia lanjut tersebut, terutama

pelayanan di bidang kesehatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan dan kualitas hidup lansia guna mencapai masa tua yang bahagia dan

berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan

keberadaannya. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini juga menuntut adanya

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khusus bagi lansia.


Salah satu upaya untuk mewujudkan usaha dari pemerintah adalah

dicanangkannya pelayanan khusus bagi lansia melalui beberapa jenjang yaitu

pelayanan kesehatan lansia di tingkat puskesmas serta pelayanan kesehatan di

tingkat masyarakat adalah posyandu lansia. Berdasarkan data Direktorat

Kesehatan Keluarga sampai dengan tahun 2018, sudah terdapat sekitar 48,4%

Puskesmas (4.835 Puskesmas dari 9.993 Puskesmas) yang telah

menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia dan sudah mempunyai 100.470

Posyandu Lansia. Terjadi peningkatan sebesar 11,3% dari 37,1% dari tahun

sebelumnya.

Dalam laporan ini penulis hanya mengangkat program lansia, hal ini juga

di dukung dengan Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas

Puskesmas Ulak Karang Padang tahun 2020, terdapat masalah program yang

belum tercapai sesuai dengan target capaian Program lansia yang masih dibawah

target yaitu dengan capaian 52,7% dari target 70% yang artinya capaian program

lansia tidak tercapai.

Magang merupakan suatu sarana bagi mahasiswa untuk menambah ilmu

pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dengan cara

menerapkan secara langsung kelapangan. Harapan setelah melaksanakan proses

magang mahasiswa dapat memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap diri

sendiri maupun orang lain, mampu menguasai emosi dalam menjalani kehidupan

dengan lingkungan umum dan dapat dijalankan sebagai tolak ukur apakah kelak

setelah lulus maupun terjun langsung dalam dunia kerja yang nyata. Program

magang mahasiswa merupakan kegiatan mahasiswa untuk belajar dari


pengalaman kerja praktis disuatu institusi magang. Program ini diharapkan dapat

meningkatkan kompetensi lulusan dan menjadi tambahan pengetahuan serta

wawasan mahasiswa dalam manajemen pelayanan kesehatan di Puskesmas.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Mengetahui Program kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Ulak

Karang Padang khususnya Promosi Kesehatan.

b. Mengaplikasikan ilmu dan memoperoleh pengalaman praktis dalam

Promosi Kesehatan di Puskesmas Puskesmas Ulak Karang Padang

2. Tujuan Khusus

a Diketahuinya program kesehatan lansia yang memerlukan intervensi

promosi kesehatan di Puskesmas Puskesmas Ulak Karang Padang

b Teridentifikasinya manajemen program promosi kesehatan (P1,P2,P3)

di Puskesmas Puskesmas Ulak Karang Padang.

c Diketahuinya perbandingan teori yang ada dengan implementasi

manajemen Program Promosi Kesehatan khususnya pada Program

lansia di Puskesmas Ulak Karang Padang

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengalaman dan

pembelajaran di bagian peminatan Promosi Kesehatan dalam hal

program lansia di Puskesmas Puskesmas Ulak Karang Padang.


b. Dapat mengetahui lebih jauh realita ilmu yang telah diterima di

perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan.

c. Dapat memperdalam dan meningkatkan kreatifitas diri dalam lingkungan

yang sesuai dengan disiplin ilmu yang telah dimiliki.

d. Dapat menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam lingkungan

kerja dimasa mendatang.

2. Bagi STIKes Alifah Padang

a Sebagai wadah untuk membina dan meningkatkan kerjasama antara

Instansi STIKes Alifah dengan Instansi kesehatan khususnya pada

Puskesmas Seberang Padang Kota Padang.

b Sebagai bahan evaluasi kurikulum yang telah diterapkan di STIKes

Alifah Kota Padang

3. Bagi Puskesmas Seberang Padang

a. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi Puskesmas Puskesmas

Ulak Karang Padang Kota Padang mengenai pelaksanaan program lansia

b. Serta untuk meningkatkan dan memperluas jaringan kerjasama antara

Instansi STIKes Alifah Kota Padang dengan Puskesmas Puskesmas Ulak

Karang Padang

D. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Laporan Magang ini terdiri dari Analisis manajemen

puskesmas terkait P1 (perencanaan), P2 (pelaksanaan dan penggerakan), P3

(pemantauan, pengendalian dan evaluasi), serta melakukan identifikasi


Manajemen Program lansia yang masih rendah pencapaiannya dan

membandingkan dengan teori yang sudah ada.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.

B. Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk

mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat, dengan masyarakat yang:

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat;

b. Mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu;

c. Hdup dalam lingkungan sehat; dan

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik

e. individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

C. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

a. Paradigma sehat;

b. Pertanggungjawaban wilayah;Kemandirian masyarakat;


c. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan;

d. Teknologi tepat guna; dan

e. Keterpaduan dan kesinambungan.

D. Unsur-Unsur Manajemen

Manajemen berhubungan erat dengan usaha untuk mencapai tujuan

tertentu dengan jalan menggerakkan orang dan sumber-sumber lain yang tersedia.

Dalam fungsinya menggerakkan organisasi, maka manajemen merupakan proses

yang dinamis. Selanjutnya dalam pencapaian tujuan, manajer sebagai pelaksana

menggunakan berbagai unsur-unsur yang tersedia dalam organisasi itu.

1. Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan

merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternative

kegiatan untuk pencapaiannya.

2. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk

menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan

memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating). atau

fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staff agar

mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya

sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya

yang tersedia.

4. Controlling (monitoring). atau pengawasan dan pengendalian (wasdal)

adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan

sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika
terjadi penyimpangan.

E. Mekanisme Perencanan Tingkat Puskesmas.

Langkah pertama dalam mekanisme Perencanaan Tingkat Puskesmas

adalah menyusun usulan  kegiatan yang meliputi usulan mencakup semua

kegiatan  upaya Puskesmas yang dilakukan di Puskesmas baik wajib,

pengembangan maupun upaya khusus spesifik wilayah/ Puskesmas mencakup

semua kegiatan program/ upaya Puskesmas yang dilakukan di Puskesmas baik

wajib, pengembangan maupun upaya khusus spesifik wilayah/ Puskesmas.

Penyusunan  Rencana Usulan Kegiatan (RUK)  memperhatikan berbagai

kebijakan yang berlaku, baik secara global, nasional maupun daerah sesuai

dengan hasil kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Puskesmas

perlu mempertimbangkan  masukan dari masyarakat melalui kajian maupun

asupan dari lintas sektoral Puskesmas. Rencana Usulan Kegiatan harus dilengkapi

usulan pembiayaan  untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan operasional

Puskesmas. RUK yang disusun merupakan RUK tahun mendatang  (H+1).

RUK dibahas di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota selanjutnya

terangkum dalam usulan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota akan diajukan ke

DPRD untuk memperoleh persetujuan pembiayaan dan dukungan politis. Secara

rinci RUK dijabarkan kedalam rencana pelaksanaan kegiatan (RPK). Setelah

menapatkan persetujuan, selanjutnya diserahkan ke Puskesmas melalui Dinas


Kesehatan Kabupaten/ Kota maka disusun secara rinci rencana pelaksanaan

kegiatan dengan menyesesuaikan anggaran yang telah turun.

1. Tahap penyusunan RUK.

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan meliputi upaya kesehatan

wajib, upaya kesehatan pengembangan dan uapaya kesehatan penunjang,

yang meliputi :

a. Kegiatan tahun yang akan datang (meliputi kegiatan rutin,

sarana/prasaana, oprasional dan program hasil analisis masalah).

b. Kebutuhan Sumber Daya berdasarkan ketersediaan sumber daya yang

ada pada tahun sekarang.

c. Rekapitulasi Rencana Usulan Kegiatan dan sumber daya yang

dibutuhkan kedalam format RUK puskesmas

Rencana Usulan Kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan

memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global,

nasional, maupun daerah sesuai dengan masalah yang ada sebagai hasil dari

kajian data dan informasi yang tersedia dipuskesmas.

a. Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib.

1) Menyusun Renacana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib ke

dalam matriks

2) Mengajukan Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib


Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib diajukan ke

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mendapat pembahasan

pembiayaannya. Apabila sumber pembiayaan berasal dari non

pemerintah maka diusulkan kepada institusi yang bersangkutan.

3) Waktu Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan

Jadwal penyusunan Rencana Usulan Kegiatan dilaksanakan dengan

memperhatikan siklus perencanaan kabupaten/kota, yaitu jadwal

pembahasan yang dilakukan kabupaten/kota sehingga RUK tersebut

harus sudah selesai atau sudah diterima oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sebelum dilakukan pembahasan, demikian pula

dengan Rencana Usulan Kegiatan untuk mitra kerja Puskesmas.

b. Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan

1) Identifikasi Upaya Keshatan Pengembangan

Telah disebutkan bahwa Upaya Kesehatan Pengembangan

dapat dipilih dari daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada

tau dapat berupa inovasi yang dikembangkan sesuai dengan

permasalahan kesehtan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas.

Apabila Puskesmas mempunyai kemampuan identifikasi masalah

dapat dilakukan bersama masyarakat (Konsil Kesehatan

Kecamatan/Badan Penyantun Kesehatan) melalui pengumpulan data

secara langsung di lapangan (Survey Mawas Diri). Tetapi apabila

kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh Puskesmas, maka

identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok (Delbecq


Technique) oleh petugas Puskesmas dengan melibatkan Konsil

Kesehatan Kecamatan/Badan Penyantun Puskesmas

Dari hasil identifikasi ini kemungkinan akan muncul usulan

Puskesmas yang sangat beragam. Dengan pertimbangan kondisi

sumber daya yang ada, baik tenaga, sarana maupun biaya, maka

perlu dibuat penyusunan prioritas.

Apabila Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya

kesehatan pengembangan tersebut tetapi telah menjadi kebutuhan

masyarakat setempat maka dinas kesehatan kabupaten/kota yang

wajib menyelenggarakannya.

2) Mengajukan Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan

Pengembangan

Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan

diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama-sama dengan

Upaya Kesehatan Wajib untuk pembahasan lebih lanjut Rencana

Usulan Kegiatan ini dapat juga diajukan pembiayaannya kepada

pihak non pemerintah.

Puskesmas dapat melibatkan potensi yang ada di wilayahnya

untuk ikut serta dalam pembiayaan tersebut. Penggalangan dana

dapat dilakukan kepada masyarakat, perusahaan, swasta, atau LSM

melakukan advokasi dan sosialisasi rencana kegiatan yang tetap

disusun dengan didukung oleh data yang telah diolah, sehingga dapat

dipahami oleh masyarakat dan mitra kerja puskesmas.


Potensi lainnya dapat pula berasal dari pendapatan fungsional

Puskesmas atau sumber pembiayaan lainnya.

2. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan baik untuk upaya

kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang

maupun upaya inovasi dilaksanakan secara bersama, terpadu dan terintegrasi.

Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.

Langkah-langkah penyusunan RPK adalah:

a. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.

b. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana

Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat

penyususnan RPK.

c. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan

dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi

pelaksanaan.

d. Mengadakan Lokarkarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan

RPK

e. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

2. Pelaksanaan dan penggerakan (P2)

Adalah proses penyelenggaraan,pemantauan,dan penilaian terhadap

rencaan tahunan,baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan

pengembangan dalam mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja.

Pelaksanan kegiatan pada setiap program yang ada harus mengacu


kepada rencana yang ada. Penyimpangan yang mungkin terjadi harus

dieliminasi sekecil mungkin sehingga tidak ada program dan kegiatan yang

naik di tengah jalan. Rencana aksi atau POA yang ada di masing-masing

program harus diimplementasikan sesuai dengan jadwal yang sudah di susun.

Langkah-langkah :

a. Pengorganisasian

b. Penyelenggaraan

c. Pemantauan

d. Penilaian

Tindakan penggerakan ini oleh para ahli adakalanya diperinci lebih lanjut

ke dalam tiga tahap tindakan sebagai berikut :

a. Memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga

timbul kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan

baik. Tindakan ini juga disebut motivating.

b. Pemberian bimbingan lewat contoh-contoh tindakan atau teladan.

Tindakan ini juga disebut leading, yang meliputi beberapa tindakan

seperti : pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi agar ada

bahasa yang sama antara pimpinan dan bawahan, memilih orang-orang

yang menjadi anggota kelompok, dan memperbaiki sikap, pengetahuan,

dan keterampilan bawahan.

c. Pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan

memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas dan tegas. Segala


saran-saran dan perintah atau instruksi kepada bawahan dalam

pelaksanaan tugas harus diberikan dengan jelas dan tegas agar

terlaksana dengan baik terarah kepada tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun fungsi pokok penggerakan didalam manajemen adalah sebagai

berikut

- Mempengaruhi orang-orang supaya bersedia menjadi pengikut.

- Menaklukkan daya tolak orang-orang

- Membuat seseorang atau orang-orang suka mengerjakan tugas dengan

lebih baik.

- Mendapatkan, memelihara dan memupuk kesetiaan pada pimpinan, tugas

dan organisasi tempat mereka bekerja.

- Menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung jawab seorang

atau orang-orang terhadap Tuhan-nya, negara dan masyarakat.

3. Pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3)

Ada dua aspek penting yang diperhatikan dalam hal ini, yaitu:

a. Apakah aplikasi program dan kegiatan yang sedang dilaksanakan sudah

diterapkan dengan baik. Misalnya,bimbingan atau supervisi pada

staf,maka perlu dipantau apakah petugas yang ditunjuk sudah

melaksankannya dengan baik

b. Apakah masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan sudah

terpecahkan atau belum,naka petugas yang memantau (supervisor) harus

lebih sering melihat apakah ada kemajuan yang dicapai.

Supervisi adalah kegiatan pemantauan,bimbingan,serta koreksi


langsung ataupun usulan perbaikan atas kegiatan perencanaan (P1),

penggerakan dan pelaksanaan( P2), pengawasan, pengendalian, dan penilaian

(P3) yang dilakukan terhadap petugas-petugas pada unit organisasi yang

lebih rendah. Adapaun tujuan dilakukannya supervisi adalah menjamin

pencapaian tujuan organisasi secra efektif dan efisien dan meningkatnya

mutu pelayanan yang dilaksanakan.

Beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian dalam

pelaksanaan supervisi penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat

dikemukan sebagai berikut:

a. Memberikan kejelasan tentang tujuan organisasi yang terkait dengan

penjaminan mutu pelayanan.

b. Menyampaikan pedoman kerja atau prosedur tetap pelayanan.

c. Memberikan pengakuan atau penghargaan atas prestasi kerja.

d. Menyampaikan kritik yang membangun atas kekurangan-kekurangan

yang ditemukan.

e. Membuka peluang untuk berprakarsa, berkreasi,dan berprestasi.

f. Mendorong petugas selalu berkembang lebuh maju.

g. Menciptakan lingkungan yang sehat.

Langkah-langkah yang diberikan dalam supervisi terdiri dari persiapan dan

pelaksanaan.

a. Persiapan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan supervis meliputi

- mendalami tujuan organisasi dan sasaran program.


- Memahami tugas pokok dan fungsi staf yang di supervisi.

- Menyelami latar belakang dan aspirasi pribadi tugas.

- Mengkaji mekanisme atau hubungan kerja

- Mempelajari standar atau prosedur tetap yang ada.

- Mempelajari laporan yang relevan

- Merancang dan menyiapkan instrumen supervisi

- Menyusun jadwal kerja

- Menyusun kebutuhan sumber daya

- Memnatapkan diri dalam konsep dan keterampilan manajemen,

hubungan antar manusia,substansi teknis, dan sebagainya.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan kegiatan supervisi, hal-hal yang perlu diperhatikan:

- Menemui sasaran supervisi sesuai prioritas dan jadwal yang sudah

disusun

- Melaksanakan pendekatan manajerial dan teknis berdasarkan

pendekatan secara persuasif.

F. Definisi Lansia

Lansia umumnya dideskripsikan sebagai seseorang yang mengalami

proses penuaan fisiologis dan metabolis sampai pada tahap berkurangnya/

terganggunya fungsi tubuh (Muslin, 2013). Penuaan adalah proses yang tidak

seragam di seluruh populasi. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan genetika,

gaya hidup, dan keseluruhan kesehatan. Ketidakseragaman ini mengakibatkan

batas usia lansia pada setiap populasi berbeda (Singh & Bajorek, 2014).
Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang

Kesehatan, usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60

tahun (Maryam, 2008). Menurut WHO (dalam Singh & Bajorek, 2014) lansia

merupakan seseorang yang berdasarkan usia kronologis berusia 65 tahun atau

lebih. Orimo et al (dalam Singh & Bajorek, 2014) mempertimbangkan bahwa

peningkatan status kesehatan dan kemandirian fungsional dapat mengubah batas

usia lansia dari 65 tahun menjadi 75 tahun.

Lansia diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu (Maryam, 2008) :

1. Pralansia (prasenilis) berusia 45-59 tahun

2. Lansia berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia berisiko tinggi : lansia yang berusia 70 tahun atau lebih/ lansia

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

4. Lansia potensial : lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

5. Lansia tidak potensial : lansia yang sudah tidak mampu bekerja

Kramer dan Schrier (dalam Rochmah & Aswin, 2001) mengelompokkan lansia

menjadi 3 golongan yaitu young old (65-74) tahun, aged old (75-84 tahun) serta

extreme old (lebih dari 84 tahun).

H. Hubungan Lansia dan Resiko terhadap Penyakit

Proses menua menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan anatomis

dan fisiologis, sehingga lansia rentan mengalami gangguan atau ketidakmampuan

menjalankan fungsi tubuh. Perubahan tersebut akhirnya dapat mengarah pada

timbulnya suatu penyakit (Rochmah & Aswin, 2001). Perubahan biologis dan

psikologis yang disebabkan oleh penuaan muncul perlahan selama beberapa tahun
atau dekade (Sözeri-Varma, 2014).

Pertambahan usia menyebabkan penurunan fungsi fisiologis serta

penurunan daya tahan tubuh akibat proses penuaan (degeneratif). Hal tersebut

menyebabkan lansia rentan terhadap penyakit tidak menulr maupun menular.

Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi, stroke, diabetes

mellitus dan radang sendi atau rematik, sedangkan penyakit menular yang diderita

adalah tuberkulosis, diare, pneumonia dan hepatitis (Kemenkes, 2013). Penyakit

koroner juga merupakan penyakit yang sering pada lansia. Hipertensi,

dislipidemia, gangguan intoleransi glukosa, dan obesitas merupakan faktor risiko

utama untuk sebagian besar penyakit koroner yang diderita lansia (Kannel, 2002).

Berdasarkan Susenas (dalam Kemenkes, 2013) keluhan kesehatan yang

paling tinggi (32,99%) yaitu keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis

seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes. Jenis keluhan

yang juga banyak dialami lansia adalah batuk (17,81%) dan pilek (11,75%).

Anda mungkin juga menyukai